Review Film Little Women (2019) - Pada Akhirnya Semua Butuh Cinta

review film little woman 2019

Sharing By Rey - Film little women tidak sengaja saya putuskan untuk menontonnya, dan akhirnya saya review di hari Senin, yang notabene bukan jadwalnya nulis review film, lol.

Untung ya, ini blog pribadi, aturannya ya nggak terlalu mengikat, terlebih di saat saya harus menulis dengan waktu yang sempit, terpaksa tema yang sebenarnya lebih pantas ditulis di hari Jumat ini, saya tuliskan di hari Senin saja :)

Oh ya, sebelum meneruskannya, seperti biasa saya ingatkan, saya kalau review film lengkap banget, jadi sudah pasti spoiler abis, lololol.
Buat temans pecinta film tanpa melihat spoiler dulu, sebaiknya jangan lanjutin baca ini, mending baca tulisan saya yang lain, lololololol.


Film ini di adaptasi dari novel klasik, yang kalau saya baca review novelnya, dibuat hampir sama persis dengan filmnya.
Iya sih, novelnya bagus, jadinya filmnya akan ikutan bagus kalau dibuat sama.

Novel dengan judul sama, Little Women, karya Lousia May Alcott, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1868.

Dan di tangan sutradara kenamaan, Greta Gerwig, film ini berhasil membuat saya jatuh cinta menontonnya, meski genre-nya drama.

Ye kan, saya pecinta film action dan comedy sebenarnya :)

Film ini menceritakan 4 bersaudara keluarga March , Meg (diperankan oleh Emma Watson) sebagai anak sulung yang cantik dan lembut.
Josephine atau biasa dipanggil Jo March (Saoirse Ronan) anak kedua dengan karakter yang semangat, temperamental, suka bereksperimen dan senang menulis. 

Anak ketiga adalah Beth March (Eliza Scanlen) dengan karakter gadis pendiam, lembut dan baik hatinya.
Serta si bungsu Amy March (Florence Pugh) dengan karakter gadis yang memiliki jiwa seni, manja, egois serta kekanak-kanakan.

Mereka dibesarkan oleh ibunya yang bijaksana, yang biasa mereka panggil Marme March (Laura Dern), ayahnya harus meninggalkan mereka karena sedang berperang, sehingga untuk biaya hidup mereka bahu membahu mencari uang untuk itu.

Meskipun mereka hidup dalam kesederhanaan, tapi ibunya berhasil mengajarkan mereka untuk selalu rajin berbagi, satu hal yang paling menyentuh adalah, saat hari Natal dan mereka harus merelakan santapan pagi Natal mereka, untuk diberikan kepada tetangga mereka yang miskin dan kelaparan.

Dan siapa sangka? sepulang menolong tetangga, mereka terkejut saat melihat meja makan penuh dengan makanan lezat, yang ternyata diberikan dari tetangga kaya mereka yang cucunya bernama Theodore Laurence atau biasa mereka sapa Laurie.

Film ini sebenarnya terlalu luas, sama dengan bukunya.
Dengan alur maju mundur yang bikin otak kudu mikir untuk menyambung, potongan demi potongan kisahnya.

Namun, kisahnya sesungguhnya bersentral di Josephine 'Jo' March.



Antara Cita-Cita Dan Cinta


Di mulai dari adegan Jo yang menawarkan cerpennya di sebuah penerbit di Amerika Serikat, berhasil meski lebih banyak lembar yang dicoret.
Lalu menggambarkan kehidupan Jo yang super sibuk, dari menulis, mengajar 2 anak, membaca dan lainnya, seolah tak ada waktu tanpa bersantai untuknya.



Dia bekerja keras, karena harus membantu ibunya mengobati adiknya, Beth yang sakit karena tertular penyakit menular, saat menolong tetangga mereka yang miskin dan sakit hingga meninggal di pelukan Beth.

Adegan berlanjut dengan acak menceritakan kehidupan Jo dan juga kakak serta adiknya.


film little woman 2019

Meg yang masa remajanya begitu terobsesi menikah dengan pemuda kaya, bahkan sempat ingin menggoda Laurie, sayang Laurie lebih tertarik pada Jo yang tomboy dan ternyata tidak membalas cintanya.
Pada akhirnya Meg malah jatuh cinta pada seorang pemuda miskin, John Brooke (James Norton), guru dari Laurie.

Lalu, adegan Meg yang berdebat dengan suaminya, dan curhat dia lelah hidup miskin, karena bahkan untuk membeli sebuah kain sutra saja, dia tidak sanggup, dan teman-temannya selalu merasa kasihan dengannya.

John lalu sedih, dan merasa bersalah karena belum bisa membahagiakan Meg dan kedua anaknya dengan materi.

Meskipun demikian, ada alasan kuat mengapa Meg memilih John menjadi suaminya, selain Meg sendiri jatuh cinta dengan John, juga karena sosok John yang tulus.

John bahkan menemani ibunya saat harus mengunjungi dan menemani ayah mereka yang sakit di medan perang, lalu kemudian ibunya terpaksa pulang lebih dulu karena Beth sakit keras, John lah yang menemani ayah mereka.

Salah satu adegan yang bikin baper adalah, menjelang pernikahan Meg, Jo memohon agar Meg membatalkan pernikahannya, mengajak Meg pergi jauh dan tidak perlu menikah, karena Meg pasti akan bosan dalam 2 bulan.

Meg hanya tersenyum bijak dan berkata,
"Just because my dreams are different from yours doesn't mean they're unimportant"
Yup, kadang kita lupa, terlalu semangat memaksakan ide dan kehendak kita kepada orang lain, karena menurut kita itu yang benar, padahal tiap orang juga memiliki mimpi yang mungkin beda dengan kita dan itu juga sama pentingnya dengan impian kita, menurut mereka.

Dan pada akhirnya, John akhirnya meminta maaf pada Meg karena belum bisa membahagiakan, dan memilih mengalah tidak membeli pakaian baru demi Meg bisa menjahit baju baru dengan kain sutra.
Tapi ternyata, Meg memilih menjual kain tersebut karena terlalu mahal buat mereka.

Ah so sweet banget, sesungguhnya si John itu mirip karakter si pak suami, sayangnya pak suami seperti itu kalau didikte, nggak bisa atas kemauannya sendiri, hiks.



Lalu sosok Beth March, tidak banyak yang bisa diceritakan dari sosok gadis pendiam dan baik hati ini, selain hobinya bermain piano sehingga akhirnya diberi hadiah piano oleh kakek Laurie, juga kebaikan hatinya yang memilih mendatangi rumah tetangga miskin mereka seorang diri, karena saudari-saudarinya sedang enggan.

Karena itulah Beth akhirnya tertular dan tidak pernah benar-benar sembuh dari penyakitnya sehingga akhirnya meninggal dunia.

Sosok Amy March, si bungsu yang tetap memegang impiannya untuk menikah dengan lelaki kaya itu akhirnya pergi ke Paris dan tinggal bersama bibinya yang kaya raya.
Dia satu-satunya keponakan yang disayang oleh bibinya, karena masih mempertahankan logika, yaitu uang lebih penting dari cinta.

Amy sebenarnya mencintai Laurie, namun sayangnya Laurie lebih memilih mengejar Jo yang tomboy, beruntung Laurie pernah mengenalkan teman-temannya yang kaya.

Begitulah, Amy akhirnya berpacaran dengan lelaki kaya di Paris meski dia tidak benar-benar mencintai lelaki itu, selain itu Amy juga kursus melukis di Paris.

Di akhir cerita, Amy akhirnya tidak jadi menikahi pemuda kaya yang tidak benar-benar dicintai itu, lalu berharap pada Laurie dan akhirnya Laurie memilih dia dan melupakan Jo.


Pada Akhirnya Semua Butuh Cinta


Di Amerika, seorang profesor bernama Friedrich Bhaer (Louise Garrel) menaruh hati pada Jo March, menawarkan agar Jo menulis dan dia membaca serta menilainya dengan jujur, meski akhirnya Jo marah besar karena kejujuran Friedrich bertolak belakang dengan harapannya.

Jo juga tidak peduli dengan sikap perhatian dari sang profesor, karena memang sejak awal memang sama sekali tidak berpikir untuk menikah, dia menyukai kebebasan, menyukai tantangan dan begitu banyak hal yang ingin dia lakukan.

Itulah mengapa dia menolak Laurie.
Jo akhirnya kembali ke rumah ibunya di London, karena Beth semakin sakit parah, dan akhirnya meninggal setelah sebelumnya membuat Jo berjanji untuk terus menulis meski Beth sudah tidak di dunia lagi.

Setelah Beth meninggal, tiba-tiba Jo merasa sangat kesepian, dia merasa hampa, dan tiba-tiba jadi merindukan Laurie.
Dia juga merasa menyesal karena sudah menolak Laurie dan membuat pemuda tersebut patah hati.


Lebih ngenes lagi, Laurie lalu datang bersama Amy dari Paris karena Beth meninggal.
Jo begitu gembira menyambut Laurie, sampai akhirnya Laurie berterus terang kalau dia sudah melamar Amy.

Sekuat tenaga Jo menahan air mata, dia tidak mau Amy melihat kesedihannya, dan ingin Amy berbahagia dengan Laurie.

Semakin bertambah kegalauannya, sehingga akhirnya Jo memutuskan menghabiskan waktu dengan menulis dan menulis, berhari-hari menulis, hingga akhirnya dia bisa menciptakan sebuah novel yang berjudul 'Little Women'

Bibinya yang super kaya tapi menjomblo hingga tua akhirnya meninggal, dan ternyata malah mewariskan rumah super megahnya kepada Jo.
Oleh Jo, rumah tersebut dirombak jadi sebuah sekolah.

Suatu hari professor Friedrich berkunjung ke rumahnya, semua saudarinya memaksa agar Jo mau mengejar sang profesor, karena terlihat kalau Jo mencintainya.

Singkat cerita, meski sang professor sama saja dengan John Brooke, suami Meg yang tidak punya apa-apa, Jo tetap memilihnya karena mencintainya.
Jo memilih menyerah pada cinta, meski awalnya dia bahkan sama sekali tidak berniat untuk menikah.

Karena pada akhirnya, semua orang butuh cinta, dan cinta membuat hidup lebih berwarna, lebih punya tujuan dan mengusir kesepian.


Oh ya, film ini ternyata pernah dibuat juga sebelumnya dengan sekuel yang sedikit berbeda.
Dengan judul yang sama, Little Women, dari buku yang sama juga, dibuatlah filmnya pada tahun 1994 dengan pemeran bintang-bintang papan atas yang masih pada imut.
Seperti Winona Riders, Claire Danes, hingga Kirsten Dunts.


Namun berbeda dengan film Little Women tahun 2019 ini, film terdahulunya dibuat dengan menceritakan masa kecil para March bersaudara ini.

Saya belum tahu pasti sih, apakah Lousia May Alcott, memang menceritakan dirinya sendiri di buku tersebut, namun yang pasti buku tersebut laris manis di masanya, bahkan hingga sekarang.

Konon, saking larisnya, Lousia May Alcott sampai harus membuat buku lainnya yang menceritakan kelanjutan kisah 4 bersaudara tersebut.

Selain masalah cinta, film ini sebenarnya juga menyinggung patriakisme dan pernikahan.
Yang mana ke-4 bersaudara tersebut punya pandangan yang sama terhadap pernikahan, yaitu menikah adalah sebuah penawaran yang di dalamnya ada faktor ekonomi yang menjadi penunjang terbesar.


Meski akhirnya, semua menyerah pada cinta, tapi setidaknya mereka punya mimpi yang realistis tentang kehidupan menikah.


Demikianlah, ada yang sudah nonton?

Surabaya, 20 Januari 2020

@reyneraea

Sumber :
  • Pengalaman pribadi
  • https://filmyangkutonton.wordpress.com/2014/05/22/little-women-1994/ diakses 20 Januari 2020
  • http://bukuygkubaca.blogspot.com/2009/09/little-woman.html di akses 20 Januari 2020
  • Film Little Woman 2019
Gambar : Youtube , vanityfair.com

14 komentar :

  1. Belom nonton kk secara lk21 dah ga bisa streaming hahaha, nice review kk, ah ga sabar cari film nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, sebenarnya ada website lain, tapi kayaknya ilegal hahahaha.
      Di beberapa website berbayar kayaknya udah tayang deh :D

      Hapus
  2. kayaknya bagus nih filmnya, terimakasih referensinya mba

    BalasHapus
  3. Komen OOT nih... salut ma pengaturan jadwal tema ngeblognya, meski dilanggar dikit2 :)

    Semangat

    BalasHapus
  4. Wah aku belum nonton nih film yang satu ini, sepertinya bagus, apalagi novel Little Women karya Lousia May Alcott, ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1868, berarti jaman presiden Abraham Lincoln ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha iyaaa, film klasik gini menarik banget sih :)

      Hapus
  5. Aku nonton Spoiler-nya Mbak Rey.
    Cuman aku ini mau nonton bingunglah mau nonton ama siapa, hahaha.
    Kawanku ga suka nonton film genre ini, suamipun tak suka.
    Mau ajak anak ga mungkin.

    Aku belum pernah nonton sendiri, ingin aku aslinya soalnya dari teasernya suka banget. Dari kecil aku suka banget dengan film dengan baju-baju begini....

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, saya nontonnya streaming kok Mbaaa, belom bisa mah ke bioskop hahahaha :D

      Biasanya pas weekend, anak mau dihandle pak suami, saya menyepi ke sudut kamar setelah saya sogok bolehin main hape hahaha

      Hapus
    2. Huahahaha.....
      baru ganti HP aku belum faham ini, nonton drakor pun masih minjem HP suami yang mantan HP aku, hahahha

      Hapus
    3. hahahaha, saya juga kadang di hape nontonnya, tapi kalau anak-anak bobok saya nyuri waktu nonton di laptop :D

      Hapus
  6. Aku baca bukunya udh berkali2, tapi ga prnh nonton filmnya hhaahhaah. Sempet nonton yg versi lama, tp g sampe abis Krn menurutku ttp LBH bgs buku :p. Akutu gitu Rey, kalo udh baca bukunya di awal, pasti deh mindsetku lgs nolak filmnya hahahaha..

    Ga bakal pernah bosen sih baca little women ini.aku sampe nangis pas awal baca. Sedih, terharu, seneng campur aduk yaaa :D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya kepo bukunya Mba, ama buku pursuit of Happiness, tapi nggak nemu online nya, kata temen-temen ada di ipunas, tapi saya cari belum nemu.

      Kalau yang versi lama kayaknya lebih luas ya, menceritakan kehidupan mereka di masa kecil, di sini enggak terlalu bahas masa kecil sih, lebih fokus ke kehidupan, tentang cita-cita yang nggak sesuai harapan, menyerah pada cinta :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)