Tentang Penawaran Kerjasama Yang Tidak Masuk Akal

penawaran kerjasama influencer dengan exposure

Sharing By Rey - Masih terngiang viral tentang youtuber yang dikatakan mengemis dibiayain traveling ke Amerika beberapa waktu lalu.

Kata 'mengemis'nya itu sungguh jadi viral, terlebih kalau ditambah dengan 'gratisan'.
Sungguh menyedihkan hehehe (sedih, tapi kenapa ada hehehe-nya yak, lol)

Sesungguhnya, hal tersebut bukan pertama kali terjadi, sebelumnya juga beberapa influencer, baik selebgram hingga vlogger, mendadak viral dan dijadikan bahan guyonan habis-habisan, karena konon mereka mengajukan penawaran terlebih dahulu.

Dan, menurut calon kliennya, penawaran tersebut tidak masuk akal, atau tidak sesuai dengan apa yang klien harus berikan, dibandingkan dengan apa yang influencer berikan.


Tersebutlah Elle Darby, seorang youtuber sekaligus selebgram dari Inggris, yang mencoba memberikan penawaran kepada sebuah hotel mewah yang bernama Charville Lodge Hotel dan The White Moose Cafe di Dublin Irlandia.

Yang akhirnya ditolak mentah-mentah oleh pihak hotel.
Bukan sekadar menolak, pihak hotel tersebut malah mengunggah screenshoot email si youtuber di fanpage mereka, dan sontak membuat dunia geger karenanya.

Padahal, tinggal ditolak saja kan beres! lol.

Etapi, gara-gara diunggah pihak hotel, beritanya langsung viral dan se du ni a tahu, hahaha.
Sungguh sukses mempermalukan sang influencer, yang jujur saja, menurut saya tidak ada yang salah kan ya, orang ngajukan penawaran.

Kalau enggak suka ya udah, ditolak aja.
Gitu aja kok repot.

Berikutnya, ada pula Awkarin, seorang selebgram Indonesia yang terkenal dengan gaya hidupnya yang serem (menurut saya, lol).
Teamnya, sempat membuat heboh beberapa waktu lalu, hanya karena mereka melayangkan penawaran secara terbuka di twitter, bahwa mereka mencari EO, tapi bayarannya pakai exposure di instagram Awkarin.

Langsung heboh juga dong, semua pada nyinyirin Awkarin, nanyain kalau exposure instagramnya kalau di rupiahin berapa?
Sungguh kupuyeng mencoba menelaahnya.

Sejak kapan exposure seorang influencer itu langsung berubah jadi duit seketika?
Bukankah tugas influencer itu menginfluence audience agar menggunakan apa yang mereka gunakan?
Bukannya pajang IG stories atai IG feed langsung cring duitnya keluar, hahaha.

Gara-gara viral, si Awkarin malah bikin konten cerdas banget, dan menurut saya itu keren banget buat jelasin ke orang-orang.
Meskipun, percuma juga, kalau dijelasin ke orang yang nggak ngerti tentang bisnis dan marketing secara luas, lol.


Dan terakhir adalah, masalah si Atta Halilintar yang konon katanya melayangkan penawaran fantastis kepada beberapa agen travel.
Yaitu meminta dibiayai traveling sekeluarga ke Amerika, dengan bayaran exposure juga.

Langsung heboh juga dong, hahaha.

Well, menurut saya pribadi, tidak ada salahnya dengan penawaran mereka tersebut.
Toh mereka nggak minta gratisan, tapi dibarter dengan sosok terkenalnya mereka.

Meskipun mungkin arti dari terkenal itu berbeda-beda setiap orangnya, toh balik lagi ya, kalau pihak yang ditawarin kerjasama tersebut merasa kalau si pemberi penawaran belum pantas untuk mereka berikan hal yang ditawarkan, toh tinggal tolak aja, beres!

Meskipunnn...
Menurut saya, akan lebih baik lagi, jika si pemberi penawaran mempelajari cara profesional dalam memberikan surat atau email penawaran.

Seperti si Elle Darby, yang mengirimkan email ke sebuah hotel mewah dengan kata sapaannya.
"Hi there!"
Wow, semacam kirim email ke teman akrabnya ya, hahaha.

Atau juga Awkarin dan halilintar family, akan lebih profesional kalau teamnya mengirimkan permintaan penawaran, melalui email dan dengan bahasa yang sopan serta profesional.

Lalu, mengenai permintaan penawarannya yang tidak masuk akal?
Menurut saya sih sah-sah saja ya.

Selain si Elle Darby yang bermodalkan follower puluhan ribu.
Kalau Awkarin dan Halilintar family kan memang sudah punya modal jutaan follower.
Mungkin dengan hal itulah yang membuat mereka berani melayangkan permintaan penawaran yang terlihat fantastis.


Tentang Pemberi Job Yang menawarkan Kerjasama Tidak Masuk Akal


Itu kan, si pihak influencer ya.
Bukan berarti pihak pemberi job juga semua profesional dan masuk akal loh.

Zaman sekarang mah banyak banget, pihak brand yang seperti dijatuhkan image-nya oleh tingkah PIC (Person In Charge) nya.


Jadi memang sepertinya, orang-orang yang seperti ini yang bikin kacau dunia persilatan, lol.
Kayak team Awkarin dan team Halilintar itu.

Sebagai pengais rezeki melalui media sosial dan blogger, saya sering banget mendapatkan penawaran yang bikin hati ngenes.

Gimana enggak?
Dengan syarat yang sangat fantastis.

Misal media sosial, follower minimum udah puluhan K, ER (engagement rate) kudu setinggi gunung Himalaya, harus sering update postingan pula.
Pas tahu fee-nya, sumpah pengen nangis di pojokan lemari dah, lol.

Di kata, kita optimasi media sosial itu nggak butuh tenaga, waktu dan uang, apa ya?

Sama juga dengan job kerjasama di blog.
DA (Domain Autorithy) / PA (Page Autorithy) harus setinggi langit.
SS (Spam Score) serendah basement.
Bahkan sekarang ketambahan DR (Domain Rating) dan nilai Alexa yang seramping mungkin.

Gilian tahu fee-nya?
Beneran bikin nangis guling-guling dong.
Belum lagi kalau tahu permintaan titip backlink DOFOLLOW lebih dari satu.

Sumpah ya, dibanding media sosial yang bisa di-boost dengan mudah dan berbagai cara. Meningkatkan performa blog itu amat sangat butuh pengorbanan tauk!

See, sama aja kok!
Nggak cuman pihak yang biasa diberi penawaran alias para influencer atau content creator.
Pihak pemberi job juga memang kudu belajar yang namanya profesionalisme.

Thanks to beberapa komunitas blogger, yang sering memperjuangkan feedback kerjasama yang manusiawi.

Terus gimana cara menyikapinya?
Kalau saya sih santai aja, kalau nggak sesuai ya tinggal ditolak.
BERES! hahaha.


Influencer Wajib Punya Attitude Dan Profesional, Pemberi Job Juga!


So, kata siapa influencer saja yang wajib punya attitude dan jiwa profesionalisme?
Pihak brand yang sering bekerjasama dengan para influencer atau content creator juga wajib loh mempekerjakan orang-orang yang berkompeten.


Bukan hanya pandai menempatkan brand secara profesional, tapi juga tahu orang yang tepat dalam merekrut influencer untuk bekerjasama.
Agar brand tetap memiliki value yang lebih di mata para influencer.

Sama saja kan dengan nama baik influencer?
Pihak brand juga wajib menjaga nama baiknya.

Jangan sampai, karena permintaan penawaran yang selalu tidak masuk akal alias tidak manusiawi dari pihak brand, membuat para influencer juga resek kalau ngasih penawaran.

Apapun itu, biarlah saja orang yang kayak gitu, kita jangan ya temans.


Sidoarjo, 14 Januari 2020

@reyneraea

Sumber : pengalaman dan opini pribadi
Gambar : Dokumen pribadi

36 komentar :

  1. Aku nggak ngikutin perjalanannya Karin sih, tapi citra dia di masa lalu udah terpatri di otakku ini sampe susah ilang hahaha. Cuma setelah nonton video Exposure dia, harus kuakui otak bisnis dia emang oke sih, apalagi dia tergolong muda ya.

    Tapi aku setuju banget kalo soal kerja sama antara brand dan influencer itu nggak boleh sembarangan. Karena sebagai brand mereka harus punya image dan value yang lebih di mata konsumen, jadi pilihan influencer pun menentukan ya sebenarnya. Uang itu penting, tapi bukan segalanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah, sesungguhnya saya sama sekali tidak mengikuti berita mereka malah Mba, apalagi si Karin, saya tahunya dia pas baca postingan blog siapaaa gitu, terus pas viral jadi ngeh orangnya :D

      Saya sempat liat videonya yang menceritakan awalnya dia bisa seperti itu, so inspiring sih, meski nggak bisa ditiru semuanya :)

      Hapus
  2. Bisnis adalah tentang membangun kesepakatan yang menguntungkan antaa pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu tawar menawar adalah biasa untuk menemukan titik temu yang win-win bagi semuanya.

    Kalau salah satu pihak merasa tidak diuntungkan, dia berhak menolak dan tidak menerima.

    Itu normal saja.

    Yang menjadi tidak normal adalah karena merasa dirinya dirugikan, ia kemudian menyebarkan kekesalannya ke media manapun. Memberi wajah buruk kepada pihak yang dirasa merugikannya.

    Yang ini seharusnya tidak terjadi. Ada etika dalam bernegosiasi. Ada tata caranya yang meski tidak tertulis, sebaiknya tetap diikuti. Mulai dari penawaran, sampai prosesnya, sebaiknya tetap dibiarkan dalam ruang tertutup saja, dan hanya diketahui oleh pihak yang terlibat.

    Jangan kegagalan negosiasi diumbar kemana-mana sekedar untuk memancing orang lain berpihak kepada kita. Hal itu menununjukkan etika yang buruk dari pihak yang menyebarkan.

    Tetaplah simpan kegagalan negosiasi bagi diri sendiri saja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah ini juga nih, aku setuju tiap komen pak anton
      Berbobot euy

      Hapus
    2. Wkwkkwkw, bukan Pak Anton kalau komennya mainstream hihihi

      Betul banget Pak, maksudnya, ya kalau nggak tertarik ya udah ditolak aja, ngapain pakai acara ngadu di medsos, lama-lama dituntut atas pencemaran nama baik baru ngehek :D

      Hapus
  3. ya mereka terkadang memberikan harga yang tidak mahal mba, tapi gimana lagi. Harusnya mereka juga tau konsekuensinya tanpa harus merendahkan seorang influencer hehe.

    BalasHapus
  4. Intinya dua belah pihak harus punya sopan santun dan profesionalisme. Selain itu dua-duanya juga harus mengerti cara kerja masing-masing rekan bisnisnya. Haduh, kalau aku sih jujur masih buta masalah bisnis-bisnisan di zaman booming nya media sosial ini. Hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget, minimal merekrut orang yang benar-benar profesional, karena menjaga image dan merepresentatifkan influencer maupun brand tersebut :)

      Hapus
  5. Artikel yang menarik. Kalo dari pemberi job, saya mengistilahkannya "memanusiakan manusia"... :)

    Sukses terus yah mbak... :)

    BalasHapus
  6. Ya pasti kedua belah pihak harus ada psotive attitude istilahnya.
    Kalau penawaran seorang influencer maish berupa kata:
    1. Would you like....
    2. Could I....
    dan mereka di exposed seolah mengemis itu sungguh terlalu.
    Karena itu hanya offer. Hitung saja, makrketing effect apa sedahsyat dengan biasa yang harus kita keluarkan.

    Masing-masing harus memiliki hitungan tentang apakah Marketing Cost equal dengan yang akan di dapat oleh brand atau client. Kalau ga equal masing-masing bisa menolak.

    Untuk viral mem-viralkan ini memang lebih pada kode etik yang harus dimiliki setiap profesional.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener tuh.
      Cuman kadang berpikir, apakah memang sengaja dibuat gitu biar viral kali ya hahaha.
      Secara, bahkan para artis banyak yang membayar demi viral :D

      Hapus
  7. Sebagai orang yang doing business juga, menurut saya baik brand maupun influencernya harus punya team (atau PR) yang memang paham betul cara berkomunikasi yang profesional. Masalahnya sekarang, kebanyakan dari kita cara berkomunikasinya pun berantakan. Entah tata bahasa yang nggak sesuai, atau cara panggilan yang seenaknya. Hehehe. Padahal profesionalitas itu salah satunya dilihat dari bagaimana kita membawa sikap dan diri kita :D especially di era sosmed sekarang yang apa-apa lebih banyak dilakukan melalui surel maupun messenger jadilah semakin berantakan~

    However, dengan banyaknya kejadian ini, semoga orang-orang semakin aware untuk lebih memperbaiki cara berkomunikasi antar satu sama lain ya, mba :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mewakili pemikiranku nih, alangkah pentingnya ada yang menjembatani semacam PR atau public relation biar ga terjadi misscom

      Hapus
    2. Sebenarnya udah ada loh yang menjembatani, cuman yang menjembatani tersebut tidak semuanya kompeten.
      Bahkan, sering terjadi di sub kan lagi.
      Misal, sebuah brand menunjuk 1 PIC, nanti PIC itu menurunkan job tersebut ke orang lain lagi, begitu seterusnya, makanya sampai di tujuan, fee nya makin dikit hahaha.

      Itupun perantara itu makin tidak terkontrol dan asal :)

      Padahal iyes banget ya, komunikasi itu penting banget, bahkan kesan pertama itu dilihat dari komunikasi :)

      Hapus
  8. Saya tadinya termasuk orang yang nggak paham betul soal dunia exposure, tapi begitu mbak share tulisan ini dan menautkan videonya Awkarin tadi bener-bener ngebuka pandangan banget sih. Ya lagi2 kita harus menyadari bahwa itulah salah satu cara bagaimana era Industri 4.0 bekerja terkait dengan branding dan pemasaran produk.

    btw, soal case yang liburan ke Amrik dan dibayar pake exposure tapi endingnya di tolak, saya ngikuti pas twit itu anget-angetnya. Menurutku karena ini nggak sealur saja sih dan memang miskom di awal, si travel agent seperti "shock" karena mungkin lewat telpon langsung dan tidak dalam "preview" kiriman email dsb. Atau mungkin karena si agent itu sepertinya memang nggak suka dengan si influencer tsb.

    Sepakat dengan poin terakhir, kedua belah pihak harus menjalin dengan attitude yang baik, dan sama2 profesional. Very well conveyed ideas, mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi iyaaa, memang kayaknya miss com ya, pihak influencer terbiasa di endorse mahal meski produk lain, makanya dia merasa sah-sah saja kasih penawaran gitu, sementara si travelnya belum pernah bekerja sama dengan fantastis gitu, jadinya kaget :D

      Hapus
  9. Aku kurang paham masalah dunia marketing kayak gitu, karena tahunya cuma ngeblog saja buat menyalurkan hobi menulis, syukur ² dapat duit biarpun sampai saat ini masih nol. Semangat aja sih, siapa tahu nanti kedepannya ada yang nawarin xixixi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, ayo belajar, biar nanti kalau blognya berkembang, udah nggak kagok lagi :D

      Hapus
  10. Waw menarik ya jd influencer... 😁

    BalasHapus
  11. Sebenernya uda dari kemarin klak klik klak klik tulisan kak rey yang bahas influencer yang sedang nawarkeun diri ke agent travel dan langsung jadi viral ini,

    e ke sini lagi uda ada part 2 nya, blom yang kemarin aku sempet komen, e uda ada jilid 2 nya, seru.....

    Blom berani mengomeni terkait 2 pihak yang balas balasan ig story itu, soale aku ga tau cerita utuhnya gimana, takute salah komen euy
    haha

    Tapi in general, dari kejadian ini aku mendadak jadi belajar apa itu istilah exposure, kucari2 semua artikel yang ngebahas exposure, ternyata banyak juga yang ngebahas ini

    malah ada pula yang diiringi pendapat para ahli misalnya kemaren klo ga salah liat di kumparan apa grid gitu (lupa), mereka ada juga kasih kutipan dari ahli marketing atau pakar bisnisnya segala tentang seberapa ngaruh sih exposure itu buat ngedongkak penjualan suatu brand yang diexposurekan

    Seru juga jadinya, ikut sinau tentang dunia perinfluenceran dan perbrandan ini hehehe, walaupun aku cuma sebagai pembaca aja

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi, iya, banyak kok yang bahas.
      Si Karin malah bikin konten exposure ini sampai 3 jilid kalau nggak salah :D

      Sayapun jadi banyak tahu ilmu ini gara-gara viralnya hahaha

      Hapus
  12. Mbak, memang benar memperjuangkan blog itu tidak mudah, butuh kerja keras dan waktu lama, berikut mata sembap dan kelelahan sampai rasanya ingin tepar seharian tetapi itu tidak mungkin karena anak-anak membutuhkan.
    Saya juga tahu betapa beratnya kelola blog dan pernah coba lakukan penawaran soal link dofollow agar cukup satu. Ternyata bisa jika disampaikan secara sopan dan profesional.
    Ya, ampun, saya ngantuk berat karena kelelahan sekaligus sedih begitu tahu DA blog turun lagi dari 16, 14, 13, lalu 12, Mungkin karena saya kurang banyak menulis dan sibuk pada follow loop terus.
    Prihatin jadinya karena blog Mbak alami pemnurunan juga, dari 20 jadi 19 bulan kemarin dan sekarang jadi 18.
    Makanya pengen agar para pemberi job bisa memahami betapa sulitnya kelola blog, jadi setidaknya berikanlah fee yang tidak recehan.
    Saya yang pernah terima honor nulis esai bahasa dan sastra dari kisaran 250 ribu sampai 750 ribu jadi sedih. Media massa cetak bisa ngasih honor layak meski sekarang di ambang masa senjakala. Sedangkan perusahaan besar sepertinya harus belajar pada media juga karena berlkaitan dengan promosi produk bahkan mengenalkan produk itu pada masyarakat luias berkat jasa narablog (blogger) bukanlah sesuatu yang sepele, ada profesionalisme.
    Saya gak tahu Awkarin. Gak paham dunia selebgram meski saya pendiri follow loop Imdonesia Saling Followm bukan berarti paham siapa saja selebgram ngetop, hi hi.
    Menurut saya menawarkan kerja sama memang sebaiknya dengan cara sopan. Pun jika tidak sesiao vukup ditampik dengan sopan pula.
    Erika adalah dasae segalanya di era dihital jangan sampai terlupakan.
    Domain rating saya terakhir diperiksa baru 3,2. Yah, pan blog baru. Al;exa global kisaran 1 jutaan, sedang untuk nasional baru 20 ribu lebih.
    Tetap semangat dengan tulisan yang ala Mbak Rey.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya Mba, ngos-ngosan menaikan performa blog, terus ditawar sesuka hati itu rasanya pengen nangis ya Mba hiks.

      Kalau saya biasanya milih ditolak sih, itupun sekali saja, kadang sudah ditolak masih diajak negi, tapi tetap saja belum manusiawi bagi saya.

      Hapus
    2. pengen tau dong mba, biasa kalau untuk promosiin brand di blog kita itu harga yang umum itu berapa ya?

      Hapus
    3. Tidak ada yang pasti Mba, tergantung performa blog, sama bloggernya :D
      Ada yang gratis cuman dikirimin produk buat di review, ada juga pakai duit, dari 150an sampai jutaan :D

      Hapus
  13. Baca tulisanmu, lgs adeeem :).beneer nih, masing2 pihak harusnya punya team yg profesional dalam menawarkan tawarannya, jgn kayak nawarin barang murah ke temen, dengan bahasa yg ga banget pula. Tapi dari sisi yg mendapatkan tawaran, ga bener juga kalo sampe mempermalukan. Ditolak ja juga beres , ga ush di pajang di medsos pula. Iya memang namanya di coret, tapi beberapa huruf di belakangnya masih kliatan. Dan ga butuh jd peramal utk nebak itu siapa hahahaha.

    Aku juga bbrp kali dpt tawaran email utk content placement, tapi dengan fee 50rb wkwkwkwk...tapi Krn blogku memang ga terima tulisan sponsor ato Content placement apapun, ya aku tolak baik2. Ga perlulah di screenshot segala :p.

    Mungkin skr aku ga butuh pekerjaan begitu ,tapi siapa tahu nanti kan? Jd hubungan baik hrs ttp dimaintain, supaya pemberi tawaran ga kapok :). Kalo aku permalukan, bisa2 aku lgs dinilai blogger ga sopan yg suka menjatuhkan org lain. Ga pengen lah dpt prediket begitu

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha saya kadang heran loh Mba, ama yang suka kirim email dengan fee segitu.
      Bukannya meremehkan nilainya, tapi memangnya mereka nggak periksa dulu kah blog yang mau ditawarin itu?

      Semacam asal kirim email saja, mana yang nyangkut itu yang diajak.
      Padahal sama saja dengan menjatuhkan nama baiknya.

      Masa iya, dia samain penawaran ke blog baru dengan blog lama? ckckckc

      Mungkin itu yang dilakukan teamnya si influnecer kemarin, asal menebar penawaran gitu tanpa di cek dulu :D

      Hapus
  14. Suka banget tulisan ini, bikin jadi ngerti apa yang diributin belakangan ini. Memang semua tergantung attitude dan niat baik. Kalau salah satu nggak punya itu ya pasti Susah.

    BalasHapus
  15. Aku pun lebih memilih tolak aja kalau penawarannya nggak sesuai. Beres.

    Terus kalo ada kendala saat kerjasama, lebih pilih silent aja, nggak di-up di sosmed. diempet ae, rapopo dadi jerawat. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener tuh, soalnya kita nggak tahu juga kan, siapa tahu besok-besok kita malah kerjasama ama tuh brand :D

      Hapus
  16. makasih sharingnya, banyak hal yang bisa dipelajari dari tulisan ini

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)