4 Hal Yang Dulunya Bikin Saya Minder, Dan Sekarang Bikin Bersyukur

dulu bikin minder dan sekarang bersyukur


Sharing By Rey - Setiap manusia pasti pernah merasa minder dalam hidupnya, tentang apa saja. Entah itu masalah fisik, masalah kehidupan ekonomi, keluarga dan lainnya.

Sayapun pernah mengalami hal tersebut ketika saya masih dalam masa pertumbuhan dahulu, alias beranjak dewasa.



Ada beberapa hal yang membuat saya tumbuh dalam keminderan, membuat saya merasa tidak pantas dilihat, meski hati kecil saya berteriak,
"Rey, bangun! kamu itu berharga!"
Tapi, teriakan hati nurani saya itu hanya berkecamuk dalam diri saja, output-nya, saya tetap merasa minder, insecure dan selalu merasa malu dengan keadaan diri.


Padahal, hal-hal yang membuat saya minder itu sebenarnya bukan hal yang benar-benar harus diminderkan, mungkin juga karena pola asuh bapak saya yang keras, mama saya yang cuek, membuat saya tumbuh tanpa seorang yang bisa mendengarkan curahan hati saya.

Lalu saya tenggelam dalam pemikiran saya sendiri, pemikiran-pemikiran buruk yang akhirnya membuat saya semakin minder.

Hal-hal itu adalah tentang,

1. Nama yang aneh, Reyne Raea


Tahu nggak sih, saya dulu tuh pernah banget merasa sangat malu punya nama Reyne apalagi ketambahan Raea.
Saya kadang kesal memikirkan mengapa orang tua saya memilihkan nama yang aneh begitu, mengapa nggak yang biasa orang gunakan, seperti nama teman-teman saya lainnya.


Lebih bete lagi, ternyata nama itu bukan murni pemberian orang tua, nama tersebut diberikan oleh tetangga kami di Kauditan, Minahasa sono.
Dan karena tetangga tersebut adalah seorang Kristen, of course nama saya jadi kayak nama orang Kristen.

Untung saja bapak cuman ngasih nama pemberian orang, nggak ngasih saya buat dibesarkan tetangga tersebut, yang konon menurut cerita mama orang tersebut nggak punya anak.

Saya kesal banget, karena saya bingung nyebut nama sendiri, semua keluarga saya sih dulunya manggil saya Reyne (lafalnya pakai 'e' lebar semua khas orang Sulawesi Tenggara).
Tapi saya tetap merasa aneh.

Karenanya, ketika saya STM, saya ubah sendiri nama saya dengan panggilan Rey, dan begitulah hingga kini nama saya populer dengan sebutan Rey di kalangan teman-teman saya.

Dulunya mama nggak suka saya dipanggil Rey, karena mirip cowok.
Tapi seiring waktu, akhirnya keluarga mengalah juga, karena hampir semua orang memanggil saya dengan sebutan Rey.

Mengapa saya menyebut nama sendiri dengan panggilan Rey?
Karena jujur, saya pun sulit melafadzkan nama sendiri, apalagi kalau disambung semua 'Reyne Raea', dijamin bakal muncrat belepotan, lol

Waktu berlalu, sungguh saya takjub karena sekarang saya malah bangga banget punya nama itu, karena itu tuh unik banget, nggak ada samanya sedunia.

Well, ada sih nama Reyne, bahkan banyak.
Bahkan beberapa orang terkenal bernama Reyne, seperti James Reyne (etapi dia cowok, lol).
Ada juga yang pakai nama Raea.

Tapi yang bernama Reyne Raea itu, cuman saya loh di dunia, setidaknya sampai saat ini saya belum sama sekali menemukan orang yang namanya sama kayak nama lengkap saya gitu, hahaha.

Hal yang dulu bikin saya minder, justru sekarang membawa rasa syukur dan beberapa keberuntungan buat saya. Salah satunya, mudah dikenali karena nggak ada samanya.

Daaannn, nggak sulit bikin domain blog , email dan semacamnya pakai nama asli. Soalnya nggak ada yang make nama itu duluan, hahaha.


2. Merasa kayak tiang listrik karena tinggi badan


Okeh, sejujurnya tinggi badan saya masih terbilang normal, nggak tinggi-tinggi amat.
Tapi, tahu nggak sih, dulu saya pernah sampai tiap hari naruh buku atau benda apa saja di kepala dengan harapan saya jangan terlalu kayak jerapah.


Alhasil, bukannya tinggi badan berkurang, yang ada saya jadi sedikit bungkuk, lol.
Tulang leher bagian belakang saya tuh semacam agak bengkok ke depan, entah mungkin karena beban berat yang dulu saya taruh di kepala.

Oh iya, tinggi badan saya kurang lebih 167 cm.
Masih tergolong normal kan ya.

Tapi...
Kalau sekarang mah terasa normal, karena entah mengapa sekarang makin banyak orang yang tumbuh tinggi menjulang.
Mungkin karena hampir semua orang sejak dalam kandungan dicekokin beragam vitamin dan kalsium, jadinya banyak yang tumbuh tinggi menjulang.

Tapi di era tahun 90an hingga 2000an dulu, masih sangat jarang yang tubuhnya menjulang, terlebih dulu tuh saya kurus kerempeng banget.
Kebayang dong kalau saya berada dekat teman-teman saya yang tinggi badannya normal rata-rata orang Indonesia pada umumnya.

Saya keliatan kayak tiang listrik bener dah di antara mereka.
Iya gitu kalau cantik banget, duh saya yang dulu mah cupu, hahahaha.

Keminderan tersebut terus berlangsung hingga saya kuliah, sampai akhirnya saya punya pacar dan tahu kalau mantan pacarnya juga tinggi, tiba-tiba saya merasa bangga karena saya tinggi.
Dan pintar, bahahahaha (Rey mah selalu sensitif kalau bahas mantan pacarnya si pacar).

Sekarang? duh saya bangga dong ya.
Bagaimana enggak.
Meski jujur kesal karena nggak bebas pakai baju dengan harga murah, karena nggak muat.

Tapi saya bahagia karena tidak ada yang percaya kalau saya sekarang gendut, bahahaha.
BB saya tuh di atas 60 kg, dan semua orang bilang,
"Ya ampun Mbak Rey, gendut dari mana? orang proporsional gitu?"
Ih mereka nggak tahu kalau saya naik timbangan badan, timbangannya jadi ngambek dah, lolololol.
Iya, karena tinggi bada saya yang masih di atas rata-rata wanita Indonesia, lemak saya jadi tersamarkan, bahahahaha.


3. Betis yang kecil kayak belalang


Saya tumbuh besar dengan sering mendengar ejekan teman-teman sewaktu sekolah,
"Reyne, hati-hati jalan, nanti betismu patah, betis kayak belalang itu!"
Oh ya, teman SD dan SMP saya dulu memanggil saya dengan sebutan, Reyne (dengan 'e' lebar)


Sedih tahu nggak sih, gara-gara punya betis yang kecil.
Saya sering iri liat teman-teman yang betisnya normal bahkan cenderung besar.

Sekarang?

Saya nggak bisa menggambarkan betapa bahagianya saya dikasih betis kecil, karena betis ini juga yang menyamarkan lemak di badan, lololol.
Jelas saja saya terlihat langsing, karena betis saya langsing, jadi nggak kayak pemain bola, bahahaha.


4. Lengan kurang gizi dan tulang leher cekung


Waktu kecil, mama sering bawa pulang alat kesehatan di rumah, suatu hari saya lihat ada semacam meteran buat ukur lingkar lengan gitu.

Dengan pedenya saya ambil lalu mengukur lengan saya.
Ya ampun, saya masuk kategori kurang gizi, lol.

Saya tumbuh besar dengan perasaan iri melihat teman-teman yang lengannya berisi.
Sementara saya lengan hingga bahu dan bagian leher, rasanya nggak ada dagingnya sama sekali, apalagi lemaknya.

Tulang leher saya cekung, saking cekungnya bisa kali buat tempat sabun batangan kayak di kamar mandi, lol.

Sekarang?
Di saat teman-teman lain bete dengan BB yang bikin lengannya ikut membengkak,
Tulang leher dan lengan saya sungguh menyamarkan BB saya yang sesungguhnya, lololol.



Begitulah pemikiran anak gadis remaja yang tumbuh tanpa bimbingan orang tua secara mental, tumbuh besar dengan keminderan yang sebenarnya hanya karena ketidak tahuannya.

Mama saya tidak pernah menghibur saya, membesarkan hati saya untuk mencintai apa yang sudah Allah berikan.

Akan tetapi, karena pengalaman itulah yang mendorong saya, untuk selalu lebih perhatian kepada anak-anak saya.
Berusaha untuk selalu ada buat mereka, menyemangati mereka, mengajari mereka bagaimana mensyukuri apa yang sudah Allah berikan.

Karena bisa jadi saat ini kita benci sesuatu yang memang sudah jadi takdir kita untuk memilikinya, tapi beberapa tahun kemudian kita sadar, Allah tidak pernah salah menciptakan hambaNya, hingga ke masalah-masalah terdetailnya.

Apa yang ada di tubuh kita, sesungguhnya itulah yang kita butuhkan.

Kalau temans gimana?
Punya sesuatu yang dulunya bikin minder, sekarang malah bikin bangga?
Atau lebih tepatnya baru bisa melihat sisi positif dari apa yang diberikan Allah tersebut?

Share yuk :)

Sidoarjo, 26 Januari 2020

@reyneraea

24 komentar :

  1. Menurutku kalo kak Rey tinggi badannya malah itu bagus lho, apalagi kalo masuk ke rumah yang pintunya rendah, maka kalo masuk harus membungkuk dan tuan rumah pasti mbatin."wah Reyne sopan sekali ya, kalo masuk rumah membungkuk"

    Padahal kalo ngga membungkuk ya, kepala benjol kejedot pintu.🤣🤣🤣

    Baru tahu kalo namanya dari orang Minahasa, pantesan agak aneh padahal tinggal di Surabaya.

    Ya udah, ganti nama aja selametan jadi darwijem atau painem, kabuurrrr...🏃🏃🏃

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahahaha, iya ya.jadi sopan banget :D

      Hihihi iya, jarang orang surabaya asli namanya kayak saya :D
      Tapi diganti Painem juga serem yak, bisa-bisa kudu selametan sebulan hahaha

      Hapus
    2. Menurutku painem ngga serem, yang serem itu kalo ganti nama jadi Budi atau Satriani..🏃🏃🏃

      Hapus
  2. Menurut saya, nama mba Rey itu memang unik hahaha. Awal pertama mampir ke blog mba Rey, saya kira itu nama pena karena memang nggak pernah dengar atau lihat orang yang punya nama seperti mba Rey :D

    Kalau saya pribadi yang dulunya membuat minder tapi sekarang bersyukur adalah tinggi badan juga. Meski saya bukan tinggi seperti mba, melainkan petite alias cuma 158 cm saja tapi saya senang dengan tubuh pendek saya sekarang hahahaha.

    Dan saya juga dulu minder sama betis kaki saya karena seperti betis tukang kalau kata teman-teman, mungkin karena dulu lumayan suka sport (kalau sekarang disuruh jalan saja malas LOL) jadi betis saya agak besar dan muscular. Alhasil sering diejek teman-teman sepermainan kalau saya betis tukang. However sekarang bersyukur dan bangga karena shapenya nggak jelek-jelek amat hahahaha :))

    Ternyata kalau dilihat-lihat, apa yang kita syukuri agak berlawanan ya mba. Tapi jadi tau kalau setiap orang, punya preferensinya masing-masing dan memang nggak bisa dipaksakan. Sesuatu yang jelek menurut orang lain belum tentu jelek menurut kita dan begitu pula sebaliknya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha iyaaa, banyak yang nggak percaya, nanti pas minta KTP atau minta nomor rekening baru orang-orang kaget, dan bilang "loh, ini nama asli ya Mba?" hahahah

      Nah kan, aslinya kita tuh udah dikasih ama Tuhan apa yang kita butuhkan, jadi sebaiknya disyukuri, belum tentu juga kalau kita pengen kayak orang lain bakalan bikin kita happy kan ya.

      Penting banget kita mendampingi anak-anak agar mereka mencintai apa yang mereka miliki sekarang agar ngga tumbuh minder kayak saya :)

      Hapus
  3. Pertama kali liat blog ini dan langsung lucu sih baca namanya, hehe.. tapi bagus mba, unik. Nama saya juga nama cowok, haha..

    Barakallah mba, semoga tetap selalu bisa bersyukur dan istiqomah, aamiin..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, iyaa, saya pikir ini juga laki :D

      Aamiin, semoga kita selalu termasuk orang-orang yang bersyukur :)

      Hapus
  4. Kak rey, serius takkirain nama reyne raea ini nama pena dong, hihi
    Ga taunya nama asli
    Tp mnurutku bagus kok
    Klo di barat mungkin hampir seintonasi dengan rene ya hihihi #sotoy deh gw

    Tp beneran namanya menurutku bagus, bener2 terdengar modern diantara teman2 seangkatan pastinya

    Klo betis kecil dan lengan kecil itumah idamanku bingit huhuh...aku nih lagi pengen buang2 gajih alias lemak mengingat lengan n betis uda kayak apaan tau
    Efek pasca lahiran anak kedua, smpun deh badan jd makin menggembul zzz
    Tp klo betis kecil biasanya di tempatku diibaratkan betis rusa atau kancil haha
    Biasanya justru pinter olah raga lari nih klo yg punya betis bak kancil

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, kalau saya lihat nama Reyne itu banyak dipakai orang di Eropa, terutama Prancis, tapi pelafalannya pakai "e" yang lebar gitu.

      Hahaha modern tapi aneh say, dulunya saya beranggapan gitu :D

      hahaha, saya dulu kek belalang, jadinya sekarang endut nggak melebar banget, meski kalau naik di timbangan ya timbangannya merintih hahahah

      Hapus
  5. Kok rasanya berlawanan dengan aku ya? :D aku ini dulu ga PD karena ga tinggi..sama teman-teman sampai sekarang sering di ledek, lama ga ketemu masih segini aja? :D

    Tapi, asyiknya aku aku pendek kalau dpt cowok dulu selalu tinggi. Mereka cowok tinggi besar suka cewek imut konon :D

    Ingat pas nikah, pertama kali ketemu kakak suami yg di Jakarta dia nyeletuk "ya, msh aja yang imut-imut selerahnya". :D

    Pokoknya kalau masalah fisik, aku jauh dr sempurna. Semua itu bikin aku minder jaman sekolah alias remaja saja sih, so far setelahnya tidak.

    Masalah ekonomi, samalah karena aku jg lahir dari keluarga sangat sederhana. Cuma saat itu aku memutuskan untuk mandiri jadi, memang dengan kemandirian usia tersebut menambah rasa percaya diri juga.

    Happy to be me, sekarang :D

    Kalau nama aku msh no problem meski pernah protes juga hahaha. Belakangan aku tahu ternyata bundaku suka nama Yunani yg udah dikasih ke ponakannya dan Hanila (Hanila Parish) nama kota kecil tenang di Estonia. Dari sini aku mikir, aku punya anak namanya hrs punya makna dan islami karena dulu aku lumayan malu namaku ga ada artinya kaya teman2 hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, intinya memang kita harus didampingi sejak kecil ya, diberi semangat dan pengertian, bahwa apa yang kita miliki itu adalah yang terbaik buat kita :)

      Tapi beruntunglah, setelah dewasa kita malah bisa menemukan sendiri hal-hal positif dari yang dulu bikin kita minder :)

      Hapus
  6. Waktu sekolah (SMA), saya juga minder dengan berat badanku yang di bawah rata-rata, say 🤣. Dengan tinggi 157, BB-ku hanya 39 kg (bisa dibayangkan sekurus apa diriku pada saat itu), belum lagi betis, pergelangan tangan dan lenganku yang juga kecil (seperti belalang) 🤣🤣.

    Sekarang? Justru hal-hal itu yang bikin bersyukur karena ternyata hal yang dulu saya benci itu malah jadi idaman banyak wanita 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, sama berarti kita, cuman saya agak jangkung sedikit, waktu STM dipanggil kutilang darat, hiks :D

      Hapus
  7. 167 cm?

    Tinggi mbakkk... saya 160 ga ada.

    Sama kyk mbak nita, kirain reyne raea ini nama pena. Tebakan saya, nama aslinya rey, nama pena reyne raea. Terrrnyata...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, banyak yang ngira gitu, nanti liat KTP atau nama rekening baru orang percaya kalau itu nama asli :D

      Hapus
  8. Yaampun Mbak Rey, semua yang kamu minderin itu adalah hal-hal yang aku idam-idamkan lho. Soalnya aku tuh minder karena pendek dan gendut. Apa lagi ditambah paha dan betisku gede dan berotot layaknya pemain sepak bola. Haduuuuuuuh..

    Kalau masalah nama, waktu SMA namaku sering buat olok-olokan temen. 'Eh, bapakmu suka minum alkohol ya, makanya kamu dikasih nama rum,' gitu katanya. Padahal kan ayahku orang baik-baik.😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha bisa ajaaahh.
      Sebenarnya apapun kondisi fisik yang diberikan ke kita itu, udah merupakan yang terbaik buat kita ya, hanya saja mungkin kita jarang didampingi untuk selalu disemangatin biar lebih bersyukur :)

      Hapus
    2. Nah, bener tuh Mbak Rey. Kebanyakan orang kan gak PD dengan bentuk fisiknya. Yang putih pengen kulitnya rada gelap, yang kulit gelap pengen putih, yang gendut pengen kurus, yang kurus pengen gendut, yang rambut lurus pengen keriting, yang keriting rambutnya malah dilurusin, dan lain sebagainya. Terkadang awal mula rasa minder itu malah dari keluarga, yang kasih nama kecil atau nama alias seperti 'ndut' atau 'kriwul' gitu. Awalnya aku minder juga dari situ, Mbak Rey. Tapi setelah nikah akhirnya muncul rasa PD. Ternyata model seperti aku gini masih ada yang mau. Hehehe.😂

      Hapus
    3. Nah kan, bener tuh.
      Menurut keluarga lucu, padahal kitanya malah jadi malu dan minder :D

      Iya, aslinya setiap manusia itu istimewa, lah kan ciptaan Allah :)

      Hapus
  9. Kalo lengan kita sama Rey :D. Lenganku dr dulu kurus, tp skr malah jd proporsional. Ga kliatan gede yg bikin nampak gemuk :D. Padahal dulu aku ga PD blass Ama bentuk lengan Krn kesannya ceking.

    Trus kulit. Aku dr dulu gelap, dan sempet bikin minder karena diejekin temen2 ..tp skr ini, aku LBH bisa Nerima, apalagi gelap asal di rawat malah kliatan bagus dan ga pucat :D.

    EMG kebiasaan manusia itu jrg puas yaaa..aku akuin msh banyak hal2 yg bikin aku ga percaya diri dan berharap itu bis ditukar :). Tp untungnya nyali utk ngelakuin perubahan dgn cara oplas misalnya, ga kunjung muncul :p. Jd sampe skr baru mikirin oplas aja aku udh takut sendiri hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gelap dari mananya Mba? nggak gelap kok malah terlihat cerah :)

      Kalau saya waktu kecil putih, pindah ke Buton, gosong banget hahaha.

      Setelah kuliah baru mulai belajar dandan, mengenal bedak, baru agak keliatan jadi cewek.

      Tapi memang karena kondisi geografisnya juga sih, saya kalau pulang ke Buton itu jadi gosong banget.

      Eh ngomongin oplas, saya juga bersyukur banget Mba, karena meskipun dulu saya minder dengan beberapa kondisi tubuh saya, tapi nggak pernah berpikir mau oplas, soalnya teman saya ada yang gitu :D

      Hapus
  10. 167 cm !! tinggi mbak 7 cm dibanding saya.hahaha....,jadi.minder dong saya.hahaha....

    Saya juga mengalami rasa minder terutama pas sekolah dahulu, dan sekarang masih minder juga sih hahaha, apalagi koment di blog dng SS 1 % .😃😆😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha bisa aja Kang, laki mah selalu terlihat tinggi, jangan khawatir :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)