Tips Bijak Menyikapi Pertanyaan 'Horor' Saat Lebaran

Tips Bijak Menyikapi Pertanyaan 'Horor' Saat Lebaran

Sharing By Rey - Lebaran hanya tinggal menghitung hari saja, antara bahagia, excited sekaligus sedih bercampur aduk di dada.
Bahagia dan excited, karena akhirnya setelah 2 tahun pandemi dan merayakan lebaran idul Fitri dengan keterbatasan, sekarang lebih bebas.

Sedih, mengingat, sebentar lagi bakalan bertemu pertanyaan saat lebaran, yang biasanya sih menakutkan dan bikin baper, hahaha.

Etapi itu sih buat kebanyakan orang ya, kalau saya sih sedih karena nggak punya rencana apapun di lebaran nanti, jadinya saya membayangkan anak-anak bakalan tak punya memori khusus tentang lebaran di masa kecilnya.

Tapi it's oke sih, insha Allah saya bisa ciptakan momen lebaran yang lebih baik, dengan menyambutnya bersama-sama secara lebih fokus.


Pertanyaan Saat Lebaran yang Menakutkan dan Bikin Baper


Sudah bukan rahasia lagi ya, banyak orang yang deg-degan menyambut lebaran, karena membayangkan bakalan bertemu dengan pertanyaan-pertanyaan yang bikin baper, sekaligus kesal.

Tips Bijak Menyikapi Pertanyaan 'Horor' Saat Lebaran

Apalagi kalau bukan pertanyaan yang sebenarnya terdengar tidak sopan, buat banyak orang di masa kini.

Pertanyaan tersebut, biasanya dimulai dengan, "Kapan?"

Biar kata sebenarnya hampir bisa dipastikan, pertanyaa tersebut merupakan basa basi yang terbungkus candaan, tapi tak pelak juga menghujam hati terdalam, bagi yang mendapatkan pertanyaan.

Saya pernah menuliskan beberapa pertanyaan yang dilontarkan orang lain, khususnya keluarga atau teman di saat silaturahmi lebaran, dan bagaimana cara menyikapinya, yang pastinya anti baper.

Di mana, hampir keseluruhan pertanyaan tersebut sebenarnya mudah dijawab, asalkan kita bisa menyetir pola pikir kita dengan positif thinking, dan jadikan momen menjawab pertanyaan tersebut, sebagai tagihan minta doa, hahaha.

Sebenarnya nih ya, kalau dipikir-pikir, pertanyaan-pertanyaan itu masih masuk dalam area kesopanan sih, ya tentu saja menilik dari bagaimana kebudayaan kita sebagai negara yang penduduknya terkenal ramah.

Sayangnya memang, di zaman sekarang, pengaruh budaya barat, which is individualisme yang tinggi, makin menyeruak di pikiran dan gaya hidup generasi muda.
Sehingga, hal-hal yang sebenarnya normal dalam negara kita, namun nggak normal di negara lain, jadinya terkikis oleh budayanya orang barat.

Saya kadang berpikir, seandainya nggak ada lagi orang-orang tua, yang suka kasih pertanyaan ketika lebaran, entah apa yang akan terjadi di antara keluarga.

Ada yang udah nikah, kita nggak tahu.
Ada yang bawa anak, kita pikir dia adopsi anak.

Ye kan, dengan budaya menikah sederhana ala orang barat juga tengah merasuki pikiran generasi sekarang, bisa jadi menikah dengan diam-diam saja, undang keluarga inti saja.

Nggak pakai woro-woro pula, karena kalau kebanyakan berisik di grup keluarga, dinilai banyak bacot, hahaha.
Alhasil, ketemu di jalan, bahkan sampai udah tabrakan pun, nggak lagi saling kenal, saking kalau ketemu, yang dibicarakan cuman hal-hal yang formal, dan nggak boleh nanya hal yang pribadi.

Lebih parah lagi, ada yang kerjanya bidang tertentu, dan keluarga lain yang butuh bidang itu, malah cari ke orang lain, lantaran nggak tahu kalau ternyata ada keluarga yang kerja di bidang tersebut.

Dan yang lebih bikin baper misalnya, badannya makin gemuk karena memang gendut, dikira hamil.
Terus didoain biar sehat sampai lahiran langsung kan awkward kalau nggak tahu ternyata nggak hamil.

Saya pikir, sebenarnya pertanyaan-pertanyaan yang ditakutkan banyak orang itu, sebenarnya banyak loh manfaatnya.

Yang harus diperbaiki itu adalah gaya bahasa dan reaksi penanya atau orang sekitarnya.

Misal, nanya kondisi tubuhnya yang sedikit gemuk.
Bisa dengan kata-kata yang manis,
"Masha Allah, makin cantik aja, makin segar glowing nih! lagi hamil kah?"
Btw, ini pertanyaan baru saja saya lontarkan beberapa waktu lalu, ketika ketemu teman blogger, dia terlihat kayak sedang hamil, perutnya gede.

Saya kan pengen ngasih selamat dan doain, ternyata dia nggak hamil dong, memang gemuk, dan saya merasa sangat bersalah nanya gitu, tapi saya pikir, kan nggak salah ya, ada teman hamil didoakan dan disambut bahagia, hiks.

Nah, intinya, jangan lupa selipin kata pujian, puji setinggi langit deh, nggak rugi kok bikin orang bahagia dipuji.

Kalaupun ada pertanyaan yang bikin baper, setidaknya udah ketutup sama pujian di awal.
Dan yang lebih penting adalah, reaksi kita selanjutnya, serta reaksi orang-orang di situ.

Jika memang orang yang kita tanya itu ternyata nggak hamil, memang gemuk, which is gemuk adalah salah satu momok menakutkan bagi wanita khususnya. 

Maka reaksi kita selanjutnya sangat menentukan letak kesopanan, yaitu jangan lupa minta maaf dengan tulus, dan tambahkan pujian lebih banyak, untuk mengobati hatinya yang mungkin sedih merasa lebih gendut.
"Masha Allah, maaf ya, kirain hamil, kan saya senang bakal gendong bayi lucu lagi! Etapi beneran loh, manglingi banget, makin cantik, glowing, segar, makanya saya kira lagi hamil anak cewek, kan aura ibu hamil itu memang cantik banget!"
Nah, banyakin puji cantiknya, alihkan kesedihannya akan gendut menjadi hal-hal yang bikin hatinya meleleh dipuji cantik mulu, hahaha.
Dijamin kagak sempat sedih kan yang dengar.
Dan plis usahakan orang di situ, jangan malah menertawakan hal itu.

Demikian juga dengan pertanyaan menikah.
Iya sih itu hal pribadi, tapi kalau memang kita dengar kabar akan segera menikah, biar kita bisa siapkan waktu luang pas acara nikahnya, kan bertanya kapan nikah sebenarnya sah-sah saja.

Ya kecuali memang kita tahu, si dia nggak punya calon dan masih muda banget.
Barulah itu pertanyaan kurang ajar, hahaha.

Kalau mau aman lagi sih, ganti pertanyaan 'kapan', menjadi 'sudah'.
Misal, kita ingin nanya,
"Kapan nikah?"
Ganti jadi,
"Eh makin cantik aja, udah nikah nggak nih?"
Sekali lagi, dahulukan pujian dulu! 
Lalu siapkan kalimat reaksi yang manis.
Misal dijawab dengan ketus,
"Belum!"
Segera jawab,
"Wah keren nih, masih berdaya di hal lain, selain menikah, semoga makin sukses dan sehat selalu ya!"
Selain banyakin kata pujian, wajib diingat, hindari memberi nasihat, kayak,
"Duh kok belum nikah, nanti keburu tua loh!"
Nah itu letak ketidak sopanannya! hahaha.
Apalagi ditambah dengan membandingkan,
"Anak saya udah nikah loh, udah punya anak, bahagia pula!"
Hadehh... itulah masalah yang sebenarnya, bukan pertanyaannya yang ditakuti semua generasi muda, tapi reaksi setelah pertanyaan itu dijawab.


Tips Bijak Menyikapi Pertanyaan Saat Lebaran


Biar kata, kita udah sedemikian rupa menyerukan agar pertanyaan kolot nggak penting jangan ditanyakan, terutama reaksi setelahnya.

Tips Bijak Menyikapi Pertanyaan 'Horor' Saat Lebaran

Tapi balik lagi, kita nggak bisa menutup mulut orang untuk tidak bertanya dengan hal-hal yang nyebelin untuk kita dengar.

Karenanya, daripada bikin momen lebaran jadi momok yang nyebelin, mending kita siasati dengan atur pola pikir kita dengan baik, selain tentunya menyediakan jawaban yang lebih tepat sehingga tidak menimbulkan pertanyaan yang malah bikin kita kesal mendengarnya.

Kisi-kisi jawaban dari pertanyaannya bisa dilihat di postingan saya yang dulu ya, di sini

Nah selain itu, mempersiapkan mental, dan mengubah pertanyaan saat lebaran jadi sebuah keuntungan, wajib kita tanamkan.

Saya jadi ingat, beberapa waktu lalu, saya hadir di sebuah acara keluarga, yang namanya acara keluarga, tentu saja peluang ketemu keluarga besar akan semakin luas.

Dan memang, beberapa menyapa saya dengan ramah, ada juga ibu-ibu yang menyapa saya dengan kalimat yang kalau orang lain mungkin bakalan baper.
"Ya ampun Rey, lama nggak ketemu, sekarang makin gendut ya!"
Dasar saya memang fakir perhatian ibu, jadinya dikasih pernyataan kayak gitu, malah kambuh manjanya, hahaha.
Dengan merengek, saya membalas,
"Ih ibu, berarti saya jelek dong? gendut kan kayak jadi bulat, hiks"
Si ibu tersebut langsung memperbaiki dan menjelaskan maksudnya,
"Loh, ya enggak lah Rey, justru kamu makin cantik dengan badan yang kayak gini, makin seksi!"
Nah loh! udah dibilang cantik, seksi pula!
Auto merasa jadi Kim Kadarsian dah saya, wakakakakakak.

I mean, alih-alih baper, mending ubah suasana jadi lebih akrab dan tetap sopan, kalau yang bilang orang lebih tua, anggap aja kita anak yang pura-pura merajuk, dan hasilnya bakal lebih akrab dan pastinya bikin hati kita senang, karena dipuji.

Mungkin kunci saya adalah, banyakin muji orang, dan bikin orang memuji kita, biar suasana nggak awkward dan kaku.

Secara umum, saya sering menerapkan beberapa tips buat diri sendiri, untuk bisa menyikapi pertanyaan saat lebaran, menjadi lebih positif, yaitu:


Menganggap pertanyaan orang sebagai bentuk perhatian yang baik


Kebanyakan kan yang suka nanya, pertanyaan sadis atau komentar di pikiran kita sadis itu, adalah ibu-ibu jadul kan ye, tentu saja usianya kadang sebaya dengan mama saya.

Nah, untuk saya, daripada baper karena pertanyaannya sensitif, saya malah jadi meleleh karena menganggap si ibu sebagai pengganti ibu saya yang perhatian sama saya, hahaha.

You know lah, saya memang fakir perhatian orang tua, hanya karena saya memilih hidup jauh dari ortu. 
Bahkan, setelah bapak saya meninggal, saya udah kayak yatim piatu dan sebatang kara pula di negeri orang.

Bagaimana bisa saya jadi baper karena pertanyaan maupun pernyataan menakutkan dari ibu-ibu, sementara mama saya bahkan tak pernah mau tahu kabar saya, huhuhu.

Jadi gitu deh, saya menganggap, kalau orang yang bertanya itu, adalah sebagai bentuk perhatian yang baik. Biar kata mungkin ada yang bilang, kalau tidak semua orang benar-benar peduli, mereka hanya kepo.

Tapi itu kan pikiran mereka, kalau pikiran saya positif, yang untung kan saya juga, hahaha.
 

Menyikapi pertanyaan orang sebagai waktu terbaik berburu doa yang baik 


Hal ini, seperti yang saya tuliskan di post saya terdahulu dalam menyikapi pertanyaan saat lebaran, dengan cara membalikan pertanyaan mereka, dan menodong minta doa, hahaha.

Ini ampuh banget loh dan berbuah manis, saya pernah mengalaminya.
Waktu itu lebaran tahun 2016, saya bisa mudik dan berlebaran di rumah ortu di Buton.

Karena mostly keluarga kami di sana, tentu saja ketemu dengan keluarga besar, dan saat itu, anak kakak saya bahkan udah 3 orang, sementara saya baru seorang, si Kakak Darrell doang.

Dan tak pelak lagi, saya jadi bulan-bulanan pertanyaan dan pernyatan tentang,
"Kapan punya anak lagi?"
"Jangan hanya punya anak 1!"
"Kasih adek lah buat anakmu, udah gede itu!"
Dan semacamnya.

Mau bete, tapi hampir semua orang nanya begitu, dan daripada saya membuang kesempatan bertemu keluarga, which is nggak tentu juga setahun sekali bisa ketemu, saya balik aja keadaannya.

Dari yang awalnya saya merasa kayak diberondong, gantian saya berondong, minta doa mereka, bahkan maksa hahaha.
"Iya, belum dikasih nih, mungkin doa saya belum cukup kencang, tante/om/kakak/adik/nenek/kakek juga sih yang salah, jarang bahkan lupa doain saya kan?
Hayo ngaku!
Ayo sekarang doain saya biar bisa punya anak kedua, buruan! sekarang!"
Ditambah adegan suara menye-menye, yang nanya auto mental dan kelabakan, wakakakaka.
Dan saya nggak perlu jadi bete sendiri, hahaha.

Eh siapa sangka, entah mereka terpaksa mengaminkan doa saya kala itu, dan pas juga malaikat lewat kali (kalau kata mama saya, hahaha), tiba-tiba, pulang dari mudik, SAYA HAMIL LAGI DONG!

Sungguh sebuah keajaiban dari kekuatan minta doa, meski mintanya nodong, wakakakakakak.


Menyikapi pertanyaan orang dengan bijak dan tepat, sekaligus mengedukasi dengan sopan


Menghadapi pertanyaan sensitif buat kita, tapi enggak buat orang kebanyakan memang repot.
Tapi ingat, kita udah berjuang biar muka glowing, kerutan lambat-lambat aja deh datangnya, pakai segala usaha, pakai duit juga, dan we all know skincare bagus itu kebanyakan mahal!

Jangan sampai muka kita tambah kerutan, karena kita kesal dan marah-marah.
Selain itu, marah-marah atau cemberut dan jutek sama yang lebih tua tuh nggak baik juga, bikin kualat.

Karenanya, hadapilah orang yang lebih tua dari kita dengan lebih bijak, dan pastinya lebih sopan.
Caranya, dengan menjawab pertanyaan dengan tenang, dan sampaikan edukasinya dengan sopan.
Misal,
"Kapan nikah?"
Jawab aja,
"Pengennya sih besok Tan/Om/Kak/Nek/Kek/Pak/Bu, tapi pasti tau kan, bahkan daun jatuh aja atas kehendak Allah, apalagi menikah.
Jadilah yang bisa saya lakukan hanya berdoa dan sabar menjalaninya"
Lelah sih mungkin mengulangi jawaban sepanjang itu, tapi kalau kita tenang, yang lain juga bakalan lebih menghargai kita kok :)


Demikianlah, intinya sih lebih tenang dan bijak aja menyikapi semua pertanyaan sensitif dan menakutkan saat lebaran.

Insha Allah, kita bisa melewati lebaran dan silaturahmi dengan bahagia dan penuh berkah, aamiin.
Jadi, ada yang masih takut menghadapi pertanyaan saat lebaran nanti?


Sidoarjo, 30 April 2022

Note: Tulisan ini diikut sertakan dalam 'BPN 30 DAY RAMADAN CHALLENGE 2022' Day 30 dengan tema 'Bebas (Pertanyaan saat lebaran)'. Tulisan lainnya bisa dibaca di label 'BPN Ramadan 2022' 

11 komentar :

  1. Pertanyaan kapan nikah, padahal pertanyaan yang simpel banget dan jawabannya juga simpel tapi kenapa kesan horor banget saking horornya saya pernah membaca berita ada orang dibunuh gara-gara bertanya kapan nikah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sampai separah itu ya, mungkin yang nanya biasa, tapi reaksi setelah dijawabnya bikin kesel :D

      Hapus
  2. iya nih sekarang momen ngumpul sama keluarga besar terkesan kayak momok
    dari awal kayak pertanyaan "lho kok,........", lahhh sport jantung hahahaha
    kadang aku jawab sambil cengar cengir, dan berlalu gitu aja

    BalasHapus
  3. Horror Hari raya lebaran...😁😁 Saya pernah ngalamin dulu sewaktu teman2 seangkatan saya sudah pada menikah. Sedangkan saya masih jadi jomblo abadi kala itu, meski tak kesepian karena punya banyak pacar, tetapi kata "KAPAN" Tetap Horor dimata saya kali itu, bahkan cuma karena itu saya ogah dekat2 sama teman yang sudah menikah.

    Tetapi karena sering diterror dengan hal seperti lama kelamaan saya jadi membuat jadwal kala hari raya lebaran, Siapa2 yang harus saya kunjungi, bahkan saudara saya yang mulutnya comel pun saya masukan daftar hitam untuk tidak dikunjungi.

    Tetapi lama-kelamaan saya stres sendiri, akhirnya mencoba berpikir waras, karena sampai kita sudah menikahpun si 'KAPAN' Masih tetap terus ada meski dengan topik yang berbeda.

    Memang hal begitu harus kita sikapi dengan jawaban yang sopan, meski terkadang hal begitu ogah diterapkan oleh para jomblo, mereka lebih senang mengurung diri dirumah atau menghindari yang namanya silatuhrahmi.😁😁

    "Kapan tambah anak lagi"...."Gemukan kamu sekatang yaa, senang terus yaa"... "Kapan menikah lagi biar istrimu jadi 3".😳😳 Kira2 pertayaan itu ada nggak dihari raya mak Rey??🤣🤣🤣

    "Kapaan"....Kapan-Kapan kita pacaran lagi mungkin lusa atau dilain hari.🤣🤣🤣🏃🏃

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakakaka, kapan...kapaannnn... kita menikah lagi.
      Jangan nikah mulu dah, ribet :D

      Tapi memang ya, pertanyaan paling basa basi banget dah nanya kapan nikah itu :D

      Hapus
  4. dulu sempat KZl sekarang klo pas lebaran dan ditanyain kayak gitu aku jadi berasa kayal artis penting
    artinya kehidupanku penting di mata orang sekitar
    makanya biasanya aku sambil guyon bilang mau konferensi pers ala-ala selebritis terkait kehidupan pribadiku
    trus aku kasih tau mau apa aja dalam beberapa waktu ke depan
    seperti rencana liburan, staycation, investasi, dll
    lumayan bisa buat konten hahahhahahaa

    BalasHapus
  5. Aku pernah ada di fase ini juga mbak Rey, karna aku emang merit umur 29, umur segitu di kampung udah dicap perawan tua bgt, udah hampir lapuk hahaha, kasian ya pola pikir orang kampung, umur dijadikan patokan buat nikah.

    Aku selalu jawab, ya doain aja, gitu aja, Tapi nih, aku paling sebel kalau ada tetua yg bilang, cpt nikah, jgn lama2, kasian orang tuamu pengen cepet punya cucu, jgn cari duit mulu, rejeki ada yg atur, blablabla

    Jujur aku males bgt ndengerinnya, bac*t doang, ngasih solusi kagak, kecuali kalau dibelakangnya ada embel2nya, nanti kalau pesta aku yg nyumbang cateringnya, nanti aku modalin tanah buat bangun rumah, gitu mending ya agak solutif hahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwkw, aslinya yang bikin kesal itu nasihat atau reaksi setelah kita jawab ya.
      Jangan kerja mulu, cepat nikah, bla bla bla.
      Padahal dia yang salah, sapa suruh nggak nyuruh Tuhan kasih maju waktu nikah aja, ye kan!
      Kenapa kita yang disalahkan, sementara nikah itu udah ditentukan yang di atas :D

      Hapus
  6. Udh ga Nemu pertanyaan2 gitu sih Rey kalo skr 😂.. jadi aku udah aman.. biasanya kalo sampe ada yg nanya kapan ketiga, itu beneran kepo maksimal orangnya 🤣🤣..

    Naaah aku sukaa nih kalo macam cara kamu di atas, pertanyaannya diubah juga, jadi kesannya ga Julid.

    Tapi kalo pertanyaan ttg hamil, jujur aku memang tersinggung . Dulu pernah dikira hamil. Masalahnya badanku walo kurus, tapi lemaknya itu nempel di perut dan paha 😅😂. Jadi mungkin waktu itu orang yg nanya jadi mikir aku hamil 3 bulan 😄. Ga gendut banget tapi sedikit mlendung 🤣. Sebel sih, tapi yg ada aku jutekin orangnya wkwkwkwkw..

    Tapi positifnya, kalo ada yg mikir gitu, malamnya aku langsung workout gila2an, dan jaga makan lagi 😅.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakakakkaak, astagaaaa Mba Fan, jadi merasa bersalah lagi deh ingat mulut saya yang ember ini, hiks.
      Tapi beneran loh, saya nanya si Mbaknya itu kemaren, karena perutnya memang terlihat gede, pengen saya selamatin karena hamil lagi, ternyata dia nggak hamil.

      Dan dasar saya ember atau gimana ini, saya pastikan lagi.
      "Eh serius beneran nggak hamil?"
      Dia sampai sumpah-sumpah nggak hamil, dan kumerasa pengen terjun ke dasar kolong tempat tidur, nggak enak banget takut dia kepikiran hiks.

      Semoga dia nggak kepikiran sih, karena sejujurnya niat saya tuh cuman mau kasih selamat, hiks.

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)