Tentang Sekolah Ibu, Hengky Kurniawan, Dan Perceraian

Ide Hengky Kurniawan tentang sekolah ibu

Sharing By Rey - Sekolah ibu, sebuah ide dari hengky Kurniawan, sang wakil bupati Bandung Barat yang jadi viral.

Jadi, postingan kali ini terinspirasi oleh kehebohan yang baru saya tahu siang kemarin melalui Instagram.



Bermula dari seorang teman yang saya follow di Instagram @reyneraea (eh yang belum follow cuss deh di folow, saya auto follow back banget buat blogger, asal jangan di unfol setelah saya folback, lol) milik saya, tentang postingan seseorang mantan artis yang sekarang jadi Bupati, eh bener ya Bupati? atau wakilnya? kudet mah saya (setelah intip akunnya ternyata dia wakil bupati Bandung Barat)

Iyaaa, si Hengky Kurniawan, mantan aktor ganteng dari Blitar yang juga mantan duda tapi sudah LAKU.

Sengaja, kata 'laku'nya saya tulis dengan huruf besar, biar orang-orang yang baper dan menganggap wanita itu barang jualan, jadi senang, karena ternyata lelaki juga bisa dikatakan barang jualan, lol.


Masalah Sekolah Ibu


Jadi, setelah melihat postingan di insta stories teman tersebut, saya lalu mengunjungi akun Hengky Kurniawan, dan memang benar, di sebuah captionnya beliau membahas tentang Sekolah Ibu
"Dari 5 - 30 November 2018, Kasus perceraian di KBB sebanyak 244 Kasus. Kalo di rata2 berarti setiap harinya ada 9 - 10 orang yang mendaftarkan perceraian. Ini menjadi masalah yang serius bagi kami Pemerintah Kabupaten Bandung Barat.
InshaaAllah di tahun 2019 kami meluncurkun Program “ Sekolah Ibu “. Tujuan didirikanya sekolah ibu untuk memberikan pemahaman tentang berumah tangga, bagaimana menghadapi suami, bagaimana berkomunikasi dengan anak - anak kita yang beranjak dewasa, dan banyak materi lainya yang nanti akan diajarkan di sekolah ibu. InshaaAllah “ Sekolah ibu “ tidak akan membosankan.
Ibu - ibu makin sayang suami, kompak dengan anak, dan tentunya keluarga akan lebih bahagia. InshaaAllah…. @aa.umbara @ridwankamil @humas_kbb @bimaaryasugiarto
( note : tidak ada yang menyalahkan ibu dalam kasus perceraian. Program sekolah ibu berhasil menekan angka perceraian di kota Bogor. Seperti yang Kang Bima sampaikan ke saya waktu study banding. Ibu2 yg tadinya menuntut cerai suaminya akhirnya menarik gugatan cerainya setelah mengikuti sekolah ibu. Tentu ini program baik yang bisa kita contoh. Pematerinya dari kalangan profesional, psikolog, dosen, profesor, polwan, wanita karier yg sukses. Dan program ini mendapatkan apresiasi dari Bapak Gubernur.
Bila ada yg salah dalam pemahaman atau kurang berkenan, mohon dimaafkan ) Haturnuhun..."
Demikian kira-kira caption di foto sang wakil bupati yang diunggah pada akun instagramnya @hengkykurniawan tanggal 28 Desember lalu.

Pada foto tersebut, sepertinya sengaja komennya di non aktifkan, untuk mengantisipasi jari-jari netizen yang tajam, khususnya para istri yang lagi kesal ama suaminya, biasanya lebih pedas tuh marah-marah di akun orang, wakakakakaka *ups!

Btw, sengaja tidak saya berikan link ke Instagramnya, biar pada gak kabur ke sana, sini dulu dong, kita bahas masalahnya bersama-sama haha.

Sedih rasanya melihat komentar-komentar para ibu di semua foto sang wakil bupati, bahkan banyak banget yang kirim notif ke istri sang wakil Bupati, katanya dia menikahi suami yang patriarki.
Dududuuuu... apa gak malu ya mereka, dengan komen seperti itu, sama saja sedang curhat kalau suaminya yang patriarki, ups.


Sebenarnya menurut saya, caption sang wakil bupati gak ada yang salah, biasa dan normal saja.

Di awal-awal kan sudah dijelaskan bahwa, kalau dirata-ratakan ada sekitar 9-10 orang ISTRI yang menggugat suaminya di pengadilan, alias yang ingin bercerai itu adalah istri, bukan suami.

Itu berarti, ada masalah yang mana istrinya sudah gak tahan, dan ingin melepaskan diri dari ikatan pernikahan.

Apa itu salah?

SANGAT TIDAK SALAH!
Jika dinilai dari sisi wanita, karena istri juga manusia, berhak atas kebahagiaan, berhak atas hidup yang lebih baik (mungkin, iya saya bilang mungkin, karena siapa coba yang bisa menjamin seorang istri bercerai bakalan jadi lebih baik lagi?).

Tapiiiii...
Kalau dilihat dari sisi anak, beda lagi ceritanya.

Oke, sebelum bahan masalah perceraian, saya jadi ingin mengulik masalah sekolah ibu lebih dalam lagi, meskipun terus terang saya hanya bisa mengetahui infonya dari postingan sang wakil bupati tersebut.
"TAK KENAL MAKA TAK SAYANG… Kenali dulu baru, muncul rasa sayang.. Sekolah ibu adalah bentuk perhatian pemerintah kepada ibu - ibu, agar lebih mandiri, terampil, memiliki percaya diri dan sukses dalam menjaga rumah tangga. Sekolah ibu sukses di kota bogor, dan dapat menekan angka perceraian.
Kurikulum / materi yg diajarkan di sekolah ibu begitu banyak, menarik dan tidak membosankan. Begitu banyak ibu-ibu yang ingin masuk di sekolah ini. Pematerinya pun dari kalangan profesional, psikolog, dosen, profesor, polwan, sampai wanita karier yang sukses untuk mengajarkan kewirausahaan.
Tidak ada yang menyalahkan ibu-ibu dalam kasus perceraian. Justru steatment itu mucul dari opini netizen. Program sekolah ibu mendapat apresiasi dari Bapak Gubernur Jawa barat Kang @ridwankamil.
Dan inshaaAllah akan menjadi program provinsi Jabar. yuuuks datang dan kenali sekolah ibu.. Peace n Love…( note : bila ada penjelasan yg kurang berkenan tentang program sekolah ibu, mohon dimaafkan. Haturnuhun ) @bimaaryasugiarto @ridwankamil"

Jadi..
Sekolah ibu sebenarnya sudah ada terlebih dulu di Bogor, sejak Juli 2018.
Dan selama itu, sudah banyak banget ibu-ibu yang ikutan sekolah tersebut sehingga terbukti sukses menekan angka perceraian di kota Bogor.

Bahkan di bulan Oktober 2018 lalu, ribuan emak-emak di Bogor lulus sekolah ibu dan diwisuda bareng-bareng.

Menilik dari kesuksesan program pemerintah Bogor ini, membuat daerah lain mulai melirik dan mengikuti jejaknya.


Awal Mula Sekolah Ibu Di Bogor


Dari berbagai pemberitaan, saya dapatkan info bahwa sekolah ibu awalnya diprakarsai oleh Yane Ardian, istri cantik walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto, dan awalnya memang diadakan untuk memberikan perbekalan bagi ibu-ibu yang sedang punya masalah rumah tangga dan berada di ambang perceraian.

Setelah memberi perbekalan sebanyak 18 modul materi, di akhirnya para ibu yang mengikuti sekolah tersebut di wisuda sebagai tanda kelulusan.
Saat wisuda tersebut, ada puluhan ibu yang menangis dan berterimakasih pada ibu Yane, karena berkat sekolah Ibu, pernikahan mereka terselamatkan.

Melihat kesuksesan tersebut, sekolah Ibu lalu diduplikasi ke 68 kelurahan di Bogor, sehingga akhirnya bisa menelurkan banyak ibu-ibu yang lulus dari sekolah tersebut dan berhasil menyelesaikan masalah rumah tangganya.
Baca : Selamat Hari Perempuan Nasional, Jadilah Sosok Anti Baper Bin Anti Julid

Nah kan, sekolah ibu sudah ada sejak lama, serta sudah menyelamatkan banyak rumah tangga melalui seorang IBU atau istri.

MENGAPA SEKARANG BANYAK YANG PADA KESAL DAN CURHAT MARAH-MARAH DI AKUN SANG WAKIL BUPATI BANDUNG BARAT??
MENGAPA HAH? lol!


Rumah Tangga dan Perceraian


"Mbak Rey, aku kesal sama suamiku, dia itu seenaknya sendiri, egois"
"Egois gimana?"
"Dia tuh maunya seenaknya sendiri, bahkan terang-terangan berkata, tidak suka dilarang-larang, dia maunya terserah dia, mau main ke mana, sama siapa, pulang kapanpun yang dia mau"
"Astagfirullah, suami turunan apa itu? batu? wkwkwk, eh maaf, maksudnya mengapa gak diajak ngobrol baik-baik saja, dari hati gitu, pas suasananya lagi enakan gitu"
"Bagaimana bisa ada suasana enak, orang dia sesuka hatinya pergi dan pulang"
"Ya itu dia, pas dia pulang, kasih servis yang terbaik, setelahnya ajak ngomong baik-baik"
"Sudah mbak, tapi dia gak mau denger, dia malah tidur ngorok"
"Terus kamu gimana loh"
"Aku ya gak mau diginikan terus, hiks"
"Ya udah, tinggalin aja, urus cerai" (astagfirullah, mulutnya Rey emang sadis)
"Seandainya masalahnya sesederhana itu"

Percakapan di atas adalah penggalan bicara antara saya dengan teman saya yang gak mungkin saya buka namanya di sini.

Iyaaa... saya sering banget terpaksa sedekah telinga, mendengarkan keluh kesah teman-teman, atas berbagai masalahnya.

Bukan karena saya merasa lebih hebat, tapi saya tahu rasanya berada di posisi punya masalah dan gak ada tempat berbagi.

I told you!
Pernikahan itu tidak mudah!
Gak usahlah ya membicarakan pernikahan teman saya tersebut yang posisinya mereka belum punya anak, tapi suaminya agak-agak eror gitu.

Teman saya gak mau bercerai, bukan karena dia bodoh, tapi bercerai itu tidaklah mudah.

Banyak hal yang harus diperhatikan.
Salah satunya orang tua kita.

Siapa sih orang tua yang gak sedih anaknya bercerai? terlebih orang tua yang anaknya perempuan.
Punya anak, menyandang status janda pastinya sangat berat.

Mungkin si pelakon janda bisa cuek dengan berbagai mulut usil orang.
Tapi pernahkah dia mencoba mengerti perasaan orang tuanya?

Yang khawatir anaknya salah langkah.
Baca : Memutus Rantai Pelakor
Itu belum terhitung kalau yang bercerai itu sudah punya anak.
Amat sangat jarang ada lelaki yang peduli sama anaknya setelah mereka bercerai, terlebih kalau si lelaki sudah memulai hidup baru.

Bahkan sebaik-baiknya ibu tiri, masih lebih baik ibu kandung yang cerewet dan galak deh.

Meskipun mungkin ada juga ibu tiri yang (terlihat) baik.
Demikian juga ibunya, kalau ibunya sudah menikah lagi, sangat jarang anak bisa diperhatikan, terlebih kalau sudah punya anak lagi, dengan kondisi ekonomi pas-pasan pula.

Ujung-ujungnya anak jadi anak terbuang di rumah eyang atau kakek neneknya.
So i told you, bercerai itu gak lebih indah dari ego kita saat masih menikah.


Pola Pikir Siapa Yang Salah?


Saya, adalah seorang perempuan yang masa kecilnya penuh dengan pertengkaran orang tua, saya tumbuh jadi wanita yang complicated.
Saya keras kepala, pemarah, segala sesuatu harus sempurna, dan tidak suka adanya kesalahan.

Thats way, saya beneran takut untuk menikah.
Karena saya tahu, jarang ada orang yang bisa tahan hidup dengan saya.
Saya menolak beberapa lelaki yang bahkan perjuangannya mendapatkan saya jauuhh lebih besar ketimbang suami saya.
Bahkan lelaki yang saya tolak punya masa depan yang jauh lebih cerah.

Lalu mengapa saya mau menikah dengan suami saya sekarang?

Karena sebelumnya saya sudah bersama dia selama 8 tahunan, saya sudah berkali-kali mengetes kesabarannya, berkali-kali mengetes keputusannya, dan si pacar selalu menomor satukan saya.

Nyatanya?
Baru seminggu menikah, si suami langsung berubah dong.

Bayangin, 8 tahun pacaran dia tahan, dan baru seminggu menjadi suami dia langsung berubah jadi orang yang sama sekali tidak saya sukai cara berpikirnya.

Lalu, apakah saya memilih cerai?

Jujur dulu sempat terpikirkan hal seperti itu, sampai-sampai saya menciptakan momen selingkuh.
Baca : Ketika Rey Selingkuh
Tapi ternyata, chemistry yang tercipta selama 8 tahun itu sulit dipisahkan dari kami.

Lalu apakah masalahnya selesai?
ENGGAK, hahaha

Sampai sekarang, kami masih sering bertengkar, tentunya berawal dari saya yang ngomel, terlebih sekarang saya lebih capek karena mengurus 2 orang anak, yang mana keduanya berada di fase yang berbeda dan tentu saja membutuhkan keahlian dengan cara yang berbeda dalam menghadapi salah satunya.

Rasa capek itu memicuh saya sering ngomel, dan tentu saja lama-lama suami capek dengarnya, lalu menjawab omelan saya, lalu saya makin marah deh hahaha
Baca : Suami Nyebelin Tapi Ngangenin
Setiap kali bertengkar, saya selalu mengeluhkan betapa saya capek banget menghadapi suami.
Masalah terbesarnya adalah, beliau tidak mampu berkomunikasi dengan baik, yang bisa dia lakukan adalah diam, mendengarkan saya ngomeeeellll panjang lebar, tanpa ada satu jawaban.
Giliran saya suruh jawab, you know apa yang keluar dari mulutnya?

Semua hal-hal yang bikin saya pengen pingsan saja rasanya.
Saya udah ngomong panjang lebar, eh beliau nangkapnya salah.
Terus, apa kabar mulut saya yang sudah keram ngomong berjam-jam itu huhuhu.

Seperti beberapa waktu lalu saya mengeluh, bahwa saya butuh psikiater deh, karena saya selalu merasa ada yang aneh dengan diri saya, agar saya bisa berdamai dengan masa lalu saya, agar saya bisa lebih sabar menghadapi anak dan khususnya suami.

Agar saya bisa mengubah lelah saya menjadi lillah karena Allah dengan ikhlas tanpa tapi.

Dan you know apa jawabannya?

"Mami itu terlalu berlebihan, orang dulu itu gak ada yang pakai psikiater, kalau ada masalah ya minta tolong sama orang tua kan bisa"
LANGSUNG KELUAR TARING SAYA, lol.

Kalian tahu gak sih rasanya? jadi ibu yang lahir di tahun 80an, menjalani masa kecil yang kolot, dan berusaha membaur di zaman milenial kayak sekarang, agar bisa mendidik anak-anak sesuai zamannya.

Lalu pasangan hidupmu masih setia dengan teori JADOEL yang juga merekomendasikan sesuatu yang amat sangat tidak kompeten (mohon maaf, bukan maksud meremehkan).

Tapi orang tua mana tuh yang dimaksud?
Orang tua saya?
Kalau orang tua saya tahu masalah rumah tangga kami, tahu saya sering menangis, dijamin si pak suami ini ditenggelamkan di lumpur deh ama bapak saya, lol.

Atau orang tua dia?
Kami pernah punya masalah besar tahun 2015 lalu, masalah orang ketiga.
Dan you know apa kata orang tuanya?
"Ah biasaaa itu Rey, laki-laki emang suka menggoda wanita lain kalau ada masalah, tapi itu cuman main-main saja kok, gak ada yang serius"
Setahun kemudian, anak perempuannya menangis, karena suaminya kegoda WIL.
Hmmm....
Baca : Ketika Suami Curhat Dengan Istri Orang

Oke skip, kembali ke masalah utama.

Jadi, tujuan saya (terlihat) membuka aib padahal aslinya berbagi pengalaman agar jadi pelajaran bagi orang lain ini adalah, agar orang bisa mengerti.
Kalau hal yang paling sulit dalam rumah tangga itu adalah POLA PIKIR.

Entahlah, mungkin salah saya juga yang jarang membolehkan suami berkumpul dengan temannya.
Akhirnya pola pikirnya sulit berkembang.

Makanya Rey, kasih dong suami kebebasan.
Lah gimana mau dikasih kebebasan? baru aja dikasih kepercayaan dikit, tindakannya udah jauh banget.
Lagiaaann, saya GAK SUKA ama kebanyakan tingkah teman wanitanya.
Baca : Etika Bergaul Dengan Suami Orang
Yang gak sungkan sentuh-sentuh suami saya, yang merasa kalau suami saya itu masih sama kayak dulu waktu SMA, woiiii, itu sudah berstatus suaminya Rey oiiii, si wanita singa yang bakalan mencakar kalau suaminya digoda, lol (yang dicakar suami sendiri sih, ogah ngotorin tangan buat cakar wanita lain, lol).


Berkaca Dari Masalah Rey


Dari masalah saya tersebut, menurut teman-teman, siapa yang seharusnya ikut sekolah rumah tangga?

Pastinya kami berdua kan?
Saya agar bisa lebih jadi istri yang sabar dan memahami suami.
Dan suami agar bisa jadi suami yang lebih cerdas dalam menghadapi istri di zaman milenial sekarang
Baca : Alasan Istri Terlihat Matre! Dan Solusinya
Tapiiii, plisss deeehhh, macamnya getooohh suami saya mau diajak sekolah kek gitu???
Orang diajak ke psikiater aja, anterin saya aja loh, beragaaammm alasannya, apalagi diajak sekolah banyak orang gitu?
Yang ada kami berantem lagi gegara saya maksa beliau ikut sekolah tersebut.

Sama dengan kasus permasalahan rumah tangga teman saya di atas tadi, bagaimana bisa suaminya diajak ikut sekolah, kalau diajak diskusi aja gak mau??

Lalu gimana dong??
Kalau gitu terus kan MENDINGAN CERAI???

Duuuhh, amit-amit deh, semoga Allah masih memberikan izinNya agar saya berjodoh dengan suami yang manis tapi nyebelin ini.
Demi anak-anak saya, demi orang tua saya, demi cinta saya pada suami nyebelin ini *uhuk.

Solusinya gimana?
Karena MERUBAH POLA PIKIR SUAMI adalah hal yang amat sangat sulit, dan sudah terbukti hampir 10 tahun saya belum pernah menemukan solusinya.

Jalan satu-satunya adalah, merubah pola pikir saya sendiri.
IYAAA...
NGAPAIN JUGAAA SULIT-SULIT MERUBAH POLA PIKIR ORANG YANG AMAT SULIT?
Mendingan ubah dulu pola pikir kita.
Alias memperbaiki diri dulu.

Bagaimana caranya?
Salah satunya bisa dengan mengunjungi psikiater, atau bisa juga melalui SEKOLAH IBU yang jadi happening itu gegara di hujat banyak perempuan.

Makanya, saya tuh heran banget dengan orang-orang yang pada kebakaran alis eh apa dong yang kebakaran, wanita gak punya jenggot kan ya, sama caption hengky Kurniawan.

Padahal beliau sama sekali gak bermaksud menyalahkan perempuan dalam kasus perceraian.

BELIAU CUMAN MENGUTIP KEBERHASILAN PEMERINTAH BOGOR DALAM MENEKAN ANGKA PERCERAIAN.
Salah satunya ya dari sekolah ibu itu.

Atuh maaahhh, siapaaa juga yang mau mengucilkan kita sebagai wanita???

Siapa pula yang mengatakan WANITA DI BRAINWASH sampai jadi budak lelaki?
Subhanallahhhh... sedemikian rendahnya kita menilai diri kita sebagai istri???

Memang, saya akuin, ada beberapa lelaki yang pantas dimusnahkan di bumi ini gegara tingkahnya yang mirip hewan *ups maaf, terutama lelaki yang hidup di atas ketiak istri dan tau beres aja.

TAPIIIII...
GAK SEMUA PERCERAIAN ITU KARENA SUAMINYA SAMA KAYAK SUAMIMU YANG GITUUHHH, *eh

Gemes sayaahhh hahahaha..

Pada kenyataannya, banyak banget perceraian, karena pola pikir.
Salah satunya kayak masalah saya yang pola pikirnya gak ketemu mulu.

Eh tapi saya gak mau cerai yaaa...
Enak sajaaahh hahaha

Sedih banget melihat zaman sekarang, banyak influencer yang rumah tangganya gagal, lalu menyamaratakan masalahnya kepada semua masalah orang.

Padahal, coba baca Al-quran surat An-Nisa.
Oh ya, baca artinya yaa.. terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Dijamin kita bakalan kejang-kejang dengan aturan Allah.

Mau ngomong apa lagi???
Itu kata Allah loh, bukan kata saya, atau kata influencer yang masih piyik, baru berusia belasan bahkan 20an tahun, yang baru menikah 1-5 tahun.

Coba juga tanya ke ibu kalian, yang sudah menjalani pernikahan selama puluhan tahun.
Tanya pada kakek nenek kalian yang masih mesra sampai gigi mereka sudah palsu dan rambut memutih itu???

Apa selama perjalanan pernikahannya itu hidupnya dipenuhi bunga-bunga?
Apa suaminya gak pernah menyakiti mereka?
Apa suaminya gak pernah gila?

Pastilah pernah.

Tapi itulah seni menikah..
Menikah adalah ujian hidup bersama hingga maut memisahkan.
Bahkan sampai saat ini, meski saya gemeeeeesssss pengen jewer kuping suami yang kolot banget ini.
Saya selalu menempatkan beliau di nomor satu list doa saya loh.

Dan iyesss... saya masih berdoa agar saya berjodoh sampai di Surga nanti, aamiin.

Inti dari tulisan yang makin gak jelas ngalor ngidulnya ini adalah...

  1. TIDAK PERLU BAPER AKAN ADANYA SEKOLAH IBU, SUDAH BANYAK ANAK YANG TERSELAMATKAN DARI PERPECAHAN AYAH IBUNYA DARI SEKOLAH IBU.
  2. PARA WANITA YANG MENGIKUTI SEKOLAH IBU MEMANG DI BRAINWASH OTAKNYA, TAPI BUKAN UNTUK JADI BUDAK LELAKI, TAPI AGAR BISA MENGATUR LANGKAH BUAT MENAKLUKAN SUAMINYA DENGAN CARA YANG LEBIH ELEGAN DAN LEBIH BERKAH, INSHA ALLAH.

Haduh, sudah ahh..
Mohon maaf jika ada yang gak sependapat dengan postingan ini.
Karena kesempurnaan adalah milik Allah semata, dan kekurangan semua ada pada saya.

Dan sebagai hambaNya, saya hanya ingin bisa hidup bahagia, berbakti dengan bahagia pada suami.
Karena kunci kita dengan surga itu amat sangat dekat.

Cukup berbakti pada suami, dan pastikan suami kita pantas kita beri kebaktian kita, dengan cara CARI CARANYA yang benar hehehe.

Sudah ah..
Semoga ada hal positif yang bisa dipetik, aamiin

Semoga manfaat :)


Sidoarjo, 30 Desember 2018

@reyneraea


Reyne Raea

118 komentar :

  1. Baca tulisan Mbak ini membuat saya lupa dengan kerjaan lain, abissss enak sih bacanya, hehehehe....

    Banyak sich unek2 saya tentang tulisan Mbak yang kocak ini, salah satunya tadi , saya sempat bergumam dalam hati " kok tulisan dari Mas Hengki ngk di sambungkan ke URL Akunnya " ?

    eeeee..ternyata ada jawabannya ' biar pembaca ngak kabur ' hahahahahh..... luchuu banget.... soalnya bisa nebak isi pikiran pembaca.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwwk, iya mas.
      Biasanya kan kalau dimunculin di awal, orang udah kepo ke akun ybs duluan
      Pada kabur deh hehehe

      Hapus
  2. Pertama dan utama sekali (eh kok kayak pidato) saya baru tahu kalau Hengky Kurniawan itu Bupati Bandung Barat, haha. Ya ampun kemana aja, padahal saya tinggal di Bandung tapi nggak update sama sekali dengan kabupaten sebelah, haha.

    Tentang netijen, emang gitu sih Mbak, pada cuma lihat masalah sekilas tanpa mengenali masalah seluruhnya, terus langsung aja komen. Tambah lagi pada malas baca.

    Saya sepakat dengan Mbak Rey bahwa program sekolah ibu ini bagus. Apalagi materinya bagus-bagus gitu. Kan lumayan banget kalau bisa belajar banyak. Saya mau deh ikutan kalau bisa.

    Ya kalaupun ada ibu-ibu yang merasa disalahkan, menurut saya berarti emang ada yang salah pada dirinya, hihi. Tapi memang lebih bagus lagi kalau juga ada sekolah ayah karena zaman sekarang masih banyak para ayah yang tidak mau terlibat dalam urusan rumah tangga padahal peran ayah dalam tumbuh kembang anak kan sangat penting.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe iyaaa, dengan sekolah ibu, diharapkan para ibu jadi bisa lebih memahami suami dan tentunya bisa meminta mereka ikut sekolah ayah.
      Intinya sebenarnya sekolah ibu itu agar istri bisa menaklukan suami, lah kok ya para ibu-ibu udah emosi duluan :D

      Hapus
  3. ini lagi banyak banget yang memperdebatkan ya Mba, dari kemarin banyak di bahas,

    BalasHapus
  4. Aku baca kabar ini dari Facebook nya temen, ya memang pasti pro dan kontra sih. Meski menurutku idenya bagus tapi lebih setuju kalau ada sekolah buat para suami juga. Ini dari point of view aku, sebagai anak yang dibesarkan sama Ibu dan Bapak dengan porsi yang sama karena keduanya stayed home parents. Suamiku berasal dari keluarga yang bercerai dan dia selalu bilang kalau he was a happy boy karena yang terpenting bukan ortu yang selalu bersama tapi ortu yang selalu ada untuknya. Jadi dia bilang gak bisa blame perceraian atas apapun yang dia alamin di masa dewasa. Jadi yah intinya rumah tangga itu berdua, jadi dua-duanya berperan sama besarnya. Kalaupun ada hal yang gak diinginkan diharap keduanya bisa menghadapi dengan baik agar anak gak jadi korban. Cheers! 😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak mbaaa share nya :D
      Iya sih, emang tiap orang beda-beda ya pengalamannya, tergantung basic nya.
      Ada yang beruntung setelah ortunya bercerai malah mendapatkan kasih sayang yang utuh.
      Ada juga yang kurang beruntung, setelah ortunya cerai, dia malah terabaikan, terlebih saat ayah ibunya memutuskan menikah lagi dan punya keluarga baru.

      Saya di sini berbicara atas pengalaman sendiri sih.
      Bahwa kadang hidup ini tidak sejalan dengan teori parenting ataupun marriage.
      Di rumah tangga saya misalnya, suami saya harus lembur terus.
      Otomatis tanggung jawab rumah tangga dan anak jatuh ke saya.
      Mau memaksakan anak juga tanggung jawab suami dalam hal pengasuhan belum memungkinkan :)

      Hapus
  5. Sumpah kk aq kesel bat baca status itu,, seolah2 sekolah bapak ga perlu,, seenak jidat aja dia buat sekolah ibu,, emg dah paling bener apa semua suami,,, yeaayy gak tau dia bnyk istri hebat tanpa dukungan suami,, tp umum kalo suami hebat krn istri jg hebat,,, (bahas gender)

    BalasHapus
  6. Aku juga dah nikah hampir 4taun ama suami ..juga hampir cerai....kok...tapi alhamdulilah masih bisa di selamatkan..karena ada anak....ya gitu deh ga ada yg indah makanya jarang posting foto ama suami .🙃🙃🙃🙃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww... sini peluk mbaaa, semangaatt..
      Ayo dicari jalan keluarnya yuk, insha Allah semua masalah ada jalannya :)

      Hapus
  7. Aku pikir sekolah Ibu ini saingannya Ibu Profesional. Ternyata beda ya? Xixixii.

    Mungkin ibu-ibu itu marah soalnya yang menjelaskan Mas Hengky yang pernah cerai ((MAS)). Eh bedo po yo?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw, saya malah pikir sekolah ibu ini diciptain si pak Hengky eh ternyata dia cuman mau adain doang
      Sepertinya gitu mba, sekaligus mungkin para emak2 yang marah karena sering disalahkan suami atau lingkungannya saat bermasalah :D

      Hapus
  8. Ibu ibu justru lebih cerdas dibanding bapak bapak, kenapa ga dibuka sekolah bapak bapak aja ya. Di ajari cara bersyukur sudah LAKU dan punya anak, keluarga bahagia. Tingga di sejahterakan, bukan nya kawin lagi. Vote for sekolah bapak hihihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakaka, nah itu dia, kalau semua ibu khususnya di daerah2 terpencil juga sudah cerdas, bukan tidak mungkin sekolah ayah bakalan digalakkan :)

      Hapus
  9. Aku udah follow Instagram Mbak Rey deh kayaknya. Jangan lupa folback ya. Baca postingan ini aku kok jadi teringat emak dan bapakku yang hampir bercerai karena bapak selingkuh sama wanita lain. Jaman dulu kayaknya nggak ada psikiater deh kayaknya. Di kampungku pun belum ada psikiater. Kalau di Semarang mungkin ada banyak psikiater kali ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudaaahh sayyyy, udah lama deh saya folbek :D
      Nah kan, semoga dengan sekolah ibu, akan mengurangi juga jumlah pelakor :D

      Hapus
  10. Aku sih nangkepnya mba Rey yang sekarang ini adalah "cetakan" dari kondisi jaman dulu. Dimana keadaan yang complicated itu tanpa sadar membentuk karakter saat ini. Karena aku pun merasa begitu juga. Jadi, kayak terekam keadaanku jaman dulu gimana sama ayah dan ibu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, bisa jadi, makanya saya suka membaca artikel2 psikolog, pengen deh ke psikiater, biar ga gila hahaha.
      Sayang zaman sekarang masih sulit mengkampanyekan, kalau orang2 yang ke psikiater itu gak melulu gila, tapi orang yang ingin bisa memahami kondisi dirinya, juga bisa.

      Hapus
  11. Wah baru tahu nih tentang sekolah Ibu, yang inisiasi istri Kang Bimo ya. Semoga sekolah Ibu bisa menjadi tempat para istri belajar tentang banyak hal. Terutama komunikasi, antara istri dan suami itu penting. Karena suami nggak akan tahu apa keinginan istrinya kalo tidak rutin komunikasi yang jujur. Alhamdulillah meski bertengkar, saya dan suami nggak pernah memiliki masalah besar. Karena kami terbiasa jujur sejak sebelum menikah sampai detik ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia pointnya mbaaa..
      Saya tuh mikir, coba deh, meski mungkin awalnya kita merasa gak adil, tapi tanggalkan dulu ego, mengalah dulu, mungkin saja di Sekolah Ibu kita bakalan diajarin cara berkomunikasi, cara menghadapi suami.

      Masalahnya adalah semua wanita berpikir, sekolah ibu dan membuat istri membatalkan gugatan cerainya karena di brainwash, padahal sekalipun di brainwash, insha Allah brainwashnya itu yang baik2.
      Misal, menurunkan ego sedikit agar bisa menaklukan suami dengan cara yang lebih elegan :)

      Hapus
  12. Sampai dengan saya menuliskan komen ini, saya masih seorang 25th yg takut menghadapi pernikahan. Karena masa lalu saya tidak seindah itu dan saya masih belajar berdamai dengan ditemani psikolog.
    Dari post kak rey ini saya tahu bahwa menikah adalah tentang menulis cerita. Kita yg memutuskan akan berakhir seperti apa dan dan bagaimana. Aku cuma berharap pernikahanku nanti tidak banyak digoda oleh pelakor. Huhh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww... maafin dedek saayyy :D
      Menikah itu tidak menakutkan kok.
      Asalkan dari awal kita niatkan ibadah
      Saya nih banyak masalah sejak nikah, karena selalu lupa, nikah itu ibadah.
      Capek nyuci itu ibadah, capek urus rumah itu ibadah, dan insha Allah lelah kita jadi lillah :D

      Masalah pelakor, jangan takut, ada Allah :)

      Hapus
  13. Bentar..aku masih salfok. Hengky kurniawan itu yang waktu itu nikah ama anak pengusaha dan pernikahannya semacam kawin lari itu bukan sih? Yg istrinya kayak orang arab? Loh, aku malah baru tau kalo mereka akhirnya bercerai dan hengkynya udah nikah lagi. Clbk atau ama yg baru lagi?

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw, bukaaannn mbaaaa..
      Itu kayaknya Tommy Kurniawan deh, sekarang dia jadi pengusaha atau ikutan nyalek ya? hehehe

      Hapus
  14. Aku dan suami di tahun 2002 pernah merintis kajian anak-perempuan-komunitas karena kami berpendapat di tangan perempuanlah kesehatan sebuah keluarga dan komunitas bermula

    BalasHapus
    Balasan
    1. Keren mba, emang bener ya mba, daripada saling tunggu menunggu, seharusnyalah wanita yang mengalah duluan untuk menang :D

      Hapus
  15. Sejauh yang aku lihat, sekolah ibu di Bogor bagus sih, bahkan ini sedang buka lowongan pengajar untuk batch 3.
    Hanya memang yang ditulis si Henky itu menurut aku tipikal pola pikir patriarkis, khas di negeri ini, sehingga memancing kontraversi.
    Aku sempat sedikit menyinggung soal ini dengan bikin status di facebook

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau menurut saya malah beda mba, hanya saja posisinya si Hengky mantan duda dan emang orangnya keras.
      JAdinya banyak orang baper baca hal tsb :D

      Hapus
  16. Baca postingan ini jadi gemaassh mba. Emangbtiap rumahtangga mah beda beda permasalahannya ya. Kalau sama suami ya pasti juga ada gondok gondoknya, cuma saya setuju untuk gak lapor ke orangtua. Saya nggak mau ortu saya ikut baper anak wedoknya diperlakukan segitunya. Dan kalau lapor ke ortu suami kok ngerasa segan dan sungkan. Baiklah, supaya adil gimana kalau sekolah ibu dan sekolah bapak sama sama didirikan ya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe iya mba, semua ortu bakalan belain anaknya dan jadi dendam ama mantunya.
      harusnya gitu mba, abis dirikan sekolah ibu, nanti adakan juga sekolah bapak :D

      Hapus
  17. Wah iki tulisane penuh emosyenel wkwk

    dari tulisan ini secara tidak langsung menggambarkan diri mba Rey *halah sotoy bet*

    Kesel jg klo temen wanitanya ganjen y mba tp semakin digenggam suami itu seperti pasir mb dy akan mencari celah buat keluar jd y biarin aja dulu wkk

    well nyambung sama bahasan Bapak Wabup kita yang ganteng ini ya tidak semua orang bisa menerima dengan maksud “baik” yg nanti di KBB selenggarakan yakni sekolah ibu, karena ada diri yang merasa iam best dan ingetlah rule perempuan tidak salah makanya ada kontra itu menurut aku sih heehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, iyaaa mba, PEREMPUAAANNNN... SELALUUU BENARRRR ekwkwkwkwk

      Hapus
  18. Seneng ana baca postingan Neng Reuneraea yg luanjaaang pizan tp gak ngebosenin. Soal Henky K no commentlah yaaw secara kurang ngefens sama doi.

    BalasHapus
  19. Hahaa ribet jadinya yaa.. no comment deh.

    Karena anakku laki2 semua. PRku sama suami adalah mencetak laki2 yg menghargai perempuan, bukan cuma jadi imam keluarga, tapi juga laki2 yg bisa bantu2 di dapur biar istrinya gak ngomel merasa kerja sendirian, laki2 yg pinter cari duit biar istrinya gak sempat ngeluh duit belanja kurang. Biar kelak anak2ku dan istrinya gak perlu ke sekolah ibu atau sekolah bapak cuma untuk menekan perceraian.

    Karena pola pikir kita sekarang adalah hasil cetakan masa lalu, maka pola pikir itu yg harus dibentuk dari kecil :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju mbaaaa...
      Meruba pola pikir itu beneran bikin grrrr wkwkwk

      Hapus
  20. Wah, panjang luar biasa bahasan ya. Kok aku baru tau yang status itu dari sini ya. Hengky kurniawan yang artis sinetron bukan sih? Sekolah ibu ini hanya ada di area Bogor sama bandung aja ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, akhirnya sampai di bawah ini ya mba, hehehe iya mbaaa, dulu artis sinetron deh kalau ga salah :D

      Hapus
  21. hahaha...tadinya aku ga tertarik dengan pembahasan ini. soalnya saya belum merasa perlu utk tahu masalah perceraian. nikah aja belum. emang sih, menjaga perasaan orangtua itu perlu banget. saya belum menikah saja menjadi kesedihan buat orang.

    btw, aku kenal sama Hengky Kurniawan. dia sering nongkrong di DPP PAN. wait, kayanya dia perlu tahu dengan artikel ini deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awwww... syeriussss hahaha.
      Saya ga ikutin politik sih, bahkan baru ngeh kalau Hengky wakil bupati hahahaha

      Hapus
  22. Kalau menurutku malah suami zaman sekarang lebih mempan kalau yg ngomong adalah ahli jadi tugas kita tinggal ajak ke sekolah ayah ibu, hehe. Daripada pola pikir istri berubah tapi ga sefrekuensi sama suami,nanti bisa lebih berabe lagi. Usul aja sih, tetap dua2nya yang sekolah. Meskipun mungkin lama sekolahnya berbeda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pola pikir istri berubah itu mungkin agar lebih mengalah dulu agar bisa atur langkah menghadapi suami.
      Itu menurut saya sih.
      Saya cuman berpikir positif saja, dengan basic curhatan banyak temen mengenai masalah rumah tangga.
      Juga masalah rumah tangga saya sendiri.
      Tidak semua lelaki zaman sekarang mau diajak sekolah atau ke psikiater.
      Untuk membuat para suami bisa ikutan sekolah ayahpun kita butuh strategi untuk itu.
      kalau enggak? ya percuma juga buat sekolah ayah, tapi para ayah males ikutan hahaha

      Hapus
  23. Jauh sebelum pemerintah mengadakan sekolah ibu komunitas kami sudah membuat sekolah spt ini... Dan ternyata faktanya memang banyak perempuan yg memiliki pemahaman minim ttg pernikahan, ttg keluarga jd memang perlu jg edukasi utk para perempuan spt ini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, bahkan perempuan milenial modern saja, masih banyak yang sulit berpikir positif, apalagi perempuan2 yang mungkin ga seberuntung perempuan milenial :)

      Hapus
  24. Wkwkwkkwk
    Aku termasuk yg emez sm wakilny mb
    Bukan emez ngefans y dan bukan berarti suamiku patriarti
    Alhamdulillah gak
    Cuma, kalimat bapake membuatku inget gimana posisi wanita zmn dulu, yah seolah-olah semua kebahagiaan itu dr wanita pdhl kan keduanya
    Tapi y tetep aku g stuju juga sama komen netizen yg pedes
    Mbok ya kalemm heheheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mungkin beda pemahaman aja kali ya mba hehehe.
      Saya kok bolak balik baca tetep gak merasa tulisannya salah.
      Suami saya juga bukan patriaki, tapi menurut saya, kadang pola pikir yang harus diubah, dan untuk itu amat sangat sulit kalau kita gak mau belajar pada yang ahli :)

      Hapus
  25. Aku kudet kayaknya ga ngerti kasus viral tentang ini,hahaha. Tapi memang ya suami pun perlu tahu soal parentung dll tidak hanya sekedar bisnis. Alhamdullilah suami pola pikirnya luas tentang wanita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mba, bersyukur banget para wanita yang punya suami dengan pola pikir yang luas :)

      Hapus
  26. Baca tulisan kak Rey bikin aku tarik nafas lalu buang nafas dengan berat.
    Masalahnyaaa...
    Aku bingung kenapa orang-orang pada sensi dengan pernyataan di atas.

    Yhaa...mungkin salah satunya karena jaman sekarang wanita minta disetarakan gendernya dengan pria.
    Padahal dalam Islam, sudah dijelaskan bahwa wanita itu sangat dimuliakan, namun memang kesannya seperti dikekang dan dijadikan sleeve.

    Padahal bagi Allah, tiang pendidikan utama dan pertama adalah Ibu.
    Jadi...
    Gimana mau anak-anaknya pintar (agama) kalau Ibunya tidak mencari ilmu (agama) terlebih dahulu?


    Jadi bagi wanita, dakwah pertama adalah ke anak-anak.
    Suami, in syaa Allah hanya doa yang terbaik dari istri sholiha-lah yang mampu menjaga beliau.


    Jangan khawatirkan macam-macam, karena bentuk ke-khawatiran itulah penyakit hati dan disitulah letak setan menggoda.


    Maaf...
    Mungkin komen saya kurang berkenan.

    Barakallahu fiikum untuk semua Ibu yang telah mengasuh anak-anak dengan sebaik-beik pengasuhan dan mendoakan suami serta keluarga dari fitnah dunia, fitnah akhir jaman dan fitnah dajjal.

    Tabarakallahu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww... pengen peluk dehhhh :D
      Inti sebenarnya mengapa saya suka menulis semua pengalaman saya adalah, agar ada orang yang bisa komen memberikan masukan dari pemikiran mereka dengan jujur, jadi saya amat sangat berterima kasih dengan semua komentar yang masuk apapun itu bentuknya.

      Berbagi itu menurut saya ibarat terapi jiwa, semacam melemparkan pertanyaan dan mendapatkan feedback yang membuat saya jadi tau, kalau pemikiran begini, ternyata ada pula yang begitu.

      Saya sebenarnya masih sangat gagap ilmu agama, sejak kecil ortu gak paham agama, saya belajar sendiri tentang Islam, dan meskipun saya kadang benci liat suami yang ngeboosy (istilahnya)namun di lubuk hati saya, ingin berbakti sepenuhnya pada suami dan sadar kedudukan saya itu dibawah suami karena saya mulia :)

      terimakasih banyak masukannya mbaaa :)

      Hapus
  27. Sama kayak Mba Eni dan beberapa sahabat di atas, aku jarang kepoin akun seleb, hahaha.
    Waktunya mending buat BW, cie, cie... hahaha.
    Jadi maaf, kurang menguasai masalah sekolah ibu.

    Tentang perceraian.
    Aku sedikit berbeda dengan mba.
    Prinsipku memang perceraian itu tidak disukai Allah tapi masih diperbolehkan.

    Aku juga tumbuh dalam keluarga yang sama seperti pasutri lain, sering ada pertengkaran.

    Mana ada sih mba, pasutri yang nir berantem.

    Tapi kalau sudah tidak nyaman dan tidak ada alasan lagi untuk mencintai dia (suami) aku memilih pergi.

    Aku tidak akan meminta pendapat orang tua atau orang lain, karena aku sendirilah yang paling tahu keadaanku!

    Makanya setiap ada masalah apapun, seperti yang aku tuliskan di artikel hubungan harmonis dan romantis, aku pasti langsung membicarakannya dan menyelesaikannya.
    Tak ingin suatu hari akan meledak.

    Tapi... aku masih terus belajar, meski sudah 25 tahun bersama.
    25 tahun itu bukan jaminan.
    Apapun bisa terjadi!

    Duh, panjang bet yak :)





    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbaaaa, makasih banyak udah berbagi :)

      Semoga saya bisa melewati pernikahan sepanjang mba dan lainnya, semoga berjodoh sampai akhirat aamiin.

      Tiap orang emang beda ya, kayak kasus teman saya di atas.
      Anak gak punya
      Suami egois banget dan mau sama sekali menghargai dia
      Pun juga sekarang suaminya gak kerja udah berbulan2 (duuuhh gosip deh saya hahaha)

      Tapi teman saya itu lebih memilih mengeluh mulu ketimbang mengambil langkah tegas.
      ya mungkin dia cinta kali ya..

      Kalau saya sendiri, masalah RT yang timbul, biasanya karena saya yang terlalu perfek, dan suami yang besar dalam lingkungan yang sesukanya hahaha

      Hapus
  28. Emang bener tulisan mbak Rey bagus pisan. Jd ngerti kalo jalan itu ngga selalu lurus..

    BalasHapus
  29. Semuanya tidak selalu indah ya mbak apalagi dalam pernikahan. btw aku belum nikah jadi jangan mau ikut-ikutan menikah harus bener-bener pilih pasangan ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Heheh iya mba, pertama sih memperbaiki kualitas diri kali ya, lalu bisa memilih pasangan yang se visi, ada komunikasi sebelum nikah, dan akhirnya meyakini, menikah adalah ibadah :)

      Hapus
  30. Sori, ternyata aku gak gitu tau ada postingan yg lagi viral di IG mengenai hal ini, hihi *kemana aja, Buk! XD
    Btw aku juga baru tau mengenai Sekolah Ibu. Tadinya kupikir sekolah ibunya Mba Rey, ternyata sekolah untuk ibu-ibu, yang sangat bermanfaat ya. Makasih sharing nya ya, Mba, jadi tau akunya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakaka, iya ya, baru sadar juga, sekilas seolah saya membahas ibu saya mau sekolah :D

      Hapus
  31. Menurut pendapatku ya postingan dia itu seakan menyalahkan wanita akibat perceraian. Lebih pantas lagi apa sebaiknya dia itu membuat sokolah literasi keuangan untuk para wanita agar mereka lebih mandiri secara finansial.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih ke salah paham mungkin mba, karena kalau menurut saya malah, tulisan dia cuman mengutip manfaat sekolah ibu di Bogor loh.
      Sekola ibu di Bogor itu digalakan karena ada banyak sekali pernikahan yang tertolong karenanya.

      Nah kebetulan di daerahnya ada banyak sekali kasus perceraian.
      Dan kita tahu, tidak semua perceraian itu baik bagi anak (meskipun mungkin ada satu dua yang baik)
      Makanya sebagai wakil pelayan masyarakat, ybs ingin mencari jalan keluar dari masalah tingginya angka perceraian.
      Dan terpikirlah dia akan sekolah ibu di Bogor yang sudah terbukti itu
      Begituu :)

      Hapus
  32. Yaampun aku baca tulisan Mba Rey jadi belajar Banyak banget soal pernikahan. Pacaran selama 8 tahun aja pas nikah masih banyak perbedaan2 yg sulit dipahami yaa. Nikah tuh kayak roller coaster yaaa hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw, makanya saya kadang saluuutttt banget ama temen2 yang beneran keren, baru kenal langsung menikah, mungkin saya yang terlalu naif, selama pacaran jalan2 doang gak mau bahas masalah pernikahan, atau mungkin juga karena zama dulu *halah berasa tuwah banget, informasi gak semudah sekarang :)

      Hapus
  33. Sama seperti kakak, saya juga menghargai niatan Pak Hengky tentang sekolah ibu itu ya. Ya namanya juga ikhtiar ya.... Boleh dari sisi mana saja. Pro kontra wajar terjadi si kak, karena penggunaan bahasa beliau menurut saya juga berat sebelah. Tapi saya salut ketika beliau mau mengedit captionnya menambahkan note menjadi lebih clear maksud postingan sebelumnya. Semoga saja jika jadi dilaksanakan, akan sukses seperti program yang di Bogor ya. :) Atau lebih lagi seperti IIP yang akhirnya juga merangkul kaum Bapak turut terlibat di banyak kegiatannya....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww... mungkin saya ga baca caption pertamanya mbaa..
      Saya baca caption yang di atas, dan menurut saya sah2 aja.
      Sayangnya zaman sekarang netizen mudah terbakar emosi hehehe

      Hapus
  34. Bacanya bikin merenung seharian nih. Iya sih, secara fakta aja memang gugatan cerai itu paling bnyk dilayangkan oleh istri. Ini ga otomatis berarti para suami lbh buruk dr istri ya. Justru kalau mau jujur, aku menyadarinya bahwa sebenarnya suami itu lbh berusaha menjaga komitmen drpd istri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, para lelaki masih bisa menahan diri, karena 1 kata dari mereka saja udah langsung putus hubungan hehehe.

      Hapus
  35. Ho oh. Aku juga sempat baca emak-emak julid sama status Hengki Kurniawan ini. Iya, kadang pola pikir berbeda antara laki-laki dan perempuan itu jadi pemicu meledaknya perang dunia ke-3. Mana ada pernikahan yang selalu adem. Udah komunikasi aja kadang masih salah paham. Hahahaha. Terimakasih postingannya mba, jadi bisa nunpanu curhat.

    BalasHapus
  36. hmm, saya juga baru tahu lhoo tentang kehebohan Sekolah Ibu ini karena di FB ada beberapa teman yg buat status tentang ini *termasuk Kak Rey juga deh kayaknya.
    langsung deh ke IG dan cari tahu, kepo bener yeess.
    daaan yaaah, saya sih sebenarnya juga setuju dengan Hengky Kurniawan itu, lagian ini bukan hal baru kan ya, Bandung Barat pun juga sebenarnya mengadopsi dari daerah pendahulu, Bogor.
    daan yaaah, kayaknya klo urusan domestik RT emang lebih banyak para Ibu ya yg bereperan, sudah banyak ikut Kelas Ibu Profesional nah apa salahnya sekalian aja ikutan Sekolah Ibu, biar betul2 Ibu jadi Madrasah utama buat keluarganya.
    *upsss maafkan saya yg newbie ini :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw, saya baru aja daftar ibu profesional dong, banyak banget yang ikutan ya, tapi kalau ga salah bayar ya?

      Hapus
  37. Sebelumnya, saya pesan kepada Rey, ngegasnya jangan terlalu banyak yaaa... hehehee.. Sudut pandang tentang Sekolah Ibu itu tak sehitam putih yang seperti Rey lihat. Memang Sekolah Ibu sudah ada sejak Juli 2018. Namun tau sendiri kan kalau untuk kepentingan satu golongan, pelintirannya bakal seperti apa? Sekolah Ibu-nya enggak salah, namun penggunaannya untuk promosi kepentingan satu golongan itu yang bikin agak gimana kesannya.

    Itu postingan Instagram juga udah ditambahi captionnya, setelah netizen murka. Sebelum ada tambahannya memang kesannya jadi perempuan lah sumber masalah dalam perceraian. Perlu kesabaran dan hati yang tenang kalau semua2 sudah menyangkut netizen, dear Rey ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkwkwkw, soalnya tanjakan mbaaa, kalau di rem bisa mundur hahaha
      Mungkin itu masalahnya, saya bacanya yang setelah di edit kali ya.

      Dan mungkin juga saya baper, karena saya merasa diri kalau suka keras kepala menghadapi pak suami, yang menurut saya selalu beda dengan pendapat saya hahaha :D

      Hapus
  38. itu mas ()MAS)) Hengky kayaknya masih baper sama kisah perceraiannya dengan Christy Jusung deh. Kayaknya dia merasa penyebab perceraiannya itu karena kesalahan mantan istrinya itu *loh, kok saya jadi nge-gibah gini yaa?*

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw, kalau bahas si ((MAS)) Hengky nya sih emang bener, sejak dulu kalah waktu dia ama siapa ya pacarnya dulu sebelum nikah ama Christy Jusung, udah keliatan karakternya yang keras.

      Tapi masalah sekolah ibu sih, saya lebih berpikir hal positif tentang itu, tanpa melihat siapa si MAS itu dan taktik politik or endebreinya hehehe

      Hapus
  39. Yup, aku setuju dgn sekolah ibu. Bukannya gak mau ada sekolah bapak tapi bapak2 itu kan pencari nafkah ya. Kerja dari pagi sampai malam. Kapan sekolahnya? sekolah ibu ini biasanya targetnya ibu rumah tangga yg memang punya waktu luang di rumah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, salah satu alasannya gitu, sayangnya udah banyak yang baper duluan wkwkwk

      Hapus
  40. Mba aku penasaran lebih deh sama sekolah Ibu ini, dari cerita yang saya baca di atas memang permasalahan rumah tangga nggak sesimple itu ya mba, ada orang lain yang harus kita jaga hatinya. Aku sendiri baru setahun menikah, dan harus banyak menyesuaikan dengan keadaan kadang nggak sesuai dengan keinginan hati tapi berusaha dibetah-betahin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peluk mbaaa...
      Menikah sejatinya adalah ibadah mba, saya juga baru mulai yakin setelah menikah bertahun-tahun hahaha
      Saya butuh 8 tahun mengenal pak suami, ternyata pas nikah juga bisa gak sejalan.
      Tapi begitulah hidup, bahkan menikahi diri sendiri saja kadang gak sejalan, apalagi dengan dua pribadi yang berbeda :D
      Kalau menurut pengalaman saya, banyakin komunikasi, belajar terus cara berkomunikasi, mulai dari diri sendiri, karena kalau suami istri saling tunggu menunggu untuk belajar bareng, kapan terlaksananya :)

      Hapus
  41. Berkaca sama diri sendiri, saya merasa bahwa ibu adalah pusat emosi dari keluarga. Makanya saya punya prinsip Happy Mom, Happy Family. Ya quote yang saya ambil dari film Rio 2. Tapi saya memang suka banget.

    Mengenai Sekolah Ibu, saya sebetulnya masih belum mau banyak komen. Pertama, tentunya syaa harus bertabayyun. Bisa jadi, wabup tersebut hanya kurang tepat membuat konten sosial media sehingga malah memancing kemarahan banyak perempuan. Apalagi yang namanya sekolah, tentu harus punya program yang panjang dan matang. Tetapi, bisa juga memang programnya yang kurang tepat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya mba, kalau ibu ga bahagia, sekeluarga jadi muram.

      Sebenarnya inti dari postingan saya ini, cuman ingin melihat sesuatu dari sisi positif saja.
      Tanpa memandang siapa yang posting, atau maksud politiknya.

      Karena saya yakin, masih banyak perempuan di luar sana yang butuh sekolah ibu selain itu gratis, mereka mungkin gak seberuntung ibu lainnya yang lebih cerdas dan punya banyak pilihan dan kesempatan dalam hidupnya :)

      Hapus
  42. aku sebenarnya bingung mau komen apa..hihi... aku dari kemarin memilih netral sih. intinya, aku paham sama ibu-ibu yang marah, yang merasa disudutkan bahwa penyebab utama perceraian adalah karena seorang istri yang kelihatan gampang banget menggugat cerai.
    tapi aku juga paham bahwa Pak Wagub hanya ingin memetik kebaikan dari keberhasilan Sekolah Ibu di Kabupaten Bogor.

    cumaaa, baiknya memang mencegah, bukan mengobati. dan pernikahan itu kan terjadi antara dua orang, jadi dua-duanya harus mau belajar. kalau dibilang, "bapak-bapak kan udah capek mencari nafkah, kapan ada waktu buat belajar". lho, jadi ibu rumah tangga juga banyak kerjaannya lho... itu yang ibu rumah tangga doang, belum yang juga merupakan wanita karir. kalau ibu-ibu aja semangat belajar, bapak-bapak juga harus sama semangatnya. soal waktu, asalkan ada niat, pasti mau meluangkan waktu koq.

    hehe, komenku kepanjangaaan yaaa... tapi semoga hal-hal kayak gini bisa ditanggapi dengan bijak. kita harus bisa melihat dari berbagai sudut pandang, supaya ngga keburu emosi. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww... makasih share nya mbaaa :D

      Iya juga sih, makanya saya posting di sini, membaca banyak komen positif dan bijak, saya juga jadi tau posisi orang lain, lebih terbuka dan tau maksud orang lain marah dengan statement sekolah ibu.

      Dan memang kudu dipikirkan secara bijak sih.
      Seperti yang saya tulis di atas, bahwa saya sendiri mengalami masalah saling menyalahkan dengan suami, teman saya malah lebih parah, suaminya eror dan dia gak tau cara hadapinnya juga gak mau pisah, even belum punya anak.

      Maksud saya, sekolah ibu saya rasa sangat diperlukan bagi ibu2 yang mau memperbaiki keharmonisan rumah tangga DIMULAI DARI DIRI SENDIRI.

      Mengalah untuk menang, dari pada terus menerus sibuk saling tunggu menunggu, saya kan juga capek, saya kan juga kerja 24 jam.

      Nah kalau suami juga gak mau, apa ada cara lainnya? :)
      Begitu maksud saya.

      Terlepas dengan ada perempuan yang suaminya emang eror dan akhirnya mereka meminta cerai, saya yaki program seperti itu bukan paksaan, gak ikut juga gapapa :)

      Hapus
  43. Yang pada ribut dengan captionnya Hengky Kurniawan, sepertinya punya keinginan kalau jangan hanya ada Sekolah Ibu aja, tapi sekaligus buat Sekolah Ayah.
    Jadi kedua belah pihak bisa belajar tentang nila-nilai dalam keluarga.

    Namun masalahnya, para ayah suka males kalau disuruh belajar tentang rumah tangga ya..

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwk iya mbaaa, udah jadi rahasia umum tuh, apalagi suami2 yang emang berpikiran kolot :D

      Hapus
  44. Baru tahu keributan tentang sekolah ibu, duh kudet banget ya saya, udah jarang buka fb, jarang nyimak isu panas yang terjadi, kalau saya sih melihatnya ya program sekolah ibu tujuannya baik, tapi kalau ada sekolah bapak lebih baik lagi, khan sama-sama belajarnya, ibu-ibu mah udah sering banget diceramahi di masjid wajib taat suami, hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw apalagi kalau yang ngasih ceramah ustadz ya, dijamin isinya "istri harus taat"
      Lain ceritanya kalau yang ceramah mamah Dedeh :D

      Hapus
  45. Mbak cuma mau bilang, mengubah bukan merubah. Udah jadi Singa, jangan tambah Rubah ya, hahaha

    Aku tau telat sih soal IGnya Hengky. Terus sekolah Ibu, aku pikir oke biar Wanita makin cerdas dalam berumahtangga, bukan cuma soal mengurangi perceraian, tapi juga kurangi nikah dininya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh ada yaaa tulisan merubah, saking nulisnya ngegass mulu tuh kek ditanjakan, padahal pas nulis itu saya udah diwanti2 ama perasaan kalau tulisannya mengubah wakakak
      Harusnya tambah jadi Beruang ya, biar uangnya banyak wakakakak
      Btw thanks koreksinya mbaa :*

      Hapus
  46. Kalau saya sih prefer sekolah keluarga mba wehehe jadi si bapak dan ibu bisa ikutan semua. Karena gimanapun juga rumah tangga itu main peran, ilmunya pun kudu sama2 paham, dan ngga semua istri bisa transfer ilmu ke suami setelah sekolah xD just a short opinion

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget say, cuman dalam masalah yang lebih luas, gak semua laki yang berstatus suami berpikiran terbuka tentang sekolah keluarga :)

      Hapus
  47. Saya termasuk yang keluar taringnya (baca: baper) waktu baca statement si bapak wabup ini. Jujur karena saya termasuk yg mengalami perceraian tp kalo mau egois bukan karena salah saya. Too complicated klo dijelaskan disini, tp kalo memang maksudnya mendirikan sekolah ibu untuk lebih mengangkat harkat perempuan, saya setuju. Mungkin pak wabup pemilihan katanya kurang pas jd bikin baper netizen yg baca, termasuk saya hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww... mbaaa, makasih udah sharing di sini, saya suka membaca semua komen di sini, terlebih ditulis dengan lebih bijak ketimbang berdebat diluaran yang kata-katanya bikin saya pingsan berdiri hahaha.
      saya jadi tau banyak point of view masing-masing orang mba.
      Dan saya juga gak baca sih kepsyen awalnya.

      Emang maksud saya di sini, bukan membahas langsung yang nulis, tapi lebih ke sekolah ibunya :)
      Semoga apapun rencana atau mungkin pencitraan pemerintah, akan membawa dampak positif bagi masyarakat, khususnya bagi perempuan :)

      Hapus
  48. Aku ga sempet ngikuti ya heboh tentang sekolah ibu ini, kudet sayah. Tapi kalau kurikulumnya bagus kenapa enggak. Aku sendiri punya sekolah perempuan mbak di desaku namanya Emak School dan harus diakui agak susah bikin forum khusus bapak2. Kalau di Jogja itu biasanya ada forum khusus bapak2 di setiap RT nah sebaiknya sih materinya dimasukkan lewat forum itu. Kalau bikin jadwal baru khusus sekolah bapak agak susah soalnya bapak2 kan sibuk kerja sampe rumah ya waktunya untuk keluarga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waooo salut mbaaa, semoga makin banyak sekolah2 perempuan kayak gitu ya mba, khususnya menjangkau di tempat2 terpencil, karena di sana lebih banyak wanita yang di'jajah' :D

      Iya ya, di Jogja mungkin karena lebih menghormati yang ngajak ya, ikatan komunitasnya kuat :)

      Hapus
  49. Informasinya uapik tenan mbak, aq ga tau informasi terkini gara-gara keasikan nonton disney nya anak-anak.. Wkwkkw.. Aq ya pernah berantem hebat, eh... Sekarang udh saling paham jd jauh dari berantem. Tapi ada satu pertanyaan yang bikin aq penasaran. Apa suami mbak Rey tahu tulisan ini?�� hebat ya kalau tahu, ga kebayang dia bisa nerima semua isinya. Salut sama kalian berdua mbak����

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw, salut deh :)
      Perjuangan untuk saling paham itu bener2 gak mudah buat kami, padahal udah bareng2 sejak 18 tahun lalu muahahahah

      Tau kok mbaaa..
      Dia mah suka intipin semua jejak medsos saya, tapi jangankan komen, like aja enggak hahaha
      Dan saya selalu bilang kalau mau posting :D

      Hapus
  50. Sekarang tuh segala sesuatu jd bikin heboh dan viral ya...kadang netizen terlalu reaktif...heu..

    BalasHapus
  51. Kalau bahas hubungan suami istri dan keluarga aku masih anak kemarin sore kayanya. Tapi dr postingan mba aku banyak belajar nih bagaimana haeus bersikap dan sebagainya. Thanks for sharing ya mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww.. makasih juga udah mau baca postingan gaje dan panjang ini :)

      Hapus
  52. Pendapatku sih, apa yang direncanakan Henky Kurniawan bagus. Sebab setinggi apa pun sekolah dan karir perempuan, dia tetep kudu tahu kodratnya. Sebagai ibu dan istri yang harus mengurus rumah tangga. Walopun perceraian memang tak selalu dipicu oleh perempuan, tapi dengan wawasan perempuan yang mumpuni akan seperti apa rumah tangga itu, dengan segala hak dan kewajibannya, angka perceraian sepertinya bisa menurun. Tapi aku gak mau ikut berpolemik, apa pun itu, yang pro atau pun yang kontra punya alasan sendiri. 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Suka ama share nya mba, salah satunya itu ya.
      Karena biar bagaimanapun, perceraian kebanyakan merugikan wanita itu sendiri.
      Jadi, dengan sekolah kayak gini, semua wanita tau dan sadar betul dengan segala konsekwensi keputusannya, makasih udah share mba :)

      Hapus
  53. Aku kudet nih, tinggal di Bogor tapi malah baru tau ada sekolah ibu haha.
    Memang kalau yang ada hubungannya dengan mengomentari ibu2 harus siap2 berhadapan dengan jari2 netijen hehe. Aku sendiri pribadi hmmm gk ngerti maksudnya sekolah ibu ini apa, kalau aku malah suka hal2 yang dilakukan oleh tmn2 yg Katholik itu yg sblm nikah ada kelas2 pembekalan, kalau di Islam ada gak ya? Kyknya blm pernah dneger. Eh gak maksud bawa agama, cuma andai sblm pernikahan dilakukan negara semacam mewajibkan calon pasangan ikut pembekalan2 kyk gtu, mungkin (MUNGKIN) mereka akan lbh siap menjalani pernikahan, just my two cent.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada mbaaaa.....
      Saya pernah dengar kok, khususnya yang di daerah-daerah atau yang dekat dengan sekolah agama atau pesantren, sama aja kayak Katolik, semacam pelajaran berumah tangga, termasuk dalam paket periksa kesehatan sebelum nikah.
      Cuman, hal ini gak wajib, beda dengan Katolik yang wajib ikut sekolah gitu agar bisa disetujui menikahnya.
      Jadinya hanya sebagian orang yang mau lakukan, kebanyakan malah sibuk siapin resepsi nikahan wakakakak

      Hapus
  54. haruskah aku ke sekolah ibu yang di Bogor ya? duh pengen curht tapi aku malu.. :(

    BalasHapus
  55. Emang tiap masalah itu cara menghadapi dari tiap orang itu berbeda2 ya, karena masing2 punya sudut pandang beda. Sebenarnya mau sekolah ibu atau bapak dan ibu masing2 ada sekolahnya itu kan penerimaannya tergantung dari pola pikir dan karakter masing2. Jadi tiap kita melontarkan suatu ide, pasti lah ada pro dan kontra. Tinggal yang melontarkan ide mencari pemecahannya untuk tetap mengembangkan idenya.

    BalasHapus
  56. Ga apa nanti kan abis sekolah ibu bakalan ada sekokah bapak, semoga sih ya. Aku si setuju aja kan emang jadi ibu ngga ada sekolahnya nah ini ada malah seneng dong

    BalasHapus
  57. saya tau rame2 soal sekolah ibu justru dari twitter loh mbak. Gak cuma netijen IG yang murka, twitter juga.
    Tapi saya pribadi sih setuju kalo misal ada sekolah ibu karena menurutku ibu adalah pusat dari segala emosi dan mood dalam rumah. Kalo ibu sakit, ibu lagi bete...pasti berasa banget suasana rumah jadi surem... makanan jadi langka...mau ngapa-ngapain jadi takut *pengalam pribadi hahah...
    jadi menurutku yang paling duluan adalah sekolah ibu baru sekolah ayah karena ladies always first :D

    *pengen komen kaya gitu di sosmed tapi takut dikeroyok netijen, jadi daku komen ditempatmu aja ya mbak Rey

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakak... aselihnya sih saya buat postingan gini karena gemas pengen komen juga, tapi males diserbu cakaran para emaks wkwkwkw

      Btw, bener banget tuh, kalau ibu sedih, makanan ga ada huhuhu :D

      Hapus
  58. Saya tau ini sempat ramai di tol saya, tp gak cek akun yg bersangkutan.

    Di satu sisi seperti menyudutkan perempuan, tapi kalau dipikir lagi sepertinya memang butuh ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe iya mba, karena ga ada satu hal pun di dunia ini yang sia-sia :)

      Hapus
  59. Ada benarnya juga soal misi Sekolah Ibu untukl kebaikan para istri yang sudah atau belum jadi ibu. Masalah rumah tangga adalah masalah abadi sepanjang hayat selama masih bersama dalam lembaga pernikahan, plus tambahan anak sebagai bawaan. Selalu akan ada drama tanpa plot, hal-hal kecil yang bisa memicu perselisihan, sampai hal-hal besar yang menimbulkan luka.
    Saya telah belajar dari sekitar soal perceraian, anak memang selalu jadi korban. Ibu akan jadi insan egois jika jiwanya labil. Ayah akan jadi masa bodoh pada anak-anak karena merasa tak perlu lagi bertanggung jawab. Seram banget. Anak-anaknya sampai terluka gitu. Keponakan saya.
    Saya juga tak mau punya rumah tangga yang berujung pahit, menjalani hari dengan suami meski kami sama-sama banyak kurangnya di mata masing-masing. Namun ada anak sebagai perekat. Sekaligus pengingat akan tanggung jawab.
    Pelakor? Uf, saya juga tak suka dan sangat takut rumah tangga kami dicemari hal demikian.Memangun rumah tangga itu tak mudah. Enak banget pelakor jika ingin merusak ketenteraman orang lain.
    Saya harap semoga Mbak rey pun bisa ikut sekolah ibu, kalau suami tetap gitu mungkin harus disuruh banyak baca buku untuk membangun pribadinya lebih baik lagi.
    Suami saya tak suka baca. Lulusan SMP, cuma tahu kerja keras demi keluarga. Tak bias diskusi dan tak asyik berbagi dunia. namun saya kesampingkan semua hal itu. saya butuh suami yang baik di balik kekurangannya. Lagipula saya bersyukur bisa beroleh jodoh. dulu saya ini juga kerap menjaga jarak dan asosial karena takut dilukai. Ada teman maya yang ingin dekat dengan saya, saya tolak karena takut keluarganya tak akan terima. Eh, dia sampai sekarang belum nikah juga entah mengapa. Namun akmi tetap berteman baik di dunia maya. Bagi saya jodoh itu misteri. namun saya memang buth suami yang bisa mengayomi.
    Mari kita berjuang demi diri sendiri, anak-anakj, suami, dan rumah tangga. Semoga setiap masalah selalu ada jalan keluarnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbaaaa, makasih banyak, sharingnya selalu bikin adeemmmm banget :)
      Setuju bangeeett..
      Banyak orang menganggap perceraian adalah yang terbaik, karena melihat si ini jadi lebih baik si itu gak kehilangan sosok ortu.

      Tapi banyak yang lupa, kalau lebih banyak anak terlantar akibat perceraian, ketimbang anak yang lebih bahagia.
      semoga rumah tangga kita selalu diberi kekuatan oleh Allah dan bisa berjodoh hingga ke jannahNya, aamiin :)

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)