Bullying Di Sekolah - Ketika Darrell Membuat Teman Perempuannya Menangis

bullying di sekolah

Sharing By Rey - Bullying di sekolah adalah satu hal yang amat sangat saya takutkan

Dulu, saat kuliah, saya beneran sedikit depresi dengan mata kuliah Kalkulus I (baru kalkulus I loh, lol), saya sepertinya sungguh lemah di matematika dan butuh 3 kali mengulang mata kuliah itu sampai akhirnya saya lulus (parah ya).

Anehnya, saya bisa sekali lulus di mata kuliah Analisa Numerik, yang mana materinya itu integral berlapis, semacam mukjizat banget bisa lulus.

Secara... menurut saya semua pelajaran yang serupa matematika itu suliiiittttt.
Dan yang yang tersulit di dunia ini adalah, matematika, lol.

Eh nyatanyaaaa?
Ada juga hal yang sungguh sangat tidak mudah, dialah MENJADI ORANG TUA.

Menjadi orang tua itu...

Sejak anak bayi, bingung merawat baby new born, dari mengASIhi yang sungguh penuh tantangan.

Belum lagi MPASI, kesehatannya, tumbuh kembangnya, yang sungguh benar-benar menyedot perhatian besar kita sebagai orang tua.


Tantangan Anak Masuk Sekolah Dasar

 
Dan waktu terus berlalu, setelah segala perjuangan dan pengalaman akhirnya kita jalani, tibalah saatnya waktu perjuangan berikutnya, yaitu saat anak masuk sekolah dasar.

Perjuangan demi perjuangan penuh drama dalam mendampingi anak sekolah sungguh menguras tenaga dan emosi.

Mulai dari membangunkannya di Subuh hari, sholat Subuh, sarapan, mandi sendiri yang bersih bukan sekadar asal kena air, berpakaian sendiri dengan rapi, mengecek semua perlengkapan sekolahnya.

Bahkan sampai si kakak sudah duduk di kelas 2 SD, hal-hal yang sudah saya biasakan sejak kelas 1 SD itu, belum juga bisa menjadi auto good habbit buat si kakak.

Dia masih saja sulit dibangunkan sholat Subuh, masih saja sulit di minta sarapan dengan fokus keburu siang, juga hal-hal yang lebih ke peduli waktu.

Saya ingin si kakak lebih sadar waktu, sadar kalau tidak baik membuat supir antar jemputnya menunggu, jadi saya selalu 'memaksa' dia standby minimal 15 menit sebelum waktu dijemputnya setiap hari.

Tapi hal itu masih belum juga seberapa bikin greget.
Saat dia mulai sekolah, sejak usianya belum genap 3 tahun dan saya sudah 'ganjen' mengajaknya masuk PG (mamak eror, lol).

Sesungguhnya satu hal yang saya takutin saat dia sekolah adalah, saya nggak mau kalau sampai si kakak dikasarin temannya, apalagi sampai di-bully.

Karena hal tersebutlah, sewaktu PG dulu, saya selalu menyertai dia sekolah, menjaganya agar jangan sampai ada anak lain jahat padanya (sungguh ku mamak yang lebay yaa, hahaha).

Sewaktu saya kembali kerja kantoran di tahun 2015 lalu, kakak Darrell terpaksa saya titipin di daycare.

Dan bisa dibayangkan, betapa saya menghabiskan sebulan pertama dengan drama nangis-nangis sepanjang jalan ke kantor.
Sedih banget membayangkan si kakak di daycare bersama orang lain.

Secaraaaa... selama bertahun-tahun dia gak pernah pisah dari saya, setiap saat selalu bersama saya.
Pun juga saya takut, jika nanti dia dibully oleh teman-teman di daycare atau di PG sekolahnya, hiks.

Dan memang sempat di-bully sih, dan sedihnya baru ketahuan setelah si kakak udah nggak lagi ada di daycare tersebut. hiks sedihnya.

Demikianlah, saat si kakak masuk SD, keparnoan saya meningkat, terlebih dia bersekolah di sekolah yang terbilang lumayan terkemuka, dan rata-rata yang bersekolah di sana anak-anak dari orang tua yang ekonominya kelas menengah ke atas.

Dan dasar saya kebanyakan membaca cerita sinetron (baca doang!! saya mah gak selera liat sinetron, hehehe), mulai membayangkan betapa anak-anak orang borjuis itu lebih egois dan manja.

Meskipun ternyata saya salah, banyak juga anak-anak yang sekolah di situ dilatih untuk mandiri, meski juga nggak sampai setengah kali ya hahaha.

Maksud dari manja di sini adalah, anak-anak yang nggak dilatih mandiri sejak kecil.
Jadi semua masih dengan bantuan orang tua, mandi dimandiin (meskipun saya mengerti banget, kebanyakan orang tua ngalah dan memilih memandikan anaknya sendiri atau dimandiin ART-nya, karena demi menjaga kewarasan diri, lol).

Hal tersebut bikin saya jadi parno, parno dan takut kalau si kakak dijahilin atau di-bully anak-anak lain. Jadinya hampir tiap hari saat dia pulang sekolah, saya heboh menanyain, apa aja yang dilakukan di sekolah, apakah dia berantem? apakah ada teman yang usil?.

Dan Alhamdulillah sih, sampai kelas dua SD, hanya ada sedikit kejadian yang bikin saya jantungan.
Salah satunya saat dia jatuh dan sukses membuat gigi depannya berdarah lagi, karena diusilin temannya.

Waktu itu saya sedikit kesal, eh banyak ding kesalnya, karena sama sekali tidak ada pemberitahuan dari sekolah.

Padahal saya sudah wanti-wanti ke ustadzahnya, bahwa gigi si kakak itu sudah berkali trauma karena benturan, tapi ternyata ini bukan karena si kakak terjatuh, malah sengaja dibuat jatuh.

Kesal banget saya sama temannya, dan untungnya kebetulan banget orang tua anak tersebut japri saya via WA menanyakan perihal baju anaknya yang ketukar, langsung deh saya pura-pura nanya, apa anaknya baik-baik saja? karena di sekolah barusan usil bikin anak saya jatuh dan giginya berdarah.

Karuan saja ibunya minta maaf, dan bahkan ingin datang ke rumah menjenguk si kakak yang terpaksa nggak masuk sekolah karena badannya sampai demam gara-gara giginya tersebut.


Bullying Di Sekolah - Ketika Darrell Membuat Teman Perempuannya Menangis

 
Tapi ternyata itu belum seberapa (lagi)!

Sampai pada beberapa waktu lalu.
Saat itu sore hari, saya baru saja mengantarkan si kakak les kumon yang letaknya beberapa blok dari tempat kami.
Saya masih menyapu halaman sambil diliatin si bayi, sampai tiba-tiba hape saya berbunyi.

Agak heran, karena jarang banget ada yang menelpon terlebih di jam segitu, kakak juga gak mungkin banget udah selesai les, mengingat si kakak selalu kesulitan mengerjakan les matematika tersebut.

Dan ternyata, dari ustadzah yang menjadi wali kelasnya.
Tumben banget, pikir saya.

Lalu, dengan meminta maaf beliau mengatakan hal yang bikin jantung saya hampir copot.

Ternyata, siangnya si kakak telah membuat seorang teman perempuannya menangis, masalahnya lumayan bikin saya makin deg-degan, si kakak bercanda berlebihan dengan membuka kerudung milik temannya tersebut, lalu setelahnya disorakin saat terlihat auratnya.

Sungguh saya shock berat, beruntung si kakak sedang les, jadi saya gak langsung marah padanya, hiks.

Ternyata, menurut ustadzahnya, si kakak sudah sering menggoda temannya tersebut, biasanya digelitikin, memang sih si kakak doyan banget bercanda menggelitik orang, dan emang dia selalu over kalau lagi bercanda.

Hanya si temennya itu pula yang sering digodain, karena menurut kakak temannya tersebut lucu dan gemesin, makanya digodain.

Ingin kujewer kuping si kakak. Sebel banget.

Yang bikin tambah shock itu, karena orang tua temennya itu marah dan gak terima, ibunya lalu mengirim WA 'cinta' yang panjang kali lebar pada ustadzah, yang intinya dia sangat kecewa pada sekolah yang tidak menindaki perbuatan si kakak, sehingga akhirnya dia bercanda kelewatan gitu.

Saya langsung shock, lama berusaha diam menenangkan diri, takut saya marah dan menyakiti si kakak.

Alhamdulillah setelah agak tenang, saya mengirim pesan kepada si papi, dan Alhamdulillah si papi yang berinisiatif menelpon orang tua anak perempuan tersebut.

Saya masih sangat lemah.
Takut menghubungi mereka, takut saya makin marah dan mengasari si kakak.

Ya ampun, sungguh saya belum pantas jadi orang tua yang bijak ya, hiks

Kejadian tersebut, sungguh lumayan membuat saya down, sedih dan little bit depresi, hiks.
Saya merasa gagal jadi ibu (dramaaaahhh, lol), gagal mengorbankan karir saya demi bisa mendidik dan mengasuh anak menjadi anak yang lebih baik lagi.

Nyatanya, untuk hal-hal seperti itu saya lalai, huhuhu

Lama saya mencoba menenangkan diri, sempat ngomelin si kakak, dan Alhamdulillah si kakak akhirnya mau jujur, dia juga bilang kalau ternyata sudah dipanggil ke ruang BP, dinasehati dan sudah minta maaf.

Hanya saja, mungkin anak perempuan yang selalu terbuka pada ibunya, makanya dia tetep lapor sama orang tuanya.

Saya juga sedikit menyayangkan sikap sekolah yang tidak mau berbagi info sejak dini, sekolah sengaja tidak memberitahukan sikap si kakak yang selalu saja bercanda berlebihan karena ingin, semua masalah di sekolah harus diselesaikan di sekolah, tidak perlu dibawa pulang ke rumah.

Tapi ternyata, gara-gara hal itu si kakak tetap saja mengulang kelakuannya.


Intropeksi Dan Pelajaran Yang Dipetik Dari Bullying Di Sekolah


Sesungguhnya, tidak pernah ada masalah tanpa pelajaran atau hikmah yang bisa dipetik.
Karena masalah tersebut, saya jadi sedikit eh banyak tersentil untuk :
  • Membiarkan si kakak cerewet. Masha Allaaaahhh... si kakak itu cerewetnya parah, baru saja pulang sekolah, masih di pagar, dia sudah ngoceeeehhh gak berhenti, seringnya hal tersebut bikin dia lupa waktu, padahal dia kudu kejar-kejaran waktu tidur siang dan les sore sedang pulangnya udah sore. 
Sering banget saya melarang dia ngoceh, dan mungkin karena itu dia jadi nggak punya kesempatan bercerita tentang semua hal yang dia alami di sekolah. 
  • Mengajarinya lagi batasan laki-laki dan perempuan. Selama ini memang saya masih kurang banget mengajarin hal ini. Gimana enggak? dia masih tidur sekamar dengan kami.
Katanya takut kalau tidur sendiri. Selain itu, AC di rumah hanya ada 1, dan si bayi maupun si kakak sama-sama nggak bisa tidur tanpa AC.
Terpaksa hal pertama yang saya lakukan adalah menasehatinya tentang batasan laki-laki dan perempuan, tentang laki-laki yang tidak boleh menyentuh perempuan selain maminya (sengaja saya gak bilang muhrim, biar lebih mudah menjelaskannya hahaha)
  • Menasehatinya untuk mengurangi frekwensi bercandanya. Entahlah anak ini suka bercanda dari mana?. Mungkin dari saya, atau keturunan dari bapak saya yang memang suka jenaka. 
Namun si kakak ini, bercandanya parah, reaksinya bener-bener nyebelin. Cukup colek saja sedikit badannya, dijamin dia bakalan ngakak lebar lalu jungkir balik bercanda gak karuan. Sebel banget rasanya. 
  • Lebih peduli keadaannya. Sejak adiknya lahir, saya akui memang lebih kurang perhatian kepada si kakak. Hal itu terbukti dengan banyaknya hal yang terjadi pada si kakak yang luput dari pengetahuan saya.
Padahal dulu, hal sekecil apapun selalu diceritakan oleh si kakak. Juga dari beberapa pelajarannya yang merosot nilainya, terlebih matematika yang memang dia persis kayak maminya yang kurang jago matematika.

Apapun itu, menjadi  orang tua sebenarnya adalah sebuah anugerah tak terhingga yang tidak bisa tergantikan oleh apapun.

Dengan menjadi orang tua, kita dipaksa untuk terus belajar memperbaikin kualitas diri agar lebih baik lagi, karena anak selalu setia mencontoh apa yang kita lakukan setiap harinya.

Ada yang punya pengalaman serupa tentang bullying di sekolah?

Share yuk

Semoga manfaat :)

Sidoarjo, 26 Desember 2018

101 komentar :

  1. Owalaaah kak Darrel ... 😁 Bagi anak-anak mungkin memang sebagian merasa bahwa yang dilakukannya itu bercanda biasa. Jangan2 kak Darrel naksir. Hahaha.. kalo kecilnya musuhan, ntar gedenya Jodoh loh ! Hahaha..

    Tapi saya salut mbaknya mengajari atau memberitahukan kak Darrel pada saat terkendali. Karena kadang kan orang tua spontan kesel trus marah-marah. Padahal kadang cara itu malah gak masuk ke telinga anak. Beda kalo cara nasehatinnya di waktu yang pas. Bukan pada saat setelah kejadian. Kalo setelah kejadian tuh biasanya kan udah pasang tameng 😁😁😁 . Mereka bisa memprediksi bakalan dimarahin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwkw... untungnya saat itu dia lagi les mba :D

      Hapus
  2. Sejauh ini selama di TK, Aiman belum sampai bikin usil sama teman perempuannya di sekolah. Tapi perlu waspada juga klau nanti sudah masuk SD.
    Kalau situasi kayak gitu yang susah buat emak adalah mengendalikan diri. kalau saya mungkin udah ngomelin tiada henti hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soalnya waktu itu dia lagi les mbak, jadi saya ada jeda buat nenangin diri, juga yang nelpon ortu temennya itu terpaksa suami, biar saya ga makin emosi ama si kakak ini hiks

      Hapus
  3. Hehe mas Darel, mungkin bakat kayak Ko Ernest jadi stand comedian :D Tapi emang bener sih membiarkan anak cerita apa aja biar kita bs ngerti kondisi saat gak sama kita dirumah. Tapi karena kakak sudah minta maaf di BP, kakak hebat.


    Dan untungnya kakak lagi les, jadi gak langsung kena semprot Mami hihihi :)

    Ternyata penting ya ngajarin batasan cewek cowok, tengkyu sharingnya mbak Rey :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mama Lui, masha Allaaahh, kalau udah becanda lupa daratan dia, jungkir balik kiri kanan, gak karuan.
      Beneran shock saya dapat kabar gitu, apalagi yang digangguin itu cewek hiks

      Hapus
  4. hahah anakku juga cerewet mba dan Aku termasuk ibu yang takut anaknya akan dibully ketika dia sekolah nanti,karena anakku sepertinya termasuk yang suka posthink dgn kawannya/siapapun, mau temannya lagi bad mood, sebel, marah tetep aja dia deketin yg penting hepi, melihat seperti itu jadi buat aku ngajarin ngasih batasan dan belajar untk liat kondisi.

    Beda dengan pak suami, dia lebih takut anaknya nanti membully.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, haduhhh beneran mba, parno aja gitu ya bawaannya, makanya saya sering banget menampung ceritanya meski kadang kuping saya luber ama kecerewetannya uhuhu

      Hapus
  5. Kakak Darrell bikin gemas mamak Rey :D aku juga ga tau nih anak bungsuku gimana dan emang mba Rey penting banget untuk kasih tau tentang batasan laki-laki dan perempuan biar tahu bahwa perempuan mesti begini dan laki2 begitu :) anak sulungku juga jadinya kalau adenya ga pake celana tutup mata ih aurat wkwk padahal masih cimit adenya

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw, iya mba, terlebih teguran bagi saya nih, masih suka pakai baju mini di rumah, padahal anak udah bilang, mamiii itu aurat, hadeehh saya gak kuat jilbaban di rumah hiks

      Hapus
  6. Meskipun Ujame belum berkeluarga, apalagi punya anak wkwkwk tapi dari sini Ujame jadi bisa belajar banyak hal, lumayan sebagai bekal hehe.

    Tapi biar gitu, Ujame juga punya adik mbak. Biasanya sih kalo yang kecilnya berantem, gedenya saling suka haha XD

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, saya cemburuuuuu, anak masih piyik udah suka2an hiks

      Hapus
  7. Setiap fase perkembangan anak memang selalu ada tantangan ya mbak. Waktu baru punya satu anak, rasanya, haduh... Ternyata begini jadi ibu baru. Pas anaknya dua, Ya Allah... Ternyata begini rasanya punya anak 2.😂😂
    Selalu bikin hidup lebih berwarna tp juga greget2 gimana gitu ya, hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw iya mbaaa, Alhamdulillah tantangannya bikin deg-degannya huhuhu bersyukur saja :D

      Hapus
  8. Jadi pengen pnya anak juga..meski sebenarnya tanggung jawabnya berat...:(

    BalasHapus
  9. Anakku belum seusia darrek sih masih bayi soalnya tapi jadi pembelajaran juga buat aku kalau anakku mulai bergaul nanti thanks for sharing yaaa mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi, masih panjang mbaaa, sekarang masih tahapan tumbuh kembang dan segala macam tentang bayi lucu :D
      semangaatt selalu :)

      Hapus
  10. Postingan ini mengajarkan saya banyak hal, Kak Rey, meskipun belum menikah tapi sudah harus menjaga keponakan, jadi memang susah-susah gampang. Ini si kakak masih kecil, nanti kalau sudah besar, jadi lebih parno hhaha. Seperti saya menjaga si Thika yang sudah kuliah, jadi parno kalau dia ijin ijin keluar rumah huhuhu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, banyak2 belajar jadi saat jadi ortu ilmunya udah banyak ya :D

      Hapus
  11. Kalau anak pertamaku tanpa diminta dia akan cerita kejadian di sekolah, beda dengan adiknya yang paling kecil. Kudu dirayu dulu biar mau cerita...

    BalasHapus
  12. Pengalaman guru berharga. Ini bisa jadi pelajaran buat kakak dan kita sebagai orang tua.

    Kisah darell dengan Menasehati si kakak tanpa emosi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mpo, anak emang mengajarkan ortu untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi :)

      Hapus
  13. Hehehe aku masukin anak ke TPQ aja rasanya udah deg degan, takut bertengkar, takut ngusilinbteman, takut anakku dibully hahaha. Was was banget deh, gimana nanti kalau masuk sekolah ya. Tapi semoga aman dan tenteram hehe..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbaaa, keparnoan emak2 zaman now banget deh :)

      Hapus
  14. Sejak pertama masuk sekolah, salah satu doktrin yg selalu aku ingetin ke anak2 hampir setiap hari adalah gak boleh gangguin teman dan gak boleh memulai pertengkaran. Kalau diganggu baru deh lawan. Ku bilang kalau sampai aku dpat laporan mereka ganggu teman, aku bakal marah sekali. Alhamdulillah doktrinnya berhasil sampai saat ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. huwaaaaa... udaaahh mbaaa, sejak TK tuh, berangkat dan pulang yang ditanyain itu mulu.
      Tapi emang anak saya ga gangguin sih, cuman suka becanda.

      Kalau dia digangguin orang pasti bilang, soalnya dia cengeng, hahaha.
      Dan sampai saat ini sih saya selalu ajarkan untuk jangan deket2 anak nakal gitu, lah kok malah dia yang becandain orang sampai nangis.

      Hapus
  15. salam kenal mbak, aku belum ngerasain sih krn blm punya anak hehe tapi adik yang masih SD pun suka ku khawatirin karena dia suka cerita tentang bully-bully-an disekolahnya...dan dia cuma berani cerita sama aku doang...sedih kalau pulang sekolah trs dia nangis2 gitu..:"

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal juga :)

      Sedih banget kalau sampai di bully, coba deh terus diajak bicara, dan ajarkan dia untuk menjauh dari anak yang suka bully atau laporin ke guru

      Hapus
  16. Selalu ada yang seru ya pada setiap fase pertumbuhan anak, dan itu pengaruhnya buat pembentukan karakter anak.
    Pasti banyak kejadian, yang enak, yang enggak enak, pastinya bermanfaat

    BalasHapus
  17. banyak ilmu yang bermanfaat nih buat ibu2 yg punya anak. semoga nanti aku bisa mengasuh anak2ku dengan baik...amiin.

    BalasHapus
  18. Kalau aku dulu diganggu teman cowok, dibully juga. Tapi saat SD sih ya. Memang kudu ngajari anak kalau bercanda jangan berlebihan. Aku juga sebel kalau bercanda tp keterlaluan

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mba, anak saya emang lebay banget, udah kayak gasing, lebay pula becandanya hiks

      Hapus
  19. Aku cuma lulusan SMK aja nih, Mbak. Jadi aku belum pernah merasakan bagaimana rasanya jadi anak kuliahan.

    Aku pun banyak belajar tentang dunia anak-anak selama menjadi babysitter. Ada suka dan dukanya sih mengasuh anak perempuan atau anak laki-laki kalau menurutku.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat saayyy, insha Allah ilmu nya mah udah banyak banget, udha ga kaget banget nanti kalau udah punya anak :)

      Hapus
  20. Saya pernh jg ngasuh keponakan yg katanya suka dibully gt mbak. Tapi stlh saya punya anak, awal2 saya protek, trs akhir2 ini saya mencoba lebih menenangkan diri dan meyakinkan diri aja bahwa anak saya bersikap baik dan disikapi dgn baik oleh lingkungannya. Meyakinkan diri biar hal yg dikhawatirkan benar2 tdk terjadi. ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba, berdoa adalah hal yang paling bijak, dan selalu berkomunikasi dengan anak maupun gurunya :)

      Hapus
  21. Anak saya yang laki-laki udah beberapa kali berurusan ma sekolah. Sempat bikin saya pusing juga. Sebagian besar, saya ceritain di blog. Ya, bikin saya deg-degan juga :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahhh mau intipin mbaa, emang ya, punya anak itu beneran bikin deg-degan :D

      Hapus
  22. Wah, jadi deg-degan juga nih. Secara gitu, punya 2 anak laki. Belum kebayang juga sih gimana dia nanti kalau udah masuk sekolah, semoga nggak usil ke teman2nya. Thanks ya mba udah sharing, jadi pembelajaran juga nih buat saya ke depannya.

    BalasHapus
  23. Salut buat ibunyaaa. Tantangan banget ya mendidik anak itu. Aku masih jomlo dan entahlah sudah siap atau belum menikah dengan segala paket lengkapnya (punya anak, mendidik anak). Semoga Allah bimbing kita untuk terus belajar ya mbaak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangeeettt, justru keren nih generasi mileenial zaman sekarang, udah sering baca teori parenting, artikel pengalaman parenting, insha Allah ilmunya udah banyak :)

      Hapus
  24. keren sharingnya. Jadi ibu memang berat ya bun. Tapi bunda pasti bisa. Semangat

    BalasHapus
  25. Wah Darel kecil2 sdh bs bikin peremouan menangis hehe...anak kecil memang shka begitu ya bercanda canda dan perempuan emang lbh gampang nangis juga..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, jadi ingat waktu kecil saya juga cengeng dulu haha

      Hapus
  26. Karang anaK2 srperti itu y mba,, tapi sebentar mereka bertengkar semenit kemudian akur lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, cuman kalau ortunya udah marah, ribet juga haha

      Hapus
  27. Anakku ada yh suka cerita tapi ada juga yang pendiam kalo ga dikorek-korek ga mau dia cerita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kudu banget tuh mba dikorek2, diajak ngobrol biasa aja biar dia lebih terbuka, kasian soalnya kalau dia nyembunyiin masalah2 bully an :)

      Hapus
  28. Hua, sama. Anakku yang ketiga saat hari pertama masuk sekolah, bikin nangis anak cewek. Tapinya gara2 gak sengaja. Yang beda, anakku ini pendiam kalo di sekolah. Jago kandang banget deh. Tapi tetep, tantangan ke akunya sama kayak yang ditulis di atas. Huhuhuhu... anak-anak ini ya. Bikin kta belajar banyaak. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya ampuunn, aslinya sama kok mba, anak saya juga jago kandang, tapi juga lebay kalau udah ketemu teman-temannya.
      Kalau ama orang dewasa diam deh dia mengkerut

      Hapus
  29. Kak Darrel semangat ya nak jadi anakk yang sholeh. Aankku dulu pernah beranteman tapi bukan ama ana cewek sih. Semangat ya Moms.

    BalasHapus
  30. Namanya anak anak memang kadang iseng. Hehhe. Wow sampai si emak itu kirim surat cinta ke mba ya. Kalau aku sih lebih baik sampaikan ke guru atau ustadzah. Nanti baru dsampaikan ke anaknya. Jadi penyelesaiannya anak ke anak. Tetap semangat mbaa :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Disampaikan ke ustadzahnya mba, trus ustadzahnya nelpon saya hihi

      Hapus
  31. Masuk sekolah itu banyak dramanya ya antara ngebully dan dibully, mungkin sebagai ortu mesti tenang kali ya untuk menghadapi masalah itu, walaupun anakku baru paud, permasalahan bully membully udah ada

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mba, meski deg2an tapi sebisa mungkin tenang :)

      Hapus
  32. Bener banget mbak jadi orangtua itu selalu belajar gak ada habisnya. Aku ngerti perasaannya mbak soalnya dulu anakku juga sedikit jahil tapi dari gurunya sudah bilang sejak awal, Allhamdulillah setelah dikasih tau dia mengerti

    BalasHapus
  33. Huaaa,,Darel hehe. Anakku Shakila juga pernah nangis di sekolah tapi dia ga ceruta sih taunya dia nangis itu dari adeknya dijailin teman.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, anak-anak emang penuh cerita ya, sebisa mungkin agar ceritanya didengerin biar mereka selalu terbuka

      Hapus
  34. Kalau kata ustafzahnya anakku.. anak a ak dalam usia segitu akan melewati banyak fase. Diantaranya fase iseng usil. Tapi ya tetep kudu dikasih tahu ya mba.heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, aslinya anak saya ga maksud jahat kok, emang dia suka iseng, cuman lebaaaayyyy, jadinya berlebihan gitu hiks

      Hapus
  35. anak-anak mah tetep anak2 ya Mba, penuh dengan duanianya yang sarat becanda, ngisengin atau ngejailin org. KK Darrell terus semangat sekolahnya, tetap ceria juga buat bundanya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget mba, cuman emang kudu dijelasin batas-batasannya :)

      Hapus
  36. Darrel bikin jantung emak dagdigdug yaa. Tapi dasarnya emang suka becanda ya, jadi nggak merasa kalo perbuatannya bikin temannya nggak suka. Puk-puk Mama Rey, aku punya dua anak cowok aja beda banget. Yang satu cerewet yang satu pendiam, yang satu ramah banget tapi satunya pemalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahhh, anak saya juga cowok keduanya, cuman satunya masih bayi, cereweeeeett juga, tapi ga tau kalau gede apa masih cerewet :)

      Hapus
  37. Setuju.
    Mendidik anak memang tantangan banget ya.
    Setiap tahapan tumbuh kembangnya penuh dengan tantangan.


    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, terlebih seperti yang kasus anak SD ini, perilakunya harus lebih diperhatikan :)
      Tumbuh kembangnya beda lagi :)

      Hapus
  38. Hahah trus milih mana nih mba, kalkulus atau jadi ortu? Wkwk kehidupan jadi ortu emang dinamis banget ya, nano nanoo

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi ortu aja deh, kalkulus tetap sulit soalnya hahaha

      Hapus
  39. Bahagia punya anak cerewet yaa, mba...
    Jadi semua isi hatinya, orangtua jadi paham.
    Kebayang kalo anaknya pendiem.
    Duuh~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, Alhamdulillah bersyukur, meski kadang lupa hehehe

      Hapus
  40. Menjadi orangtua memang ga mudah ya mba. Sekolahnya itu ga akan ada habisnya. Darrel mirip Vito juga nih pernah bikin bundanya deg-degan. Selalu ada pelajaran untuk diambil hikmahnya ya mba.

    BalasHapus
  41. Pasti ini jadi pelajaran buat darell ya kak. Jadi nanti dia akan lebih paham dan ambil hikmah

    BalasHapus
  42. Waktu sulungku masih TK dulu, pernah lho aku dipanggil kepseknya gara-gara dia suka mintain mie goreng bekal temannya. Hihiii.. padahal ya udah dibawain bekal sendiri, hanya saja memang larangan makan mie goreng instan yang kuberlakukan lumayan ketat. Jadi sulungku kayak nemu semacam 'problem solving' untuk makan mie goreng instan secara mudah dan cepat :)) Mau marah ke dia tapi kok jadinya malah geliiii...
    Semoga kita diberikan kesabaran selalu saat mendampingi tumbuh kembang anak-anak yaaa... Darrel ntar bakal jadi anak hebat kalau sudah mengalami berbagai kejadian penting dalam hidupnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wakakakak, ngakak mbaaaa :D
      Sebenarnya ini juga dilakukan anak saya, tapi dia bukan mie goreng, tapi jajan chiki-chikian.
      Ye kan dia gampang banget batuk, jadi sampai sekarang belum saya bolehin jajan chiki.
      Alhasil, dia sukaaa banget mintain jajan temennya, ditukar ama jajan biskuitnya huhuhu

      Hapus
  43. Wah menarik ceritanya mbak. Ini sbg pelajaran buat aku jg kalau misal anakku berbuat gtu ma temennya. Tapi bikin adeknya nabgis sering hehe, bia aku praktikkan TFS

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha anak-anak emang sering gitu ya, kalau gak ada yang nangis rasanya belum lengkap :D

      Hapus
  44. Kalau dijelaskan dan terangkan baik-baik anak anak juga bisa mengerti yaaa mba

    BalasHapus
  45. Uwooo, I feel you mbak! Dulu si Yuan juga is

    BalasHapus
  46. Aduh, gegara mau ngasih komen sambil tarung sama kakinya aylan malah jadi kepencet deh. Hihihi

    Anyway, aku juga pernah berada di posisimu mbak, lebih parah malah. Yuan dulu suka eksibisionis, nurunin celana dan kasih liat tytydnya ke temen2 ceweknya.

    Mau fingsan aku waktu dikabarin. Bener deh, maluuuu banget rasanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh emmm jiihhh wakakkaka
      Ya ampuunnn say..
      ternyata diri saiah kagak ada apa2nya tantangannya wkwkwk.
      Kemaren aja ditegur gitu maluuuu banget, hiks.
      Anak2 yaaa.. selalu bikin orang tuanya jadi manusia yang lebih sabar lagi

      Hapus
  47. Bisa paham aku reaksi si ortu anak perempuan itu. Krn anakku juga perempuan dan pernah di posisi itu.

    BalasHapus
  48. Bisa jadi bercandanya darrrel adl cara dia buat cari perhatian ibunya

    BalasHapus
  49. Yaampuuunn Mak, pasti shock banget ya pas dapat kabar dari Ustadzah nya itu. Saya pun juga pasti bakalan ngomel2 ke anak sendiri klo dapat kabar seperti itu. Merasa bersalah juga karena gagal ngajarin anak yg bagaimana semestinya, huhuhuh.
    Tapi emang ya kita harus tetap bisa jadi selalu sahabat yg baik utk anak, biar mereka pun bisa terbuka dan cerita apapun ke kita seperti sahabatnya sendiri. Hikss, apalagi punya anak-anak cowok yaaa, Emaknya kudu lebih aware lagi dengan hal2 seperti ini yah. Noted banget ini mah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget mbaaa, sebenarnya saya bukannya marah ke anak, saya malah jauh lebih merasa diri gagal mendidik anak huhuhu

      Hapus
  50. Tak mudah jadi orang tua, akan ada masa untuk kecolongan. Begitu berulang. saya juga. rasanya saya jatang ajak Palung mengobrlsoal sekolah dan kegiatannya. Cuma seseklali pada saat tertentu. Padahal harusnbya sepanjang hari, dan Palung juga harus dibiasakan bawel cerita apa saja pada saya agar lebih lepas dam terbuka. Saat ini ia terlalu asyik main di luar adripada ngobrol terbuka pada mamahnya.
    Baca tulisan di atas bikin saya sadar, saya juga kurang banget sebanagi mamah bagi Palung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. cupcupcup, sama kok mba, tapi bukan karena kita lalai kok, emang anak usia segitu butuh teman, dan sekali kenal asyiknya main di luar ya lupa deh dia.

      Saya butuh waktu lebih untuk merebut cinta anak biar apapun pengaruh luar, pengaruh saya ke anak harus lebih besar agar masih bisa kita arahkan dengan baik :)

      Hapus
  51. Aku pernah mbak. Anak pertamaku juga... Waktu TK. ada temannya yg sedang tiduran telentang.. Dan sama si kakak DIINJEK PERUTNYA.

    Duuhh.. Malu banget rasanya, terutama pada orang tua temannya yg jd korban itu. Berkali2 minta maaf sama ortunya sambil meluk meluk si korban😭 sampai nawarin biaya pengobatan kalau sampai dia kenapa2. (diinjek perutnya gitu loh OMG)

    Tapi untung saja anak itu tidak kenapa2 dan semuanya ttp berjalan baik baik saja.

    PR banget memang jadi orang tua...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Allah, jadi orang tua itu bener-bener banyaaaakkk banget tantangannya :')

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)