Film Critical Eleven, Mau Kaya Atau Miskin Pasti Diberi Cobaan

review film critical eleven

Sharing By Rey - Film Critical Eleven ini saya tonton minggu lalu, hasil menghibur hati karena nggak jadi ngevent, beauty event pula, my first beauty event yang gagal gegara virus corona, huhuhu.

Saya sudah menyiapkan banyak hal, termasuk deretan artikel siap tayang di blog, jadinya saya bisa dengan bebas menonton film, dan pilihan salah satunya adalah film Critical Eleven yang jujur sudah lama pengen saya tonton.

Ngomongin film ini, ada 2 hal yang saya ingat.
Kebetulan saya sudah beberapa kali membaca review filmnya di blog teman-teman.

Yang pertama, tentang membakar jembatan sehingga tak ada jalan kembali.
Yang kedua, tentang seorang teman blogger yang pernah mereview film Critical Eleven ini, dan dia baper sebaper-bapernya karena teringat pada suaminya yang sudah meninggal.

Saya baca blognya tuh kalau ngga salah sebelum saya aktif ngeblog, dan beberapa cerita di blognya melekat erat di ingatan, sungguh luar biasa, karena sesungguhnya saya itu orangnya sangat pelupa, hahaha.

That's why saya menulis di blog, karena saya kadang curiga saya ini menderita semacam alzheimer, karena begitu mudah melupakan sesuatu.

Kembali ke topik film Critical Eleven.

Karena kepo, saya cuman mengingat kisahnya, tapi lupa namanya, sayapun googling dong pakai keyword 'review film Critical Eleven', dan akhirnya ketemu.
Ternyata namanya Lianda Marta dengan blognya liandamarta.com, dan setelah mengintip blognya, saya bahagia membaca kisahnya karena sekarang dia sudah jauh lebih baik, Alhamdulillah.

Oh ya, selain mencari blog si Mbak Lianda ini, saya juga sengaja baca review orang lain tentang film Critical Eleven ini, dan ajaib..
Sungguh ya, betapa sudut pandang manusia itu berbeda-beda, karena dalam satu filmpun, ada beragam sudut pandang yang diceritakan.

That's why, sebijaknyalah kita saling menghargai, karena kita manusia yang diberi akal dan pikiran yang unik, sehingga masing-masing punya pola pikir yang berbeda, namun ke semuanya insha Allah baik dan benar.


Sinopsis Film Critical Eleven


Film ini sudah lumayan lama tayangnya di bioskop, sekitar Mei 2017 lalu.
Makanya kan, saya baca review film ini pas tahun 2017 deh, sementara saya aktif ngeblog dan beli domain itu di awal tahun 2018.

Karena filmnya sudah lama, jadi kayaknya saya nggak perlu minta maaf kalau saya mau kasih spoiler offkors hahaha.

Film ini basic dari novel karya Ika Natassa terlaris di zamannya.
Diperankan secara apik oleh Reza Rahardian sebagai Ale, dan Adinia Wirasti sebagai Anya, yang mana keduanya sukses bikin saya geli liatnya, hahaha.

Harap maklum ya temans, mamak-mamak mah gitu, kalau dulu mungkin saya keplek-keplek lihat adegan romantis nan hot juga.
Tapi sekarang? setiap kali nonton film, selalu waspada takut anak ikutan lihat, karena si kakak misalnya, suka banget protes.
"Hiii, aurat hiii.."
"Hiii... nggilani, peluk-pelukan hiii
Offkors, meski saya nontonnya pas semua lagi pada bobok, tetep aja kayak orang ketakutan ke-gap nonton bokep dah *eh lol.

Oke fokus Rey!



Ceritanya di mulai dengan gambaran Anya yang menjadi seorang wanita dewasa cantik, anggun dan punya karir cemerlang di sebuah perusahaan Financial Consultant.
Eh bentar, saya heran, mengapa ya selalunya wanita karir sukses itu digambarkan berpofesi sebagai consultant gitu? hmmm...

Karena kesuksesannya, Anya jadi sering mobile ke sana ke mari untuk presentasi. Dan karenanya juga, dia semacam menjadikan bandara tuh kayak rumah keduanya, saking hidupnya selalu ketemu bandara hampir setiap waktu.

Meskipun demikian, ternyata Anya masih parno saat naik pesawat, makanya dia selalu membawa sebuah mainan dino kecil, semacam benda ajaib yang menenangkannya saat dia merasa nggak nyaman di pesawat.

Suatu hari, dia bertemu dengan lelaki tampan yang duduk persis di sampingnya, dalam perjalanannya menuju Sidney, Australia.
Dan mereka lalu kenalan, pacaran hingga akhirnya menikah.

Lelaki tampan itu bernama Ale, dia adalah seorang engineer yang bekerja di sebuah offshore rig di lautan lepas Mexiko.
Karena itulah setelah menikah, Ale mengajak Anya untuk mengikuti dia ke Amerika, tinggal di sebuah apartemen mewah di Manhattan New York, Amerika Serikat.

Kehidupan mereka berlangsung indah setelah menikah, meskipun akhirnya Ale harus meninggalkan Anya seorang diri selama berminggu-minggu karena dia harus balik ke rig.

Untuk melawan rasa sepi, Anya akhirnya meminta izin kembali bekerja dan dengan kemampuannya, dia bisa dengan mudah mendapatkan pekerjaan di Amerika.

Sampai di sini pasti banyak yang bosan nontonnya, mungkin karena ceritanya terlalu ketinggian untuk target market pecinta film Indonesia yang kebanyakan kaum menengah ke bawah, ada sih kaum atas, tapi jarang hihihi.

Film Critical Eleven ini sebenarnya bagai novel jadul yang sering saya baca, terlalu sempurna, setidaknya di awal.

Wanita cantik, sukses, kaya, pintar.
Ketemu dengan lelaki ganteng, kaya, pinter dan juga sukses.
Masalah duit mah bukanlah suatu masalah sama sekali.

Akan tetapi...
konflik mulai terasa (meskipun masih terasa biasa saja), saat si Anya hamil.
Ale menjadi sangat over protective, khas lelaki sukses dan kaya lainnya.

Dia memaksa Anya diam di rumah, hingga akhirnya dengan segala cara Ale berhasil membujuk Anya balik ke Jakarta.

Di Jakarta, Ale kembali ke rig, tapi rig-nya di lautan Jawa, jadi nggak jauh-jauh amat.
Anya yang kesepian, kembali bekerja di perusahaan tempat bekerjanya dulu.
See, i told you, di sini mah kagak ada masalah uang atau sulit kembali bekerja.

Akan tetapi, entah karena memang Anya kecapekan atau gimana, cobaan pertama mereka datang menghantam dengan keras, ketika janin yang dikandung Anya meninggal di dalam rahim.

Janinnya kelilit tali pusatnya, ini hampir sama dengan cerita hamil saya waktu hamil kakak Darrell, di mana tiba-tiba gerakan janin melemah, ternyata dia kelilit tali pusarnya sendiri.

Begitulah dimulai konfliknya.
Khas orang kaya banget kan :D

Saya membaca salah satu review di medium, bahwa cerita ini terlalu biasa.
Memang sih, meskipun demikian sebenarnya banyak juga nilai-nilai positif yang bisa kita ambil.


Pelajaran Berharga Dari Film Critical Eleven


Tahu nggak sih, akhir-akhir ini saya lebih suka nonton film drama Indonesia, padahal hobi saya itu dulunya nonton film Action dan comedy Hollywood.

film critical eleven
hi.grid.id


Namun setelah sekarang, saya tiba-tiba menggilai film drama, apalagi alasannya kalau bukan, saya suka mengambil hikmah atau pelajaran dari film-film tersebut.

Dan untuk film Critical Eleven ini, pelajaran berharganya adalah,


1. Mau kaya, mau miskin pasti diberi cobaan


Jujur, saya sering melamun sendiri, berhayal dan berandai-andai.
Jika memang saya dulu mau mengikuti kata orang tua saya, kembali ke Buton dan menerima semua rencana yang mereka buat untuk saya.

Kerja di PU, bisa jadi asisten dosen, kuliah lagi.
Dengan kemampuan saya, semua keluarga saya yakin saya bisa sesukses yang mereka bayangkan.

Ditambah doa restu orang tua, saya rasa jalan menuju kesuksesan akan lebih terang, yaaa.. setidaknya saya tidak akan mungkin terjebak dalam keadaan seperti sekarang.

Hidup yang jauh dari kata cukup, terjebak dalam menjaga anak di rumah, bahkan mau pulang ke rumah ortu saja, entah kapan bisa terjadi :(

Pun juga mengenai pasangan.
Setelah menikah 10 tahunan, saya baru tersadar, bahwa ternyata lelaki tegas itu bukanlah lelaki yang kasar, tapi memang sudah jadi semacam hal yang alami kalau lelaki ya memang kudu tegas, karena mereka adalah calon pemimpin rumah tangga.

Dulunya mah, saya auto ilfeel,  dikerasin oleh lelaki meski sedikit.
Semacam trauma si lelaki kasar kayak bapak saya.
Ternyata, memilih yang pendiam juga lebih memusingkan kepala, lolol.

Akan tetapi, setelah saya nonton film Critical Eleven ini, saya jadi membanding-bandingkan diri.
Kalau saya secantik dan sesukses Anya, menikah dengan lelaki seganteng dan semanis Ale, punya segalanya, uang bukan masalah.

Tapi bayinya meninggal dalam perut?
OOOO MAIII...
TIDAKKK!!!

Saya nggak bisa bayangkan jika ada di posisi tersebut.
Anya bahkan menyibukan diri demi melupakan kejadian memilukan itu.

Belum lagi hubungannya dengan Ale yang semakin memburuk.
Ale kecewa padanya, karena sebenarnya Ale ingin Anya di rumah saja, nggak terlalu capek di luar dan berakibat fatal bagi janin mereka.

Sesibuk apapun Anya bekerja, dia sama sekali nggak bisa melupakan hal tersebut.
Apalagi saya ya?
Kayaknya saya bunuh diri beneran deh, nggak takut lagi sakitnya bunuh diri, karena ya memang udah nggak merasa hidup lagi, huhuhu.

So kaya dan miskin bukanlah sesuatu ukuran kebahagiaan dan bebas masalah atau cobaan.
Mau kaya kek, miskin kek, pasti diberi cobaan oleh Allah, karena Dia Maha Adil.


2.  Mau kaya atau miskin, ganteng/ cantik atau kurang, hanya yang bertahan dan mau memperbaikilah yang bakal mendapatkan rumah tangga yang bahagia.


Saya selalu kesal pada suami dan mertua, mereka selalu saja mengatakan bahwa kami berantem dan berselisih karena duit atau ekonomi yang kurang.

Bukannya apa-apa, itu sangat melukai perasaan saya, seolah saya matre banget.
Padahal, dunia juga tahu, bagaimana perjuangan saya menikah dengan dia.

Saya mati-matian menciptakan karakter suami itu bak malaikat, orang tuanya orang berada, setidaknya lebih dari saya, jadi orang tua saya tidak khawatir anaknya menikah dengan lelaki yang nggak punya kerjaan tetap (iyeeeee... saya kayak bucin dah dulu, lol)

Padahal ya, semua itu hanya cara saya agar orang tua saya merestui hubungan saya dengan dia, yang aslinya mah dalam segi ekonomi keluarga, ya sama juga dengan keluarga kami, hahaha.
Yes, saya memilih jodoh yang sekufu atau selevel, biar meminimaliskan drama.

Suami maupun keluarganya beranggapan, bahwa kami akan hidup tentram kalau ekonomi keluarga membaik.
Makanya, mertua dan keluarganya selalu meminta saya memahami semua tingkah aneh suami, karena suami juga stres belum bisa membahagiakan saya.

Well, nggak sepenuhnya salah sih, tapi juga nggak benar-benar banget.
Mereka mengatakan seolah saya ini berantem masalah duit, padahal saya kesal karena sikapnya.

Kenyataannya, mau banyak duit kayak Ale dan Anya pun, kalau kita NGGAK MAU BERKOMUNIKASI, SELALU LARI DARI MASALAH, ya nggak bakal selesai masalah rumah tangganya.

Seperti itulah hubungan Ale dan Anya setelah kematian anak mereka.
Ale mencoba melanjutkan hidup, tapi dia tidak sepenuhnya menjadi Ale yang dulu, dia baik dan selalu mencoba memperbaiki hubungannya dengan Anya.

Sayangnya Anya adalah seorang wanita, dan saya yakin kita semua wanita akan setuju, kalau istri itu peka banget!
Istri selalu tahu jika ada yang kurang dari suaminya.

Dan memang benar, meskipun Ale bertingkah kayak biasanya, ternyata dalam hatinya dia masih meninggalkan beban, kalau dia masih menyalahkan Anya, dan itu masalah banget buat Anya.

So, hal itu begitu menghibur saya, bahwa uang memang bikin puyeng kepala.
Nggak ada uang itu, apalagi dalam kondisi anak sudah sekolah yang biayanya nggak sedikit sungguhlah memusingkan.

Tapi, bukan berarti banyak uang masalah selesai, pastinya bakal dikasih masalah rumah tangga lainnya, misal orang ketika atau semacamnya.

Intinya?
PERJUANGKAN RUMAH TANGGA KITA, ANTARA SUAMI DAN ISTRI.
Bukan uang.
Bukan mertua.
Bukan lainnya.

Saling berbicara dari hati ke hati, saling menerima dan memberi ruang.
Itulah cara terbaik ketimbang hanya sibuk cari uang.


3. Tanggap terhadap colekan Allah demi kebaikan.


Ale dan Anya nyaris saja berpisah, dan itu sangat memungkinkan.
Mereka belum punya anak, Anya cantik, dan pintar serta mandiri.

Tidak mungkin lah dia lama-lama menikmati rasa sakitnya seorang diri.
Dia akhirnya memutuskan pergi dari Ale, dengan menerima tawaran posisi kerjaan di Australia.

Saat itulah, Ale yang sebenarnya sangat mencintai Anya, jadi kebingungan tak terkira.
Dia mengejar Anya ke bandara, dan karenanya dia kecelakaan di jalan dan sampai koma.

Hmm... klasic banget yak, dulu waktu SMP juga saya sering baca novel yang ending-nya gitu, hahaha *plak, fokus Rey! 

Syukurlah, Allah masih memberikan mereka waktu untuk bersama, kecelakaan itu justru membawa berkah buat mereka berdua dalam memperbaiki hubungan.
Saling memaafkan, memberi ruang dan benar-benar memulai semuanya seperti semula.

Kadang, orang terlalu fokus pada masalah atau musibah, sampai lupa memaknai musibah tersebut.
Musibah Ale kecelakaan justru berbuah manis pada hubungan mereka.

Demikian pula kami, perlahan tapi pasti, pak suami mulai kembali seperti dulu, meskipun saya tidak akan kembali seperti dulu lagi, karena saya belajar bahwa mencintai pasangan adalah dengan memberikan dia ruang dan menikmati semua kasih sayang pasangan atas dasar hatinya, bukan dikte dari saya.

Yup, saya jadi lebih ridho dan percaya, kalau suami bisa membawa rumah tangga kami lebih baik lagi, tentunya di atas landasan saling percaya dan menjaga kepercayaan tersebut, serta menganggap kebahagiaan pasangan adalah yang utama.


4. Setelah nonton film Critical Eleven, saya sangat yakin, Nia Ramadhani punya battle sendiri dalam hidupnya.


Hah? Kok jadi Nia Ramadhani sih? kagak nyambung banget ih!
Iya..
Saya mengambil plot Nia Ramadhani, karena kalau baca di mana-mana, saya lihat hampir semua wanita semacam menganggap hidupnya kurang, karena mereka merasa bukan Nia Ramadhani.

hi.grid.id

Ya elaaahhh, padahal ya, kalau Allah tukar posisinya, rohnya di masukin ke badan Nia Ramadhani.
Punya tubuh langsing tinggi semampai, wajah cantik menawan.
Suami ganteng dan tajirnya 8 tanjakan *eh :D

Tapi dengan manner atau karakter kayak mereka, di jamin bakal cerai dalam seminggu deh, hahahaha.

Anya, menurut saya jauh lebih sempurna hidupnya ketimbang Nia Ramadhani.
Dia cantik, SMART!, wanita sukses dan mandiri luar biasa.
Punya body yang juga membanggakan.

Anya mah memiliki semuanya.
Akan tetapi, tuh lihat dengan perjalanan hidupnya, sempat juga kan terpuruk.

Demikian juga Nia Ramadhani.
Dipikir enak-enak aja apa hidup dengan suami orang kaya raya?

Punya suami kaya itu, means kita WAJIB jadi ratu.
Punya manner yang bagus, ada batasan-batasan yang hanya Nia Ramadhani ketahui.
Buktinya? lihat saja tuh sejak menikah, Nia sudah nggak pernah keliatan main film, apalagi sinetron.

Beruntung Nia hebat, mungkin ibunya mendidiknya jadi wanita yang hebat.
Saya rasa, dibalik semua hal yang dia miliki sekarang, pasti ada sesuatu yang bikin dia tidak nyaman, namun Nia begitu tahu batasan demi kewarasannya dan yang terbaik untuk dia.

So, berhenti deh bersedih hanya karena kita tidak selangsing Nia Ramadhani.
Tidak semancung hidungnya Nia Ramadhani.
Tidak punya suami sekaya Ardi Bakri

Dan hal-hal yang mungkin bikin kita nggak bahagia saat ini.

Semua orang punya tantangannya masing-masing.
Mau kaya kek, miskin kek.
Hanya orang yang pandai bersyukurlah yang akan merasakan hidup bahagia selamanya.

Demikianlah makna dan pelajaran dari film Critical Eleven menurut saya, kalau temans?

Oh ya, sebenarnya masih ada makna yang lebih mendalam, setidaknya dilihat dari pesan novel Ika Natassa sendiri.

Sesungguhnya film Critical Eleven ini lebih menyorotkan pada hubungan dua orang manusia, yang mana, lelaki introvert dengan wanita independent.

Akan tetapi, maybe kita ulas tersendiri di lain waktu kali ya.
Karena ini review saya, ofkors dong saya ceritain yang relatable dari saya dengan film Critical Eleven ini, biar lebih mengena, iya nggak? hihihi.


Sidoarjo, 14 Maret 2020

@reyneraea

24 komentar :

  1. Wah kalau kisah mb lianda marta mah aku juga baca, beliau kalau tida salah lumayan aktif dan bagian dari keb juga kan, alhamdulilah udah baik ya ikut senang klo gitu

    Film ctitical eleven, filmnya uda lama, kok tumben kak rey baru nonton huahahhaa #rusuh kamu Mbul

    Klo film ini aku jujur pas lagi hamil ga berani dulu nontonnya, yaitu pas aku lagi hamil si kakak, takut baper ey, baru nonton pas uda lahiran dulu hahaha
    Filmnya beneran menguras esmonih eeh esmosi, tapi aku akuin sih film ini yang biasanya aku ga suka akting reza rahardian karena bosen pengen ada aktor film pria regenerasi lagi selain dia haha, tapi di sini akting doi paling ngeblend sama adinianya, jadi okeylah aku nontonnya lumayan menikmati, walaupun di awal agak ngebosenin, tapi pas konflik kejadian sesuatu ama calon debaynya mendadak jadi tegang, terus ikut terhanyut dah #anaknya klo nonton film suka terbawa suasana

    La kok di belakang jadii bahas nia ramadhani wakak
    Ya walau aku tidak semancung nia atau selangsing deseu tapi aku ga ngerasa ketrigger ama orang kaya macam nia ramadhani atau orang kaya lainnya. Cz rejeki sudah diporsikan masing2 oleh Alloh kepada hambanya, tergantung titik usaha masing2 #setdah sok bijak amat gw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, iyaaa.. baru sempat nih Mbul, padahal sejak dulu pengennya, meski jujur dulu saya kurang sreg ama film Indonesia sih :D

      Eh bener Mbul, ini nggak recomended buat bumil ya, karena adegan bayi itu, duh bakal kepikiran terus entar kalau bumil nonton :D

      Lah kok beda ya, saya jujur kurang suka acting eh tepatnya karakter kali ya, dari si Reza di sini, karena adegan dewasanya hahaha.

      Hahaha, keren deh dirimu say, betul banget tuh, mengapa selalu membandingkan dengan orang lain, padahal semuanya juga punya battle masing-masing ya, even si Nia :D

      Hapus
  2. Aku sampai sekarang belum terlalu banyak nonton film Indonesia mbak, masih suka nonton film luar, padahal harusnya cintailah produk sendiri ya mbak.😂

    Kadang yang bikin aku kurang suka ya gitu, tokoh dari jalan ceritanya terlalu sempurna buat saya, misalnya cantik atau ganteng, pintar, dan tajir melintir kayak kang satria.

    Setelah itu biasanya setting nya di rumah bagus dll, ya saya yang rumahnya masih ngontrak dan kerja kuli jadi minder. Makanya film Indonesia favorit saya masih bajaj Bajuri, eh itu mah sinetron ya 😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kok sama yah. Saya suka underestimate film dalam negeri hehehe.
      Tapi bbrp film produk dalam yang saya suka adalah Habibie n Ainun

      Hapus
    2. hahaha iyaa...
      Kalau film Critical Eleven ini memang sebaiknya ditonton ama orang yang suka drama, kalau enggak bisa ngorok nontonnya, terlalu sempurna soalnya buat orang Indonesia hihihi.

      Hapus
  3. Critical Eleven, dari judulnya saya pikir itu film Hollywood eh ternyata film Indonesia soalnya jarang nonton film Indonesia eh bukan jarang sih tapi sering juga nonton film si Pitung atau si Jampang..hehehe..dan terakhir nonton film Indonesia film Gundala tapi bingung sama jalan cerita filmnya entah bercerita tentang apa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, eh emang Gundala itu film anak-anak ya? kayak pernah dengar :D

      Hapus
    2. Film superhero Indonesia mbak, tapi bisa dinikmati penonton dewasa kok, seperti captain Amerika atau Hulk gitu.

      Gundala dari komik harya suraminata pada tahun 1970an mbak, kalo ngga salah dulu teman saya ada yang punya tapi udah lecek banget karena tahun 2000an.😄

      Hapus
  4. Saya belum pernah lihat filmnya mba, tapi dari sinopsisnya jadi punya gambaran seperti apa filmnya hehehehe ~ by the way saya setuju sama statement mba kalau setiap orang pasti punya cobaan hidupnya sendiri yang mungkin nggak kelihatan :D

    Yang kaya raya bukan berarti hidupnya senang-senang saja. Ini sama sih seperti saat seorang karyawan bilang kalau jadi bos itu enak padahal untuk seorang bos, jadi karyawan pun terbilang enak. Karena masing-masing dari mereka nggak lihat battlefieldnya satu sama lain :D hehehehe. Ada yang hidup terlihat sempurna, tapi nyatanya penuh aturan. Ada yang hidup terlihat bebas, tapi nyatanya rindu diatur juga :D

    Saya pun percaya, Tuhan itu sangat fair means setiap umatnya pasti punya masalah berdasarkan kekuatannya masing-masing. Cuma mungkin memang nggak kelihatan :D dan memang kita harus lebih banyak bersyukur ya mba, untuk hidup kita. Alias nggak sering-sering lihat rumput tetangga seperti post mba Rey sebelumnyaaa :>

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, saya ngomongin tentang diatur, saya jadi ingat teman-teman yang mengeluh suaminya suka ngatur, larang ini itu, mereka bilang saya enak, nggak pernah diatur.

      Mereka nggak tahu, kalau saya juga kadang iri sama mereka, karena menurut saya, diatur itu adalah bentuk sayang dan perhatian suami.
      Dasar yeee manusia ini nggak ada puasnya hahahaha

      Btw, ini sebenarnya masih panjang ulasannya, yang sebenarnya pesannya itu bukan tentang battle tiap orang, hanya saya geli juga banyak yang gagal fokus pada kehidupan sempurna Anya dan Ale :D

      Kalau plot film aslinya ya, menceritakan bagaimana seorang suami introvert menikah dengan istri super independent, menarik sih tapi kayaknya lain kali diulas hihihi

      Hapus
  5. Belum pernah nonton filmnya tapi nanti coba saya tonton deh...kalau dapat versi gretongannya.🤣🤣🤣🤣🤣


    Banyak Harta bisa juga cobaan hidup. Miskin tanpa harta juga cobaan hidup.


    Cuma rata2 orang Indonesia menganggap cobaan itu waktu miskin atau nggak punya duit.


    Giliran banyak duit lupa, Nggak pernah bilang itu cobaan...Yang ada semua dicobain.🤣🤣🤣

    Yaa namanya Hidup pasti selalu ada cobaan.....Kalau cobain mah orang nyambel itu mah. Yee nggak mak Rey..🤣🤣🤣🤣🤣🤣🏃🏃🏃

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahhaaha, eh iya ya, kalau nyambel pasti enak dicobain *eh :D

      Orang-orang nggak tahu, kalau cobaan orang kaya juga banyak, cuman bukan masalah duit, tapi lainnya :D

      Hapus
  6. Hahaha kalau sama nia ramadhani mah kagak usah dibandingin mbk, terlalu jauhhhhh.

    Bahagia menurut level diri sendiri saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi dipikir Nia Ramadhani nggak pernah punya masalah kayaknya :D

      Hapus
  7. Aku baca buku critical eleven pas baru2 keluar, dan sukses berkaca2 pas baca. Film nya keluar waktu itu pas aku lg hamil. Krna pas hamil aku gampang baper n mellow, temen2 bilang mending jangan nonton. Eh keterusan deh sampe skrng blm nonton. Hehehe..
    Tp klo baca cerita nya Mba Rey, kayanya ada yg beda deh sama bukunya. Di bukunya mreka ga tinggal di New York.

    Btw, setuju sih mba, mau orng kaya nya kebangetan, blm tentu bahagia jg. Ku punya temen super ganteng, istrinya selebgram cantik,tajirnya ga usah ditanya. Tp bertahun2 nikah blm dikaruniain anak. Everybody has their own battle

    BalasHapus
    Balasan
    1. Loh serius? kok sampai sejauh itu bedanya hahaha.
      Makanya banyak yang kecewa setelah nonton filmnya, menurut orang-orang lebih bagus bukunya :)

      Nah kan, masalah anak ini juga bikin baper maksimal ya

      Hapus
  8. Intinya hidup itu harus banyak bersyukur. Kalo ngeliat hidup orang terus kita akan ngerasa kurang terus. Gak usah iri dengan hidupnya orang lain, karna kita belum tau apa yang dia sembunyikan di hatinya. Bisa aja senyum-senyum eh hatinya susah karna punya banyak masalah.

    Hidup sederhana aja udah mbak. Jadi orang kaya gak tenang, hidupnya dikejar-kejar kantor pajak, wkwkwkwk.

    Beneran ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, hidup yang pas-pasan aja gimana?
      Pas mau gini ada duitnya, pas mau gitu juga ada duitnya hahaha

      Hapus
  9. Critical eleven ini aku belum pernah nonton filmnya. Tapi sudah khatam baca novelnya. Dulu aku baca novel critical eleven saat aku masih kuliah, jadi aku belum nikah saat itu.

    Baca novel itu sambil nangis-nangis karena baper banget. Kok kasihan ya, Anya harus merasakan kehilangan janin bakal anaknya. Selain itu Anya juga harus melawan konflik batin karena merasa bersalah dan merasa disalahkan oleh Ale akan meninggalnya janin yang ada di perutnya. Lalu aku berpikir, kalau aku jadi Anya, apakah aku bisa melewati cobaan seperti itu.

    Setelah beberapa tahun kemudian aku menikah, lalu aku hamil. Ternyata ada yang salah dengan kehamilanku. Ada penyumbatan dalam placenta yang membuat janinku gak bisa menerima nutrisi dan oksigen sehingga janinku tidak bisa tidak berkembang dengan baik dan lemas. Keputusan akhirnya adalah janin harus segera dikeluarkan dari perut untuk kebaikan janinku dan aku. Bayiku bisa terlahir dalam kondisi hidup, tapi qadarullah di hari kelima setelah lahir bayiku meninggal.

    Setelah meninggalnya bayiku itu, rasanya berat sekali aku menjalani hidup. Rasa bersalah akan kematian bayiku, keluarga suami yang terus menyalahkanku, lalu ada omongan tetangga yang gak enak di dengar, tubuh yang lemah dan perut yang sakit setelah operasi, semuanya terasa tidak mudah. Tapi Alhamdulillah sekarang sudah bisa melaluinya dengan baik. Lalu setelah baca postingan Mbak Rey ini jadi teringat cerita Critical Eleven. Ternyata aku dikasih cobaan yang mirip dengan Anya, walaupun aku bukan sosok secemerlang Anya. Dan ternyata aku bisa melewatinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Allaaaahh, peluuuukkkkk...
      Maaf ya, jadi bikin sedih lagi dengan tulisan ini, hiks.
      Saya belum pernah dan jangan dulu pernah deh merasakan hal itu.

      Kehilangan anak saja sudah beraaattt luar biasa, masih juga ditambah dengan disalah-salahkan, ingin rasanya mengadu biar yang salahkan berada di posisi tersebut ya, hiks.

      Tapi Alhamdulillah, semua sudah berlalu, dan malah menciptakan sosok wanita yang kuat :)

      Hapus
  10. aku suka film ini, bagus menurutku, sampe nangis tapi lupa adegan yang mananya saking lamanya film ini :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. heheeh menyentuh ya Mba, cuman memang kata orang-orang bagusan bukunya :D

      Hapus
  11. Buku2 Ika Natassa aku selalu sukaaaaa. Ceritanya itu kayak nyedot perasaan, seolah ngerasain apa yg dialami tokoh2nya :D. Critical eleven ini aku baca bukunya, tp blm nonton filmnya. Pas kluar di bioskop, jujur aja aku ga pengen nonton, Krn takut ceritanya bakal menyimpang dari buku ahahahahaha. Aku bisa ilfil kalo gitu :D.

    Tp ngeliat pemerannya Adinia dan Reza Rahadian, setuju banget sih. 2-2 nya aku suka akting mereka , dan pas sih menjadi Ale dan Anya.

    Aku sempet iri pas baca buku ini Rey. Iri Ama kehidupan Anya yg bisa sesering itu ke LN hahahahahah. Impianku banget bisa sesering mungkin ketemu bandara dan travel ke banyak tempat :D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mba Faann, blognya kenapa? nggak bisa diakses loh sejak beberapa hari lalu.

      Jangan nonton deh!
      Banyak yang kecewa ama filmnya karena udah baca bukunya, saya jujur berharap yang lebih spektakuler, tapi memang agak datar sih, kalau nggak benar-benar ingin mendalami ceritanya, mungkin terasa membosankan, dan masalahnya itu cuman orang yang mengerti yang bisa mengatakan itu masalah hahaha

      Bener juga, banyak yang gagal fokus, malah setelah nikah mereka tinggal di Manhattan dong :D

      Semangat Mba, insha Allah akan berjodoh dengan traveling berbayar, sesuai pasiion banget :)

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)