Ketika Anak Diminta Memilih Saat Orang Tua Hendak berpisah

anak memilih ayah atau ibu

Sharing By Rey - Ketika anak harus memilih ikut ayah atau ibunya, saat orang tua terpaksa berpisah, kira-kira apa yang ada di benak mereka?

Itulah yang saya lakukan pada si kakak di malam tadi.

As you know, hubungan saya dengan suami memang kurang baik akhir-akhir ini, entahlah..
Mungkin saya yang kurang sabar, atau memang suami yang kurang kuat.

Yang jelas, kadang terpikir oleh saya untuk mengakhiri hubungan yang saya rasa sudah toxic ini.
Bukannya menyerah, akan tetapi tidak dianggap itu sungguh menyakitkan.
Terlebih, saya benar-benar sendiri di sini.

Jauh dari keluarga, nggak bisa keluar bertemu teman-teman, karena 24 jam harus bersama anak, lebih parah lagi, saya nggak punya dana cadangan, karena selalu habis untuk membantu suami.

Intinya, kadang terpikir untuk menyerah, namun..
Anak-anak juga sangat dekat dengan papinya, dan hal itu bikin saya jadi penasaran, kira-kira jika disuruh memilih, si kakak yang semestinya sudah lebih mengerti, akan memilih siapa?

Lalu beginilah percakapan iseng saya bersama si kakak,

Saya : "Kak, mami loh selalu marah-marah kalau tinggal di sini sama papi, mami pengen cari uang biar punya tempat tinggal sendiri, biar mami nggak marah-marah lagi"
Kakak : "Iya mi, nanti kita cari rumah yang nggak ada ularnya"
Ya elah, itu doang yang dipikirin, lol.
Saya : "Doain mami ya Kak, jangan pernah lupa kalau sholat, wudhu yang bagus, sholat yang khusu', doain mami yang khusu'"
Kakak : "Aamiin, iya mi, Kakak doain kok"
Saya : "Tapi kalau mami udah bisa punya tempat tinggal sendiri, Kakak nggak papa jarang ketemu papi?"
Kakak : "Papi kan memang kerja terus"
Wah ternyata si anak usia nyaris 10 tahun ini, belum sepenuhnya paham apa yang bakal dia jalani nanti.
 Saya : "Iya, tapi nanti bahkan nggak bisa ketemu lebih sering lagi, kan mami dan papi udah pisah, atau kakak mau ikut papi?"
Kakak : "Iya ya" (sambil terlihat bingung)
Saya : "Kalau disuruh pilih Kakak mau ikut mami atau papi?"
Kakak : "Bingung juga sih"
Saya : "Mengapa bingung?"
Kakak : "Karena kayak tarik tambang" (pintar juga dia nyari perumpamaan hehehe)
Saya : "Kenapa nggak ikut papi saja? mami kan galak, banyak aturan?" (please say NO!
Kakak : "Kan mami udah ngurus Kakak, ngasih makan Kakak, jadi mami marah karena capek" 
Huhuhu, sungguh terharu.


Anak Sesungguhnya Berharap Orang Tuanya Tetap Bersama


Saya tidak tahu ya, mungkin memang sounding orang tua-nya yang hebat atau karena faktor lain, di mana (mungkin) ibu dan ayah memang tidak benar-benar terekam dalam ingatan anak, bahwa memiliki mereka berdua adalah kebahagiaan tak terganti.

ketika orang tua akan berpisah

Sehingga saya masih belum bisa sepenuhnya setuju, bahwa anak lebih suka orang tuanya berpisah asal damai, ketimbang bersama selalu berantem.
Terutama jika faktor ekonomi juga menjadi masalah buat keluarga tersebut.

Karena sepanjang ingatan saya, sewaktu kecil saya memang berharap mama dan bapak agar bercerai saja, itu dikarenakan, saya sama sekali nggak ada kedekatan terhadap bapak, bahkan bisa dibilang, i hate him.

Namun, beda kalau saya mencintai keduanya, mungkin saya berharap mereka selalu bersama, jangan pernah terpisahkan.

Itu juga yang ada di pikiran si kakak.
Kedekatan saya maupun suami terhadap anak-anak memang seimbang.

Saya galak, tapi saya selalu tahu cara meminta maaf, dan hei... saya ada di samping mereka 24/7.
Suami selalu lebih sabar, dan kalaupun lagi marah, saya selalu membela anak-anak, sehingga anak-anak jarang bisa kena marah berlebihan dari papinya.

Jadinya, baik si kakak maupun adiknya, sangat dekat dengan kami berdua.
Sayang kaminya yang sekarang nggak dekat, lololol.

Itu belum ditambah dengan adaptasi kehidupan setelah orang tua berpisah.
Kalau orang tua punya harta yang banyak mah, mungkin nggak akan terlalu sulit.
Tapi jika dengan ekonomi seperti saya?

Saat kami berpisah, sudah menjadi keharusan sayapun harus kembali mencari pekerjaan yang bisa menghidupi, mau nggak mau saya akan meninggalkan anak-anak.
Dan lengkap sudah kesedihan anak-anak jika itu terjadi.


Pernikahan Yang Saling Memperjuangkan Adalah Bukti Nyata Cinta Orang Tua Pada Anak


Pada akhirnya, hanya pernikahan yang saling diperjuangkan yang menjadi hadiah terindah untuk anak-anak.

Anak-anak mungkin akan kesal saat meminta sesuatu pada orang tuanya, dan orang tua tidak bisa langsung mengabulkannya karena masalah ekonomi.

Tapi, kehangatan cinta yang lengkap dari ayah maupun ibu, akan menjadi magnet buat anak agar selalu berusaha menjaga kepribadiannya yang lebih baik.
Menjadi kenangan terindah buat anak-anak, yang membuat mereka selalu merasa dibutuhkan orang tua.

Sesungguhnya, menjadi orang tua juga adalah pengorbanan terindah seumur hidup, setidaknya sampai anak-anak mandiri dan mengerti tentang 'beban' dunia ini.

Membuang semua ego, menikmati sakit dan kecewa yang mungkin tidak sengaja hadir dalam hubungan pernikahan.
Bangkit, saling berjuang demi anak-anak.

Dan itu berlaku buat ayah, maupun ibu.
Dear parent, please berikan anak-anak kita masa kecil yang indah, meski mungkin kita belum mampu mengajaknya bermain di Disneyland atau tempat bermain impian lainnya.

Karena anak sesungguhnya akan bingung saat disuruh memilih antara ayah atau ibunya.
Dan kebahagiaan anak, tidak akan lengkap meski kita bisa mengajaknya bermain di Disneyland atau semacamnya, jika kedua orang tuanya nggak bisa ikut secara lengkap.

How about you, temans?

Sidoarjo, 25 Maret 2020

@reyneraea untuk #RabuParenting

Sumber : Pengalaman dan opini pribadi
Gambar : Canva edit by Rey

49 komentar :

  1. Tetap kuat, ada Allah yang menjadi pelindungmu, mbak. Sy hanya bisa doakan semoga segala masalah ada solusi yang bijaksana, buat anak2 juga. Mba Rey pasti tau yang terbaik. Aku percaya itu. Kebahagiaan punya orang tua lengkap, memang menjadi warisan indah buat anak-anak. Aku pernah dapat nasehat dari seseorang, anak anak diajak maen ke Jepang dengan maen ke empang, bakalan sama bahagianya. Bahkan maen di empang (sungai) bisa lebih bahagia asal bersama orang tuanya :))

    Jaga kesehatan Mami sayang :))

    Buat Kakak, jaga Mami selalu ya. Anak sholeh yang melindungi Mami :))
    Peluk jauh buat kalian bertiga :'))

    Sy bantu aminkan punya rumah yang bebas dari Ular hehe *piss :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww... terimakasih mama Lui tersayang, selalu bisa memberikan rasa hangat di setiap tulisannya :*

      Hapus
  2. Keputusan berpisah di saat sudah ada anak, itu memang berat, dan bener2 harus dipikirin Mateng. Waktu aku divorce Ama ex suami sblmnya, aku LBH gampang memutuskan Krn tidak ada anak. Jd udh bulet banget ga mau melanjutkan LG.

    Tapi Rey, ini kalo opiniku yaaaaa... Jgn diikutin kalo memang ga sejalan Ama kamu.

    Aku tipe yg ga mau dicuekin, diboongin apalagi, ga dianggab, trutama dr pasangan sah sendiri. Sorry, tp aku bakal confront dia dan tanya alasan, dan kalo ga cukup memuaskan aku, divorce buatku keputusan terbaik. Aku tau ada anak2. Tp mereka hrs ngerti, nikah itu hrs bahagia sama2. Kalo cuma ibunya tersiksa, aku yakin ga bakal bisa fokus juga mengurus anaknya, stress yg menggerogoti dr dalam, si ibu jd marah2 Mulu. Udh ga sehat.

    Aku pribadi , ga bakal takut untuk memilih cerai. Racun kalo dibiarin bisa mematikan. Harus dikeluarin sebelum menjalar kemana2. Walopun itu hrs dgn cara dipotong .

    Dulu aku nangiiiiis Mulu pas msh Ama ex suami. Kuliahku ga fokus, ujian sempet turun dari biasanya pas kluar hasil. Tp kmudian aku sadar, aku berhak bahagia kok. Dia memang suami, tp bukan berarti ya dia bisa seenaknya. Lu siapeee :p. Dan setelah sadar, aku ga peduli lg dan lgs ngajuin cerai. Dia nangis2, mohon dibatalin, maaaaaph, udah mati rasa.

    Setelah cerai, aku bisa ngelanjutin kuliah dgn damai, nilai bagus, dan fokus cari kerja. LBH bahagia hidup, Krn ga harus dgr kata2 makian lagi, ga harus ribuuut Mulu.

    Sekarang kalo ditanya , seandainya aku ada anak saat itu, apa bakal tetep cerai? Jawabannya YA. Krn yg aku bilang td, berkorban demi anak2 memang perlu. Tapi bukan dgn cara bikin aku ga bahagia. Aku berhak bahagia, dan kalo emmang caranya hrs berpisah, ya sudah.. aku bakal lakuin. Ada banyak orang2 yg aku kenal, bercerai, tp hubungan mereka malah LBH baik setelah pisah. Ttp bisa ketemu anak kok. Dan yg seperti itu jauh LBH sehat buat semua pihak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huhuhuhu, terimakasih Mba, Mba Fanny itu selalu menginspirasi banget sebagai wanita yang kuat dan tegas.
      Saya belajar banyak hal tentang itu.

      Saya kadang keras doang, tapi gampang luluh hiks

      Hapus
  3. Hai mbak Rey, saya lama ga BW, cuma kunjungan balik doang, karena belakangan emang ga begitu aktiF.
    Semoga mbak Rey baik-baik aja, apa yang saya baca ga seburuk yang saya artikan :)
    Buat saya, anak adalah top priority, dia adalah segalanya, dan saya tidak akan memberikan kesempatan dan membiarkan mereka memilih, karena hanya saya, ibunya, yang paling mengerti mereka, no one else, walaupun Bapaknya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. haloo Mbaaa, kangen ih, sayapun belum sempat main ke sana nih :*
      Absolutely ya Mba, terutama jika anak-anak selalu bersama ibunya, makasih banyak ya sharingnya, means a lot buat saya :)

      Hapus
  4. Halooo, lama nggak BW, terhalang corona (hadeh alasan)

    Jujur, bingung mau komen apa. Apalagi saya nggak mengalami kasus yang dialami kak Rey. Suka ribut sih dan anak2 ngeh ortunya ribut tapi nggak sampai tahap parah.
    Sebelum memutusan tentu saja harus dipikirkan dipikir matang-matang. dan jagan lupa minta petunjuknya, sholat istikharah.
    Bukankan apa yang kita pandang baik belum tentu baik di mata-Nya, begitu juga sebaliknya. So, minta petunjuk-Nya apalagi buat keputusan penting :) tetap semangat dan saling mendoakan ya kitaaa

    BalasHapus
  5. Aduh... jangan cepat mengambil keputusan Mbak.. Kasihan anak-anak. Coba dicari solusi yang baik...

    BalasHapus
  6. Aku pun akan bingung jika harus memilih ikut emak atau ikut bapak. Soalnya aku sama dekatnya dengan emak dan bapak. Karena sudah lebih dari 13 tahun bapakku meninggal dunia maka saat ini yang aku punya cuma emakku.

    BalasHapus
  7. Dengan pengalaman orang tuaku yang tidak harmonis, aku jadi meyakini bahwa hidup itu sekali, jadilah bahagia. Aku dulu tahu benar bahwa mereka tidak bahagia. Lalu mereka berkata bertahan demi anak2 juga bukan sesuatu yang WOW buat aku sebagai anak, malah jadi beban sejujurnya. Anak2 ingin melihat orang tuanya bahagia, dengan begitu mereka pasti bahagia juga :)

    BalasHapus
  8. terkadang membaca tulisan seperti ini, terbayang ini terjadi pada keluarga sendiri. but semoga saja tidak terjadi lah mbak. karena jujur. anak-anak masih ingin melihat ayah dan ibunya bersama. selalu bersama

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga selalu diberi kesempatan dan kekuatan untuk bertahan ya :)

      Hapus
  9. Waaduuhh!...🤯🤯

    Jadi merinding gw bacanya,, Terlebih Lihat para komentator wanita2 handal diatas.

    Yaa anak disuruh memilih ikut bapak atau ibunya...🤯 Kalau menurut saya kata2 tersebut kurang tega saya mendengarnya. Karena sang anak akan dihadapi suatu dilema kebimbangan, Karena apa bagi anak kedua orang tuanya sangat dibituhkan. Jika kita memaksa hal itu pada anak kemungkinan seorang anak akan memiliki perspektif tersendiri tentang perpisahan orang tua mereka. Mereka menarik kesimpulan yang mungkin tampak tidak masuk akal bagi orang dewasa, namun sangat masuk akal di mata anak tersebut.

    Mungkin dalam hal ini saya pribadi juga awam, Meski suka juga ada masalah dirumah tetapi masih mampu saya klarifikasikan dengan baik. Selebihnya seringnya melihat perceraian teman, atau orang lingkungan sekitar yaa ada juga yang anaknya ikut bapaknya atau sebaliknya.

    Bahkan saya punya teman yang setiap bulannya harus mengirim anaknya kembali kerumah mantan istrinya. Anehnya mereka tetap akrab. Tetapi tidak bersatu, Sampai saya tanyakan jawabannya yaa sederhana sudah tidak cocok katanya.🤯🤯 Malah saya bingung melihat hal seperti itu.🤣🤣🤣 Iyaa memang demi anak... Tetapi kenapa tidak rujuk saja yaa...Bingung gw juga.🤣🤣

    Memang sih jika sudah bersebrangan atau tidak bisa dipertahankan kembali, Yaa apa boleh buat cuma yaa siap hadapi resikonya termasuk anak serta kejiwaannya.

    Kecuali jika ingin bertahan atau merubahnya secara efektif soal rumah tangga tersebut kita juga harus tahu step2 masalah rumah tangga kita contohnya. Salah satu akar penyebab dari perceraian. Adalah kesalahpahaman, Meski sepele terkadang bisa merusak hubungan kita. Dan membuat pasangan kehilangan kepercayaan. Jadi mengalami banyak masalah dalam kehidupan pernikahan karena kesalahpahaman, jangan anggap itu hal yang ringan. Segera luruskan kesalahpahaman yang terjadi pada diri kita dan pasangan.

    Karena yaa orang punya kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi, Hindari sikap egois atau mau menang sendiri dalam hal berumah tangga. Meski terkadang fakta dilapangan tetap banyak orang yang bercerai dengan dalih bermacam-macam.

    Jadi akan lebih baik pertahankan rumah tangga kita selama kita kuat. Namun jika kenyataannya berbeda yang terpenting kita sudah berusaha menjadi yang terbaik karena kita tidak sendiri, Allah.S,W,T tak mungkin diam untuk hal ini. Terlebih jika kita sering mendekatkan jiwa raga kita kepadanya.😊😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak atas nasehatnya pak ustadz.🙏

      Hapus
    2. Saya jadi ingat film marriage story deh, itu film bagus banget, tentang 2 orang yang masih mencintai tapi nggak sejalan, lucu sebenarnya ya :D

      Hapus
  10. Kita punya kesamaan sepertinya mba, ttg ortu jg, dan sempet jg dulu mengalamo hal-hal seperti itu, saking traumanya dulu saya sempet memutuskan gak mau menikah seumur hidup. Kesel karena ortu berantem (plus kdrt), baikan, berantem, gitu2 terus tp gak ada yg mau cerai. Yang capek siapa? Anak, karena ortu curhatnya ke anak dan berefek ke masa depannya nanti. Tp dari situ, saya jadi penasaran kenapa susah bgt ortu buat komunikasi, dari situ saya coba belajar, biar kehidupan pernikahan saya gak seperti mereka, saya trauma tp akhirnya ketemu dgn suami yg bisa saya maklumi segalanya. Terakhir kmrn saya suka nonton youtube nya. Dr. Aisyah Dahlan, coba di tonton mba, rekomen.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah sama ya Mba, meski untungnya sih bapak saya cuman kata-kata aja, suka bentak mama, suka banting barang, tapi seumur-umur nggak berani dia nyakitin fisik sedikitpun.
      terus mama saya suka curhat jelekin bapak, alhasil saya benci sama bapak, nanti setelah nikah baru saya bisa paham dan memaafkan semuanya

      Siap Mba, saya tonton, thank so much rekomendasinya :)

      Hapus
  11. Pelukkkk erat mbak Rey dari jauh. Kadang kalau baca beberapa cerita dirimu tuh kaya ngerasa, kok aku banget ya.

    Hampir setiap kasusnya sama.

    Jangan menyerah ya mbak, saat memutuskan untuk berpisah anaklah yang paling menderita nantinya. Tapi kadang kita juga bingung, apa kita jg harus mengorbankan kebahagiaan kita demi anak ?

    perbanyak sholat mbak. Minta pertolongan sama Allah semoga suami mbak bisa berubah, percaya , Allah maha pembolak balik hati.
    Memang proses nya butuh kesabaran dan kekuatan...
    Tapi aku yakin, mbak Rey orang yg kuat...
    Kita pasti bisa mbak. Insyaallah.
    Sehat terus mbakk..

    Peluk dari jauh
    Semoga di

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa peluk jauh juga.😳😱😱😂😂😂

      Semoga di.......??????😱😱😱

      Hapus
    2. Semoga atas saya diciduk satpol PP.🙄

      Hapus
    3. peluukkk *eh yang 2 orang bukan mahrom minggir dulu yak, hahahaha.

      Terimakasih banyak Mbasaayyy, atas semua semangat dan doanya :*

      Hapus
  12. iya sih, aku juga nggak bakalan bisa bila disuruh memilih
    ya meski ada kurang-kurangnya, tapi mereka saling melengkapi
    dan kita harus bersyukur karena mereka masih tetap ada dan bersama

    BalasHapus
  13. Ini benar benar tulisan luarbiasa, Rey, kamu tahu? Jika kita menikah dengan seseorang berbeda bangsa dan negara sementara anak anak masih usia dibawah 7 tahun, lalu berpisah dan mereka memilih pergi dengan mamanya? Apa hak seseorang untuk menentukan dan merampas kebahagiaan anak anaknya?

    Sekeras kerasnya hati seorang lelaki ketika melihat dagu puterinya yang sedang mewek menangis dengan bahu terguncang guncang akan luluh juga. Apalagi matanya yang biru sedang berlinangan airmata....melihat hati yang rapuh merindukan ibunya. Dan akhirnya lelaki itu menyerah, separo hatinya hilang setelah itu. Mereka sangat jauh dari Asia, mereka tampak bahagia di medsos. Mereka berpakaian dan berbahasa asing. Di pundak ini rasanya segunung kegagalan tidak pernah dapat terlepas lagi dari sepanjang hidup.

    Bertahun kemudian mulai terbiasa, dan berfikir hidup memang demikian. Namun tidak dapat dipungkiri semua yang tertinggal di belakang itu tetap menjadi hal yang harus di selesaikan.

    Jadi bertahanlah sebisa mungkin, kami berdua menyesalinya menyesali karena sama sama keras kepala dan sudah sangat terlambat..do not be regret, mom.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar mas Sofyan luar biasa buatku.
      Ikut merasa sedih baca anak kecil menangis terguncang-guncang bahunya.
      Persis seperti kejadian keponakanku saat itu kebingungan diminta menentukan akan memilih ikut siapa, papanya atau mamanya (adikku nomor 2).


      @ Reyne Raea =

      Cobalah diselesaikan dengan baik-baik, kak.
      Pasang kepala dingin menyelesaikan persoalan.

      Hapus
    2. Ugh... Andai semua pikiran seperti ini hadir sebelum semuanya terjadi

      Hapus
    3. huhuhuhu, makasih buanyaaaakkkkkkk Mas Sofyan.
      5 tahun lalu, saya pernah alami hal itu, pengen nyerah saja.
      Tapi anak nangis dalam tidurnya karena diejek saudaranya, katanya nggak punya papi, hiks.
      Langsung singsingnya ego, datang memperjuangkan hubungan.
      Makasih banyak semuanya :')

      Hapus
  14. Hmmm baca artikel mbak Rey jadi ingat saat aku masih kecil, kalo ngga salah kelas 5 atau 6 SD. Temanku Alan cerita kalo dia sedang sedih karena kedua orangtuanya mau bercerai ntah apa sebabnya.

    Alan: Gus, gimana dong. Orang tuaku mau cerai.

    Agus: enak dong, nanti kalau orang tuamu kawin lagi nanti kalo kamu ulang tahun bisa dapat kado banyak, kalo liburan nanti mau kemana saja dituruti. (namanya juga pikiran anak-anak.😂)

    Alan: gundulmu. (Ia ngambek lalu pergi)

    Dari cerita itu dapat disimpulkan kalo anak bagaimana pun ingin tetap kedua orang tuanya selalu bersama, kebahagiaan mereka itu tidak dapat ditukar dengan kado ataupun liburan.

    Walaupun begitu, itu terserah mbak Rey mau bagaimana kedepannya, aku yakin mbak lebih tahu bagaimana yang terbaik untuk mbak, apakah mau tetap bersama demi anak-anak ataukah memutuskan hubungan yang kurang sehat.

    Udah gitu aja, tetap semangat ya mbak.😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, jadi ingat dulu paksu sebelum menikah, pernah curhat kayak gitu, sambil nangis-nangis bahahahahaha.
      Trus diri saya bilang, saya malah pengen mama bapak saya cerai, tapi mereka nggak cerai-cerai, padahal kalau mereka cerai, kayaknya saya mungkin nggak bisa kuliah karena mama sibuk dengan dirinya sendiri, demikian juga si bapak hehehe

      Hapus
  15. Aku dulu saat masih sekitar kelas 6 SD pernah tanya sama ibu, 'ibu, apa gak pengen cerai saja sama ayah?' karena memang sejak aku kecil hubungan antara ayah dan ibu kurang baik. Ayah selalu melakukan kesalahan-kesalahan yang sama secara berulang-ulang, sedangkan ibu juga merasa sedih dan sakit hati secara berulang-ulang juga.

    Waktu itu ibuku bilang kalau beliau tidak mau bercerai. Kasihan aku dan adek katanya kalau kami gak punya ayah. Padahal saat itu aku ikhlas kalau tidak punya ayah. Toh aku juga ikut sedih kalau ibu sedih terus menerus karena kelakuan ayah. Akhirnya pertanyaan-pertanyaanku itu menguap begitu saja. Ibu tetap hidup bersama ayah, walaupun sering merasa sedih dan sakit hati.

    Tapi kondisi bisa berubah, hati orang pun juga bisa berubah. Sekarang ini ayah sudah menjadi orang yang lebih baik. Paling tidak ibu sekarang sudah tidak selalu bersedih dan sakit hati seperti dulu lagi. Aku dan adekku pun juga masih memiliki ayah dan ibu yang hidup bersama serumah, dan bisa merasakan kasih sayang mereka juga.

    Aku yakin apapun yang dialami Mbak Rey sekarang, pasti akan membaik. Semangat ya, Mbak Rey.💪😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Owh orang tua mbak Roem juga ya hampir mirip sama dengan tetangga sebelah saya, tiap hari ribut melulu tapi anehnya mereka masih tetap bersama setelah puluhan tahun. Mungkin sudah jodoh kali ya

      Hapus
    2. huhuhu, mama bapak saya pun tetap bersama, bahkan sampai setua itu, masih juga berantem.
      lama-lama saya berpikir, kalau keduanya berpisah, kayaknya salah satu bakal merasa kehilangan banget deh

      Hapus
  16. Bener, kehangatan keluarga nggak bisa ditukar sama apa pun, meski itu rumah tanpa ular, Mbak *lol Terharu, si kakak ini kayaknya udah dewasa gitu mikirnya, semoga keluarga Mbak diberkahi Allah, yaa...semakin hari semakin harmonis. Insya Allah bisa saling memperjuangkan demi anak-anak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, soalnya pas sebelum virus ini, ada ular di mana-mana, di tempat kami juga kemasukan ular :D

      Aamiin, makasih mbaaa :*

      Hapus
  17. *Peluk jauh untuk mba Rey* :D

    Memang berat pasti mba kalau dihadapkan pada pilihan kebahagiaan sendiri atau kebahagiaan anak-anak ~ tapi saya yakin, mba pasti bisa memilih yang terbaik untuk ke duanya (diri mba, dan anak-anak mba) :> saya pun kalau jadi anak pasti akan susah memilih antara ibu atau bapak karena saya sayang ke duanya. Tapi saya percaya apapun pilihan yang pada akhirnya orang tua saya berikan, itu pasti yang terbaik untuk saya :) mungkin pada akhirnya kalau mba Rey memutuskan untuk berpisah, semoga anak-anak tetap nggak sampai kehilangan sosok ke dua orang tua. Dan semoga mba Rey bisa meraih apa yang mba impikan, termasuk being indipendent dan punya rumah <3

    Semangat mbaaaa :3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peluuukkk, aamiin... aamiin, makasih banyak yaaaa kesayangan :*

      Hapus
  18. Big hug buat Mbak Rey. Ini agak berat topiknya. Mbak Rey ... saya ngerti banget menjalani LDM enggak mudah, yang enggak LDM pun sama sih, kadang ada rasa udah enggak klik sama pasangannya. Coba pertimbangan kembali. Ambil jeda sendiri dulu, tarik napas ... embuskan. Coba bicara dari hati ke hati sama suami. Bilang apa yang Mbak Rey suka ama enggak suka dari pasangan, sama harapan dari hubungan pernikahan ke depannya. Terbuka dulu aja. Coba nanti gimana tanggapan suami. Semoga bisa melalui fase sulit ini dan dapat jalan terbaik. Jangan lupa istikarah juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww... makasih banyak Mba :*
      Means a lot buat saya :)

      Hapus
  19. Sebisa mungkin Jangan Kak. 😑

    Aku adalah Anak dengan kasus yang sama.

    Akan banyak hal yg Aku sendiri tak pernah bisa untuk diceritakan.

    Dan banyak hal yg org lain bisa memahami apa efeknya.

    😑

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww... terimakasih yaaa :)
      Semangaaatt selalu :)

      Hapus
    2. Iya Kak.. Aku (maaf) salah satu Korban..

      Sulit untuk diceritakan efeknya. Kadang gak semua orang akan paham apa yang Aku (maaf) alami.

      Yg paling akut adalah introvert Ku...

      Hapus
  20. aku kenapa bacanya ada senyumnya ya ada berkaca-kacanya juga
    mungkin kalo masih umur segitu si anak juga nggak ngerti, aku waktu kecil juga nggak ngerti apa itu cerai. Awal-awal sulit ya nerima kalo ortu sampe pisah karena masih sekolah yg nggak ngerti banget "hidup" kekgimana.

    ortuku pisah waktu aku masih SD, tapi aku juga nggak ditanya mau ikut siapa. mungkin aku deketnya ke bapak ya, jadi lebih nyaman ke bapak

    BalasHapus
  21. Bismillah saja mba, menurut saya sih jangan pisah, jalani dengan sabar dan sholat..
    ada lemah ada yang kuat, harus ada yang mengalah...persatuan tentunya ada yang dikorbankan yaitu sikap egois..bicara apa saya ini he,,,

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)