Jika Postpartum Depression Adalah Kodrat Istri

benarkah postpartum depression adalah kesalahan istri

Sharing By Rey - Postpartum depression serta syndrom baby blues kembali ramai dibicarakan.

Hal ini dikarenakan adanya berita seorang ibu yang tega membunuh bayinya yang berusia 3 bulan, saat suaminya sedang tidak berada di rumah

Serem ya, merinding.
Dan terus terang, bahkan mengintip judul fantastis yang ditulis oleh berbagai website pengepul traffic, saya tidak sanggup.

Saya takut, semua kronologi tersebut malah membuat saya jadi merasa tidak baik-baik saja lagi, padahal sudah sekian lama, keadaan saya sudah lumayan membaik meski belum sebaik orang normal.

Yee.. emang normal ala Rey itu ya, masih maramara, lol.


Karena berita tersebut, media sosial juga jadi heboh, berbagai status baik yang menghakimi, lalu balas dihakimi lainnya, atau status ikut serta menceritakan masa PPD masing-masing.
Dari yang ditulis secara 'smooth' hingga ditulis secara detail.

Bikin yang baca jadi merinding.
Tapi tidak dengan saya sih, saya sama sekali nggak merinding.
SOALNYA SAYA NGGAK MAU BACA, lol.

Dari sekian hiruk pikuk media sosial yang bersahutan membahas postpartum depression atau PPD tersebut, ada beberapa status yang mencuri perhatian saya.

Salah satunya adalah, status seorang istri yang menyuarakan ke suaminya (entah beneran atau cuman nyuarakan hati temannya) bahwa suaminya salah menganggap PPD itu KODRAT BAGI SEORANG ISTRI DAN IBU.

I was like...
Uwoooowwwww.

Jadi semacam kembali mengingat bagaimana jatuh bangunnya saya berjuang menjalani masa-masa PPD kemaren.

*****************************************************************
Dan iyes, sayapun mendapatkan kalimat yang menyakitkan demikian dari pak suami, huhuhu.

"Aku butuh orang yang mengerti tentang kejiwaan, aku merasa tidak baik-baik saja, aku terlalu capek dengan semua kerjaan rumah, mengurus anak tanpa jeda, dengan semua kerjaan rumah tanpa bantuan, menyusui anak sampai sambil berdiri memasak, itu menyebalkan dan bikin saya depresi!"
"KAMU TUH MENGELUH SAJA, SEMUA ITU ADALAH KODRATMU SEBAGAI SEORANG ISTRI DAN IBU!"

Dalam sekejap, saya langsung terdiam, ternganga.
Detik berikutnya saya menjerit-jerit nggak karuan, saya nggak tahu apa yang terjadi, sadar-sadar kepala benjol, dan pandangan saya jadi semakin buram, hingga saat ini.

*****************************************************************

Tenang pemirsa!
Alhamdulillah semua sudah berlalu, saya perlahan belajar memahami, kalau suami berkata dan bertindak sama sekali tidak membantu itu, bukan karena dia jahat, tapi karena dia memang juga sedang tertekan dengan masalah lain, serta minimnya ilmunya tentang kesehatan psikis seorang ibu.


Sayaa akhirnya mencoba berdamai dengan diri sendiri, mencoba menerima tekanan yang ada, bersahabat dengan tekanan tersebut.
Dan mungkin juga teori tentang PPD itu benar.

Menurut teori, PPD akan berakhir setelah anak berusia 2 tahun, dan iyes!
Si bayi 'not so baby anymore' itu sebentar lagi bakal berusia 2 tahun.

Namun..
Sedih ya, saat kita lagi depresi, galau, sedih, bingung.
Yang kita harapkan itu pelukan dari suami, tepukan pelan pada bahu yang mengatakan,
bahwa semua akan baik-baik saja.

Atau, senyuman penyemangat, bahwa saya pasti bisa melewatinya.
Eh yang terjadi adalah, malah disuruh terima saja, karena itu kodrat.

Dulu, sungguh saya meradang.
Namun akhirnya berusaha berdamai, meski menyisakan sedikit protes di sudut hati, bahwa..

"Jika postpartum depression yang saya alami akibat kecapekan mengurusin 2 orang anak tanpa bantuan, plus juga masih kudu urus dapur dan segalanya.Maka, jangan lupakan kodrat sebagai seorang suami!"


Menafkahi Anak Istri Dengan Mampu, Adalah Kodrat Suami


Suami saya, ternyata bukan satu-satunya lelaki berstatus suami yang mengatakan bahwa tekanan serta penyebab depresi, bahkan kondisi sudah depresi pada wanita selepas melahirkan itu adalah KODRAT!
Ada juga beberapa lelaki berstatus suami lainnya yang mengatakan hal tersebut pada istrinya.

Hal ini saya ketahui dari curhatan beberapa ibu di sebuah grup.

postpartum depression

Dan sesungguhnya, karenanya saya jadi ingin menekankan kepada para suami yang berpikir seperti itu, untuk tidak melupakan KODRAT seorang suami pula.

Jika memang kodrat seorang istri adalah meleburkan diri dalam kelelahan yang (kadang teramat sangat) lelah mengurus anak, rumah dan suami.
Harus mampu!
Meskipun resikonya terkena depresi, jangan hiraukan depresi, itu hanya sebuah alasan yang disama-samakan.

Maka, kodrat seorang suami adalah menafkahi anak istrinya, baik sandang, pangan dan papan dengan MAMPU dan LAYAK!


Ye kan, seandainya menurut kalian, wahai para suami.
Bahwa seorang wanita yang depresi karena kelelahan, bercampur dengan hormon yang tidak stabil, adalah suatu alasan saja.

BISAKAH KALIAN MENJALANKAN KODRAT KALIAN DENGAN MAMPU TANPA ALASAN?

Saya yakin, TIDAK SEMUA BISA!

Yang ada, banyak lelaki berstatus suami yang memilih jalan dosa, berkhianat, dan semacamnya.
Hanya karena tidak sanggup memikul tekanan sulitnya mencari nafkah sekarang.

Ujung-ujungnya malah menyalahkan istrinya, bahwa boros, tak pandai mengatur uang.
Padahal bukan masalah di pengaturan uang, tapi uang yang mau diatur yang nggak ada, lol.

So, bagaimana wahai para lelaki?
Bukankah rumah tangga itu akan lebih baik jika adanya pengertian dan kerjasama yang baik?

Bukankah kalian akan lebih bahagia, jika punya anak yang tumbuh sehat dan bahagia, diasuh oleh ibunya yang bahagia?
Bukankah kalian akan lebih nyaman, jika punya istri yang mengerti keadaan kalian, tidak memaksakan sesuatu di luar kemampuan kalian?

SAMA?
Demikianpun para istri.


Postpartum Depression Adalah Tantangan Suami Istri, Bukan Kodrat Istri Semata!


Bersyukurlah kalian wahai para suami, yang tidak pernah mengetahui rasa tidak nyamannya saat hendak menstruasi.
Rasanya tuh nggak karuan, pengennya marah mulu, baper, galau dan semacamnya.
Itu belum diselingi oleh rasa nyeri bagi yang sebagian wanita.

Nah, itu tuh cuman menstruasi, sebuah siklus normal para wanita.
IBU kalian juga mengalaminya!

postpartum depression

Nah ini!
Bukan semata menstruasi yang hanya berlangsung kurang lebih 1 minggu saja!
Di mulai dari masa kehamilan selama 9 bulanan.
Bayangin saja ada sesuatu di dalam perut kalian, yang senantiasa tumbuh hingga menekan semua organ di sekitar perut kalian.

Menstruasi saja, sudah cukup memporak-porandakan mood dengan hormon yang tidak beraturan.
Apalagi dengan kehamilan?


Belum lagi pas melahirkan.
Lewat mana saja sakit boookk!
Sudahlah mikirin sakitnya, sebagian istri bahkan masih mikirin biayanya.
Saking ingin berbagi beban suami, nggak ingin terlalu memberatkan suami.

Saya nggak pernah tahu bagaimana rasanya melahirkan normal, karena saya 2 kali melahirkan secara sesar yang mana sakitnya juga ampun-ampunan.
Kalian bayangin saja, kalau perut kalian dibolongin demi mengeluarkan sesuatu di dalamnya.

Melahirkan normal?
Seorang sahabat mengatakan, kalau itu sakit banget.
Katanya,
"Coba mbak Rey bayangkan, kalau lagi sembelit, terus akhirnya bisa pup keras, itu rasanya gimana?"
Yes bener, sakit banget kan??
Bayangin yang keluar sebesar kepala bayi? jalan lahir seringnya sampai digunting paksa, demi menyelamatkan si bayi.

Oh em ji..

Ah, tidak akan habis rasanya, jika saya membahas apa yang dirasakan para istri dalam berjuang menghadirkan anak-anak lucu, kebanggaan suami juga.

Belum lagi, setelah masa melahirkan, tubuh sedang berusaha kembali normal.
Dan begitulah, hormon pun kacau.

Saat seperti itu.
Bantuan, pengertian, pelukan, para suami amat sangat dibutuhkan oleh istri.

Efek dari postpartum bukanlah kodrat wanita semata.
Tapi kodrat suami istri.

Istri seringnya tak punya cara lain, selain ikhlas bertahan melewatinya.
Dan suami seharusnya menemani setiap penderitaan istri tersebut.

Bukankah, suami kodratnya menafkahi istri semampunya?
Istripun punya batas kemampuan memikul beban psikis saat postpartum tersebut.

MAKA BEKERJASAMA LAH!

Demikianlah, semoga bisa mengetuk hati para suami yang mungkin bosan mendengar keluhan istrinya atau tingkah istrinya selepas melahirkan.

Bersabarlah wahai suami.
Postpartum akan lewat insha Allah setelah 2 tahun sejak melahirkan.

Please!
Bantulah istri-istri kalian agar tetap waras menjadi seorang ibu yang bahagia buat anak-anak kalian, dan jadi istri paling beruntung dan bahagia memiliki kalian, sang suami luar biasa.

Semoga manfaat :)

Sidoarjo, 13 September 2019

@reyneraea

Pic source : Unsplash

30 komentar :

  1. Kalau suami melakukan tugasnya dgn benar (bukan hny cari nafkah) sebenarnya tgs suami itu berat jg. Kebayang hrs ngurus istri anak, paginya hrs kerja smp mlm. Malemnya hrs ikutan bgn sm istri buat nenangin newborn. Klo inget masa2 itu antar pengen ngakak dan sedih suami istri sama2 "baby blues" :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betooll mba.
      Bayangin aja, dia ambil alih tugas ortu si istri, makanya itu alasan suami wajib dipatuhi, karena menggantikan tanggung jawab ortu kita, seolah memikul beban nafkah lahir batin di dunia dan memikul dosa besar jika nggak amanah.

      Sayangnya sekarang banyak suami, yang cuman ambil aturan agama sepotong2 aja :)

      Hapus
  2. Bagi saya sih, kodrat seorang wanita adalah cukup sampai "melahirkan" saja. Soalnya saya tidak bisa. Kalau bisa malah masuk berita nantinya.

    Selebihnya adalah masalah kerjasama tim. Depresi adalah bagian dari kehidupan. Suami atau istri bisa mengalami depresi karena banyak hal. Dan, masalah yang terjadi pada diri salah satunya adalah beban bersama. Penyelesaiannya harus dicari bersama.

    Bukankah kita menikah untuk mencari teman hidup yang bisa saling menyayangi dan mendukung. Ingat yah, mendukung itu bukan hanya pada saat senang saja karena kehidupan selalu naik turun.

    Saya tidak terbiasa mengatakan itu kodratmu, itu kodratku. Kodrat dalam pandangan saya adalah pada masalah fisik saya, seperti lelaki tidak bisa melahirkan. Itulah perbedaan pria dan wanita.

    Nah, kalau ada yang bilang bahwa kodrat wanita adalah ngurus rumah dan anak, saya sih lebih suka nyengir dan tertawa diam-diam saja. Pemikiran kuno yang terus masih dipelihara dan dipegang erat-erat hanya sebagai pembenaran ego laki-laki saja.

    Buat saya, pemikiran seperti itu mencerminkan ego saja dan bukan kodrat. Kalau mau laki-laki bisa membantu dalam banyak hal (kecuali melahirkan tadi). Mulai dari memasak sampai mengurus anak.

    Masalahnya adalah laki-laki "merasa" itu urusan perempuan dan merupakan bagian dari "kodrat" seorang perempuan, dan menurut saya pemikiran tersebut kolot bin bodoh. Hasilnya adalah tanggapan persis seperti yang Rey tulis. Masing-masing akan menuntut berdalihkan kodrat menurut sisi pandangnya sendiri.

    Untung, selama 18 tahun berumahtangga, saya tidak berpikiran demikian. Susah senang, ya dijalani bersama. Karena untuk itulah saya menikah, mencari teman hidup saat susah atau senang.

    Bukan untuk memaksakan kodrat versi saya ke orang lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awwww... bener banget pak.
      Eh kalau pak Anton melahirkan gawat juga tuh, bisa viral hahahahaha.

      Tapi serius, cobaaa gitu banyak lelaki yang rajin membaca kayak pak Anton, pemikirannya jadi lebih terbuka deh :)

      Zaman sekarang suami istri bekerja sama itu jauh lebih baik ketimbang memikul 'kodrat' atas ego masing-masing.

      Suami maunya kerjain tugas suami aja, akhirnya istri juga males mengerti suami, gituuu aja sampai ladang jagung disiram jadi popcorn hahaha

      Hapus
  3. Kalau menurut saya kodrat wanita itu yang tak bisa lepas adalah Mengandung,Melahirkan,kalau bisa menyusui juga.Selebihnya adalah kerjasama antara suami dan istri.

    #koment saya nyontek milik mr.diatas... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jangan-jangan lama ga posting , Kang Nata habis mendapatkan istri nih..

      Selamat ya Kang.. kok nggak ngabar-ngabarin..

      Soalnya tumben komentarnya seperti ini.. #Keren

      :-D

      Hapus
    2. Soal ada istri atau belum, sementara ini belum bisa kasih bocoran, kasihan para pengemar saya, bisa down hati mereka,hahahah...hahahha. #bercande lur... :)

      Hapus
    3. Iyaaaaa, kang Nata lagi hanimun kek nyaaahhh, cieehhh cieeehh hahahahaha

      Hapus
  4. Benjolnya kenapa yah Mbak..? terjatuh atau gimana...? Bikin trauma ngak...? semoga ngak terulang lagi yah... :)

    BalasHapus
  5. " Kodrat seorang suami adalah menafkahi anak istrinya, baik sandang, pangan dan papan dengan Mampu dan Layak " adalah sebuah motivasi yang super sekali.

    Dan lebih bagus lagi ,kalau kaliamatnya di tempel di dinding Kamar. Agar para lelaki termasuk saya, selalu ingat akan hal itu. :)

    Pertanyaanya adalah : bagaimana mewujudkan semua itu ?

    kalau menurut saya kita harus Memperbanyak Ke Ilmuan , lalu bersedakah dan berbinis. Seperti yang dilakukan oleh ippho santosa, si penulis Buku tentang " keajaiban rezeki "

    Kalau dengan modal ilmu trus mengharapkan jabatan yang tinggi, sepertinya agak susah, peluangnya kecil, karena tidak setiap orang akan bisa meraihnya.

    jadi salah satu peluang agar kehidupan menjadi lebih layak dan lebih sejahtera adalah " Bersedekah , berbisnis, dan meningkatkan Pengetahuan " .

    Eeee..kok koment saya seriuss gini yah,hahahah.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tuh kan... rupanya bener-bener sudah mendapatkan istri nih.. pantes jarang update blog..

      Selamat ya Kang.. selamat lagi deh.. :-D

      Hapus
    2. hahahah....kasih tau ngk yah.... :)

      Hapus
    3. wakakakaka, mau balas komen kang Nata yang serius, kok jadi buyar gegara komen di bawahnya.
      Bener pak Anton, kang Nata lagi berbunga-bunga sekarang hahahaha

      Hapus
  6. Saya akui menjadi seorang ibu rumah tangga itu tidak mudah, marimar,,,, :)

    Dan semoga Hal Positif ( menurut tuntunan Agama ) yang dilakukan oleh Para Ibu di dunia ini mendapat balasan berupa Pahala yang berlimpah. Amin.

    Semoga para suami di dunia ini, menjadi suami yang sesuai tuntunan Agama dan selalu di sayang oleh Istrinya. :)

    Semoga para suami yang ada di dunia ini, menjadi suami yang " SIAP SIAGA ". :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaamiin... tuh bener-bener kayaknya Kang Nata sudah berubah sejak menjadi istri.. eh suami..

      Menjadi lebih bijak..

      #kabur

      Hapus
    2. hahahah...badai krisis'lah yang membuat saya berbuah,eee berubah,,,hkhkhkh. :)

      Hapus
    3. Hah, kang Nata pembuahan? :D
      hahahahaha

      Hapus
  7. Masa paling berat bagi saya n istri saat kelahiran anak pertama. sama2 belum pny pengalaman. Tetapi segala kesusahan sirna seketika melihat senyum si baby.

    Sekarang saat mereka udah gede.. laparpun akan hilang melihat tawa mereka dibawakan nasi kotak. Saya rela tidak makan saat rapat agar bisa membawa nasi kotaknya. sampai rumah saya makan nasi dan lauknya kemudian kotaknya saya berikan ke mereka. Senang liat mereka bahagia mendapat mainan baru.

    #eh
    #copas

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakakakkaakkaakak, ya ampuuunnn, baru juga mau bilang sooo suiittt hahahaha

      Hapus
  8. masih belum waktuny, tapi mempersiapkan dari sekarang mba :D hehe

    BalasHapus
  9. Suami saya juga pernah bilang "capek itu ya resikonya jadi ibu, jangan ngeluh". Wuaah tanduk saya auto keluar. Tapi rupanya dia bilang begitu karena dalam kondisi capek juga. Setelahnya kita diskusi, baru kemudian nggak pernah lagi ngomong kayak gitu. Memang harus banyak-banyak komunikasi dengan pasangan. Pastikan ngobrolnya sambil ngeteh dan ngopi biar kalau berantem langsung lempar aja gelasnya *eh *jangan ditiru wwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahahaha.
      Iyaaa, aslinya bukan karena suami nggak tahu diri yak, cuman cara komunikasinya yang salah :D

      Jangan lempar gelas ah, sayang aja gelas pada pecah.
      mending lempar gembok hahahahahhaa

      Hapus
  10. Saya bisa mengerti betapa sakitnya seorang ibu melahirkan anak krn saya menampingi istri saya saat melahirkan anak kembar, yg pertama gampang keluarnya tapi yg kedua agak sulit

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh suami yang hebat nih, syaa 2 kali melahirkan ga pernah ditungguin suami, soalnya sesar hahaha

      Hapus
  11. Maaf cuma mau bilang ijin share
    Jika Postpartum Depression Adalah Kodrat Istri, Maka Jangan Lari Dari Kodrat Suami ke dunia yah

    BalasHapus
  12. On fire gini aku baca nya mb. Iya mb, dengan kodrat istri yang capek dengan segambreng pekerjaan domestiknya, suami dituntut untuk lebih bisa bekerja lebih keras lagi atau bisa dibilang gak hanya punya 1 keranjang telur aja, lebih dari satu lebih bagus. Insiatif suami untuk mencari uang memang HARUS! Demi memberikan keseimbangan lantaran istri sudah capek dengan urusan domestik. Kalau banyak uang, istri minta apa aja dituruti setidaknya capeknya gugur satu demi satu. Tak bisa dipungkiri istri itu kudu matre🤣🤣🤣

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)