Etika Menelepon [Chat Saja, Jangan Telepon!]

etika menelepon


Sharing By Rey  - Etika menelepon sepertinya masih banyak yang kurang dipahami banyak orang, dan lebih mirisnya, seringnya dilakukan oleh para marketer.

Dan selebihnya dilakukan oleh para mamak-mamak.

Saya lupa kapan pastinya, saya berhenti menerima semua telepon yang masuk melalui ponsel saya, seingat saya sejak saya punya anak.

Saya membatasi siapa-siapa saja yang bisa saya terima teleponnya, khususnya saat telepon masuk di saat yang nggak tepat, alias saya sedang sibuk.

Memang kapan waktu nggak sibukmu, Rey?
Nah itu dia, sejak punya anak, rasanya sulit menebak kapan waktu saya enggak sibuk, karena saat ada waktu luang, mending saya gunakan untuk tidur, karena sungguh saya kurang tidur, hahaha.

Alhasil, saya sering banget mengabaikan telepon masuk, terlebih jika telepon yang masuk berasal dari nomor yang tidak saya kenal, atau belum ada di kontak saya, dijamin saya bakalan cuekin saja, lol.

Tapi terlepas dari 'males'nya saya menerima telepon masuk, sesungguhnya hal utama yang saya jadi males terima telepon itu adalah, karena kebanyakan orang menelepon seakan melupakan etika menelepon orang lain.

Setidaknya ada beberapa etika menelepon yang menurut saya penting diperhatikan, sebelum kita memutuskan memencet tombol panggil untuk nomor telepon orang lain, di antaranya :

1. Tahu Waktu Yang Pas


Well, meskipun untuk waktu para mamak-mamak beranak kayak saya sendiri sungguh sulit ditebak, minimal ada waktu tertentu yang biasanya merupakan waktu santai kebanyakan orang, misalnya,

  • Pukul 10-11 pagi
  • Pukul 3-4 sore
Untuk saya pribadi, 2 waktu di atas merupakan waktu yang sedikit luang buat saya, meskipun kadang juga saya sedang tidur, hahaha.

etika menelepon
Unsplash

Tapi setidaknya, di waktu pagi, saya pastinya sudah selesai masak, anak juga mungkin sudah tidur.
Di sore haripun demikian, di waktu demikian, asalkan saya sudah sholat Ashar, mungkin saya bisa bersantai sejenak menerima telepon penting.

Di waktu lainnya, jangan harap saya mengangkat telepon, kecuali dari orang yang penting, seperti mama dan kakak saya (iya, meski saya selalu jadi tempat sampah curhatan mereka, tapi saya entah mengapa nggak tega untuk tidak menerima telepon kakak).

Ada yang bilang, pukul 12 siang merupakan waktu luang bagi kebanyakan orang.
Mungkin iya, kalau bagi ibu bekerja, bagi saya, pukul 12 siang waktunya sholat Dhuhur dan beberes/ngeblog/tidur, tergantung si bayi.

2. Tidak Menelepon Lebih 3 Kali


Saya kadang heran banget, ada orang yang menelepon lebih dari 3 kali, tapi meski nggak diterima, sedikitpun si penelepon tidak memberikan informasi melalui text seperti SMS atau chat di aplikasi.

Bahkan, kalau bagi saya, 2 kali menelepon untuk urusan yang nggak penting-penting amat, dijamin saya bakalan berhenti mencoba memanggilnya, dan jika memang penting, saya mengirimkan pesan melalui SMS untuk mengutarakan maksud saya meneleponnya.

Melakukan panggilan telepon berkali-kali dalam waktu berdekatan itu amat sangat mengganggu, terlebih kalau misalnya si empunya telepon sedang tidur seperti saya yang tidurnya bukan sekadar tidur, tapi memang saya kurang tidur, jadi kudu tidur.

3. Jika Berkali-Kali Tidak Diterima, Coba Hubungi Melalui Text


Yang lebih mengherankan lagi, di zaman milenial gini, masih ada juga gitu orang yang ngotot menelepon, tapi kalau nggak diterima, sedikitpun nggak mau kasih informasi melalui text.

Khususnya orang yang menelepon saya.
Duh ye, nama saya itu unik, ketik saja di Google, pasti ketemu.
Media sosial saya banyak, hampir semua medsos saya punya akun.

Ye kan, kalau saya nggak terima telepon, mbokya kasih info melalui chat aja gitu, baik SMS, WA, inbox FB, twitter dan instagram.

Atau bisa juga komen di blog sekalian, hehehe.

Menelepon berulang kali dan tidak diterima itu kan menandakan, sang empunya telepon memang nggak bakal menerima teleponnya, entah memang sibuk, atau mungkin nggak kenal si empunya nomor yang memanggil tersebut.

So mari gunakan media sosial buat bercakap-cakap.


Chat Saja, Jangan Telepon! [Ala Rey]


Sumpah ya, sesungguhnya satu hal yang bikin saya bete sejak punya anak adalah, menerima telepon masuk, terutama dari orang-orang yang hanya ingin bercerita tanpa arah.

Bukannya sombong, tapi suer, saya ini fakir waktu, fakir waktu tidur.
Sungguh nggak sempat mau menghabiskan waktu bermenit-menit bahkan berjam lamanya, hanya untuk ngerumpi di telepon.

etika menelepon
unsplash

Hal ini dimulai sejak si kakak Darrell masih bayi, ada sahabat saya yang sering menelepon tanpa kenal waktu dan sekali telepon itu menghabiskan waktu berjam lamanya.

Duh kesal banget rasanya, apalagi yang dibicarakan cuman hal-hal yang itu-itu saja, i mean sebenarnya bisa banget dibicarakan lewat chat atau text saja.

Gara-gara itu saya jadi semacam pobhia terima telepon, takut yang nelepon juga nggak tahu waktu berhenti, terlebih saya adalah tipe orang yang sulit mengatakan 'tidak' kepada teman.
Makanya saya lebih memilih menghindar.

Saya bukannya menutup diri dari teman-teman, tapi saya lebih memilih jalur percakapan melalui text, karena :

  • Waktunya lebih fleksibel, saya bisa bercakap-cakap sambil mengerjakan banyak hal, karena percakapan melalui text itu bisa di-skip sejenak.
  • Tidak menguasai waktu secara fokus selama percakapan, karena nggak sopan juga kan kita terima telepon sambil nyuapin anak, kelonin anak, yang ada anak nggak tidur-tidur tuh.
  • Tidak mengganggu waktu penting orang, karena bercakap melalui text itu tidak melulu harus diterima saat itu juga seperti dering telepon yang kudu harus diterima langsung. 
  • Percakapan melalui text bisa langsung disaring empunya, misal nomor yang masuk nomor asing, kita bisa bertanya langsung atau mengintip langsung profil si pengirim pesan, so hal-hal buruk seperti hipnotis dan penipuan bisa lebih diantisipasi.

So begitulah, jika ada temans yang kesal menelepon saya tapi nggak diterima-terima, mohon dimaafkan ya.

Ini termasuk yang suka video call-an.
Duh ya, saya benci banget orang yang video call nomor saya, nggak tahu apa, kalau saya ini mamak-mamak beranak, yang kesehariannya berpakaian tidak senonoh di rumah.

Manalah mungkin saya menerima video call sementara tampang dan penampilan saya, sungguh tidak syar'i, lol.
Bahkan pak suami saja jarang saya terima VC-nya, kecuali memang anak-anak lagi santai, jadi beliau ngobrol sama anak-anaknya.

Apa daya saya hanyalah mamak yang fakir waktu, jangankan telepon dari orang lain, bahkan telepon dari pak suami saja saya ogah terima.
Makanya pak suami jarang banget nelepon saya, beliau tahu kalau kudu belajar menulis buat menghubungi saya, lol.

Jadi, chat saja ya temans.
Toh sama saja, karena kita sekarang sudah emak-emak, bukan abegeh yang punya banyak waktu luang atau minimal nggak ada anak yang gelendotin bahkan mau mandi atau poop aja sulit.

Kalau temans gimana?
Lebih suka chat atau telepon bahkan video call langsung?
Share yuk :)

Sidoarjo, 01 September 2019

36 komentar :

  1. Bener sekali yq kak, saya juga gitu kadang pas lagi ribet tapi ada yang nelpon berkali- kali tapi tidak meninggalkan pesan apapun itu yang kadang membuat saya jengkel hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, saya donlot aplikasi true caller mba, jadi kalau ada yang telpon berkali2 saya intip namanya di true caller, kebanyakan sih memang dari orang nggak penting hahaha

      Hapus
  2. Reeyyyyy, wuahahahahah kita kok samaaaaa sii :p. Oke, jd krn pada daarnya aku tuh pendiem, jd ngomong di telp buatku pasti nyiksa. krn hrs pikir bicara apa yaaa. ujung2nya aku pasti banyak diem dan hanya menjawab ato menimpali pertanyaan2 dari si penelpon. makanya mantan2ku pas smu dulu, bosen kali yaaa, aku banyakan diemnya hahahahaha.. coba kalo udh ada hp dulu , pasti lbh milih wa laaah :p.

    trus aku lbh bisa menyampaikan apa yg mau dibilang, melalui tulisan drpd omong lgs. itu kenapa lbh suka texting drpd nelpon :p.

    video call aku anti bangetttt. krn aku ngerasa ga fotogenic hahahahahah... makanya muka kok jd kayak cembung tiap kali vidcall. cm mau vidcall ama anak2 sih. pak suami jg sering aku reject vidcallnya heheheheh

    anehnya, pak suami itu kebalikan dr aku. dia lbh suka nlpon, lbh suka vidcall. alasannya lbh cepet. krn dia memang g ada kesulitan klo bicara. kerjaannya aja sbg Trainer di kantor :p. Bicara itu udh bakat dia kayaknya. lah aku apa kabar yg pendiem gini hahahahah... makanya dia sering gemes kalo aku keukeuh ttp wa dikala genting :p. bisa berantem ujung2 itu :p

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahahaha, betoollll...
      Mungkin alasan utama juga gitu mba, meski dulu sebelum punya anak saya seringnya ga tega kalau nggak terima telpon orang.
      Setelah terima bingung deh mau ngomong apa, terlebih kalau lawan bicaranya diam, eh dia yang telpon, dia juga yang diam hhhh.

      Sama juga mba, paksu lebih suka telpon, tapi yang bikin kesal mah dia juga ga pinter ngomong.
      Jadinya udahlah nelpon saya terimanya sambil diteriakin si bayi, eh si paksu garing amat ngomongnya hahaha.

      Makanya , chat itu udah paling juara deehh.

      wakakakaka, kalau video lebih parah lagi, makanya saya jarang banget pamer video diri sendiri, saya sering bergidik sendiri liat diri sendiri di video hahahahahaha

      Hapus
  3. Setujuuu!!...
    kalau ketika saya telephon.. berdering dan agak lama belum di angkat saya masih menunggu untuk di angkat.
    tapi klo pas telephon langsung di reject. itu berarti untuk beberapa saat saya tidak telephon dulu. soalnya saya berfikir orang yang saya telephon tersebut sedang sibuk. jsetelah itu saya chat untuk konfirmasi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha kalau saya nggak pernah mereject sih, biasanya saya silent aja, meski kadang kesal, pas lagi seru baca sesuatu di medsos, eh dipanggil mulu :D

      Tapi boleh juga tuh direject trus konfirm :)

      Hapus
  4. Aku pun mbak Rey... Sebal banget kalo dapat tlp, apalagi dari nomer yg ga dikenal. Semenjak punya anak, HP tuh selalu dalam silent mode. Karena trauma euy... Pernah lg susah-susahnya nidurin anak, begitu tidur, eh... Ada tlp masuk dan bubaaaar, bangun lagi deh anakku. :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener tuh, sebaaaalll banget ya, anak udah susah payah dikelonin, eh langsung seger bugar lagi gara-gara dering telepon :(

      Hapus
    2. nidurkan anaknya dimulai lagi dari NOL yah Buk...! :)

      Hapus
    3. Masih mending mah kalau mulai dari nol, kalau anaknya ga mau tidur lagi? padahl kita mau ngerjakan banyak hal, huhuhu

      Hapus
  5. Seru yah Mbak, kalau di telp Melulu, :) itu tandanya No.Contactnya bermanfaat. :)

    eee....jangan2 no.Contactnya ada NSP, mungkin orang yang telp cuma mau dengar NSP...loh..!

    Orang yang sering telp, biasanya ke No.Pribadi, atau ke No.untuk Umum... yah Mbak ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaa jadi kepo, seingat saya sih ga pernah aktifin NSP sama sekali :)
      telponnya ke 2 nomor, bikin sebal hiks

      Hapus
  6. Trik saya ketika ada no tak dikenal masuk, saya tetap angkat, tapi saya ngak bersuara,

    jika suaranya kenal, saya ajak ngomong, jika ngak kenal saya oof,kan. Khawatir yang telp adalah sales promotion Girl yang mau jualan rokok.hahaha....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahah boleh juga tuh kang, semacam ngetes siapa yang telpon ya.
      Tapi masalahhnya, saya males telepon2an meski sama yang saya kenal, apalagi kalau cuman ngerumpi doang, duuuhhh mending chat aja deh di WA

      Hapus
  7. Ohy...orang yang telp, terkadang tidak ada pulsa, sehingga cuma itu jalan satu2nya agar bisa bicara via hape, namun parahgnya kita yang kudu bayarin,hahaha....


    Kalau sms, kayaknya bakal ngak di bayarin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lah tapi biasanya ada keterangan ya kang, kalau panggilan itu kita yang nanggung?

      Hapus
  8. Kalau mendapat telp dari contact yang tdk kita kenal , itu membuat kita serba salah.

    Di angkat, eeee....tukang Hipnotis yang telp.

    Tidak Diangkat Ternyata penting. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau penting pasti bakal sms kita kang, setidaknya kalau job bisa email hahahaha

      Hapus
  9. Saya juga tidak nyaman kalau harus mengangkat telepon. Cukup WA atau sms, jika ada kesempatan, pasti segera saya respon. Saya juga tidak suka jika video call atau whatapps calling, kecuali dari Mama saya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kan, aslinya banyak yang nggak nyaman kok ya, sayangnya orang2 suka banget telpon :(

      Hapus
  10. aku juga kurang suka telpon-telponan. males aja gitu mesti megangin henpon.
    mending wa kalo aku sih, balesnya bisa kapan-kapan. hahahaha

    BalasHapus
  11. Eh ini akuu bangeettt...
    yg dibuat WA adalah no hp yg udah ke block sm provider, jd emang beneran gak bs ditelp langsung. kdg kan org gak puas kalau telp via wa, jd suka ada yg telp langsung gitu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaahh yang bikin sebel juga kadang mereka telpon dari WA, ihhhh syebaaalll, apalagi kalau cuman buat ngerumpi huhuhu

      Hapus
  12. hahaha mbaa.. sama dong aku juga paling males angkat telpon..
    bahkan telpon dari mertua aja jarang banget ku angkat..
    mungkin karena aku pemalu kali yaa, kalo ngomong di telpon tuh jadi canggung. jadi lebih seneng WA aja deh.. cuma lewat tulisan. hihi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. qiqiqiqiqi, kalau dari mertua mah saya nggak berani kalau nggak diangkat say, kualat nanti hahahahaha.

      Untungnya sih mertua juga jarang telpon :D

      Hapus
  13. mestinya sih, sebelum telpon tuh kirim pesan dulu, biar kita juga ngeh ini siapa. aku kalau ada nomor telpon nggak dikenal, pas nggak lagi pesen gofood atau grab, ya nggak aku angkat. kadang tuh ada yang suka sok kenal yang salah sambung gitu lho mbak. kalo udah begitu dia nelponnya ngeyel. nyebelin

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah bener mba, atau minimal tanya ya, sibuk apa enggak?

      Hapus
  14. Sama nih mbak, saya juga lebih suka chat saja ketimbang ditelpon. Apalagi kalau ada yang nelpon hanya sekadar merumpi. Tapi syukurnya yang sering nelpon saya cuma keluarga saja sih. Terutama kalau yang nelpon itu mama, ngobrolnya bisa sampai lupa waktu��

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha paling sebel kalau orang nelpon buat ngerumpi, padahal kan bisa rumpi di chat :)

      Hapus
  15. Kalau saya ada telpon masuk dari nomor yg nggak saya kenal, biasanya tak saya tanggapi, kalau memang penting kan dia akan ngasih pesan text. Saya juga nggak suka ngrumpi sama orang di telepon

    BalasHapus
  16. Saya merasa semakin bertambah umur saya, yang menelpon saya semakin berkurang hahahaha. Kalau sekarang kebanyakan yang telepon pasti marketing entah kartu kredit maupun insurance~ sedangkan dari circle life sendiri termasuk yang jarang telepon, karena memang sepertinya budaya telepon juga sudah agak ditinggalkan di hidup saya hehehehe.

    Memang paling enak text sihya mba, entah itu SMS atau chat, karena lebih gampang juga untuk balasnya. Tapi beberapa orang yang saya kenal ada juga yang lebih pilih telepon daripada chat karena bisa to the point katanya. Cuma yaitu, better chat dulu kalau mau telepon jangan ujug-ujug telepon kecuali memang darurat :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nahhh, mungkin karena circle life nya masih pada menjalani hidup yang bebas, maksudnya milenial zaman now, daripada mager dan ngerumpi di telpon, mending keluar dan do something kayaknya ya.

      Beda kayak circle life saya yang kebanyakan emakemak, hadeehh... apalagi kalau IRT tulen, ga tau kenapa suka banget rumpi di telpon.

      Selain saya kagok, pun juga sayang waktunya sih, kalau cuman telpon penting 1 menit sih oke, eh biasanya telpon sampai berjam-jam loh, anak saya sampai kesal hahaha

      Hapus
  17. Ponsel Andromax Prime saya ada paket nelefon plus SMS gratis. Kadang kedua hal itu dipakai. Saya dan suami hanya menggunakan ponsel untuk keperluan bukan untuk keinginan. Suami bukan jenis orang yang suka ngobrol dengan telefon, kecuali pada saudara atau soal kerjaan. Saya mah gak mungkin bisa nelefon, he he.
    Chat memang lebih baik, bisa diatur kapan balasnya atau lakukan itu, waktu adalah pedang, gunakan dengan benar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul mbaaa, waktu beneran pedang, salah ayunkan, kita yang bakal terluka sendiri hiks

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)