Fokus Memperbaiki Diri Sendiri

Fokus Memperbaiki Diri Sendiri

Sharing By Rey - Fokus memperbaiki diri? terdengar positif dan bagus sekali ya.
Meski saya yakin, semua orang pasti bakal setuju, kalau praktiknya tidak semudah yang dipikirkan.

Eh bahkan dalam pikiran juga ding :D

Jadi, saya terinspirasi dari tulisan kisah a la Indosiar di KBM atau tepatnya grup FB New KBM, di mana dikisahkan seorang wanita yang terpaksa menggugat cerai suaminya, di usia pernikahannya yang ke-12.

Dia terpaksa melakukan hal tersebut, karena suaminya memaksa ingin menikah lagi, dengan alasan ingin memperoleh keturunan.
Sementara di pernikahan mereka menginjak 12 tahun, belum ada sama sekali hadirnya keturunan.

Sudah memeriksakan diri ke dokter, tapi dokter bilang keduanya sehat, memang belum dikasih saja sama yang punya anak.
Akhirnya mereka pun bercerai, lalu mantan suaminya menikahi seorang wanita, janda beranak 2.

Setahun kemudian, mantan suaminya bahagia dengan kelahiran anak mereka.
Dan si wanita tersebut hanya bisa menangis sedih, karena dituduh mandul dengan kenyataan mantan suaminya udah bisa punya anak.

Bertahun kemudian (untungnya si wanita tuh menikah cepat, jadi pas cerai usianya masih 33 tahun, masih ada harapan buat menikah dan punya anak lagi), si wanita dilamar sahabat masa kecilnya, dan berbulan kemudian, dia hamil dong.

Penulisnya menggantung ceritanya dengan ending demikian pula.
Dan ayo tebak, apa komentar kebanyakan pembaca?
"Next dong Thor, perlihatkan bagaimana nasib mantan suaminya mendengar kabar tersebut?"
Mostly komentarnya kayak gitu dong, dan saya jadi ternganga...
Uwoowwwww... betapa kita-kita ini selalu lebi peduli dengan ketidakbahagiaan orang ya?
Di mana ketidak bahagiaan orang menjadi bahagia kita, hahaha.


Sakit Hati Boleh, Dendam (Sebaiknya) Jangan


Saya tidak bisa menghakimi orang lain sih, mungkin saja apa yang dia alami sedemikian menggores hatinya, sehingga sulit rasanya bisa berdamai dengan itu.

Fokus Memperbaiki Diri Sendiri

Tapi, menurut saya, sebaik-baiknya menghapus luka adalah dengan menggantinya dengan kebahagiaan diri, bukan menanti orang tersebut merasakan luka kita juga.

Hidup udah berpuluh tahun di dunia ini, membuat saya juga sudah pernah berada di masa saya sakit hati banget nget.
Dendam pernah, namun lama-lama capek, hahaha.

Terlebih, dendam kepada orang terdekat kita, di mana memang disakiti oleh orang terdekat kita tuh, sakitnya double-double.
Terlebih buat saya yang memang selalu fokus ke orang terdekat saja, jadi cenderung cuek ke orang lain, jarang baper kepada orang lain.

Tapi, sensitif minta ampun kepada orang terdekat, yang membuat saya merasa sakitnya berlebihan, ketika dikecewakan orang terdekat.
Sering banget berpikir, menanti semacam karma, biar dia tahu rasanya gimana.

Pernah terjadi, meski mungkin itu hanyalah kebetulan.
Dan bagaimana rasanya?
Hiks, nggak enak.

Bagaimana mungkin saya bisa berbahagia melihat orang berada di posisi yang pernah saya rasakan, dan saya sangat tahu itu menyakitkan?
Orang lain yang nggak saya kenal sekalipun, jika saya tahu mengalami hal itu, sedih rasanya.
Apalagi orang terdekat.

Jadi memang, yang namanya dendam, dan berharap orang yang menyakiti kita, bakalan merasakan sesakit apa yang kita rasakan, bahkan berkali lipat, ternyata juga tidak membahagiakan hati.

Bukan hanya itu, saking fokusnya menunggu karma demi dendam, yang ada keadaan diri semakin terpuruk, selalu dipenuhi pikiran dan aura negatif, dan sumpah itu melelahkan banget.

So, merasa sakit hati dan menangis serta marah itu wajar dan boleh menurut saya, namun untuk dendam, sebaiknya jangan.


Fokus Memperbaiki Diri Sendiri

  
Bagaimana sih bisa berdamai dengan rasa kecewa dan sakit hati? menurut saya tak ada yang lebih mudah selain dengan melupakan melalui kesibukan.

Fokus Memperbaiki Diri Sendiri

Ada banyak hal yang bisa kita lakukan untuk sibuk loh sebenarnya, dimulai dari hal yang kita sukai, atau mungkin yang kita sedang lakukan, seperti dengan jadi IRT. fokus mengurus anak, rumah dan segalanya dengan lebih baik.

Jika itu bisa kita lakukan, percayalah, kita bahkan tak punya waktu buat sekadar bengong.
Apalagi memikirkan hal-hal yang menyakitkan.

Atau jika memang pekerjaan di rumah tak banyak, pekerjaan kantorpun bisa dilakukan dengan sepenuh hati, termasuk menjadi freelance dari rumah.

Fokus menyibukan diri ke hal-hal yang kita sedang lakukan, membuat skill kita jadi lebih terlatih, pikiranpun jadi lebih positif, dan sikap ikutan jadi positif.
Secara tidak langsung, membuat kualitas diri kita jadi lebih baik, lebih tenang dan tentunya lebih bijak.

Lalu, bagaimana dengan nasib orang yang menyakiti kita tersebut?
Udaaahh, biarkan semesta yang akan mengurusnya.
Karena nggak pernah ada hal sekecil yang kita lakukan di dunia ini, lolos dari balasan, apapun itu.

Baik hal kebaikan, termasuk hal yang buruk.
Semua akan dikasih balasan yang setimpal, baik di dunia maupun di akhirat.

So, mengapa harus sibuk peduli dengan orang yang menyakiti kita?
Kalau fokus memperbaiki diri membuat kita jadi lebih baik lagi, dan mendapatkan hasil yang lebih baik juga tentunya.

How about you, Temans?


Sidoarjo, 14 Desember 2020

Sumber : opini dan pengalaman pribadi
Gambar : Canva edit by Rey

14 komentar :

  1. Ini sering bgd temuin Mba, ketidak bahagiaan orang menjadi bahagia kita. Banyak orng yg mengukur kebahagiaanny dr orang lain. Klo oran lain lbh ga bahagia, mereka jd ada rasa kepuasan tersendiri. Huhu.. sedih kalau liat kejadian kayak gini. Padalah semakin kita ngejar kebahagiaan dr orang lain, kita bakal kesulitan untuk dpt kebahagiaan yg sbnrnya. Itu pandangan receh aku yaa.. 😆

    Setuju dg mba rey, lbh baik kita fokus untuk memperbaiki diri sendiri. Fokus menyibukan diri ke hal-hal yang kita sedang lakukan, membuat skill kita jadi lebih terlatih, pikiranpun jadi lebih positif, dan sikap ikutan jadi positif. 💖💖

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, yang masalah melihat orang nggak bahagia, mereka bahagia, mungkin bisa semacam rasa diri ditegur kali ya, bahwa kita akhirnya tersadar, bahwa bukan hanya kita yang punya masalah, everybody has their own problem :D

      Nah, yang bahagianya hanya kalau musuhnya menderita ini yang bahaya hahahaha

      Semangat ikutan positif ya, fokus ke diri kita sendiri :)

      Hapus
  2. Menarik artikelnya, ini mungkin masuknya lingkup psikologi dan pengembangan diri ya. Setuju, introspeksi, menyibukkan diri dengan hal2 yang positif, dekati lingkungan yang positif, dan jauhi lingkungan yang negatif..

    BalasHapus
  3. Berarti para komentar yang di KBM hidupnya sudah sempurna dan bahagia tanpa kurang satu apapun..🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    Jadinya gitu dehh!..🤣🤣

    Kelanjutannya siwanita atau si laki2 bahagia apa tidak intinya urus saja diri kita sendiri dulu...🤣🤣🤣

    Eehh tapi yang di KBM itu kisah nyata apa fiktif uni Rey..🙄🙄 Nahlooo..🤣🏃🏃🏃💨

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, kayak nggak kenal mamak-mamak di KBM aja Kang :D

      Betul Kang, ngapain juga mikirin mantan, mending urus kebahagiaan diri ya.

      Tauk deh KangSat, kalau menurut saya, kebanyakan tuh kisah nyata, bisa jadi kisah sendiri, cuman disamarkan jadi kisah jadi-jadian *eh :D

      Hapus
  4. aku banyak setujunya, aku dulu bisa dibilang "dendam" karenasakit hati akan hal hal tertentu, lama lama emang capek pikiran. Dan kesibukan adalah obat yang bisa membuat lupa hal hal yang menyakitkan itu
    buat semakin banyak jalinan pertemanan biar hepi terus, tentunya temen yang bukan toxic, biar ga tambah bikin sakit hati :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya kan Mba Inun.
      Dendam itu ibarat membawa sampah, lama-lama makin berat, coba kita lepaskan fokus ke diri sendiri, jadi lebih ringan :)

      Hapus
  5. Baca cerita yang Kakak sampaikan, membuat hatiku nyess #salfok. Berarti memang dengan pasangan sebelumnya tidak diizinkan memiliki anak bersama. Nyess banget melihat hidup bisa seperti ini 😖

    Benar kata Kak Rey. Lebih baik kita fokus pada diri sendiri dibandingkan sibuk mengurusi hidup orang lain. Herannya, kebanyakan manusia lebih senang mengurusi hidup orang lain hahaha. Kenapa gini yakkk 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iyaaa... hidup memang lucu ya, mungkin juga bukan jodoh sih ya, semua memang rahasia Tuhan.
      Dan memang pada akhirnya, mending melepaskan, menerima dan fokus ke kebahagiaan sendiri :D

      Hapus
  6. Samaaa, saya juga mikirnya gitu. Kita nggak bisa mengubah orang sampai orang itu sendiri yang mau berubah lebih baik. Tapi kita bisa mulai dari diri sendiri untuk memperbaiki diri ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya, hal paling mudah, mending ubah diri sendiri, selain lebih mudah, pun juga kita duluan yang bakal dapat hasil positifnya :D

      Hapus
  7. Ga akan bisa lebih setuju lagi dr ini :).

    Mungkin di awal merasa sakit, dikhianatin, pikiran dan hati kita blm bisa diajak kerjasama. Hati masih berdarah2, disuruh maafin , pasti susah.

    Tapi yg namanya luka, biasanya selalu sembuh :D. Walo butuh waktu. Dan kalo memang udah sembuh, ga ada gunanya utk diinget2 seolah sakitnya masih ada. Bener yg kamu bilang, CAPEK.... BUANG WAKTU...

    Aura yg kita rasain negatif Mulu, cuma kepikiran dendam. Kapan mau berkembang. Aku LBH suka yaaa, kalopun mau balas dendam, dengan cara membuktikan ke orang yg menyakiti bahwak kita bisa lebih sukses tanpa dia :). Ga butuh orang pengkhianat untuk bisa ke level sekian. Itu yg bakal aku lakuin, kalo memang mau bls dendam. Tapi seringnya juga, aku males inget2 yg nyakitin hati rey. Lupain aja, biar Tuhan yg balas :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget Mba, alihkan ke diri sendiri aja, mikirin diri sendiri, memperbaiki diri, toh juga yang bakal menikmati hasilnya ya diri sendiri :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)