Kenangan Masa Kecil Yang Tidak Terlupakan

kenangan masa kecil

Sharing By Rey - Kenangan masa kecil?
Hmmm... rasanya gak banyak kenangan indah yang bisa diingat.

Maklum, saya terlahir dari seorang ibu yang super introvert, yang lebih suka ngendon di rumah, jadinya masa kecil saya lebih banyak dihabiskan di rumah saja.

Bermain bersama kakak, tidak punya teman sebaya sama sekali, bermain dengan anak-anak anjing, anak-anak kucing.

Iya, kami punya peliharaan kucing dan anjing dulu, karena kami tinggal di daerah mayoritas beragama Kristen, dan kesemuanya punya anjing juga.

Btw gak perlu dibully, orang tua saya memang dulunya gagap agama hahaha.

Masa kecil terindah menurut saya adalah ketika berusia sekitar 4 tahun, mungkin karena masa itu hanya bisa saya ingat secara samar-samar, sehingga yang terekam cuman hal yang indah-indah saja.
Hal yang menyedihkan sudah terlupakan.
Baca : Tentang Keluarga Dan Masa Kecilku
Saat itu kami masih tinggal di Sulawesi Utara, di sebuah tempat kecil di Minahasa. Yang bingung itu di mana tepatnya, pokoknya dekat dengan Manado, meskipun gak dekat-dekat banget, tapi minimal lebih dekat Manado ke Minahasa, ketimbang Jawa ke Minahasa, lol.

Masa itu indah, karena kami belum sekolah.
jadi meskipun sehari-harinya saya di rumah, gak ada teman main selain kakak, rasanya sudah puas.

Ada banyak kenangan indah yang masih terekam di benak saya, seperti :


1. Punya banyak mainan dan tidak perlu berbagi, hahaha.


Bapak saya punya prinsip, kami tidak boleh berantem hanya karena rebutan mainan.
Mungkin masa kecil beliau selalu merasa kurang karena dipaksa harus berbagi. Alhasil, beliau selalu membelikan kami mainan atau apapun secara adil.

Prinsipnya, lebih baik gak usah beli, ketimbang cuman 1 yang dapat, karena anaknya ada 2.

Asyik sih, tapi sisi buruknya kami jadi tidak terbiasa berbagi.


2. Main dengan anak anjing dan kucing.


Dulu, kami punya beberapa ekor kucing dan seekor anjing yang bernama Putri, saat si Putri punya anak, betapa gembiranya kami, anaknya lucu-lucu banget.

Dan kami sering mengendap-ngendap mendekati anak-anak anjing tersebut lalu kami gendong dan peluk hahaha


3. Makan ayam rica-rica super pedes yang terpaksa harus dicuci dulu


Orang-orang di Sulawesi Utara, rata-rata doyan pedas.
Kata mama, mereka bisa memasak 1 ekor ayam kampung dengan 1 liter cabai rawit.

Dan tahu sendiri kan, cabai rawit itu kayak apa?
Yang jelas bukan kayak cabai gendut di Jawa, tapi lebih imut-imut namun pedasnya nampol.

Jika natal tiba, kami selalu diberi ayam rica-rica oleh tetangga (bedewei kami muslim kok, cuman karena minoritas, kaminya jadi sering dapat makanan dan kue saat natal, tapi jangan khawatir, mereka tahu kok kalau kami gak makan yang gak halal :D).

Kalau mama masak ayam rica-rica, level pedasnya sudah disesuaikan atau minimal, kami dipisahkan masakannya gak pedas.

Namun jika pemberian tetangga, kami tentu saja gak, dan demi anak-anaknya bisa makan juga, ayam-ayam tersebut akhirnya dicuci pakai air panas oleh mama hahaha.

Dan kamipun bisa makan, meski sebenarnya masih pedas juga :D


4. Jadi rebutan kakak Jouke dan teman


Karena rumah kami di pelosok alias anggun aka anak gunung, tetanggapun berjauhan letaknya. Alhasil, kami gak pernah punya teman yang bisa diajak main.

Selain itu, bapak melarang kami main ke tetangga. Jadinya saya dan kakak hanya puas bermain berdua sepanjang hari.

Suatu hari, seorang teman bapak main ke rumah, mengajak seorang anak perempuannya yang sebaya dengan kami.

Kami yang gak pernah kedatangan teman, hanya bisa mengintipnya dari balik pintu, meskipun bapak menyuruh kami bermain dengan anak tersebut, kami tetap gak mau.

Akhirnya sang anak yang seorang gadis cantik cilik tersebut mendatangi kami, kakak langsung lari ke dapur namun saya mau saja diajak ke ruang tamu.

Kakak Jouke  yang melihat saya diajak oleh teman tersebut, langsung marah dan menarik saya.
Alhasil saya jadi ditarik sana sini oleh kakak dan teman tersebut, hahaha.


5. Jadi objek foto bapak


Dulu, bapak itu hobi banget memotret, beliau sampai punya 2 kamera.
1 kamera jenis langsung jadi atau yang biasa disebut polaroid, yang gedenya gak kira-kira hahaha.
1 lagi kamera biasa yang pakai klise itu.
kenangan masa kecil reyne raea
Nemu ini aja di lapy, sempat kefoto waktu mudik tahun 2009, 
waktu bapak baru pulang pertama kali beli kameranya, 
kami excited sekaligus ngowo, sampai lupa pakai sandal, 
belom pernah difoto sebelumnya soalnya, hahaha

Setiap kali bapak pulang dari kota Bitung dan membeli apa ya namanya, kertas atau something like that buat kamera polaroidnya, tidak lupa membelikan kami baju baru, baik saya, kakak maupun mama.
Setelahnya bapak meminta kami ganti baju dan siap bergaya buat di foto.

Jadi jangan heran kalau Rey kadang narsis kayak foto model, sudah terpatri sejak kecil soalnya muahahaha.

Sayang banget, foto-foto tersebut kebanyakan sudah rusak.
Dulu kami punya segebok klise foto yang belum sempat dicetak ulang hingga pas dicek eh udah pada rusak, sedang foto-fotonya banyak yang udah tersebar di sana sini, bahkan sudah rusak pula.

Hanya tersisa beberapa foto masa kecil yang semuanya ada di Buton.
Kok saya gak kepikiran ya buat di copy dalam jepretan digital? hahaha


6. Makan mie kuah ikan fufu


Waktu di Minahasa, mama tidak bekerja, benar-benar jadi IRT tulen, untuk membiayai kami, bapaklah yang sibuk bekerja.

Menurut saya, itu adalah porsi yang sangat lengkap, saya gak kesepian ditinggal mama, pun bapak bisa berfungsi layaknya kepala keluarga dengan baik.
Terlebih, bapak dulunya amat sangat royal pada kami.

Sering banget kami di ajak jalan-jalan ke kota Bitung, beli baju baru di toko yang saya ingat gak ada ruang pasnya, terpaksa kami nyobainnya sambil termalu-malu karena dilihat orang hahaha.

Beli macam-macam mainan, dan yang paling membekas adalah, bapak  tidak pernah absen mengajak kami makan mie kuah ikan fufu yang enaknya masha Allah..

Padahal tempatnya itu di warung makan biasa, cuman rasanya itu masih terpatri di ingatan saya hingga saat ini.

Sebenarnya masih banyak kenangan indah yang samar terekam di ingatan saya, tapi kalau dijembrengin semuanya, bakalan habis juga waktu nulis saya, plus yang baca eneg juga hahaha.

Segitu aja deh, kapan-kapan bakal berbagi lagi.

Kalau teman-teman, apa nih kenangan masa kecil yang masih melekat di ingatannya hingga kini?
Share yuk :)


Sidoarjo, 14 Desember 2018

Reyne Raea


*Artikel ini diikutsertakan dalam BPN 30 Day Blog Challenge  (Day 25)
 #BloggerPerempuan 
#BPN30dayChallenge2018

8 komentar :

  1. Akses informasi jaman dulu dan sekarang emang beda sih mbak. Jadi kalau orang tua nggak ngerti agama itu memungkinkan. Apalagi lingkungan mbak waktu kecil dulu mayoritas kristen, wajar sih.

    Pasti perjuangan sekali untuk belajar agama supaya anak2 paham agama. Saya gitu soalnya, merasa awaaaam sekali. Khawatir anak saya nurun saya dan tingkah nakal saya dulu. Akhirnya sekarang mati2 belajar agama.

    Kan gabisa ya ngandelin sekolah doang, di rumah juga.

    Thank you for sharing mbak. Jadi keinget ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. HIhihi, iya mba, udahlah kami tinggal di mayoritas Kristen, ortu gagap agama pula, untungnya usia 5 tahun balik ke Buton, yang mana Mayoritas muslim :)

      Hapus
  2. Ga ga eneg kok aku bacanya, aku paling suka baca kenangan masa kecil, semacam ada nyawa di tulisannya mb rey ahhahahah

    Itu nama anjingnya beneran deh antimenstrim amat, putri wakakka
    Terus yang ayam rica diguyur dulu biar pedesnya ga terlalu nampol lah jadinya ga ada kuahnya pa gimana mbaa,

    Hahha, kakak cemburu mb rey milih anak temennya ayah yang dibawa main itu ya, jaman kecil emang rawan meri merian, bahasa jawanya cemburu, klo ada anak baru jadi temen kita

    Tapi enak dong jadi anggun akias anak gunung, tempate pasti sejuk, aku malah pengen tinggal di tempat2 yang dingin, biar kulit bisa putihan ahhahaha


    Klo kamera yang pake klise emang suka jamuran kan ya, sayang banget emang memori jadul jadi banyak ilang karena punyaku juga sebagian besar jamuran akibat kerendem banjir
    Terakhir penasaran ama ikan fufuuuu, kayaknya aku bayanginnya enak banget...tapi kok kebayange ikan roa ya hihihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakak, iyaaa mba.
      Kebalik ama anjing di Jawa.
      Kalau di sana anjing dikasih nama lokal, orang2 namanya keren, kayak Peter, Michael, Leo, dan semacamnya.
      Kalau anjing mah mainstream, cukup Putri, Putra, Bleki dan semacamnya wkwkwk

      Hapus
  3. aku blom.pernah nyobain ikan fufu mbak. kyaknya kudu ikut nyobain juga biar bisa jadi kenangan

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw ayoooo backpaperan di Manadooo..
      Diriku kudu belajar banyak ke dirimu mengenai backpaperan :D

      Hapus
  4. Kalau aku pas kecil hal yg tidak terlupakan adalah saya bersama beberapa teman saya jadi manusia paling diwaspadai oleh warga sekitar saat panen buah mangga tiba,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahah, ya ampun... auto ngakak baca ini, jadi ingat dulu waktu STM suka diajak temen2 tongkrongin jambu mete milik warga :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)