Emy Aghnia dan Susahnya Jadi Perempuan Zaman Now(?)

 

emy aghnia dan masalah perempuan

Publik dibuat gempar 2 harian ini, setelah Emy Aghnia Punjabi, seorang selebgram asal kota Malang, memposting sebuah foto dan video yang memilukan hati semua yang melihatnya.

Postingan itu menunjukan, betapa kejinya suster anaknya, IPS (27 tahun), menyiksa anak sulung si selebgram, Cana (3,5 tahun) dengan brutal.

Saya sendiri me-notice masalah tersebut di TikTok, ketika iseng nggak sengaja bukain aplikasi tersebut, kaget dong liat foto seorang anak yang terlihat memar-memar meski ditutupi stiker.

Langsung deh ke aplikasi X, yang sebenarnya udah notice juga kalau Aghnia dan susternya jadi trending saat itu. Tapi saya malas cari tahu karena pas banget lagi sama anak-anak di dekat saya.

You know lah di X itu, sarangnya penjual tubuh buat para wanita error. Jadi, sangat tidak disarankan membuka kata trending di X di samping anak-anak. Meskipun udah pakai filter kata yang seronok, nyatanya tetap saja saya nemu foto atau video mereka di akun saya.

Lanjut ke masalah penyiksaan anak selebgram.

Saya lalu membuka akun instagram @emyaghnia, dan memang masih ada postingan di feed maupun IGS si selegbram yang memperlihatkan sedikit banyak kondisi yang dia hadapi.

Saya coba melihat rekaman CCTV yang sempat diposting, tapi jujur nggak kuat, takut ke-trigger sendiri. Berikutnya saya mengucap syukur karena tuh anak kecil, masih dilindungi Allah.

Astagfirullah, kalau bukan perlindungan-Nya, kayaknya tuh anak kecil tinggal nama deh, saking luar biasanya kelakuan si susternya tersebut.

 

Perempuan Menjadi Ibu dan Ketika Anak Mengalami Kemalangan atau Sakit

Yang ada di pikiran saya, selain bersyukur anak kecil itu masih selamat dan semoga nggak ada trauma fisik lebih parah, dan trauma psikis bisa diminimalisirkan. Pikiran saya lalu mulai overthinking ke si Aghnia atau yang akrab dipanggil Mbak Nia atau Nia.

emy aghnia dan suami
source: jatimnetwork

Mencoba memahami kondisinya, ini pastinya luar biasa banget buat dia.

Antara pengen lepas kendali mencekik orang yang dia bayar mahal tapi berani menyiksa anaknya kayak gitu. Bahkan dicubit atau dibentak saja, rasanya nggak bisa diterima ya, apalagi diperlakukan dengan sadis kayak gitu.

Di sisi lain, dia mungkin juga sedang ketakutan, takut dihujat dan disalahkan banyak pihak. Baik dari pihak keluarga dekat, keluarga jauh, dan.... netizen.

Saya hanya menduga aja hal tersebut, tapi setelah beberapa hari ini melihat beberapa akun lain yang update tentang apapun yang diupdate si seleb, saya jadi merasa kalau apa yang saya pikirkan sepertinya benar terjadi.

Btw, iya, saya nggak follow si Aghnia, dan kayaknya saya nggak ada follow selebgram bahkan artis ya? wkwkwkw. 

Okeh lanjut!

Sikap Aghnia yang berkali-kali memposting pembelaan diri, baik di media sosial maupun ketika wawancara dengan para wartawan di kepolisian Kota Malang, membuktikan pikiran saya tersebut. Meskipun belum tentu 100% benar yak. Namanya juga cuman menduga, yang tau apa yang dia pikirkan dan rasakan ya si Aghnia itu sendiri.

Tapi lupakan sejenak POV si Aghnia, sayapun sebagai ibu akan berlaku demikian, meskipun mungkin nggak se-overthinking si Aghnia karena saya bukan selebgram, hehehe. 

Ketika anak sakit saja, saya sedih tapi sekaligus deg-degan, takut mendengar ucapan orang yang menyalahkan saya.

Mungkin karena memang saya punya luka batin sejak kecil, di mana ortu selalu tidak membolehkan saya berlaku salah, sering kena marah bapak dan kena omel mama. Jadinya saya seolah menolak keras disalahkan lagi ketika dewasa.

Di sisi lain, saya merasa sudah sangat jungkir balik mengurus anak dengan menghabiskan 24 jam saya. Jika anak mengalami sesuatu yang malang, tentunya bukan lagi di dalam kendali saya kan?.

Saya rasa, bukan cuman saya loh yang mengalami hal ini, atau bukan hanya si Aghnia yang menjadi selebgram, takut dihujat banyak orang.

Tapi hal ini banyak dialami oleh para ibu.

Apalagi ibu bekerja di luar rumah.

Well, ibu bekerja di dalam rumah juga sebenarnya nggak kalah merasa bersalahnya, karena bullsh*t lah kalau ada orang yang kerja dan menghasilkan uang dari rumah, tapi selama bekerja direcokin anak.

Mungkin ada yang berhasil, tapi sebulan kemudian, masuk RSJ, wakakakakak.

Atau, sebulan kemudian anaknya trauma kena bentakan, hahaha.

Bukan berarti para ibu rumah tangga yang hanya fokus ke anak dan rumah serta suami juga nggak merasa bersalah dan takut disalahkan ya. Karena masih ada juga loh yang menghujat para ibu rumah tangga, ketika anaknya kemalangan.

"Ibunya main HP melulu, sih!"

Well, mungkin iya benar main HP, meski nggak melulu juga kali ya, tapi rasanya kok nggak pantas kalau cuman menyalahkan ibunya semata.

Gara-gara kebiasaan orang yang hanya fokus menyalahkan ibu, jadinya hampir semua ibu di dunia, ketika ada sesuatu yang menimpa anaknya. Belum apa-apa, udah takut duluan disalahkan, jadinya bukan fokus ke anak semata, tapi sibuk cari alasan untuk berlindung dari tuduhan dan hujatan massa, terutama tuduhan dari keluarga dekat. Itu rasanya menyedihkan banget.


Susahnya Jadi Perempuan Zaman Now(?)

Dan tak perlu menunggu waktu lama, bukan hanya di kolom komentar si Aghia yang memang punya follower hingga jutaan itu. Di media sosial khususnya TikTok, bermunculan konten yang intinya menyalahkan si Aghnia baik secara halus maupun terang-terangan.

"Mungkin ini teguran Allah, agar anaknya bisa lebih diperhatikan lagi!"

"Padahal udah banyak loh bisnisnya, udah jalan dan mulai menggurita juga, apalagi yang dicari? mengejar dunia tidak pernah ada habisnya!".

"Dia bilang kalau jadi tulang punggung, aku kira dia janda, ternyata ada suaminya, aku jadi bingung!" 

Dan lain sebagainya.

cana anak emy aghnia
source: grid

Aghnia memang sudah menjelaskan di sosial medianya, bahwa dia adalah tulang punggung, dan punya kebutuhannya masing-masing.

Beberapa orang menjelaskan, kalau Aghnia bekerja bukan hanya untuk dirinya. Ada beberapa orang pekerja yang jadi team-nya yang tentunya menggantungkan hidupnya dari si seleb tersebut.

Ada pula yang bilang, kalau si seleb harus menanggung keluarganya, ada kakek atau neneknya juga yang ditanggung, bahkan punya panti asuhan sendiri.

Di sisi lain, beberapa orang juga menjelaskan, bahwa bisnis Aghnia ini udah lumayan banyak dan menggurita. 

Ada bisnis properti Amansaka Villa Park yang kayaknya sih merupakan villa si seleb bersama suaminya, Reinukki.

Bisnis fashion juga ada Sylmi Basic, di mana menjual pakaia muslimah yang nyaman, dan ramai disukai orang-orang.

Bukan hanya itu, si seleb juga punya usaha skincare yang namanya ByBadSkin.

Beberapa orang menambahkan, bahwa bisnis kopi PesenKopi itu juga merupakan bisnis Aghnia bersama suaminya.

Belum lagi penghasilannya sebagai influencer yang sudah menjadi selebgram sekaligus selebTok. 

FYI menjadi selebgram itu aja penghasilannya bisa dibilang sangat besar ya. Berbekalkan akun media sosial, mereka bisa mematok jutaan bahkan puluhan juta untuk sekali posting saja.

Apalagi kalau berhasil menjadi brand ambassador sebuah brand, penghasilannya jadi lebih besar lagi. Itulah mengapa kita bisa liat banyak anak muda yang jadi selebgram atau selebtok, bisa flexing ini itu. Karena memang segurih itu penghasilan menjadi selebgram itu.

Di mana, ketika orang lain sibuk memikirkan strategi agar kontennya dilihat banyak orang dan menghasilkan penjualan. Para influencer kelas atas ini bahkan bisa menghasilkan view sekaligus penjualan hanya dengan sekali posting saja.

Namun sekarang memang sudah banyak influencer yang mengerti, kalau penghasilan di dunia entertainment itu tak akan bisa bertahan lama. Persaingan akan selalu muncul dan dalam sekejap, para netizen follower mereka akan berpaling ke yang baru.

Karena itulah banyak selebgram yang memutuskan untuk berinvestasi dengan membangun bisnis lainnya.

Hal ini tentunya merupakan keputusan yang amat sangat baik dan tepat ya, setidaknya menurut saya. Karena ketika mereka membangun bisnis lain saat pamornya sedang naik. Secara nggak langsung mereka bisa meroketkan bisnisnya dengan cepat, berbekalkan ketenarannya dan keahliannya meng-influence para konsumen.

Tapi di sinilah masalahnya.

Untuk perempuan ya, ketika masih single, hal ini tentunya bukanlah merupakan sebuah masalah. Yang perlu dilakukan hanyalah membangun manajemen team dengan baik, atau dengan uangnya dia bisa meng-hire orang untuk mengatur semua bisnis influencer-nya agar teratur dengan baik.

Semuanya akan berubah, ketika perempuan sudah menikah.

Iya ya kalau berjodoh dengan suami yang support long lasting dan positif. Maksudnya support ini nggak hanya dengan selalu menyetujui dan membolehkan istrinya bekerja ya. Lalu akhirnya otak pemimpin atau hipotalasmus kelelakiannya mengkerut.

Dampaknya? liat aja tuh pasangan, yang istrinya kerja keras, suaminya santai-santai aja, malas kerja, karena merasa semua udah dicukupi oleh istrinya.

Yang beginian, seikhlas-ikhlasnya perempuan bekerja sendiri, sementara suaminya santai aja. Ujung-ujungnya bakalan berontak juga.

Atau ada juga yang suaminya tetap fokus bekerja, tapi kemudian cari masalah dengan selingkuh, alasannya istrinya sibuk, ya...ya...ya.

Tapi itu belum seberapa sih, ketika menikah dan punya suami, lalu suami nggak mampu beradaptasi dengan perempuan yang mandiri dalam menghasilkan uang. Meski sedih dan sakit hati, tapi kemudian dihempaskan saja tuh lelaki, dan bisa kembali fokus bekerja.

Ingat Dian Pelangi, kan?

Dulunya dia merupakan sosok wanita yang sukses bikin banyak muslimah iri kepadanya. Sudah cantik, tinggi, pintar, suaminya tampan pula.

Belakangan beredar kabar perceraiannya, dan beberapa memberitakan bahwa penyebab perceraiannya karena suaminya enggak mau kerja. Meskipun berdalih untuk menemani istrinya ke manapun pergi dinas atau bekerja di luar kota.

Nah, akan lebih complicated lagi, kalau perempuan sudah menikah dan punya anak. 

Sudahlah, rasa-rasanya enggak ada perempuan di dunia ini yang hebat dalam melakukan keduanya. Menjadi ibu dan menjadi terbaik dalam karirnya.

Saya coba googling, bagaimana Ibu Sri Mulyani, si Menteri Keuangan RI dalam mengasuh anaknya. Nyatanya saya belum pernah nemu ada artikel yang menceritakan secara detail, bagaimana si ibu menyeimbangkan kehidupannya sebagai ibu bagi anaknya dan pekerja.

Kebanyakan artikel hanya akan membahas hal-hal umum yang biasa ada di banyak buku parenting. Banyak orang melupakan, bahwa parenting itu bukan hanya sekadar hadir sejenak menasihati anak agar mandiri dan lainnya.

Tidak.

Parenting sesungguhnya itu adalah ketika kita setidaknya selalu ada untuk anak dalam waktu yang lama. Mengurus mereka.

Oh sudahlah, tak usahlah para pakar parenting menasihati para ibu tentang gentle parenting. Kalau mereka sendiri bisa ngomong gitu, tapi anaknya masih dibantu asuhan suster, bantu asuhan ortu atau keluarga, atau punya suami yang support dengan baik.

Preeeettt lah.

Tidak semua ibu punya situasi dan kondisi demikian loh, dan tak perlu menasihati dan menyalahkan ibu lain dengan perkataan,

"Makanya cari jodoh yang begini yang begitu!"

Kalau nyalahin kek gitu, ujungnya pasti nyalahkan Tuhan,

"Makanya, mbok ya kasih kondisi yang bahagia dan banyak uang kepada semua manusia!"

*Eh, hahahaha.


I mean, kenyataannya, mostly perempuan sebagai ibu, jadi hebat itu karena nggak bisa lepas dari yang namanya dukungan keluarga, entah itu ibunya, ibu mertuanya, saudaranya dan lainnya.

Hanya sedikit ibu yang beruntung bisa menemukan jodoh buat anak-anaknya, dari orang yang bukan keluarga kandungnya.

Seorang perempuan yang statusnya sebagai ibu, hanya akan tenang dalam bekerja, apalagi kalau kerjaannya menghasilkan uang banyak ya, ketika anaknya diawasi oleh keluarga kepercayaannya.

Apalagi kalau anak masih kecil.

Eh tapi, kata Aghnia, dia meninggalkan anaknya selama 2 hari ke Jakarta, dengan menitipkan ke suster yang sudah bekerja setahun dan di rumah ada adik iparnya juga.

Nah itu dia.

Bukan semata keluarga dekat ya, tapi juga keluarga yang bisa dipercaya, salah satunya ya ibu atau ibu mertua.

Tapi di zaman sekarang, udah jarang banget ada ibu yang mau jagain cucunya, even itu sekadar mengawasinya. Karena kebanyakan ibu-ibu, meski sudah tua, ya masih suka keluar untuk berbagai kegiatan.

Ini juga pernah jadi masalah saya ketika dulu jadi ibu bekerja dan tinggal di rumah mertua, dengan niat agar anak saya yang ketika itu masih bayi. Diasuh orang lain, di bawah pengawasan eyang-eyangnya.

Kenyataannya, eyangnya nggak mau saya cari orang yang khusus jagain si Kakak bayi. Mereka pengennya saya cariin pembantu saja, nanti si kakak bayi mereka saya yang urus.

Teorinya sih begitu, kenyataannya?

Saya jadi sering membolos, saking ibu mertua banyak acara di luar. Belum lagi acaranya yang memaksa saya harus cepat pulang dari kantor, sementara kantor saya tempat bekerja itu selalu identik dengan lembur.

Di sisi lain, ini menjadi polemik banget buat perempuan. Mengapa?.

Mari kita liat setahu kita atas kehidupan si Aghnia misalnya.

Dari beberapa komentar yang ada, lalu diupload juga oleh sang selebgram. Menjelaskan bahwa si Aghnia ini dulunya memang berjuang dari nol banget. Kekuatan semangatnya berasal dari masa dulunya yang (katanya) sering dihina.

Karena itulah dia bertekad, harus sukses, salah satunya untuk membuktikan bahwa dia bisa membalas hinaan dengan kesuksesan, bahkan mungkin jauh lebih sukses dari yang menghinanya itu.

Di sisi lain, meski terlahir sebagai perempuan, tapi perempuan juga kan manusia ya. Ada juga niatan untuk mengubah nasib diri dan keluarganya, khususnya orang tuanya.

Ingin membahagiakan ortunya, membelikan rumah yang layak dan nyaman untuk ortu, menyenangkan keluarga besarnya.

Ketika sudah menikah, hal-hal demikian tentunya bukanlah menjadi tanggung jawab atau kewajiban suami, kecuali memang menikah dengan suami super kaya dan kayanya bukan karena hal-hal yang merugikan negara *eh, hahaha.

Ditunda dulu dong, jangan dulu menikah apalagi punya anak?.

Hmmm... bagaimana kalau ternyata takdirnya sudah berbicara, bahwa di usia segitu perempuan ini harus menikah dan jadi ibu?.

Off course itu di luar kendali lagi kan?.  

Intinya, dalam kehidupan, menjadi perempuan itu memang seringnya dihadapkan oleh pilihan yang sulit. Terlebih ketika sudah menjadi ibu.

Belum lagi untuk memenuhi harapan orang tua, yang tentunya semua ortu ingin melihat anaknya, meskipun itu anak perempuan, tetap jadi perempuan yang mandiri dan berdaya.

Meskipun anak perempuannya sudah menjadi ibu.

Karena kenyataannya, banyak ibu yang menderita ketika akhirnya memilih hanya fokus mengurus rumah dan anak., terutama perempuan di zaman dulu, yang harus diam saja ketika suaminya patriarkis, bahkan menikah berkali-kali, entah di belakang istrinya, maupun di depan istrinya atau secara terang-terangan.

Bukankah hal ini menunjukan, betapa susahnya jadi perempuan zaman sekarang?

Serba salah.

Memilih nggak mau menikah demi menghindari drama yang memusingkan kepala setelah menikah, itu salah.

Memilih nggak mau punya anakpun, itu salah.

Sementara kalau akhirnya memilih menikah, punya anak dan fokus mengurus anak dan rumah, lalu suaminya tidak setia.

Yaaaa salah lagi.

Atau, memilih punya anak, punya suami setia dan support, punya kerjaan atau bisnis yang sukses, juga salah ketika akhirnya anaknya dihajar oleh susternya.

Astagfirullah.


Kita Sederhanakan Dengan, Manusia Tidak Mungkin Bisa Memiliki Segalanya

Setelah menahan kesal, tapi tak menemukan jawaban dan solusinya, saya akhirnya coba berdamai dengan satu prinsip, bahwa, ini bukan masalah gender.

Ini masalah hakikatnya dunia.

Karena, kalau dipikir-pikir ya, bukan cuman perempuan loh yang serba salah atau selalu salah, dan jadinya susah banget rasanya menjalani kehidupan dengan baik.

Tapi laki-laki juga mengalami.

Lihat saja para suami, mereka bekerja mati-matian di luar, demi menghidupi dan menyenangkan anak-anaknya dalam hidup yang berkecukupan, juga bisa memenuhi tanggung jawabnya sebagai lelaki dalam Islam.

Jangan lupa, tanggung jawab lelaki dalam Islam itu buanyak loh.

Ada istri, anak, ibu, saudara perempuannya, keponakannya.

Semua itu akan menjadi tanggung jawab lelaki, apalagi kalau kebutuhannya urgent, sementara kehidupan si lelaki udah mapan, punya rumah mewah, mobil lumayan dan lainnya.

Tapi, kita semua pasti menyadari kan, ketika suami harus memenuhi semua kewajibannya itu, berarti dia butuh waktu lebih banyak di luar sana atau yang fokus tanpa digangguin anak istri.

Sehingga sudah bisa ditebak, banyak suami yang stres karena sudahlah capek banget kerja di luar. Pulang ke rumah disambut istri yang ngomel atau ngambek masalah kesepiannya. Masalah hari anniversary yang dilupakan suami. Padahal otak suami tuh udah nggak sanggup lagi menambah memori ingat ke hal-hal detail seperti itu.

Sementara, jika lelaki memutuskan hidup dengan seimbang, pas kerja ya kerja. Waktunya pulang ya pulang.

Siniii tunjukin ke saya, kalau ada lelaki yang kerjaannya teng go gitu, tapi gajinya sebulan 50 juta ke atas, hahahaha.

Bahkan, punya bisnis sendiri sekalipun, kalau lelaki kerjana teng go gitu, ya jangan harap bisa memenuhi semua keinginan istri dan juga semua tanggungannya sebagai lelaki.

Jadi, sebenarnya sama aja.

Dan kemudian saya simpulkan bahwa, Manusia Tidak Akan Pernah Bisa Memiliki Semuanya!  

Tidak ada tuh yang namanya life balance tapi orientasi kita cukup yang sesuai keinginan (bukan kebutuhan).

Kalau mau suami bisa beliin berlian yang gede, suami bisa memenuhi rasa persaingan kita dengan tetangga yang kemaren baru beli mobil baru, wakakakakakak. Ya harus rela suami jarang di rumah.

Sama kayak perempuan.

Kalau mau jadi perempuan yang sukses luar biasa, tapi nggak punya support sistem keluarga yang terpercaya? sebaiknya hindari menikah apalagi punya anak.

Nggak ada manusia di dunia, terutama perempuan yang bisa memiliki semuanya.

Punya uang yang banyaaaakkkk banget, punya anak yang lengkap, sehat, lucu dan segalanya. Punya suami yang ganteng, setia dan luar biasa.

Nggak ada!

Kalaupun ada, percayalah, itu cuman branding semata.

Karena semua manusia itu bakalan menjalani hidup yang sama sesuai pilihan hidupnya, lengkap dengan resikonya.

Kalau memilih bekerja keras luar biasa, insya Allah bisa kaya ataupun sukses seperti harapannya. Tapi tentunya ada yang harus dia korbankan akan hal itu.

Entah kesehatannya, atau lainnya.

Kalau mau punya keluarga yang manis dan harmonis. Anak-anak yang bahagia, sehat dan terjamin keselamatan dan kesehatannya, ya mau nggak mau cuman bisa mengandalkan diri sendiri aja.

Dan harus mau mengorbankan karir di luar sana.

Karena tidak ada yang bisa berhasil dalam segalanya.

That's why BJ Habibie jadi orang yang sukses, karena istrinya Ainun yang menjadi dokter dan cerdas itu, mengalah di rumah saja. 

That's why BJ Habibie sangat mencintai istrinya Ainun, bukan karena Habibie yang hebat dan pecinta, tapi juga Ainun yang luar biasa dalam membuktikan cintanya.

Salah satunya dengan mengalah, meskipun itu bukan perintah Habibie. 

Demikianlah.

Sejatinya, bukan masalah susahnya jadi perempuan, tapi memang kita hidup di dunia ini dalam cinta sang pencipta. Dia tak mau kita lupa diri bahwa ini adalah dunia, kita nggak kekal di sini.

Karenanya, Allah memberikan batasan untuk semua hamba-Nya, di mana kita semua tidak akan pernah bisa memiliki semuanya.

Ya karir sukses berlimpah uang, anak-anak sehat bahagia dan shalih/ah meski ortunya sibuk di luar, dan lainnya.


Surabaya, 30 Maret 2024

1 komentar :

  1. Pasti saja Mbak.. apapun yg kita lakukan ada aja komentar baik atau buruknya dari orang lain. Hihi.

    Ngerasa kasian pas lihat berita ini. Apapun itu, InsyaaAllaah ada hikmah yang dipetik oleh Mba Aghnia..

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)