Mereka Yang Nggak Bersyukur, Atau Kita Yang Sok Bersyukur?

Mereka Yang Nggak Bersyukur, Atau Kita Yang Sok Bersyukur?

Sharing By Rey -  Jadi ibu di zaman sekarang itu memang penuh tantangan, salah satunya adalah wajib menjadi malaikat buat semua orang.

Khususnya buat beberapa orang yang sedang menantikan buah hati mereka.

Iya, di postingan saya kali ini, bisa dibilang saya hanya pengen curcol, eh bentar, bukannya hampir semua postinganmu itu ya curcol Rey? hahaha.

Enggak, maksudnya curcolnya kali ini tuh berdasarkan opini, dari sebuah hal yang mengusik hati saya.
Salah satunya adalah, kewajiban kita sebagai ibu untuk menjadi seorang malaikat.

Yes, temans tidak salah baca kok, tapi suer, saya merasa hal ini amat sangat butuh dikeluarkan dari hati saya, biar nggak jadi rasa kesal yang ditimbun dan menjadi bom yang merugikan saya sendiri.


Ketika Dituntut Jadi Ibu Malaikat


Di zaman sekarang tuh, herannya semua orang merasa kalau ingin dimengerti, tapi sedikitpun tak mau mengerti orang lain. 
Salah satunya adalah kaum wanita, meski kaum pria juga banyak.

Ketika Dituntut Jadi Ibu Malaikat

Di mana, bagi kaum wanita itu, kebanyakan menganggap diri mereka the best, meski disamarkan dengan kata-kata yang halus.

Coba saja, seorang ibu menuliskan keluhannya, yang mungkin tidak benar-benar mengeluh, she just write biar bikin bebannya sedikit lebih plong.

Jadilah menuliskan keluhan tentang betapa sulitnya jadi ibu, betapa mengasuh anak itu kadang berat, betapa anak-anak itu butuh banyak hal, dan betapa... ciiittttt, langsung dipotong oleh kebanyakan orang.
"Jangan mengeluh, bersyukurlah dikasih anak, di luar sana banyak yang dengan segala cara harus ditempuh demi punya anak"
Duuhhh, pengen langsung nyamber deh kalau membaca komentar seperti ini di tulisan saya.
"Memangnya rezeki di dunia ini cuman anak? memangnya semua orang punya anak itu udah paling sempurna? memangnya cuman yang belum dikasih anak yang ngenes? yang belum punya anak itu apa tahu rasanya, punya anak tapi merasa nggak bisa jadi ibu yang baik dan amanah? memangnya punya anak gitu udah kelar semua masalah di dunia ini? anddddd blaaaaa blaaaaa blaaaa..."
Kalau saya tulis 'samberan' saya panjang kek jalan kenangan bersamamu, *eaaakk, hahaha.

Iya, i mean, memangnya cuman wanita yang nggak punya anak yang punya masalah hidup?
Kalau ibu yang punya anak mungkin nggak tahu bagaimana rasanya kesedihan seorang wanita yang setiap bulan menyambut mens dengan hati kecewa (eh saya udah punya anak 2 sih, tapi pernah ngerasain sih bagaimana kecewanya hati saat menstruasi, meski nggak kepanjangan kecewanya).

Tapi, wanita yang belum punya anak pastinya belum pernah merasakan, bagaimana sedihnya ketika anak yang kita idamkan, tidak bisa kita bahagiakan karena kita gagal mengajak pasangan kita bekerjasama menjadi orang tua yang baik.

Atau mungkin di sudut lainnya, ada seorang ibu yang menangis sedih menyesali bentakannya pada anak di siang hari karena beban mentalnya yang tidak pernah dianggap serius oleh orang di sekitarnya.
Wanita yang belum punya anak pasti belum tahu rasanya hal itu.

Lalu, mengapa ibu harus jadi malaikat, hanya demi menyenangkan hati wanita yang belom punya anak?
Mengapa oh why? hah?


Stop Menyuruh Seorang Ibu Bersyukur Demi Kita


Iya, saya paling sebel kalau ada yang suka banget nyuruh orang lain bersyukur, belom lagi ketambahan,
"Cuman mengingatkan saja sih!"
Etdaaahh, situ ngingatkan sekaligus pamer situ yang paling suci dan tahu caranya bersyukur?

Stop Menyuruh Seorang Ibu Bersyukur Demi Kita

Iya, meminta orang lain, khususnya seorang ibu bersyukur itu memang bagus, kalau memang si ibu benar-benar lupa bersyukur.
Kalau si ibu hanya terlihat lupa bersyukur gimana?
I mean, tahu sendiri kan betapa banyak tantangan menjadi wanita sekaligus ibu di zaman now?

Tuntutan lingkungan, hingga orang-orang terdekat kita begitu banyak.
Jangankan lingkungan ya, bahkan orang yang begitu kita percayai dengan segenap jiwa raga kita, alias pasangan kita, mulai ikutan banyak menuntut.

Seperti pasangan saya.
You know, i am not stupid mau menikah dengan lelaki yang tidak punya kerjaan tetap, dan meninggalkan orang tua serta kesempatan punya kerjaan tetap, jika memang dia dulunya bukanlah sosok malaikat di mata saya.

Semua orang tahu, betapa beruntungnya saya punya pasangan sebaik pasangan saya, tidak pernah mendikte, tidak pernah meminta saya ini itu, selalu mengerti apapun yang saya inginkan dan rasakan.

Dan siapa sangka?
Sekarang bahkan di saat saya udah 24 jam seorang diri mengasuh anak di rumah, kesepian, nggak punya teman ngobrol, nggak ada yang bsia bantuin saya saat saya migrain dan si adik mau pup, saya kudu bangun bersihin, karena tidak ada sama sekali orang yang bisa bantuin saya.

Dalam keadaan seperti itu, saya juga masih kudu cari uang, which is jujur saya hampir menyerah untuk itu. Saya kehilangan waktu tidur, dan kadang lupa makan karena itu, don't you know?

Dan tahu nggak apa tanggapan pasangan saya?
"Kamu itu jangan terlalu lebay, suka seenaknya ngomong sama anak!, nggak mau repot masak, maunya nge grab food melulu!"
Seriously, dia ngomong kayak gitu secara sadar, padahal ya saya nge grab food PAKAI UANG HASIL KERJA SAYA YANG LUPA TIDUR DAN MAKAN ITU!

Iya, gemes nggak kalian bacanya?
Baca aja gemes, bayangin kalau ada di posisi saya.

Daaaannn saat seperti itu, kesal dan kecewa, ingin mengeluarkan uneg-uneg, belom juga apa-apa udah dicegat ama kaum yang merasa sangat suci dan pandai bersyukur dengan kalimat,
"Bersyukurlah punya anak, di luar sana banyak yang belom dikasih anak, dan mereka mati-matian untuk bisa punya anak!"
Bisa ngomong kasar nggak sih?
Mereka yang nggak punya anak, apa hubungannya sama saya?
Memangnya saya yang nggak dihargai suami, juga ada hubungannya dengan mereka?
Hah? hah?

Bersyukurlah punya anak

Kesal tahu nggak sih?

So, daripada sibuk nyuruh seorang ibu untuk bersyukur, mendingan stop deh, dan mulai berkaca, jangan-jangan kita sendiri yang nggak bersyukur, makanya waktunya habis buat menilai rasa syukur orang lain *eh.

Stop lah menyuruh ibu bersyukur, kita tak pernah tahu kondisi seseorang, sampai kita ada di posisi seperti itu.


Wanita Belum Punya Anak Dan Seorang Ibu Punya Tantangannya Tersendiri, Berhenti Menilai Rasa Syukur Mereka


Setiap orang punya tantangannya sendiri, dan apapun tantangannya, Allah Maha Tahu batas kemampuan seseorang memikul tantangan hidupnya.

Jadi bukan berarti orang lain yang belum punya anak, jauh lebih hebat dibandingkan saya yang punya anak tapi (terlihat) ngeluh melulu.

Berhenti Menilai Rasa Syukur Mereka

Belum tentu juga, jika bertukar tempat, si wanita yang belum punya anak bakalan sanggup berada di posisi saya saat ini, meski punya anak.
Bayangin aja, udah punya 2 anak, tapi kepikiran masa depan anak-anak gimana? berjuang melawan depresi diri karena tidak ada support dari orang terdekat.

Demikian juga, dengan segala tantangan yang saya rasakan sekarang ini, belum tentu juga saya sanggup jika berada di posisi seorang wanita yang merindukan kehadiran anak, terlebih jika ada seorang suami yang begitu mencintai kita, dan kita sedemikian ngebetnya ingin membahagiakan suami tercinta dengan memberikannya keturunan.

Sama aja sebenarnya rasanya, beda di kemampuan seseorang berada di kondisi tersebut.
Yang jelas, kondisi tersebut sudah masuk takaran sang Maha Pencipta, di mana takarannya adalah pas, yaitu si empunya nasib mampu menjalani dan menghadapi kondisi tersebut.

Lalu mengapa wanita yang belum punya anak (terlihat) lebih bijak dari seorang ibu?
Karena wanita yang merindukan anak, hanya bersinggungan dengan dirinya sendiri, dengan rasa ingin memiliki anak.

Sementara sang ibu, harus berjuang memikul semua beban di hatinya, plus kewajiban yang terlihat di depan mata, yaitu mengasuh anak.
Ibarat hampir nggak punya sama sekali waktu untuk menenangkan diri, beda dengan ibu yang merindukan anak.

So, plis berhenti menilai dan membandingkan rasa syukur seorang ibu dengan wanita yang merindukan hadirnya buah hati.
Beda kondisi Maemurnah Bwambang!

Terlebih...
Apa hak kita menilai rasa syukur orang lain?
Mendingan kita cek diri sendiri.

Mereka (para ibu yang suka mengeluh) yang nggak bersyukur?
Atau kitanya yang sok bersyukur?
Padahal kita kurang bersyukur, sehingga menghabiskan waktu sendiri, hanya untuk menilai rasa syukur orang lain.

Mereka Yang Nggak Bersyukur, Atau Kita Yang Sok Bersyukur?

Demikianlah.. curcol si mamak Rey yang (terlihat) sering mengeluh, hahaha.
Saya tidak bermaksud mengeluh kok Maemurnah Bwambang!
I am just tired, sleepy, hungry and lonely...
Saya butuh waktu buat istrahat, buat tidur minimal 5 jam sehari dengan berkualitas, makan tepat waktu dan waktu buat ngobrol dengan anak-anak, biar nggak kesepian.

Begituhhh...     


Sidoarjo, 23 September 2020

13 komentar :

  1. ibuku berjuang untuk keluarga diwaktu muda, disaat tua seolah tersisihkan karena kurangnya keakraban diantara kami, jarang berkumpul tapi aku tau maksudnya demi keluarga utuh kami

    BalasHapus
  2. Kak Rey, jika menulis bisa membuat hati kakak menjadi lebih baik, tumpahkan saja semua ke sini hahaha. I don't mind :D

    Tuhan tidak pernah memberi ujian melebihi kekuatan hambaNya dan aku percaya akan hal ini. Jadi, aku percaya kakak bisa melewati semua ini meskipun sulit ketika dijalani >.<
    Nggak usah didengerin kata-kata orang yang membuat hati Kak Rey jadi panas, mending jalan-jalan virtual aja ke blog teman-teman buat refreshing hahaha.

    BalasHapus
  3. Mengeluh itu manusiawi kok, Mbak. Mungkin mereka-mereka itu cuma baca status mbak REy yang kebetulan lagi mengeluh. Nggak baca tulisan-tulisan lainnya gimana mbak sendiri mengasuh anak dengan penuh perjuangan seorang diri.

    BalasHapus
  4. Kalau curhat di medsos memang gitu...kadang ada yg mikir buset gitu aja ngeluh gue kondisi sama bahkan lebih parah malah tetap santuy, termasuk org yg sampai level ngeluh aja sdh percuma jadi better kerja cari solusinya.

    Mengeluh dan ada yg setia mendengarkan terus itu sebetulnya sebush privilege..tdk semua org bisa mendapatkan itu sehingga nggak ngerti kdg org hanya butuh empati dan perhatian...

    Kalau modenya curhat solusinya ada yg pilih kolom komennya ditutup hihihi....aman beybeh...

    BalasHapus
  5. Mba Rey, saya pernah merasakan semua yang Mba tulis. Dari susah punya anak hingga sekarang udah punya anak dan hamil lagi nggak diduga, hehehe. Semua pengalaman yang saya alami membuat saya lebih memahami kondisi orang lain terutama yang nasibnya sama kayak saya.

    Dulu waktu belum punya anak, lihat anak orang lain kayak pengen banget dan kayaknya bisa yakin jadi ibu yang sabar bak malaikat apalagi saya sempat beli buku tentang pengasuhan anak.

    Kenyataannya?

    Bubar jalaaannnn, hahaha. Teori maaahhh lewaaatt yang penting saya happy dan anak diem sebentar jadi saya bisa istirahat bentaaaaarrr aja demi kewarasan diri. Iya, saat anak harus dibersihkan kotorannya sementara kita lagi pusing dan capek luar biasa, kadang pengen cuek bebek tapi kan nggak bisa. Akhirnya saya sadar inilah yang saya tunggu beberapa tahun lamanya. Mungkin dulu saya sudah banyak berleha-leha, sekarang enggak bisa karena tanggung jawab bertambah. Jadi saya memilih menikmati kerempongan bersama si kecil tiap hari, hahaha.

    Pengalaman saya sebelumnya menjadikan saya lebih kalem membaca status orang lain di medsos dan saya lebih berempati tiap ada orang yang punya masalah.

    Buat Mba Rey, nggak papa mengeluh karena itu wajar. Dan tetap semangat menjalani aktifitas sehari2 yang seru di rumah. Peluk dari saya, Mba.:)

    BalasHapus
  6. Mba Rey semoga setelah mengeluarkan unek-unek lewat tulisan ini, mba lebih lega yaa. Semoga apa yang terjadi saat ini dalam hidup serta keluarga mba, bisa segera membaik. Tetap percaya bahwa Mba adalah ibu yang baik dan malaikat untuk kedua anak mba. Sehat selalu yaa mba

    BalasHapus
  7. Seharusnya Rey bersyukur karena bisa bersyukur untuk sesuatu yang memang harus disyukuri, tidak peduli apakah orang lain bersyukur atau tidak, yang penting kita harus bersyukur atas apa yang memang sudah sepantasnya disyukuri..

    Hahahaha.. maaf ya Rey

    Tapi, kupikir dikau harus menjauh dari medsos deh.. wakakakakak...tapi nanti nggak dapet ide menulis yah..

    Hem... kalau saya pilih pakai sistem satu kata saja.. EGP... Terserah deh elu mau ngapain.. wakakakaka..

    Media sosial, internet, adalah alat yang mempermudah manusia melakukan branding. Mereka bisa mengenakan topeng seperti apapun, termasuk memakai topeng malaikat.

    Tidak perlu gundah, tidak perlu juga terbebani

    Makanya pepatah "Be yourself", "Stay true to yourself", "Jadilah diri sendiri" itu semakin penting. Karena kalau tidak, maka kita akan terombang ambing kalau semua omongan orang didengar. Juga karena faktanya, semakin sulit menjadi diri sendiri ketika semua orang memakai topengnya masing-masing

    Kalau yang bagus kita terbawa hanyut, kalau tidak kita seperti dijatuhkan

    BalasHapus
  8. Biasanya seorang ibu dituntut spt malaekat. Padahal ibu juga punya banyak kekurangan, kelemahan. Namanya jg manusia, mana ada yg sempurna?

    Aku dulu blm punya anak, kepengen cepet2. Stres ditanya sana sini. Kapan2?...
    Rasanya koq enak punya anak, bisa ngilangin stres.

    Iya, karena aku blm berpikir gimana susahnya melahirkan, gmn tanggungjawab membesarkan, menjaga, mendidik, dan memikirkan bagaimana masa depan buah hati.

    Semua itu dialami pas udah punya anak. Ternyata gak gampang y peran seorang ibu. Apalagi ibu bekerja. Bekerja mencari nafkah.

    Kita dituntut siap dlm berbagai kondisi.
    Betapa letih terasa.

    Kali ini utk ibu2 muda, atau ibu2 yg udah punya anak spt kami yg mamak2 ini, utk selalu renungkan betapa Allah sungguh baik, memberikan kita sebuah kelebihan yg blm tentu bapak2 bisa, sehingga selalu bersyukur. Tidak perlu menilik kekurangan org lain.


    Terima kasih dirimu telah berbagi. Aku dapat pelajaran berharga.

    Tetep kuat yaaaaaa
    Salam sahabat, slm hangat 💕





    BalasHapus
  9. Waduuuuh ada-ada saja komentarnya. Padahal menurut saya, mengeluh itu bukan berarti nggak bersyukur, masa ibu nggak boleh mengeluh, ibu kan manusia juga, pasti punya perasaan 😆

    Dan menurut saya, nggak ada salahnya untuk mengeluh, sesekali kita pasti butuh mengeluarkan beban yang ada di pundak. Kalau nggak begitu, bisa stres kita 😅 hehehe. Yang penting balance, nggak berlebihan tapi juga nggak kekurangan. Sebab perasaan negatif kalau ditekan terus bisa jadi penyakit di badan. Jadi lebih baik keluarkan 🙈

    By the way, pasangan mba agak tajam ucapannya huhuhu. Padahal mba beli Grabfood karena nggak ada waktu masak dan butuh istirahat setelah lelah urus anak. Sabar ya mba dan tetap semangat! ~ 💕

    BalasHapus
  10. Alhamdulillah beranda Facebook ku ngga ada sesuatu yang bikin aku marah, tidak ada yang nyindir aku misalnya kok jualan sosis. Eh tapi aku memang belum pernah bikin status Facebook tentang jualan sosis ya. Gimana orang mau mem-bully.😂

    Aku jarang posting kehidupan pribadi di Facebook karena menurutku ngga ada yang istimewa sih, jadinya posting blog sajalah biar banyak yang datang dan baca.

    Soal punya anak dan yang belum punya anak memang beda. Yang belum punya anak katanya harus bersyukur sama yang sudah punya anak. Mungkin nanti yang bicara seperti itu nanti kalo sudah punya anak jadi tahu bagaimana rasanya punya anak yaitu...

    Itu menyenangkan punya anak lho.😀

    BalasHapus
  11. Rey, kayak kata mas Anton EGP kan sajaaa semua komen2 sok ituuuu :p. Ga usah pedulikan, seolah mereka mau bantu masalah kita aja :D.

    Temen2 yg udh ngerti masalahmu, aku yakin ga pernah masalahin tiap kali kamu curhat di blog ini. Itu berguna kok utk ngeluarin uneg2, biar ga numpuk di dada, malah jd penyakit ntr.

    Jd kalo sampe ada sok menggurui ttg cara bersyukur, anggablah dia juga stress tp ga tau cara pelampiasan :p.

    Semangaaaaat, aku yakin Tuhan ga seenaknya ksh masalah ke hambaNya. Dia tau kamu kuat, karena itu ujiannya juga lebih menantang. Tapi kalo kamu nanti lulus, hasilnya juga pasti memuaskan :).

    BalasHapus
  12. Wew ada ya yang komen begituan.
    Mungkin maksud dia ngomongnya halus, tapi kadang persepsi orang yang baca jadi beda
    Sama kayak mba fanny, mba eno, Al Anto, EGP aja lahh

    Yang tau kadar bersyukur kita, adalah diri kita sendiri. Bersyukur juga banyak maknanya yang cuman ke hal materi aja

    Cemungudd mbak reyy, aku padamu, kasih pelukan hangat dulu ahhhh

    BalasHapus
  13. Iya mbak manusia itu dasarnya diciptakan suka mengeluh. Khuliqo haluu'a apa manu'a ya.wkwkwk lupa ayatnya. Ada disaat2 kita bisa nahan biar gak ngeluh tp pada ujungnya eh, ngeluh juga. Wkwkwkwk.

    Ngeluh ya masih manusiawi, tp aku dapet pesen kita dikasih option lain disaat seperti itu ,itu saat2 mustajab kita buat minta sama Allah. Jadi, selagu bisa pas kita kepengen banget ngeluh itu kata2nya kita ganti sama harapan kita selama ini. Katanya itu lebih cepet terkabulnya. Mau doa yang baik atau doa yg jelek

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)