Sekolah Dasar Negeri Atau Sekolah Dasar Islam, Pilih Mana?

sekolah dasar negeri atau sekolah islam

Sharing By Rey - Sekolah dasar negeri ataukah sekolah dasar Islam atau swasta lainnya?

Bagi kami, memilih sekolah dasar untuk anak itu jauh lebih penting daripada memilih sekolah TK, SMP, SMU bahkan kuliah.



Mengapa?

Karena di sekolah dasar inilah anak mengalami perubahan terbesar dalam tumbuh kembangnya, yang mana bukan hanya sekadar tumbuh kembang fisiknya, tapi juga psikisnya.

Perubahan ini yang akan membuat anak membawa habbit atau kebiasaan sepanjang hidupnya, karena ibarat spons yang kering, dalam usia SD, anakpun masih bisa menyerap sesuatu secara lebih mendalam, ketimbang usia setelah masa SD.

Pada usia SD antara 7-11 tahun seorang anak akan mengalami fase perkembangan periode operasional konkrit, yaitu periode saat anak mulai bisa melakukan penalaran logis, atau dengan kata lain, logika anak sudah lebih bekerja dengan baik.

Anak mampu mengklasifikasikan segala sesuatu secara kongkrit dan sistematis, namun dalam hal pemahaman belum terlalu mendalam.

Karena salah satu hal tersebutlah, kami memutuskan untuk menyekolahkan anak ke sekolah yang lebih menitik beratkan pusat dari kehidupan ini, yang bagi saya dan suami, hal tersebut adalah AGAMA.

That ways, kami memilih sekolah dasar dengan basic agama Islam, bukan hanya sekolah dasar negeri.


Mengapa Bukan Sekolah Dasar Negeri? 


Well, mungkin saya dan suami terkesan sok tahu, menggeneralisir bahwa pelajaran agama Islam di sekolah dasar negeri, tidak seintens pelajaran agama Islam di sekolah dasar Islam.

Tapi, dari pengalaman pribadi yang mana saya maupun suami sama-sama dulunya bersekolah di sekolah dasar negeri, lalu membandingkan dengan apa yang anak kami pelajari selama 2 tahun di sekolah dasar Islam, terlihat jelas bahwa memang sekolah dasar negeri, tidak mengajarkan agama Islam secara mendalam seperti yang diajarkan di sekolah dasar Islam.

Bukan!
Sejujurnya, kami sama sekali tidak berambisi menjadikan anak kami seorang yang amat sangat fanatik hingga punya pikiran kolot.
Sama sekali tidak!

Kami hanya ingin, anak kami tumbuh menjadi anak yang mencintai agama Islam sebagai pedoman hidupnya.
Itu saja.

Dan kami rasa, hal tersebut akan sulit ditanamkan jika anak bersekolah di sekolah dasar negeri.
Karena :

1. Kami, orang tuanya juga gagap agama Islam


Iya, bully us lah, i don't care!
Tapi memang kami, baik saya maupun pak suami, sama-sama gagap ilmu agama.
Saya nggak pernah belajar agama secara intensif, nggak pernah datang ke pengajian juga (parah ya, silahkan di-bully, lol).

Masih untung waktu kecil saya mau sembunyi-sembunyi belajar ngaji ke rumah guru agama SD saya, sehingga meski saya gagap ilmu agama, tapi saya bisa membaca Al quran.
Pak suami sama saja, bahkan masih lebih lancar saya dalam membaca Al Quran ketimbang beliau.

sekolah dasar negeri atau islam
Kegiatan parenting ayah di sekolah kakak

Saking gagapnya kami dalam hal agama Islam, bahkan doa makan saja, baru rutin saya dan pak suami baca, setelah si kakak masuk TK, lololololol.

Ye kan, si kakak selalu rajin membaca doa sebelum makan, melakukan segala cara berdasarkan adab Islam yang baik.

Jadi saya dan pak suami, semacam belajar mencontoh si kakak, sungguh dunia yang terbalik lolololol.

2. Sekolah Islam mengajarkan adab sesuai Islam dalam kesehariannya.


Saya (dan pak suami juga) sangat jatuh cinta dengan anak yang selalu menghiasi ucapannya dengan Asma Allah.

Khususnya di zaman milenial seperti sekarang, di mana kadar keren itu adalah berbicara dengan istilah-istilah zaman now.

Saya dan pak suami, malah lebih adem dan bahagia jika anak lebih suka berbicara dengan sopan dan mengagungkan nama Allah.
"Masha Allah, adek udah pintar mi"
"Astagfirullah, Darrell lupa ambil ini tadi, mi"
Dan berbagai kata-kata yang sungguh hati saya berbunga-bunga mendengarnya, sederhana, remeh tapi mengademkan hati.

Ketimbang,
"Ya oloh, bla..bla..bla.."
"njir... kok bla..bla.. bla.."
Rasanya, saya lebih suka kalau anak saya tumbuh besar dengan ucapan yang sopan, ketimbang sok milenial, lol.

Atau hal-hal remeh lainnya, seperti,
  • Makan dengan tangan kanan.
  • Makan dan minum sambil duduk.
  • Mengerti bahwa tidak semua lawan jenis adalah mahram yang bisa disentuh.
  • Menundukan pandangan ketika melihat sesuatu yang bisa menjadikannya sebuah dosa.
Dan masih banyak lagi, yang mana saya rasa, tidak akan intensif diajarkan di sekolah dasar negeri.

3. Lingkungan yang homogen selama masa pembentukan karakter anak.


Hah? apa Rey?
Ini Indonesia, terdiri dari masyarakat yang heterogen, dan kamu ingin mendidik anakmu dalam lingkungan yang homogen?

Apa kabar empati anakmu nanti?
Bagaimana dia menyikapi perbedaan nantinya?

OKE..OKEE..
Please be patient! hehehe.



Iya, saya tahu bakalan banyak yang berpikir, kalau saya orang yang aneh, di zaman sekarang yang mana orang berlomba-lomba mengajarkan anak mereka tentang indahnya perbedaan, saya malah sibuk mencari tempat yang tidak ada perbedaan.

Hmm...

Sekali lagi, mari kita tengok tulisan saya di bagian atas, yang mana anak usia SD sedang berada di fase PERIODE OPERASIONAL KONKRIT.

Menurut saya, periode ini adalah PONDASI bagi anak dalam menentukan sikap dan habbit-nya di fase selanjutnya.

Saya ingin pondasi iman anak bisa lebih kuat terbentuk di usia ini, karenanya saya ingin membentengi dia dari pengaruh buruk, dan hanya memberikan dunia yang baik yang seharusnya di contohnya dan akhirnya bisa jadi good habbit bagi dia di masa mendatang.

Loh? Memangnya kalau di sekolah negeri pengaruhnya buruk semua?
Oh tentu saja tidak!

Tapi 'buruk' yang saya maksud di sini adalah bukan hanya secara umum, tapi cara-cara yang tidak Islami, seperti cara berbicara yang saya jelaskan di atas.

Sebagai contoh saja,

Di sekolah si kakak, mereka dipantau dengan ketat, bukan hanya baik secara umum, tapi tingkah lakunya yang tidak islami.
Bahkan semua tindakan mereka masuk dalam kurikulum sekolahnya.

Dan saya cukup puas melihat perkembangan si kakak yang tumbuh jadi anak sopan dan sadar tata cara islami.

Sayangnya, di kompleks kami tinggal, ruang lingkup anak sebaya dengan si kakak beragam. Dan bisa ditebak, si kakak yang di rumah, meski saya suka ngomel tapi saya pantang berkata kasar.

Di sekolah mereka bakal dihukum dengan pengurangan poin dan orang tua bakal dipanggil, jika mereka berani berkata kasar dan tidak sopan.

Dan, karena pengaruh pergaulan dengan lingkungan beragam itu, si kakak bisa sesekali keceplosan ucapan kasar, misal, 'WTF'

Dengan selalu berada di lingkungan yang selalu baik, minimal selama masa fase usia SD ini, insha Allah anak bakal punya pondasi yang kuat, yang bisa dia pilih saat nanti berada di fase selanjutnya dalam tumbuh kembangnya.

Terus, bagaimana anak belajar tentang perbedaan sementara dia hidup di negara yang kaya akan perbedaan?


Oh tentu saja dia tetap belajar perbedaan.
Bahkan justru belajar perbedaan dengan benar, bukan perbedaan yang abu-abu.

sekolah dasar negeri atau sekolah islam
Kegiatan buka bersama di sekolah

Dia belajar, mana hitam mana putih, bahwa hitam itu juga warna, tapi bukan berarti dia harus ikutan jadi hitam, jika memang memilih putih.



Dan dengan bersekolah di sekolah dasar yang basic-nya Islam, anak akan memahami perbedaan itu secara berkala.

Tentunya, setelah semua hal tentang Islam dia pahami dengan benar dulu.

Semacam dipaksakan dong Rey?
Bukankah lebih baik kalau dia mengerti agama berdasarkan keinginan hatinya?
 


Tentu saja tidak lebih baik?
Untuk hal kebaikan saya lebih memilih 'dipaksakan', setidaknya saya yang memilih jalan Islam, akan mengajarkan agama Islam itu secara penuh sejak dini kepada anak.

Usia seseorang siapa yang tahu ujungnya?
Sama seperti prinsip,
"Saya bakal berjilbab, kalau sudah siap dan mendapatkan hidayahNya"
Etdah, kapan dong itu?
Kalau keburu habis kontrak nyawa kita, sedang hidayah nggak datang-datang, gimana?
Alangkah meruginya orang-orang yang selalu menunda kebaikan.


Kesimpulan


Jadi, kalau ditanya, sekolah dasar negeri atau sekolah dasar Islam, pilih mana?
Sudah pasti sekolah dasar Islam.

Karena anak pada usia SD tersebut adalah fase di mana anak mampu merespon sesuatu dengan logika, namun belum matang.
Di usia seperti itu, akan lebih baik jika anak diajarkan hal-hal mendasar yang kita inginkan anak menjadi apa?

Karena saya ingin anak menjadi anak yang cinta agama Allah dan Rasul-Nya, maka saya memilih menyekolahkan anak di sekolah Islam, agar lingkungannya lebih Islami, yang bakal meresap dalam pondasi imannya dan menjadi bekal untuk anak menentukan keputusan hidup di fase selanjutnya.

Kurang lebih seperti itulah, alasan mengapa tidak memilih sekolah dasar negeri.

Tapi..
Itu pendapat saya dan suami pribadi sih, kalau teman-teman?
Share yuk :)

Sidoarjo, 17 Juli 2019

Reyne Raea 

25 komentar :

  1. Kalau saya...
    Begitu baca judul postingan ini, langsung membatin, "oh SDI dong"
    Alasannya, ya karena pasti melihat visi-misi sekolah. Karena ada label agama, tentunya tujuan pembentukan output nya jadi lebih jelas, sesuai dengan karakter keagamaan.
    Pokoknya setuju dah sama isi tulisan mbam Rey juga, karena di masa ini lah pondasi anak dibangun.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga setuju Mbak, hihihihi.... #ikutan2 saja, hahaha....

      Hapus
    2. Bener banget, agama seharusnya dikuatkan pada diri anak sejak dini :)

      Hapus
  2. Setiap orang tua memiliki caranya sendiri untuk mendidik anak, begitu juga memilih sekolah ya Kak.

    Baik sekolah Islam maupun sekolah negeri memiliki nilai positifnya sendiri-sendiri. Kalau nilai negatifnya, semoga tidak ada. Apapun pilihannya, semoga pilihan orang tua untuk anak baik dan tentu saja diimbangi dengan didikan dari orang tua, lingkungan rumah, dan lingkungan masyarakat.

    Aku setuju saja kalau Kak Rey memilih sekolah Islam karena tujuan Kak Rey sebagai orang tua juga baik.

    Semangat ya Kak Rey!
    Semoga putra putri Indonesia bisa menjadi generasi yang hebat untuk orang tua, lingkungan, dan bangsa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ikutan setuju juga, #Ohy..komentar Mbak Einid brillian banget.Saluttt deh. :)

      Hapus
    2. Aamiin, aamiin..
      Bener banget, nggak ada sekolah yang buruk, hanya saja lingkungannya yang kadang nggak terkontrol :)

      Hapus
  3. Tergantung... :-D :-D .. Soal sekolah anak mah, saya cuma bisa bilang tergantung. Tidak semua SDI bagus, tidak semua SD Negeri jelek. Begitu juga sebaliknya.

    Banyak sekali pertimbangan sebelum memilih sebuah sekolah, dan label Islam buat saya tidak berarti selalu yang terbaik. Si Kribo kecil pernah di dua-duanya selama 17 tahun dan saya belajar banyak bahwa masalah sekolah bukanlah sebuah masalah mudah bagi orangtua memutuskan.

    Setiap orangtua punya teori dan keinginan, tetapi tidak berarti teorinya itu pasti baik untuk "anak".

    Selama saya hidup, saya melihat yang lulusan SDI atau Madrasah hidupnya tidak benar juga banyak, SD Negeri yang justru menjadi sangat Islami juga tidak terhitung. Begitu juga sebaliknya, yang lulus SDI/Madrasah bagus dan hidupnya lurus juga banyak, sebaliknya yang dari SD Negeri blangsak juga ada.

    Terlalu banyak faktor untuk disederhanakan menjadi yang SD berlabel ISLAM pasti bagus dalam urusan pelajaran agama, dan SD Negeri biasa pasti kurang dalam pelajaran agama.

    Di Bogor banyak Sekolah ISLAM mulai dari yang murah sampai yang katanya berkelas Internasional. Kalau dilihat hasilnya, meski secara teori seperti yang Rey sebut di atas, kenyataannya, yah banyak anak badung dan liar serta tidak hormat orang lain berasal dari sekolah Islam juga. Sebaliknya banyak justru yang bersekolah di negeri justru menerapkan nilai-nilai Islami.

    Jadi, kalau saya mah, cuma bisa bilang "tergantung" dalam hal ini. Pendidikan dan karakter anak, tidak hanya tergantung pada sekolah, peran terbesar justru ada pada orangtua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jadi intinya gimana nih Pak...? saya kok jadi pusing,hahaha....

      " Masih tergantung dengang Ortu dan Anaknya " yah...? :)

      Hapus
    2. Ga tau knp tiyap mampir blog mb rey, dan ngeliat komen om anton sy selalu kebanyakan sepakat
      Komennya bener2 berbobot dan menandskan si om ini banyak wawasan karena dah makan asam garam kehidupan
      Sku sendiri produk turunan sekolah negeri dan seumur2, sekolah negeri di daerahku bahkan lebih bagus ketimbang swasta, tentunya pas aku masi usia sekolah

      Maksudnya jebolannya kebanyakan jadi 'orang' semua, tembus ke PTN nya juga yang keren2 gitu...

      Nah ga tau klo di tempat tinggalku pas uda rumah tangga sekarang, klo boleh jujur berdasarkan pengamatan masih bagusan di daerahku kampung halaman sana sih hiks...,yg di kota ini aku pe ernya tentang pergaulan antar temannya malah. Perkara kurikulum, menurutku sih sami mawon aluas podo bae hehe

      Hapus
    3. @Pak Anton : hehehe iya pak, kurang lengkap nih tulisnya :D
      Sebenarnya sekolah itu adalah salah satu bentuk ikhtiar dan memilih sekolah Islam buat anak adalah ikhtiar agar anak lebih mencintai agama Islam.
      Bukan berarti kalau dia sekolah agama, semuanya udah pasti alim dsbnya.

      Tetp juga peran orang tua sangat dibutuhkan, agar semua yang dibentuk selama sekolah bisa bermanfaat dengan baik.

      Dan memang, nggak semua sekolah ISlam itu bagus, tergantung seberapa mau tahunya pihak sekolah terhadap anak saat di sekolah.

      Kalau di sekolah negeri, yang jelas tidak semua buruk, tapi tidak ada yang mengajari anak full adab ISlam, karena adanya heterogen tersebut.

      Salah satu contohnya, jilbab.
      Di sekolah Islam semua wajib berjilbab, beda dengan sekolah negeri :)

      Intinya, bukan output anak sudah pasti bagus, tapi sebagai bentuk ikhtiar demi pembentukan karakter anak :)

      @kang Nata : intinya ya gitu wkwkwkwkw

      @Mbul : hehehe bener banget, kalau kurikulum sama kok, orang kudu sama.
      Tapi mengenai adab dll amat sangat beda.

      Misal, anak saya fullday school.
      JAdi dari kelas 1 sudah diajarin sholat 5 waktu, didampingi sampai benar-benar sempurna sholat dan wudhunya.

      Sekarang kelas 3, mereka dibiasakan ada sholat Dhuha, ada poin sholat tahajud dan puasa sunnah.

      Hal yang sangat mustahil kita temukan dalam sekolah dasar negeri :)

      Tapi... memang kudu milih juga, nggak sembarang masukin sekolah berlabel ISlam, toh juga selama anak sekolah kita punya akses penuh untuk menyampaikan apa masukan kita :)

      Hapus
  4. baca ini ku jadi kepikiran sekolah arfan nanti..
    kepingin juga nyekolahin di sekolah islam, supaya bekal agamanya lebih kuat.
    secara pergaulan jaman sekarang itu menyeramkan sekali.
    jadi, ku pingin banget bisa membangun pondisi agama yang kuat, supaya kelak anak bisa membedakan mana yang baik mana yg buruk.

    deg-degan ya ngedidik anak ituu.. hoho~

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga nanti ngak deg deg-an lagi yah Mbak... :) saya bantu doa saja, semoga ngak deg -deg-an, hihihi.....

      Hapus
    2. Gak usah jauh-jauh, diriku baca tulisan2 si akun IG curhat lelaki, kadang bikin takut banget dengan anak-anak besok.
      Duh dunia makin mengerikan sekarang huhuhu

      Hapus
  5. Saya setuju soal sekolah dasar merupakan pilihan terpenting untuk fondasi anak, karena selain pada usia tersebut adalah usia-usia anak berproses sebelum masuk ke usia remaja, di sekolah dasar juga anak-anak menghabiskan waktu paling banyak yaitu 6 tahun lamanya, jadi menempatkan anak di sekolah dasar sesuai value orang itu menurut saya penting walaupun value masing-masing orang tua tentunya berbeda satu sama lain. However, setiap orang tua pasti mau memberikan yang terbaik untuk anak masing-masing ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mba, sekolah yang paling lama, dan paling penting karena fasenya juga fase pembentukan :)

      Hapus
  6. kalau tinggal di indonesia, saya juga milih SDİ, sayangnya disini ga ada, jenjang SD cuma 4 tahun, SMP 4 thn, SMA 4 thn, sedikit beda memang, kalau punya duit baaaanyaaak, maunya sekolah internasional, biar dia terbiasa bilingualnya, solusinya biar tetap kenal agama--saya masukin kursus musim panas ini khusus belajar agama , semacam pesantren kilat, sisanya ngajarin sendiri dirumah. karena mau ga mau, apalagi disini sistem pendidikannya masih banyak bau2 sekulernyanya mak rey, pendidikan agama di sekolah pemerintah hanya pilihan saja bukan pelajaran wajib

    BalasHapus
    Balasan
    1. wowwwww, beda banget ya, saya pikir malah di sana Islamnya lebih bagus, ternyata oh ternyata hehehe

      Hapus
  7. Kalau menurut aku lebih baik ditanya pada anak yang mau sekolah,Biarkanlah dia yang menentukannya..😄😄


    Karena Kedepanya kita tidak pernah akan tahu seperti apa ia nantinya..😄😄

    Banyak teman anak saya yang masuk sekolah islam tapi yaa gitu deh..😄😄

    Intinya pada kita juga sebagai orang tua..😄😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaahhh, kalau saya nggak setuju :)
      Memang hidup itu udah digariskan, tapi bukan berarti kita sebagai ortu lepas tangan.
      Anak-anak itu nggak bisa tumbuh besar begitu saja, sejak bayi kita urusin, toilet training aja kita ajarin.

      Setelah dia mengerti ini itu, kita sebagai ortulah yang kudu bisa mengfilter.

      Kalau masalah lain sih its OK terserah anak, tapi tidak dengan keyakinan.
      Setidaknya sebagai ortu bisa menanamkan keyakinan sejak kecil, sebagai pondasinya :)

      Sekolah agama itu ikhtiar :)

      Hapus
  8. saya pribadi lebih memilih dengan SD islam karena pondasi agama anak - anak harus diletakkan sejak dini maklum godaan dunia saat ini luar biasa

    BalasHapus
  9. saya juga kalau punya anak pinginnya sih SD-nya di SDIT. gimana-gimana usia sekolah dasar itu kan pembentukan karakter ya. di SD negeri tuh heterogen banget, beda dengan SDIT yang sudah sama semuanya. mestinya sih lebih terjaga macem cerita mbak rey tadi.

    meski tetep ya, pendidikan dalam rumah juga harus sinkron dengan SD-nya nanti. biar dia nggak bingung juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangeett mba, justru sekolah itu biar ajaran kita di rumah tetep terjaga :)

      Hapus
  10. Saya sadar, ilmu agama saya tidak seberapa, makanya saya bekerja sama dengan sekolah dasar islam untuk membekali sang buah hati ilmu agama.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)