Sharing By Rey - Sharing pola asuh di blog, sesungguhnya sudah lama mulai saya lakukan, sejak punya anak tentunya.
Dulunya, eh bahkan sampai sekarang sih, sebenarnya cuman bertujuan untuk merekam tumbuh kembang serta momen saya bersama anak-anak.
Terutama sejak saya memutuskan resign dari dunia kantoran.
Rasanya, saya ingin punya sesuatu yang lebih, selain mendampingi dan mengasuh anak.
Saya harus bisa mengingat, kapan anak-anak begini, kapan begitu.
Apa-apa saja momen yang saya lalui bersama anak.
Dulunya saya tulis di buku manual, sampai saya pikir, capek juga ya tulis tangan, mengapa nggak tulis di sebuah tempat, yang mana bisa dibuka dan dibaca di mana saja.
Begitulah, akhirnya saya mulai menulis hal-hal mengenai anak di blog, dan akhirnya saya beri label 'Parenting' yang sebenarnya isinya sebagian besar adalah cerita momen saya bersama anak.
Dan bisa dibilang model pengasuhan saya juga kali ya.
Dari Blog Menuju Buku
Akhir tahun 2019 lalu, seorang sahabat blogger, Dewi Adikara, menawarkan saya untuk ikutan dalam NuBar atau Nulis Bareng bersama rekan lainnya.
Sejujurnya saya waktu itu masih dalam keadaan hectic.
Di bulan tersebut saya sedang mengikuti ODOP Challenge, ditambah ada beberapa job yang mengharuskan deadline yang lumayan cepat.
Sehingga awalnya saya menolak ajakan tersebut.
Akan tetapi, ternyata si Dewi nggak kenal putus asa, terus mengajak saya, terlebih menurutnya tema buku yang akan ditulis itu udah sering saya bahas di blog ini.
Apalagi kalau bukan tema Parenting.
Dan akhirnya, saya pun nggak punya alasan lagi buat nolak, lalu mengiyakannya.
Dan ternyata?
Nggak semudah itu beybih!
Saya hampir saja menyerah, karena menulis buku sesungguhnya tidak sama dengan menulis di blog.
Saya suka banget menulis di blog, karena di sini tuh bebasssss!
Sama sekali nggak diikat oleh kaidah PUEBI atau apalah itu.
Saya bebas nulis sesuai dengan ciri khas saya, yang kalau pengen ngungkapin sesuatu itu, sukanya mutar-mutar nggak jelas dulu, hahaha.
Awalnya sih saya sedih dengan pola menulis saya tersebut, namun lama-kelamaan saya cuek aja, saya pikir, pembaca pasti akan mengerti, asalkan saya konsisten menulis.
Dan memang iya sih.
Meski tulisan saya di blog ini selalu nggak bisa fokus di judul doang, selalu melebar ke mana-mana, hingga nggak jarang terpaksa saya ganti judul biar nggak aneh-aneh banget.
Ternyata, masih ada juga orang yang mau balik dan membaca tulisan saya, Alhamdulillah.
Akan tetapi, menulis di buku tidak bisa begitu, karena buku dipasarkan melalui sebuah harga, di mana orang hanya akan membacanya setelah membelinya.
Dan kebayang nggak sih, jika orang udah beli buku, tapi isinya kacau karena tulisannya ke sana ke mari macam tulisannya si Rey?
Ya kecuali...
Mungkin kalau saya udah terkenal sebagai penulis buku yang suka menulis cerita yang luar biasa.
Jadi yang dinantikan pembaca ya cerita saya, tak peduli dengan PUEBI dan segala macamnya itu.
Macam penulis buku 'My Stupid Boss' itu loh :)
Demikianlah, dengan penuh perjuangan, demi sebuah janji kepada teman, akhirnya saya mencoba mencari tema tulisan yang bisa saya kembangkan, terlebih semuanya berdasarkan pengalaman pribadi.
Dan setelah menghabiskan waktu begadang 2 malam kalau nggak salah, akhirnya saya bisa juga menuliskan materi yang diminta, dan segera mengirimkannya kepada team NuBar tersebut, dan Alhamdulillah nggak ada revisi yang berarti.
Terpilih Menjadi Naskah Terbaik
Suatu hari, saya mendapatkan notif dari WAG Nubar, bahwa tulisan saya terpilih sebagai naskah terbaik.
Masha Allah, shock!
Btw, saking banyaknya WAG yang saya ikuti, mengakibatkan saya mute beberapa WAG yang sayanya kurang aktif, termasuk NuBar tersebut.
Jadilah saya ketinggalan beberapa info penting, hadeh!
Termasuk info yang sama sekali nggak bisa saya percaya, atau mungkin si Dewi mau menyenangkan hati saya kayaknya hahaha.
Serius, meski ini adalah buku kedua antologi saya, setelah sebelumnya ikut berkontribusi dalam buku 'Ngeblog Seru Ala Ibu-Ibu' , tapi tetep saja saya minder kalau disandingkan dengan teman-teman yang sudah terbiasa menulis di buku, dan memang tulisannya kece-kece.
Jadi, saat saya kepilih tuh rasanya, semacam something wrong gitu deh, hahaha.
Ah apapun alasannya, entah beneran terbaik, atau mungkin si Dewi berbaik hati kepada saya, yang jelas saya bahagia sekali, dan jadi semangat untuk menulis dengan baik.
Meskipun mungkin bukan di blog ini, karena saya nggak bisa bayangin kalau harus menulis baku melulu di blog ini, bukan hanya kasian pembacanya, tapi kasian sayanya juga.
Saya tuh lebih mudah terpengaruh dengan apa yang saya lakukan atau dengar.
Termasuk dalam menulis, kadang bukan hanya tulisan saya yang mengikuti cara bicara saya, taoi juga cara bicara saya yang sama kayak saya nulis.
Contoh, sebenarnya dalam keseharian bersama teman-teman, saya menggunakan kata 'aku'.
Tapi entah mengapa saya lebih suka menulis dengan kata 'saya'.
Dan karenanya, kata tersebut udah jadi kata yang kebawa dalam percakapan saya dengan teman.
Terlebih teman-teman lama saya, selalu bengong kalau chating dengan saya, dan membaca tulisan saya kek baku banget hahaha.
Review Buku 'Tips Mengoptimalkan Kemampuan Belajar Anak'
Sekilas memang buku ini berisi teori parenting zaman now, yup.
Buku ini memang diawali dengan tips dari Psikolog ibu Rizki Dawanti, M.Psi., tentang cara yang bisa dilakukan para ibu untuk mengelola stres agar pola asuh anak bisa berjalan dengan baik.
Namun, tentu saya disempurnakan dengan kisah-kisah para ibu dari latar belakang yang berbeda, tentang bagaimana mereka menerapkan pola asuh anak, dalam mengoptimalkan kemampuan belajar anak.
Salah satunya ya si mamak Rey ini, yang berbagi kisah tentang mengajarkan pengendalian diri pada anak.
Yup, dalam keputus asaan mencari tema tulisan yang tepat, dulunya saya memikirkan hal yang paling penting buat anak, bagi saya, yaitu pengendalian diri.
Karena, saya melihat, seberapa hebatnya anak dididik, jika memang tidak bisa mengendalikan diri, jadinya lepas juga dari pola asuh yang diterapkan sejak dini.
Pengendalian diri, adalah kunci dari pola asuh yang saya rasa ibarat layangan.
Di mana kita sebagai ibu (khususnya) harus tahu, kapan saat terbaik kita menarik layangan tersebut, dan juga kapan kita mengulurnya.
Dan objek layangannya, dalam hal ini adalah anak, harus bisa menguasai pengendalian diri, agar bisa membantu ibunya dalam tarik ulur yang dilakukannya.
Agar supaya, suatu saat nanti, saat ibunya sudah terlalu renta untuk memegang tali kendali layangan tersebut, si layangan bisa bereformasi, menjadi sebuah burung yang gagah, yang mampu terbang dan mengendalikan dirinya sendiri dari segala hal yang terjadi, tanpa perlu mengharapkan tarik ulur dari kendali layangan.
Kisah saya dalam mengasuh anak dan mengajarinya tentang pengendalian diri, dapat dibaca di halaman 37.
Selain tulisan dari pengalaman saya di halaman 37 tersebut, ada 18 orang ibu hebat lainnya, yang ikut berkontribusi dalam buku tersebut.
Dengan berbagai latar belakang profesi, mulai dari blogger, penulis, hingga guru.
Dan rata-rata memang sudah pernah menuliskan karyanya di beberapa buku sebelumnya.
Secara garis besar, buku ini dibagi ke dalam 4 bab utama, yaitu:
- Bab I. Yuk mengenal Balita, setiap anak pasti berbeda.
Di bab ini, berisi tentang kisah-kisah bagaimana para ibu mengenal dan mengajarkan hal-hal dasar kepada anak-anaknya, seperti mengajarkan pengendalian diri karya Reyne Raea, eh itu saya ya? hahaha.
Ada pula kisah si Dewi yang membuat anaknya jadi suka ke sekolah, mengenalkan dan mencintai Alquran pada anak, mengurangi penggunaan gadget pada anak, dan beberapa kisah lainnya.
- Bab II. Senangnya Mendidik Anak Prasekolah.
Di bab ini, memuat kisah-kisah para ibu yang mendidik anaknya yang dalam masa prasekolah, seperti mendidiknya lebih mandiri, mencintai dunia literasi dan masih banyak lagi.
- Bab III. Kenali Anak Lebih Mendalam Yuk!
Di sini menceritakan tentang kisah para ibu dalam menangani mental anak, baik anak yang berkebutuhan khusus, hingga anak yang tantrum dan sebagainya.
- Bab IV. Anak Beranjak Remaja.
Sesuai dengan judulnya, di bab ini berisi kisah-kisah para ibu yang mendidik anaknya yang sudah dalam usia beranjak remaja.
Menarik-menarik ya kisah teman-teman dalam mengasuh anak-anaknya, saking menariknya, saya yang agak ngantuk kalau membaca buku teori aja, jadi semangat membaca buku ini.
Bukan hanya saya, tapi si kakak yang hobi baca komik saja, mendadak suka baca buku yang isinya kebanyakan tulisan gini.
Bahkan, sebelum saya selesai membacanya, si kakak malah udah lebih dulu selesai membacanya.
Dan menurut si kakak, kisah di halaman 37 adalah kisah yang paling bagus.
YA IYALAH! ORANG ITU BERCERITA TENTANG DIA! hahahahaha.
Kepo ya sama bukunya, ya udah beli aja.
Sama siapa ya?
Saya punya 3 sih buku ini, tapi udah ada pemiliknya semua hahaha.
Lebih lengkapnya hubungi Dewi aja deh (0878 7614 4345), kali aja punya stok yang banyak.
Judul Buku: Tips Mengoptimalkan Kemampuan Belajar Anak
Penulis : Dewi Adikara, Reyne Raea dkk (kalau ditulis semua, banyaakk, hahaha)
Penerbit : Rumah Media 2020
Cetakan/Tahun Terbit : 1/Mei 2020
Jumlah Halaman : 188 halaman
Semoga bermanfaat.
Sidoarjo, 29 Juli 2020
#RabuParenting
Sumber :
- Pengalaman pribadi
- Buku 'Tips Mengoptimalkan Kemampuan Belajar Anak'
Gambar : dokumen pribadi
Bagus juga ya kak rey, analogi mendidiknya diibaratkan mengulur layangan yang kelak diharapkan akan bertransformasi menjadi burung yang bisa mandiri menjadi pribadi yang bisa berdikari
BalasHapusManalah si kakak darrel pintar pula baca cerita maminya, ya tapi aku boleh ngakak dong gegara ada tulisan ya iya lah kan yang diceritain di sana adalah dirinya hahahhaha #kocak kak rey yang jadi kalah set ama timing si kakak yang duluan baca
Eh aku agak ga percaya ternyata di kehidupan sehari2 dikau pake kata ganti aku, takirain sama kayak di blog atau text yang pakenya saya,
kalau aku mah campur aduk
di blog kadang aku, kadang gw, kadang nyebut nama, dll...tapi di keseharian nyebut diri sendiri sih pake aku, kecuali pas ngomong ama pinisepuh baru pake saya xixiix
Ngomongin nulis di blog ga sesuai kaidah puebi, kbbi, ini aku banget hahah, tepatnya aku blom bisa nguasain skill yang macam kalimat ala koran, buku, atau mengarang yang kayak ada di pelajaran bahasa indonesia jaman sekolah
Mana terlanjur nyaman pula dengan bahasa gaul campur aduk jawa yang sering kupakai di blog, jadilah keterusan hahahhaha
Latihan buat cerita agak runut dan terstruktur kayaknya malah aku ga joss, bikin kuedit berkali2, lain kalau bahasa blogku yang kayak sekarang, nulis lancar jaya walaupun kadang topiknya pun jadi kemana mana, ngalor ngidul ngetan ngulon ga tentu arahnya wekeke, tapi lebih 'gw banget' istilahnya
Kalau sama teman-teman sebaya pakai 'aku' say, soalnya semua pake gitu, jadi aneh kalau pakai 'saya'
HapusTapi sejak ngeblog, dan saya jarang ketemu teman-teman, jadinya ketularan pakai 'saya' ke semua orang hahahaah
Nah kan, enak kalau bisa nulis sesuai gaya bahasa kita, jadi cepat kayak lagi ngomong kan :D
Hallooo mbakkkk
BalasHapusUdah lama banget deh gak main ke blog ini. Ya ampunnn aku kemana aja...
Wuihhhh selamat ya mbak tulisannya menang. Rejeki anak soleh mbak.
hihihihi iyaaa.. dirimu kebanyakan bobok ya? :D
HapusKeren nih Mbak Rey. Selamat ya. Suka kagum dengan para blogger yang akhirnya menjadi penulis buku. Bukunya cocok nih untuk para ibu-ibu muda. Kagum juga kalau ada anak-anak suka baca buku.
BalasHapusHihihi iya, ayo ikutan nulis buku juga :D
HapusSama kayak aku juga pernah ikutan nulis buku antologi. Btw, nulis buku itu emang gampang-gampang susah apalagi bikin novel. Dimana ide tuh harus benar benar matang dan harus jago ngerti diksi dan PUEBI gitu (tapi gak cuman jago banget aja sih). Aku malah sedikit lemah bikin artikel blog dibanding nulis cerita fiksi, wkwkwk.
BalasHapusKeren banget nih mbak bukunya, jadi pingin baca :)
Waahh kebalikan nih, kalau saya nulis di blog malah cepat, apalagi udah setengah tahun terus menulis tiap hari, lama-lama saya jadi lebih mahir mencari ide dan menulis di blog.
HapusMungkin kalau sering nulis buku, lama-lama terbiasa juga kali ya :D
Uwah.. Mbk rey merambah ke dunia penulisan buku juga. Selamat ya mbk rey.... Saya bukan penulis buku tapi sering baca kalau mau nerbitin buku tuh emang kudu mikirin PUEBI itu beda sama blog yang bisa nulis seenaknya.
BalasHapusSiapa tahu nanti mbk Rey bisa nerbitin buku sendiri😁
aamiin, semoga bisa bikin novel kek Kang Sat dan Mas Agus hahaha
HapusSelamat ya Rey..
BalasHapusDah itu sajah
Tapi bukan oneliner yah.. ini ada 3 baris soalnya..
4 baris sama tambahan ucapan Semoga suatu waktu nanti punya buku solo...
aamiin :D
HapusHahahaha, ga sekalian 5 baris Pak? :D
pencapaian yang membanggakan..
BalasHapusMengevaluasi diri saya sendiri terus membandingkan tertinggal jauh..
Terimakasih :)
HapusLuar biasa, ternyata mbak Rey pernah dapat naskah terbaik dari buku yang ditulis. Selain itu juga sudah menulis buku bareng ibu ibu lainnya, luar biasa mbak.👍
BalasHapusSelamat ya mbak Rey.😊
Coba ah aku cari tahu buku tips mengoptimalkan kemampuan belajar anak, biar anak saya ikut pintar seperti anak mbak Rey.😊
eaaa..eaaa... setiap anak itu pintar Mas, karena setiap anak adalah juara :D
HapusSelamat ya mbak Rey�� keren ih jadi naskah terbaik. Emang Dewi baik kok, eaaaa... tapi yang milih dari diskusi panjang dari PJ, MA bahkan Founder Rumedia. Salut sama tulisanmu yang ngalir gitu ajaaah. Bahkan di blog nih panjaaaang amat, dan Dewi mesti tuntas bacanya, Sukaaaaak!!!
BalasHapusEaaaa..eaaa... tengkiuuuu saayy :*
Hapusmbak reyyyy love youuuuuuuu, ini baru namanya mbak rey yang semangatttt
BalasHapusakhirnya berhasil mengalahkan keragu-raguan yang sempet mampir, dan tak dinyana semua orang bisa mempelajari dan belajar dari pengalaman mbak rey tadi dari buku
terbayar perjuangan lembur 2 malam ya dengan karya karya seperti ini
next nya ditunggu lagi nih, proyek-proyek impian mbak rey yang mungkin pengen diwujudin, pengen punya kantor penerbit sendiri mungkin, asek asek
Aamiin aamiin ya Allah, duh tengkiuuu Mba Inun atas doanya.
HapusBener sih, kadang memang kudu digenjot ya baru sadar kalau sebenarnya kita bisa :D
wah selamat mbak saya selalu kagum dengan blogger yang meneribtkan buku
BalasHapusbenar memang ada sedikit rasa tanggung ajwab lebih untuk meningkatkan kualitas tulisan kita saat ada di buku
tapi pasti jadi pengalaman tersendiri
semoga bukunya berkah mbak
Betul banget, makasih Mas :D
Hapuskak Rey! Selamat yaaa karena terpilih menjadi naskah terbaik :D
BalasHapusdoaku juga sama seperti kak Anton, semoga suatu hari bisa menerbitkan buku secara solo. Hihihi.
Aamiin, tengkiuuu yaaa :*
HapusSaya juga kalo nulis ingin merasa bebas dari segala aturan PUEBI, EYD, atau apalah istilahnya. Sejauh ini, saya tidak yakin tulisan saya sudah sesuai dengan EYD, tapi saya cukup yakin tulisan saya masih bisa dibaca dan dimengerti. Itu saja sudah cukup.
BalasHapusDari blog ke buku memang bukan hal yang baru. Tapi untuk nilai personal, itu pasti sangat membekas.
bener banget, hal baru yang luar biasa sih menurut saya, salah satu manfaatnya. saya jadi belajar banyak menulis yang benar :D
HapusSelamat mba atas pencapaiannya 😍
BalasHapusSalut sama mba karena bisa menjadi penulis buku which is nggak semua orang bisa melakukannya 😄 semoga buku baru mba bisa memberikan manfaat bagi para ibu di luar sana yang butuh mencari informasi lanjutan mengenai pola pendidikan anak berdasarkan pengalaman yang dibagikan oleh para ibu lainnya (dalam hal ini mba Rey dan teman-teman) 💕
Laris manis ya, mba 🥳🎉
Aamiin, tengkiu sayy :*
Hapus