Mau Jualan Cepat Laku, Mending Pakai Ads, Jangan Endorse!

jangan endorse

Endorse itu bukan sales bertarget kudu laku segambreng!. Kalau targetnya harus menghasilkan penjualan banyak, mending pakai ads di medsos. Harusnya semua orang mengerti hal itu.

Bahwa endorse itu, membantu memperluas pengenalan produk, plus bonus foto produk yang bisa digunakan buat jualan.

Iya, lagi-lagi mau bahas tentang endorse, eh bentar!
Kayaknya saya belum pernah bahas endorse ya, cuman bahas mengenai influencer mengajukan penawaran terlebih dahulu?

Jadi, beberapa hari lalu, si Rara kirim DM ke saya, yang nanya mengenai rame-rame di IG tentang online shop yang mengeluh, karena dia endorse seseorang, tapi nggak menghasilkan penjualan.
Padahal postingan di influencer yang di endorse itu rame banget, like dan komennya segambreng.

Belakangan pihak online shop itu dapat bocoran, bahwa ternyata para influencer itu ikutan yang namanya instagram walking atau sosial media walking, di mana mereka harus saling support di postingan masing-masing, dengan beberapa aturan yang ditetapkan dari grup.

Dan sepertinya pihak online shop jadi kesal, merasa dibohongi, karena (menurut mereka) ternyata si influencer tersebut, tidak seterkenal atau se-meng-influence yang mereka kira.

Begitu kira-kira masalahnya, kurang lebihnya.


Tentang Endorse


Kalau saya artikan ke dalam bahasa Indonesia, endorse adalah mengesahkan.
Atau turunannya, menyetujui ataupun menyokong/support.

apa itu endorse

Dalam KBBI disebut endosemen yang artinya pengesahan pemindahan hak milik dengan membubuhkan tanda tangan dan cap di balik sekuritas.

Secara logika, dari maknanya tersebut, seharusnya endorse adalah, ikut menyetujui bahwa produk yang di endorse itu benar seperti klaim si pemilik, karenanya dia merekomendasikannya.
That's it!

Itu saja sih.
Mengenai orang mau beli atau enggak, seharusnya sih bukan tanggung jawab si pelaku endorse.
Tugas dan tanggung jawabnya, hanya mengenalkannya kepada followernya, baik melalui 'apa yang memang sudah dia punyai secara otomatis / kemampuan meng-influence yang alami', maupun dengan berbagai usaha, misal dengan menarik perhatian follower secara 'paksa'.

Bukan hanya bertanggung jawab kepada klien yang meng-endorse-nya, namun juga bertanggung jawab kepada follower atau orang yang jadi kenal produk tersebut dari si pelaku endorse.
Karenanya, sebijaknya agar si pelaku endorse, mengenalkan produk tersebut sejujur mungkin.

Harusnya sih gitu ya.
Tapi entah mengapa, zaman now, para klien, khususnya pemilik online shop yang (sepertinya) hanya asal ikut-ikutan meng-endorse, memperlakukan para pelaku endorse layaknya SPG/SPB online mereka, dan tentunya menginginkan hasil dari target yang sudah mereka buat.

Paranya lagi, para online shooper ini, tidak memahami dunia marketing, pun juga kurang paham dengan perkembangan dunia influencer, di mana.. mereka hanya melihat apa yang tertera di akun influencer yang akan mereka endorse.

Padahal, kita tahu sendiri betapa zaman now, bukan hanya online shooper yang berlomba dengan berbagai strategi marketing agar bisa terlihat menarik di mata konsumen.
Para influencerpun juga sibuk berlomba dengan semua strategi mereka agar terlihat menarik di mata klien.

Strategi dari para influencer tersebut meliputi, mengumpulkan follower dengan berbagai cara seperti ikutan follow loop maupun meng-sponsori give away.

Serta menaikan nilai engangement rate akun medsos mereka dengan cara ikut sosial media walking, ikut meng-sponsori give away dengan syarat follow dan spam like, hingga mengiklankan postingannya agar mendapat like sebanyak-banyaknya.

Terlebih, engangement rate akun instagram itu sederhana banget.
Hanya merupakan nilai rata-rata dari interaksi yang terjadi di postingan 10 terbaru.

Dan hanya dengan mengumpulkan like komen dengan berbagai cara, maka melejitlah pula nilai engangement rate akunnya.

Hal-hal seperti itu sebenarnya wajib dipahami online shooper, atau jika memang terlalu malas mempelajari hal tersebut, maka endorse-lah seorang influencer melalui sebuah perantara atau agency.
Jasa perantara tersebut, biasanya memang lebih lihai mencarikan siapa saja yang pantas di endorse, bahkan beberapa agency membuatkan brief sedemikian rupa, agar hasilnya maksimal.

Akan tetapi, balik lagi.
Endorse itu bukanlah SPG/SPB, mereka tidak bertanggung jawab terhadap penjualan, hanya bertanggung jawab seluas apa mereka memperkenalkan produk tersebut.


Tentang Strategi Para Pelaku Endorse


Beberapa orang menyebut usaha para pelaku endorse untuk memperluas jangkauan postingan mereka, dengan kata 'manipulasi'.

strategi marketing pakai endorse

Hmmm... benarkah?
Tidak juga sih, menurut saya itu adalah strategi.
Sama dengan strategi marketing, yang dilakukan para shooper, misal..
Ngasih diskon tapi syaratnya bejibun.

Itu sebenarnya bisa dikatakan manipulasi biar orang beli banyak, hahaha.
Padahal itu ya dinamakan strategi marketing.

Para pelaku endorse pun sama.
Khususnya untuk influencer mikro ya, yang followernya dikit.
Eh bentar, sekarang nggak dikit sih, punya follower 20ribu itu mudah banget.
Yang penting punya duit, buat beli follower instagram, hehehe.

Karena merasa sudah dipercaya, para pelaku endorse tersebut akan melakukan banyak upaya, demi menyenangkan klien.
Iya, demi menyenangkan klien!

Caranya gimana?
Macam-macam, paling sering sih ikut kegiatan saling support, seperti instagram atau sosial media walking.
Baik yang saling support dengan, like, komen dan sekarang ketambahan klik hashtag, view vidio dan semacamnya.

Atau juga bisa dengan cara diiklankan pakai IG ads.

Semua itu hanya demi menyenangkan klien, membantu agar produk klien lebih luas dikenal calon konsumen melalui postingan mereka.

Akan tetapi, sekali lagi.
Masalah dibeli orang segera, atau dibeli orang nanti, atau mungkin masih lama dibeli oleh follower si pelaku endorse, itu sama sekali bukan tanggung jawabnya.

Bukan hanya membantu klien mengenalkan produknya secara luas.
Para endorse juga biasanya membantu klien dengan menyediakan konten yang bisa digunakan sebagai bahan promosi jualan si klien.

Meskipun, biasanya untuk influencer kelas atas, punya syarat-syarat tertentu dalam pemakaian konten mereka.

Justru menurut saya, mengapa para endorsement ini wajib dibayar dengan manusiawi?
KARENA BIKIN KONTEN ITU NGGAK GAMPIL MAEMURAH! Maemunah lewat mah! hahahaha.

Terlebih, konten dengan model beragam itu jauh lebih menjual, ketimbang konten dengan 1 model cantik saja.
Nggak percaya?
Lihat saja komen-komen yang masuk di berbagai iklan online shop di FB misalnya.
Jualan skinker, tapi modelnya satu orang, yang cantik pula.

Langsung deh orang-orang pada komen,
"Ya iyalah, orang modelnya udah cantik dari sononya!"
Beda lagi, kalau online shop pakai endorse influencer mikro, 20 orang disuruh posting dalam waktu yang bersamaan.
Timeline seketika temanya sama, orang-orangpun jadi penasaran karena yang posting banyak.


Mau Jualan Laku Cepat? Pakai Ads.


Menurut saya, jika memang para online shooper, menginginkan jualannya laku cepat dan laris manis, sebaiknya gunakan platform yang benar-benar untuk tujuan jualan.

Pakai ads medsos

Dengan apa?
Pakai ads.
Baik IG Ads maupun FB Ads.

Memangnya langsung laku?
Ya tergantung sih!
Tergantung kontennya, modelnya, jangkauannya, target marketnya.

Iyaaa,.. ujung-ujungnya memang butuh endorse juga buat memudahkan penjualan.
Jadi sebaiknya sih gunakan keduanya.
Endorse beberapa orang, lihat timeline-nya dan contoh-contoh konten yang dibuat.

Bikin kesepakatan bahwa kontennya bisa digunakan buat promosi.
Meskipun endorse influencer mungkin belum menghasilkan penjualan.
Akan tetapi kontennya, jangkauan kontennya, membantu klien saat memakai ads buat promosi lanjutan.

Algoritma medsos akan membawa, orang yang melihat postingan endorse tersebut, untuk melihat iklan tersebut.

Nggak percaya?
Coba deh komen like komen di postingan endorse teman.
Besok lusa, jangan kaget kalau liat iklan dari produk yang diendorse tersebut.

Itu berarti kan kerja ads lebih mudah, karena jalan target market udah dibikinin sama endorse.
Ujung-ujungnya, endorse memang dibutuhkan juga hahaha.

Ya kecuali memang punya cara lain sih, seperti bikin giveaway atau semacamnya.
Di mana dari give away tersebut, ditujukan buat orang yang mau posting produk kita yang mereka pakai.

Hal itu bisa jadi semacam strategi endorse murah buat para online shop.
Contohnya si Iymel yang jualan baju menyusui ISH .
Itupun tidak semudah itu bisa bikin giveaway.

Karena si Iymel bikin giveaway ke konsumennya kan memang yang beli produknya sebelumnya udah banyak banget.
Jadi peserta give awaynya juga bakalan banyak dengan sendirinya.

Bagaimana dengan giveaway disuruh follow dan repost postingan?
Menurut saya sih masih kurang tertarget.
Selain biasanya pemburu giveaway itu akunnya asal-asalan.
Pun juga daya percaya konsumen itu jauh lebih besar, kalau liat yang make banyak dan beragam.

Lah, berarti butuh endorse juga dong.
Katanya kalau mau jualan cepat laku pakai ads aja, jangan endorse.

Iyaaaa..
Karena kalau ads memang bertanggung jawab menjual produk yang diiklankan.
ITUPUN, KADANG JUGA NGGAK CLOSING, kalau iklannya nggak tepat.
Daripada endorse trus makan ati lalu menilai pelaku endorse terkesan kayak peminta-minta.

WOIII MAEMURNAH! (nambah huruf N nya :D)
Lu kira bikin konten even foto itu gampil?

Saya dong, untuk menghasilkan 1 foto yang diliat BEASAH AJA ITU.
Saya kudu menyiapkan waktu berjam-jam lamanya.

Mulai dari nyiapin tempatnya, set background yang lebih menjual, nggak berantakan dan ancur banget.
Nata produk, nata kameranya, meski kebanyakan pakai motret pakai hape.
Lalu mandi, make up dulu, ye kaaannn biar muka bisa lebih enakan dikit diliat.
Lalu setelahnya berpose dengan take beeeerrrkali-kaliiiiii!

Apalagi kalau memang menyertakan anak.
Plis jangan nyinyirin para moms yang mungkin pemburu quiz atau juga influencer wanna-wanna yang posting foto sekali  post bisa 3 atau 6 foto, dengan outfit sama itu.
KAU TIDAK TAHU BAGAIMANA REMPONGNYA DIBALIK AMBIL FOTONYA ITU!

Seperti misalnya foto beasah saya, yang matanya kek merem ini.




View this post on Instagram

Hai Moms, kegiatan makan bersama si adik ceriwis ini jadi lebih menyenangkan karena kami menggunakan produk unggulan dari #Cuizzinel .⁣ ⁣ Kelebihan dari produk Cuizzinel Bamboo Fiber adalah terbuat dari serat bambu alami sehingga ramah lingkungan.⁣ Bukan hanya itu, semua produk Cuizzinel BPA Free, aman dimasukan ke freezer maupun microwave.⁣ Jadi praktis dan lebih aman buat perlengkapan makan sekeluarga kami.⁣ ⁣ Produk foodware-nya pun beragam, ada:⁣ ✅Lunch Box⁣ ✅Noodle Bowl with Lid⁣ ✅Children Cup and Bowl⁣ ✅Tumbler⁣ ✅Filter Tea Cup with Lid⁣ ⁣ Yang kesemuanya didesain dengan bentuk yang kece dan imut.⁣ ⁣ Oh ya, produk Cuizzinel Bamboo Fiber ini saya dapatkan dari Loyalty Program dari @herosupermarket loh.⁣ Dengan menukarkan stamp yang saya peroleh dari setiap belanja dengan kelipatan Rp. 100,000.- saya jadi bisa bawa pulang beragam produknya dengan harga spesial.⁣ ⁣ Moms sekalian jangan sampai kelewatan promonya ya.⁣ Buruan kumpulin stampnya dengan belanja di HERO Supermarket.⁣ Batas pengumpulan stamp sampai tanggal 13 Juli 2020⁣ Dan, batas penukaran stamp sampai tanggal 20 Juli 2020⁣ ⁣ So, jangan sampai kelewatan ya Moms.⁣ Buruan ke HERO Supermarket.⁣ Yuk kita lengkapi peralatan makan keluarga dengan produk yang berkualitas dan aman dari Cuizzinel⁣ ⁣ #LoyaltyProgramHERO⁣ #PromoHEROCuizzinel
A post shared by Reyne Raea || Blogger Surabaya (@reyneraea) on


Terlihat sangat biasa kan?
Tapi tahu nggak sih?

Saya menghabiskan waktu 5 jam untuk ambil foto itu.
Saya kudu ganti baju 3 kali, si adik dari yang semangat sampai krenki.
Si kakak yang capek lompat-lompat biar adiknya bisa senyum lebar gitu.

5 jam itu belum termasuk edit foto, vidio dan bikin caption-nya ya.

Atau foto si adik yang sumringah di bawah ini..


View this post on Instagram

Satu hal yang bikin saya khawatir adalah, jika si kecil rewel. Ye kan, saya bingung si kecil sakit apa? Di mananya? Sementara dia belum bisa mengatakan apanya yang sakit. Dan sejak kecil tuh, si adik paling sering rewel karena.... Kembung dan masuk angin. Apalagi di cuaca yang tidak menentu kayak sekarang, ketambahan dengan pernapasannya terganggu deh. Kalau udah gitu, sedih banget saya, plus pusing karena jadinya kudu begadang menemani kerewelannya. Untungnya, sekarang udah ada PRODUK BARU dari @sleekbaby_id yang membantu saya mengatasi hal tersebut. Adalah Sleek Baby Telon Oil yang begitu ampuh dengan kehangatannya melindungi si kecil dari kembung maupun masuk angin. Bukan hanya itu, kandungannya 2 kali minyak telon biasa, di mana kandungan minyak anisi-nya lebih banyak, sehingga bermanfaat melancarkan pernafasan si kecil. So, tentu saja saya jadi wajib nyetok ini di rumah. Bunda lainnya udah pada nyobain belum? Share yuk manfaatnya 😊 #SleekBaby #BersamaMelindungi #SleekBabyTelonOil
A post shared by Reyne Raea || Blogger Surabaya (@reyneraea) on

Orang-orang cuman menilai, waahhh sumringah banget sih si gondrong.
Mereka pada nggak tahu aja, kalau sebelumnya itu matanya penuh air mata, dia nangis krenki dong karena capek dan ngantuk.

Mengapa dia bisa ketawa selebar itu?
Ada kakaknya yang udah sejam lebih lompat-lompat ngelucu di belakang kamera, biar adiknya ketawa, biar dapat hasil foto yang sumringah bahagia.

Sungguh ya, kalau baca tulisan, influencer itu cuman ngarep gratisan saja, pengen saya apa ya...
apa ya...
apa yaa..

Saking kesalnya, saya bingung mau saya apain orang yang asal ngomong itu, huhuhu.

Dan saya rasa, bukan hanya saya yang merasakan kerempongan tersebut, para ibu lain yang mungkin fotonya lebih (terlihat ngasal) juga sama.

Etdah Rey, ini bahas apa sih sebenarnya?
Katanya bahas endorse dan ads, kok malah ngomelngomel, hahaha.


Kesimpulan Tentang Endorse Dan Pakai Ads Di Medsos A La Rey


Biar lebih berfaedah, mungkin saya bisa simpulkan beberapa hal di atas, yaitu:


  • Pelaku online shop dan endorsement sama-sama saling membutuhkan.
  • Pelaku endorse hanya bertanggung jawab mengenalkan produk secara luas melalui konten yang dibuat, tapi tidak bertanggung jawab terhadap penjualan.
  • Jika pelaku online shop menginginkan penjualan cepat, mending pakai medsos ads deh, yang memang bisa dipakai buat menjual langsung.
  • Pada kenyataannya, endorse sangat membantu keberhasilan medsos ads.
  • Hargai konten para pelaku endorse, dibalik konten yang mereka hasilkan, ada perjuangan yang luar biasa.

Demikianlah, semoga yang positif bisa diambil manfaatnya, yang negatif dibuang jauh-jauh aja deh.
Oh ya, sebenarnya masalah tersebut dipicu oleh ribut-ribut dalam grup saling support medsos sesama influencer.
 

kekurangan endorse


Insha Allah besok saya bakal bahas mengenai 'benarkah aturan keras dalam sebuah grup saling support itu jadinya toxic semuanya?"


Sidoarjo, 13 Juli 2020

Sumber : Pengalaman pribadi
Gambar : Canva edit by Rey

20 komentar :

  1. Wah, sayabaru tahu kalau mbak Rey ini selebgram, followernya puluhan ribu akun. Bangga saya boleh berteman dengan mbak. Hehe.

    Saya baru tahu kalau tradisi walking tidak cuma di blog, tapi juga sosial media dan bahkan youtube pun ada.

    Saya pikir, endorse itu memang tidak pas untuk meningkatkan penjualan, tapi meningkatkan popularitas produk, dalam artian produk itu semakin dikenal luas. Tapi ya cuma dikenal, belum tentu dibeli. Jadi harus ditindaklanjuti dengan cara lainnya seperti ads, seperti yang mbak bilang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, saya mah bloggergram wanna-wanna alias bloggergram receh-receh mencari receh di medsos juga :D

      Nah bener, sewajibnya ada kerjasama, yang endorse memperkenalkan, si olshop meng support dengan ads misalnya.

      Saya beberapa kali nulis di blog, tulisan saya di support ama klien loh, sampai rame terus.

      Jadi saya yang bercerita, cerita saya dipakai buat ads gitu :)

      Hapus
  2. nampak ceria dan periang sekali kalian berdua

    BalasHapus
  3. daku sudah mengira kalau ngajakin anak buat foto produk pasti akan butuh effort yang wew luar biasa buat ibuknya
    namanya anak kecil yang moodnya juga nggak bisa disetir sama orang tuanya.
    take foto senyum atau ketawa sampe nemuin hasil yang pas, lama-lama bikin gigi kaku :D

    aku sendiri setuju jalan dua-duanya, endorse si influencer plus sekalian pasang ads juga, namanya closing memang nggak bisa terliat langsung saat itu juga, kadang ada pihak pemberi kerjaan yang menganalisa terlalu cepat juga
    karna kerjaan aku nggak jauh-jauh dari promosi, memang ada kalanya memanfaatkan jasa endorse akun tertentu yang sekiranya cakupan followersnya beraneka ragam karakteristik, dari pekerjaan, umur dll
    aku sendiri melihat, pasang iklan di sosmed buzzer pun nggak menjamin ada penjualan, intinya minimal orang-orang tau kalau ada produk baru & promo-promo tertentu

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha banget Mbaaa, duuhh menguras tenaga, waktu dan emosi dah pokoknya.
      Makanya suka kesal kalau ada yang bilang endorse itu minta gratisan aja, meski saya yakin itu bukan ditujukan ke saya, karena saya bahkan sering menolak penawaran orang endorse, karena takutnya saya nggak bisa bikinin kontennya :D

      Hapus
  4. Duh mbak Rey, baru tahu kalo untuk membuat foto yang kelihatannya biasa saja itu butuh waktu lima jam, pasti capek luar biasa ya. Ternyata untuk membuat konten agar sesuai kemauan yang endorse itu susah.

    Kalo saya malas nyari duit lewat internet karena syaratnya banyak dan bikin kesel lagi. Udah gitu katanya duit ngga langsung cair masuk rekening, ada yang nunggu tiga hari bahkan seminggu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangeettt, apalagi vidio make up yang banyak viral di IG itu, itu bikinnya bisa seharian loh, di mana lukis bentar, bergaya lagi, make up dikit, foto lagi.
      Pokoknya capek luar biasa.
      Gitu hasilnya cuman beberapa menit dan kadang diremehkan orang hhahaha

      Hapus
  5. Foto sendiri aja kadang-kadang udah susah, sampai berpuluh2 kali take apalagi sama anak2 :D.

    Jadi pemasaran sama tulisan selanjutnya, benarkah ...... ? ^^

    BalasHapus
  6. Aku kemarin penasaran pada bahas apaan sih kok IW disaut-saut. Ternyta oh ternyata. Lha tapi kayaknya para OLshop ini mainnya kurang jauh ya? Ups. Mianhe

    Sebaiknya aku tak melanjutkan komentarku ini

    Tapiii aku rasa, kemarin itu yang sponsor giveaway ini effortnya bagus. Orang jadi penasaran sama produknya dan aku doakan juga sih semoga jualannya laku keras. Toh banyak juga kan yang akhirnya posting bebarengan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi iyaaaa saya rasa sebenarnya itu hanya salah pengertian, karena mindset juga :)

      Hapus
  7. Susah juga ya jadi influencer. Udah berusaha keras demi konten yang keren buat endorse tapi masih dimarahi klien.
    Semoga para influencer semua tetap sabar dan semoga para klien juga paham kalau laku nggak lakunya barang bukan salah orang yang endorse. Mungkin memang barangnya kurang menarik, jadi daripada marah-marah pada influencer mending fokus mengembangkan produk.

    BalasHapus
  8. Menurut saya, brand nggak bisa sepenuhnya berharap kalau influencer akan memberikan banyak pemasukan hanya karena si influencer memperkenalkan atau menggunakan barangnya. Sebab yang namanya penjualan sebuah barang nggak bisa dilihat hanya hitam putihnya saja. Akan jadi percuma semisal si influencer sudah total memperkenalkan tapi ternyata brand-nya sendiri nggak punya skill untuk menjual atau membuat akun sosmednya enak dilihat 😁

    Semua hal itu berkesinambungan, jadi di luar ekspektasi pada influencer untuk bisa membawa massa atau dalam hal ini customers, si brand juga harus bangun dulu sistem penjualannya. Dari layoutnya, bagaimana customer services-nya, foto produknya dan lain sebagainya. Banyak lho customers yang tadinya berniat beli tapi batal karena nggak merasa klik saat melihat produk dari si brand 😄

    So, saya rasa, jangan hanya berharap 100% pada influencer tapi juga harus berusaha maksimal karena tugas influencer adalah memperkenalkan produk si brand pada audience-nya 😁💕 semisal akhirnya zong, itu bisa jadi nggak sepenuhnya salah si influencer hehe. Oh dan jangan lupa untuk mempelajari audience influencer yang ingin digunakan. Tepat sasaran atau nggak dengan produk yang dijual 🤭

    Ps: pakai IG ads juga sangat berguna tapi balik lagi ke poin awal, customer akan tetap check bagaimana sistem penjualannya dan bagaimana produk serta detailnya 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener!
      Kebanyakan klien asal pilih yang aneh sebenarnya, bisa-bisanya beli meong dalam kantong *eh :D
      terus klaimnya menggenelisir, pan semua jadi ikut tersungging *eh :D

      Hapus
  9. Aku pernah pake IG ads sekali, pas mau ikutan foto kompetisi di kantor hahahaha. Dan ituuuu memang ampuuuun sekali menjaring banyak likes. Aku pilih yg sesuai budget dan preferenceku aja. Dan cukup 5 hari, ga usah lama2 :p. Lah wong aturan kompetisi dr kantor cm banyakan likes hahahaha. Akupun sukses meraih juara 1 :D.

    Tp bener kata mba Eno, sebagus apapun si influencer mengiklankan produknya, tp kalo si seller sendiri ga bgs dari segi cara penjualan, website ribet dan complicated, di tanya tp responnya lama ato ga ramah, aku ya ttp emoh :p.

    Banyaaak jualan yg aawalnya aku tertarik Krn itu diiklanin ama influencer favoritku. Dan ada bbrp produk yg aku setia pake dan beli sampe skr. Itu Krn si sellernya memang bagus, dan produknya juga recommended. Makanya balik LG ttp ke seller :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kan, mau dipake siapapun , kalau nggak cucok dengan kita gimana dong, kecuali produk fashion kali ya, tapi kenyamanan tetep menggaet pembeli.
      Btw keren banget Mba Fan udah ngeh IG ads sejak lama, saya mah baru make sejak tahun lalu, meski FB ads udah lama banget makenya :D

      Hapus
  10. Oalah alaaaaaah, ini ternyata yang bikin ig jadi rame. Banyak banget yang bikin story bahas tentang ini, tapi aku gak mudeng pemicunya apa.🤭

    Kalau aku sih gak masalah dengan adanya social media walking. Karena memang influencer butuh support buat meningkatkan follower dan engagement. Kalau engagement bagus, follower banyak, kan calon klien jadi tertarik buat kerja sama.

    Kalau endorse terus berharap produk langsung banyak yang beli kyknya susah juga. Karena influencer bukan sales. Tugasnya influencer cuma mengenalkan produknya, bukan buat menjual. Kalaupun produknya bagus orang pasti tertarik beli kok. Walaupun belinya tunggu punya uang berlebih dulu, kyk aku contohnya.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahaha, syamaaahhh, saya mah kadang udah punya duitnya balik lagi ke prioritas huhuhu.

      iyaa.. dikira influencer itu marketing :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)