The Real Pahlawan Tanpa Tanda Jasa


pahlawan tanpa tanda jasa

Sharing By Rey - Pahlawan tanpa tanda jasa ituuu pastinya identik sama yang namanya hari guru.

Iya nggak?

Dan rasanya, semua orang khususnya di Indonesia, pastinya akan mengatakan hal yang sama, bahwa guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa.



Bagi saya TIDAK!

Ada banyak orang lain dengan profesi berbeda yang juga pantas dengan sebutan tersebut.
Orang-orang yang bahkan jauh lebih serius berbakti untuk negeri ini, dan semua yang dia lakukan kadang eh seringnya tidak mendapatkan support dari keluarganya.

Seperti kisah, mantan perawat berikut.


Perjuangan Perawat Plus-Plus Di Daerah Terpencil


[Pengabdian Dengan Pengorbanan Meninggalkan Trauma Masa Kecil Pada Anak]


Malam itu sunyi senyap, seperti biasa terbentang gelap gulita hanya bertemankan cahaya bintang yang ramai mengintip pucat malu-malu di atas langit.

Dalam keheningan tersebut, terdengar derap langkah kaki memakai sandal jepit yang bergegas menapak aspal yang keras.
Langkah tersebut kemudian memasuki sebuah halaman rumah sederhana yang begitu gelap tanpa ada sedikit cahayapun.

Sampai di depan pintu perlahan si pemilik langkah tersebut berhenti, terdengar suara gagang pintu yang diputar, namun gagal terbuka.
Pintu tersebut dikunci.

Langkah kaki tersebut kembali terdengar, kali ini menapak menuju pintu samping, perlahan mencoba mendorong pintu yang sebenarnya tidak pernah terkunci jika si pemilik sedang di luar, namun langkahnya tertahan.

Pintu samping juga tertutup.
"Ke mana semuanya?" terdengar gumanan pelan si pemilik langkah tersebut.
Pelan, dia mencoba mengintip dari jendela kecil yang ada di dekat pintu samping.
"mama..."
Terdengar bisikan yang amat sangat pelan dari dalam ruangan yang penuh dengan kegelapan tersebut.
"hei, kenapa kalian gelap-gelapan? mana bapakmu?"
Suaranya terdengar lega.
Namun ternyata hanya sekejap.

PRANG!!!

Terdengar suara gelas yang pecah karena dibanting dengan keras, disusul bentakan menggelegar!
"JANGAN BERANI KAMU BUKAKAN PINTU!!!"
Dan begitulah, malam yang kelam bagi 2 orang anak berusia 11 tahun dan 5 tahun itu dimulai (lagi), sepanjang malam keduanya nyaris tidak bisa tertidur sama sekali, hanya bisa meringkuk ketakutan di sudut kamar.

Saat kantuk tak tertahan dan akhirnya keduanya tertidur di lantai, tiba-tiba harus terbangun karena kaget mendengar suara bentakan ataupun barang yang pecah karena dibanting.

Semua itu belum puncak dari ketakutan mereka.
Karena seringnya, si bapak marah seperti itu dalam kondisi memegang parang tajam.
Namun bukan karena takut mamanya dibunuh dengan parang itu.
Kedua anak tersebut takut, merekalah yang akan mati oleh benda tajam tersebut.


[Pengabdian Dengan Pengorbanan Tidak Punya Waktu Untuk Anak]


Malam itu, seperti biasa begitu sepi dan pekat.
Namun, malam itu terasa hangat oleh 2 orang anak, yang bisa tidur dengan nyenyak dan nyaman di samping mama mereka.

Tidak peduli, kasur yang mereka tiduri begitu keras dan tipis serta hanya beralaskan tikar, tapi bagi kedua anak tersebut, itu sudah lebih dari cukup.
Karena bagi mereka, hangatnya tubuh mama, adalah kenyamanan yang paling tinggi di dunia ini.

Tiba-tiba, sebuah suara keras berasal dari gedoran pintu membuyarkan tidur mereka,
"Assalamu'alaikum, suster! oh suster!"
Karena gedoran tersebut begitu keras, seisi rumah jadi terbangun.
Sang mama bergegas menuju pintu depan, setelah yakin si pemilik suara tersebut bukan orang jahat.

Kedua anak tersebut ikutan terbangun dan saling memandang dengan sedih.
Mereka sudah tahu apa yang akan terjadi berikutnya, dan mereka begitu ketakutan.
Antara takut tidur tanpa mamanya, juga takut harus menyaksikan bapaknya marah lagi.
"Mama mau ke rumahnya si anu, ada pasien mau melahirkan, kamu tidur saja ya, jaga adikmu, oh ya tolong tutup pintu depan dulu"
Begitulah, selanjutnya adalah terpampang malam yang sepi dan mencekam oleh kedua anak tersebut. Disambut pagi yang sepi dengan penuh kebingungan apa yang harus dia lakukan?
Dia sama sekali tidak sepandai mamanya memasak.

Dan berakhir dengan makan sisa ikan dari lauk kemarinnya.

Semua terasa sepi, hingga kadang 2-3 hari.
Mamanya harus menunggui pasien tersebut hingga melahirkan dengan selamat, hanya pulang sesekali untuk mandi.

Hingga akhirnya setelah pasiennya melahirkan dengan selamat, sang mama pulang menyongsong kemarahan suaminya di rumah.


Pengabdian Penuh Pengorbanan Demi Mengedukasi Masyarakat


Si perawat yang nyambi jadi bidan itu adalah mama saya.
Dan si anak perempuan kecil itu adalah saya.

Ya, sejujurnya, trauma sama kecil saya salah satunya diakibatkan oleh pengabdian mama yang berujung mencekamnya rumah oleh kemarahan bapak.

Mama saya, seorang perawat yang bertugas di sebuah daerah terpencil di pulau Buton.
Beliau jadi PNS sejak saya SD.
Tidak dipungkiri, semenjak mama jadi PNS, kehidupan kami yang setelah pulang dari Sulawesi Utara, jadi sedikit membaik, meski tidak juga benar-benar membaik.

Setidaknya ada pemasukan gaji mama, meski amat sangat tidak seberapa.
Lalu bapak?
Sesungguhnya beliau nggak ingin pulang ke Buton, beliau lebih suka bekerja di Sulawesi Utara, rasanya di sana adalah letak rezekinya, karena apapun yang beliau kerjakan selalu ada hasilnya.

Berbeda dengan di Buton.
Alhasil, keuangan keluarga kami, sepenuhnya ditanggung oleh mama, melalui gaji PNS yang bahkan untuk membayar biaya hidup bapak yang setiap harinya butuh rokok dan kopi yang banyak itu, sudah cukup ngos-ngosan.

Karenanya, mama tidak boleh berhenti bekerja.
Kalau tidak?
Bagaimana kami bisa sekolah?

Mama bekerja di sebuah puskesmas pembantu sebagai satu-satunya perawat wanita.
Zaman dulu, perawat masih jarang, sehingga sering sekali ada perawat yang lulus sekolah, langsung diangkat jadi PNS.

Di puskesmas tersebut, hanya ada 3 orang saja, semuanya perawat.
Dan karena mama saya adalah satu-satunya perawat wanita, maka mama lah yang selalu mengambil alih bagian pasien melahirkan.

Namun bukan itu yang jadi masalah.
Karena memang puskesmasnya sangat kecil dan terbatas.
Maka pasien melahirkan sama sekali tidak bisa melahirkan di puskesmas, semua rata-rata melahirkan di rumah masing-masing dibantu oleh seorang dukun persalinan.

Saya lupa, kapan tepatnya.
Karena tingginya angka kematian bayi maupun ibu bersalin dengan bantuan dukun persalinan, maka pemerintah lebih aware terhadap hal itu, dengan memberikan beban agar semua nakes (tenaga kesehatan) bertanggung jawab mengedukasi masyarakat akan pentingnya melahirkan dengan ditolong nakes.

Dan begitulah..
Perjuangan mamapun di mulai. 

Dengan keadaan bahwa mama seorang perawat wanita satu-satunya, dan target pemerintah tersebut, maka mama terpaksa bekerja dengan keras.

Mama terpaksa rela menemani semua pasien melahirkan selama masa pembukaan 1 sampai lahir, demi membuat masyarakat nyaman dan percaya akan nakes.

Dan karena itu adalah program pemerintah, serta masyarakat memang hampir semuanya hanya percaya akan dukun, maka semua persalinan yang ditolong nakes DIGRATISKAN!

Jadi begitulah.
Waktu demi waktu berlalu, dari yang posisi mama hanya mendampingi dukun bersalin sebagai bukti nakes hadir menemani masyarakat.
Sampai akhirnya tanpa sadar tahun demi tahun berlalu, semua pasien mulai jatuh cinta akan nakes.

Jatuh cinta yang egois!!!


Pengabdian Tanpa Ujung


Pasien Persalinan Yang Manja


Dulu, di daerah tersebut masih sangat jarang ada kendaraan.
Jangankan mobil, motor saja hanya ada 1 atau 2 yang punya.
Termasuk kami.

Jadinya?
Setiap kali ada pasien melahirkan yang terasa sakit perut di tengah malam buta, keluarganya akan memanggil mama dengan berjalan kaki.

Mama harus berjalan sejauh berkilo meter demi sampai di rumah pasien tersebut.
Lalu, menghabiskan waktu berhari-hari di rumah pasien tersebut.

Yang pernah tahu bagaimana lamanya proses persalinan, terutama bagi persalinan anak pertama pasti tahu. Bahwa butuh berpuluh-puluh jam, dari awal kontraksi di mulai, hingga akhirnya anak lahir dengan selamat.

Kalau sekarang mah, bahkan sudah pembukaan banyak pun, para perawat atau bidan masih tidak seberapa peduli dengan ibu hamil tersebut.

Dulu?
Mama saya bahkan sudah dipanggil sejak awal si ibu hamil merasakan kontraksi kecil.
Manja ya?
Tapi begitulah realita tantangannya, hahaha.

Demi mengambil hati masyarakat untuk berpaling dari dukun bersalin yang seringnya tidak mengindahkan kebersihan alat yang digunakan, sehingga angka kematian bayi dan ibu pasca persalinan karena tetanus sangat tinggi, mama saya rela menjadi the real pembantu masyarakat.

Lucu sekaligus mirisnya lagi.
Mama saya memang dijemput saat hendak ke rumah pasien di tengah malam buta sambil berjalan kaki.
Tapi seringnya, setelah pasien melahirkan dengan selamat, semua keluarga begitu berbahagia, hingga melupakan mama.

Dan karena mama tidak ingin merusak kebahagiaan mereka, beliau rela pulang sendiri berjalan kaki berkilo-kilo meter di tengah malam buta yang pekat dan sepi.
Lalu sampai di rumah disambut dengan kemarahan dahsyat suaminya.


Pasien Umum Yang Manja


Bukan hanya pasien persalinan yang bikin saya kadang ingin berteriak,
"Duuuhhh... beranak mulu kayak kucing, nyusahin orang aja!!!"
Atau ingin menatap tajam kepada om saya yang memang bekerja sebagai tenaga BKKBN di kecamatan.
Betapa tidak, programnya sungguh tidak berhasil sehingga mama saya jarang di rumah, kayak suster pribadinya pasien hiks.

Bahkan, pasien lainpun ikut-ikutan manja!

Baik pasien sakit biasa, macam malaria atau batuk pilek.
Semua pada berobat ke rumah.

Justru sejak pagi sampai siang mama duduk terkantuk-kantuk menanti pasien di puskesmas, namun tidak ada seorangpun yang datang.

Giliran sudah waktunya pulang, mama baru saja sampai rumah, eh para pasien berduyun-duyun ke rumah.
Usut punya usut mereka lebih suka diobati oleh mama, karena mama mengobati sambil mengelus-ngelus.

Sedang kalau mereka ke puskesmas di jam kerja, itu berarti kudu berhadapan dengan perawat laki lainnya, dan kudu tahan kena omelan dari perawat laki tersebut.

Jangan ditanya bagaimana bapak melihat hal itu.
Mama juga tidak mungkin menolak pasien tersebut, dilema!
Takut mereka kembali kepada dukun dalam mengobati penyakitnya.

Bapak sering marah besar!
Jangankan bapak, saya pun kadang kesal, namun tak berdaya.


Pasien Cari Penyakit Sendiri Yang Manja


PNS adalah Pegawai Negeri Sipil, yang bisa diartikan sebagai orang yang mengabdikan dirinya untuk masyarakat.

Itulah yang seharusnya dilakukan, tapiiii...
Dalam case mama saya, kayaknya terlalu berlebihan.

Bukan hanya hari biasa, mama sering nyaris tak punya waktu untuk keluarganya.
BAHKAN DI HARI LEBARAN PUN!

Waktu berlalu, peradaban mulai berkembang, termasuk masyarakat di wilayah tersebut.
Satu persatu mulai kenal dengan yang namanya kendaraan, meskipun hanya sebatas motor saja.

Tapi, itu justru membuka peluang mama saya makin harus memberikan banyak waktu demi pengabdian.

Sering sekali terjadi, saat lebaran di mana semua orang berkumpul bergembira menyambut hari kemenangan.
Eh mama malah sibuk jahit luka orang di puskesmas.

Iyaaa..
Hampir setiap lebaran mama pasti ada di puskesmas karena pasien yang mukanya bonyok, kaki / tangannya patah datang ke rumah kami.
Mereka adalah pasien yang jatuh dari motor karena ngebut, atau kadang juga jatuh karena tabrakan.

Nggak kebayang kesalnya saya minta ampun, karena itu berarti saya bakal melihat bapak ngamuk lagi sementara orang masih menikmati lebaran.


Enak dong, mama dapat banyak uang!
Dari Hongkong?????

Justru mereka cari mama saya KARENA GRATIS!
Sungguh pengorbanan besar yang sesungguhnya sangat berlebihan.


Pengabdian Dengan Melayani Masyarakat Hingga Pensiun.


Mama jadi PNS ketika saya SD, dan pensiun setelah saya punya anak pertama.
Sungguh sebuah perjalanan yang panjang untuk sebuah pengabdian dengan gaji PNS ala kadarnya.
Dan dengan keadaan tertekan dari kemarahan bapak serta wajah kecewa anak-anaknya.

Iya..
Bukan hanya bapak yang marah.

Kami, anaknya pun sering kecewa namun tak berdaya.
Bayangkan saja.

Saat saya kuliah di Surabaya dan mudik saat lebaran dengan harapan ingin melepas rindu pada mama.
Yang terjadi adalah saya lebaran sendiri di rumah, karena mama harus melayani pasien di rumahnya, sedang bapak pergi entah ke mana, saking kesal dengan keadaan tersebut.

Bahkan pernah terjadi, saat mudik lebaran saya demam tinggi karena malaria.
Tapi mama malah meninggalkan saya di rumah karena ada pasien, huhuhu.

Sewaktu saya kuliah, tenaga kesehatan mulai menjamur, bahkan seingat saya di puskesmas tersebut sudah ada tenaga bidan.

Namun, hal itu tidak serta merta membuat mama jadi terbebas dari pengabdian mendampingi pasien super enak melahirkan didampingi nakes siang dan malam.

Penyebabnya ada 2,

Pertama, masyarakat sudah terlalu nyaman dan manja pada mama.
Kedua, masyarakat malu ditolong oleh bidan yang bahkan belum menikah alias bidannya masih terlalu muda.


Pensiun Dengan Impian Terakhir


Temans, setelah membaca tulisan saya di atas, kira-kira bisa membayangkan nggak, bagaimana rupa mama saya?

Seorang perawat yang bertugas di daerah terpencil tanpa dukungan suami, dengan gaji ala kadarnya, tanpa uang tambahan???

Lupakan soal lipstik, bahkan bedakpun mama jarang punya.
Mama hanya butuh lotion dan minyak rambut selama hidupnya.

Beliau ke puskesmas dengan wajah polosan, bajupun sebagian besar lungsuran dari kakaknya yang juga perawat.

Mama begitu berhemat sepanjang hidupnya, tujuannya satu.
Agar kami anak-anaknya bisa sekolah hingga sarjana.

Tidak mudah membiayai rumah tangga sendiri dan menyekolahkan 2 anaknya.
Rumah?
Ala kadarnya yang dibangun dengan sangat sederhana.

Semua gaji mama didedikasikan untuk menyekolahkan kami.
Bahkan makanpun seadanya.

Kebayang nggak sih betapa kecewanya mama saat saya memilih jadi IRT?
Mama dan bapak tidak pernah mengatakan bahwa kecewa, tapi matanya tidak bisa berbohong.

Karena saya tidak kerja, sayapun tidak bisa membantu beliau menggapai satu-satunya impian dalam hidupnya.

Iya..
Mama tidak peduli dia hidup di rumah yang hampir hancur di makan usia.
Tidak peduli bajunya sobek-sobek
Tidak peduli dengan perabotannya yang hanya ala kadarnya.

Mama hanya ingin bisa mengunjungi BAITULLAH.

Sungguh sebuah impian sejuta umat, namun jadi dramatis karena seharusnya mama bisa melakukannya mengingat perjuangannya selama puluhan tahun dalam bekerja.
Saya, adalah salah satu anaknya yang diharapkan, namun malah memilih tidak berpenghasilan uang.

Menyedihkan !


Mungkinkan Ini Jalannya?


Beberapa waktu lalu, saya mengikuti semua give away yang diselenggarakan oleh sebuah asuransi.
Meskipun sebenarnya sedikit pesimis, karena saya tahu betapa kreatifnya orang-orang zaman now dalam membuat konten, terlebih untuk sebuah give away dengan hadiah umroh!

Tapi saya memilih ikutan saja, toh nothing to loose, pikir saya.
Dan siapa sangka???
Ternyata konten saya masuk dalam 50 besar peserta yang bakal bersaing mendapatkan hadiah tersebut.

Dan sekarang masuk tahap vote.

Oleh karenanya, melalui postingan ini, sudilah kiranya para sahabat bisa membantu support mama saya untuk bisa berangkat umroh dengan hadiah tersebut.

Bergetar hati ini membayangkan jika saya bisa menang dan memberangkatkan mama saya ke tanah suci.

Masha Allah, itu impian beliau banget.
Yang entah kapan bisa diwujudkan karena penghasilannya sekarang bahkan untuk makan saja kurang, karena masih harus menanggung bapak yang sudah semakin tua juga, hiks.

Sedang anak-anaknya, belum ada yang bisa diharapkan.
Dan sementara itu, keadaan beliau semakin renta di tempa usia.


Sungguh tak terperi hati ini melihat keadaan beliau, sementara tidak tahu apa yang harus saya lakukan?



Semoga Allah mengizinkan mama ke Mekkah, dan saya bisa menemaninya, aamiin :)

Sidoarjo, 31 Juli 2019

155 komentar :

  1. Tadi masuk via macbook kena reject sama sistem. Nanti kucoba lagi pakai hape deh..

    BalasHapus
  2. Jargon "Guru, Pahlawan Tanpa Tanda Jasa" sebenarnya harus dipandang juga sebagai sebuah tindakan politis. Waktu itu gaji guru masih kecil dan pemerintah tidak mampu/berniat menaikkan gajinya. Sebagai pengimbangnya, maka lahirlah gelar itu agar setidaknya semua guru merasakan bahwa ia melakukan sesuatu yang terhormat dan pada akhirnya rela dan tanpa protes mau tetap mengajar meski dengan gaji rendah..

    Hahahahaha.. sekarang sih gaji guru bahkan banyak yang melebihi gaji pegawai swasta/buruh.

    Itu pandangan pribadi saya ya Rey karena saya pikir gelar itu dikumandangkan secara nasional pada saat itu sampai diciptakan lagunya oleh pemerintah.

    Meski demikian, saya tetap memandang bahwa guru memang memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Tidak beda dengan perawat dan dokter, atau insinyur, atau tentara.

    Buat saya, tidak ada satu profesi khusus yang bisa memonopoli gelar pahlawan tanpa tanda jasa. Negara ini dibangun dengan peran serta rakyatnya yang punya beragam profesi. Semua memberikan sumbangsih kepada negara ini dalam berbagai bentuk.

    Soal siapa pahlawan tanpa tanda jasa? Mungkin tidak bisa per golongan hal itu disematkan. Tidak semua guru melakukannya dengan tulus iklas, tidak semua perawat melakukannya tanpa pamrih. Banyak juga yang sekedar mengerjakan itu demi mencari nafkah.

    Secara pribadu sih, saya pikir, semua orang punya tokoh pahlawan sendiri-sendiri. Jadi, sah-sah saja kalau Rey beranggapan kalau perawat adalah profesi pahlawan tanpa tanda jasa.

    Kalau saya sekarang pilih si Spiderman atau Captain America saja sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Sosok sebenarnya tidak ada, tetapi dia menghibur banyak orang dan menginspirasi banyak orang juga... wakakakakakakkaak Profesinya sih entah apa, soalnya ga jelas juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. 😁😁😁 jawaban sudah ada di atas kang 😁

      Hapus
    2. hahahahahahaa..

      Sangaaatttt setuju pak!!

      Mungkin salah satu alasan mengapa saya males berjuang jadi PNS ya gara-gara liat mama saya.
      Rela menempatkan pengabdiannya di atas segalanya.
      Dengan gaji yang yaaa gitu deh.

      Saya jadi ingat, dulu kalau udah capek lahir batin mama kadang bilang, enak ya jadi guru, gaji dan tunjangan lebih besar, tapi liburnya banyak banget.

      Di sana, dulu gurunya seadanya, oleh pemerintah di kuliahkan gratis, lalu gajinya naik berkali lipat, tunjangan juga oke.

      Daaannn anak sekolah jadi sering libur.

      Sementara perawat kayak mama saya, kudu ngesot jadi pembantu masyarakat hahaha

      Hapus
  3. Kalau guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang mendidik generasi penerus bangsa, nah kalau perawat adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang membantu melahirkan generasi-generasi penerus bangsa hehehehe semoga menang ya mba, tulisannya bagus sekali, dibaca dari awal sampai akhir, dan semakin tersentuh dengan kontribusi mamanya mba untuk banyak orang tua di luar sana~ nanti saya bantu vote hehehe GOOD LUCK mba, semoga mama bisa berangkat umroh :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi, sebenarnya saya mengambil tema pahlawan tanpa tanda jasa, bukan karena profesinya sih.

      Tapi karena pengabdiannya yang bekerja jauh melebihi tanggung jawab beliau, dan nggak ada cara lain.

      Mungkin memang judulnya di tambah, pahlawan tanpa tanda jasa dalam Mengenalkan kesehatan kepada masyarakat :)

      Aamiin, makasih banyak vote dan doanya :)

      Hapus
  4. Semoga mama kakak terpilih ya kak. Hanya itu komen yang bisa saya beri. Gak bisa memberi komen terhadap kehidupan yang orang lain pilih, sama seperti kita yang memilih jadi ibu rumah tangga, terkadang ibu suka keceplosan kalo saya seandainya berkarir. Saya ikut vote ya

    BalasHapus
  5. masyaAllah, luar biasa sekali mamanya.
    semoga cita-cita beliau segera terwujud, Aamiin YRA

    BalasHapus
  6. Barakallah mudah - mudahan dilancarkan yaa dan menang ,. aamiin yaa RAbb. Saya coba vote juga yaaa

    BalasHapus
  7. reeey, terharuuu banget bacanya :(. Ga kebayang setakut apa duku menghadapi ortu yang sedang marah begitu, apalagi sambil memegang parang :(. Pas mama papa dulu saling lempar piring aja aku takuuut setengah mati, sampe nangis. apalagi kalo pegang senjata :(

    Aku udah vote yaaa, semogaaa banget bisa menang, jd mama bisa berangkat ke tanah suci :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiks, sebenarnya takut nulisnya, takut kebayang lagi.
      Bapak saya dulu beneran menorehkan banyak trauma sama saya.
      Dan sedihnya kadang secara nggak sadar saya ikutan seperti beliau.

      Bukan hanya sering ngamuk dan pegang parang sambil ngancam mau bunuh saya dan adik saya.

      Tapi juga, sering banget nakut-nakutin saya mau dibunuh pakai silet, pisau dst.

      Itulah mengapa saya paling takut benda tajam, takut darah, karena sejak kecil bapak menggambarkan semua kengerian itu.

      Tapi saya pernah baca, salah satu cara berdamai dengan inner child adalah, dengan menerima keadaan itu, berdamai, bukan melawannya.

      Selama ini saya selalu lawan, malah jadi depresi sendiri.
      Dengan pelan-pelan membuka sedikit demi sedikit di tulisan-tulisan saya, semoga saya bisa mengajak inner child saya jadi lebih damai, karena itu sudah berlalu.

      duh ye, curcoolll hahahaha

      Makasih vote dan doanya mbaaa :*

      Hapus
  8. Yang saya ingat, mbak buyut saya juga bidan. Abi saya juga lahir dari bantuan mbah di rumah.

    Dari ceritanya sih memang kehidupan beliau memprihatinkan. Semoga Allah mengampuni Mbah yut saya, dan menerima amal beliau.

    Dan juga, semoga segala kebaikan Mama Mbak Rey dibalas oleh Allah dengan lebih banyak kebaikan. Semoga impian mulia itu terlaksana, Aamiiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Para tenaga kesehatan jadul sungguh beneran memprihatinkan.
      Apalagi yang kerja di daerah terpencil kayak mama saya.

      Mereka itu jadi garda utama program pemerintah untuk mengenalkan kesehatan kepada masyarakat apapun caranya.

      jadinya ya gitu deh

      Makasih banyak doanya yaa :)

      Hapus
  9. Terharu bacanya, Mbak. Semoga terwujud impian mamanya ya. Aamiin...

    BalasHapus
  10. Kebaikan dari Ibu tidak akan terbalas oleh apapun selain dengan bangga dan bahagia melihat anak-anaknya kelak. Saya vote ya mbak :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hiks, mewek bacanya mba.
      Iya ya, asala anak bahagia, seorang ibu udah merasa lebih dari cukup hiks.
      Makasih banyak mba Arda :)

      Hapus
  11. Sungguh perjuangan yang luar biasa sebagai perawat di desa itu. Saya juga pernah melihat memang harus selalu siap siaga karena memang gak ada rumah sakit adanya hanya puskesmas dan itupun memang ala kadarnya ya mbak beda dengan di kota

    BalasHapus
  12. masing-masing punya jasa yang tidak bisa dinilai dengan materi semoga mendapatkan pahala atas ketulusannya dalam mengabdi kepada bangsa dan negara sebentar saya coba vote bu

    BalasHapus
  13. Mungkin inilah salah satunya alasan pemerintah mengganti guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa menjadi pembangun insan cendekia pada lagu "Hymne Guru".

    Karena semua profesi sangat mulia dan bisa dikategorikan sebagai pahlawan tanda jasa bila seseorang benar-benar menekuni profesinya tanpa terpengaruh oleh besarnya gaji dan fasilitas yang ada.

    Mama sungguh luar biasa, loyal dan profesional dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya. Semoga niat baik mbak memberangkatkan mama untuk umroh bisa terwujud.

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin, makasih banyak ya :)

      Btw saya kudet, belum tahu hymne guru tersebut hihihi

      Hapus
  14. selain guru memang banyak pahlawan tanpa jasa: guru pahlawan tanpa jasa dalam hal pendidikan, dokter dan perawat pahlawan tanpa jasa dalam hal kesehatan dan masih banyak lagi pahlawan tanpa jasa

    BalasHapus
  15. Masya Allah... Terharu Aku membaca ya tanpa jeda mom Rey.. memang ibu pengorbanan ya tanpa tanda jasa, begitupun dengan ibuku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mom, semoga ibu kita diberikan pahala yang berkah yaa :)

      Hapus
  16. Perjuangan yang sangat luar biasa ya mbak... pengabdian totalitas tanpa batas :") sehat selalu mamanya mbak Rey

    BalasHapus
  17. Done votenya mba. Saya liat hasil sementara masih dikit.

    Ayo teman2 blog kita dukung mb rey.

    Duh baca2 di atas jadi ingat ibu saya sendiri :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama2 mb Rey... gmn hasil votenya ?

      Hapus
    2. Masih berjuang bang, persaingan ketat, Yang penting tetep berusaha dan berdoa :)

      Hapus
  18. Setuju mbak.. bukan cuma guru kok yang pantas menyandang gelar "Pahlawan tanpa tanda jasa" itu. Bahkan menurutku, orang yang membersihkan jalanan pun pantas disebut dengan pahlawan. Hal ini sangat individual. Tidak mengenai profesi tapi lebih ke keikhlasan yang hanya orang tersebut yang tahu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah benar banget, ada banyak pahlawan tanpa tanda jasa yang sering kita abaikan :)

      Hapus
  19. Sudah aku vote mba, salut untuk mamanya. Saya juga pernah punya profesi di kesehatan. Tau rasanya menangani pasien yang macam2 dengan gaji yaaa seadanya. Semoga bisa umroh ya mama. Aamiin

    BalasHapus
  20. Bingung mau komen apa malah saya yang mewek jadinya dan kepikiran ibu saya yang dirumah..😭😭😭😭😭😭

    Ok aku Vote dulu mbak Rey..🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak yaaa, semoga Allah selalu memberikan keberkahan kepada ibu-ibu kita :)

      Hapus
  21. Udah gw vote ya mbak, semoga menang.

    Makanya gw gak mau jadi PNS. Bapak emak gw PNS juga soalnya, tapi guru. Tau sendiri gaji PNS kaya gimana. Gw yang mata duitan mana mau, wkwkwk.

    BalasHapus
  22. Semoga dengan kisah dibalik ini apa yang disemogakan akan segera terwujud mbak. Aku juga sudah vote, semoga terlaksana :)

    BalasHapus
  23. Sekarang, kalimat 'tanpa tanda jasa' di lagu Hymne Guru sudah dihapus. Diganti dengan kalimat 'pembangun insan cendikia'. *sekilas info :D

    Terlepas, dari apapun pedihnya perjuangan mama Mbak Rey, benar-benar luar biasa keikhlasannya. Semoga bisa pergi umroh, ya. Aamiin

    BalasHapus
  24. Semoga semoga semogaaaaaa bisa umroh ya Mamanya Kak Rey
    Aamiin aamiiin ya robbal alamiiin
    --bukanbocahbiasa(dot)com--

    BalasHapus
  25. Sungguh pengabdian yang luar biasa, terharu bacanya. Semoga beliau selalu sehat dan bisa mewujudkan impiannya berangkat umroh lewat tulisan ini.
    Udah vote ya Rey, semoga menang.

    BalasHapus
  26. Perjuangan Mama begitu luar biasa, hebat dan patut dicontoh. Sosok yang inspiratif banget, semoga sehat selalu dan bisa pergi ke tanah suci

    BalasHapus
  27. Saya sudah vote ya, aduh membaca artikel ini kok jadi ingat sang mantan yang kerjanya jadi Bidan.
    Ah ya sudahlah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak yaaa, duh kok malah ingat mantan nih hehehe

      Hapus
  28. Udah isi data tinggal nunggu konfirm email. Memang tenaga kesehatan kayak saya juga termasuk, hehe ... dulu sih pernah kerja di RS atau Lab swasta butuh yang namanya pengabdian masyarakat. Semoga Allah SWT ngasih jalan buat ibu ke Baitullah. Aamiin. Sosok ibu Mbak Rey adalah orang yang mulia. Salam takzim buat beliau, Mbak Rey

    BalasHapus
  29. MashaAllah~
    Mama sungguh berjuang tanpa kenal lelah yaa, kak Rey.
    Semoga Mama diberi kemudahan untuk memperoleh hajatnya ke Baitullah.

    BalasHapus
  30. Perjuangan orang tua sungguh tak terkira yaa.. semoga dimudahkan dan disegerakan bisa umroh. Aminnn

    BalasHapus
  31. Saya udh vote dan mendapat konfirm email mbak...

    tak menyangka segitu besar pengorbanan ibu waktu itu, semoga ibu senantiasa diberi kesehatan dan keinginan beribadah Umroh ke Tanah Suci bisa terkabul.

    btw kalau melihat guru sekarang memang enak banget, gaji dan tunjangannya besar, jadi ingat almarhum bapak saya dulu. Profesor zaman dulu gajinya kecil, coba kalau sekarang enak banget kan, tapi itulah bagian dari misteri kehidupan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh makasih banyak yaaa, iyaaa bener, dulu profesi seperti itu bener-bener pengabdian :)

      Hapus
  32. Done vote yaa Mbak Rey. Aku terisak baca cerita mamamu, Mbak. Keingat almarhumah mamaku sendiri. Alhamdulillah nya mama dan ayahku sempet berangkat haji. I feel you, Mbak...sama-sama anak pegawai negeri kita.

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih banyak mbaaa, semoga mamanya diberikan tempat terindah di sisiNya ya, aamiin :)

      Hapus
  33. Wah iya banget, selain guru, banyak banget profesi yang bisa disebut Pahlawan Tanpa Tanda Jasa. Termasuk mama Mbak Rey. Duh, terharu bacanya. Semoga terkabul bisa umrah ke tanah suci. Brb ikut vote...

    BalasHapus
  34. Semoga Allah memudahkan langkah mama ke Baitullah ya mba. aamiin Aamin. Tetap semangaat

    BalasHapus
  35. Done Vote. Bismillah, semoga terwujud ya

    BalasHapus
  36. Zaman dulu yang namanya nakes apalagi didaerah suka gtu ya mbak. Kebetulan bumerku perawat jg, sblm pindah ke RS, sempat pula nyicipin puskesmas, juga di daerah trans yang sepi. kalau budhe2ku yang nakes di Surabaya lbh beruntung, jam kerjanya pasti walau ya mungkin sama beratnya. Semoga rezeki mamanya buat umroh ya mbak aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap semangat mbak, semoga ikhtiar Mbak Rey meuliskan kisah mamanya ini menjadi jalan buat mama bisa ke Baitullah aamiin Ya Rabb

      Hapus
    2. Aamiin ya Allah, makasih mbaaa, iyaaa.. zaman dulu benar-benar pengabdian tanpa batas :)

      Hapus
  37. Speechless aku. Setujuu, Mbak Rey, cara mengatasi trauma adalah berdamai dengannya. Ada banyak kisah yang bisa diambil hikmah
    Semoga semua keikhlasan Mama berbuah surga. Insya Allah bisa ke Baitullah. Aamiin.

    BalasHapus
  38. Mulia sekali pengabdian beliau hingga sebanyak itu yg dikorbankan. Semoga impian beliau untuk umroh segera tercapai. Aamiin.

    BalasHapus
  39. tenaga pendidik dan tenaga kesehatan memang seorang pahlawan, semoga kedepan penghidupan para pahlawan ini semakin membaik sehingga tidak banyak yang akhirnya memilih untuk ganti profesi atau resign karena masalah finansial

    BalasHapus
  40. Baca ini jadi kangen Alm. Mama huhu. Memang ya kalau berbicara arti ikhlas memang ibu yang paling terbaik dan semoga bisa tercapai ya umrohnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga mamanya diberikan tempat terindah di sisiNya ya mba :)

      Hapus
  41. Luar biasa memanh tenaga kesehatan di daerah terpencil. Ada sepupu bidan di mentawai. Bahkan pernah terbalik perahunua pas bertugas.

    BalasHapus
  42. Saya selalu bangga dengan profesi saya, guru adalah pahlawan tanpa tanpa jasa. Tapi tenaga kesehatan atau profesi lainnya yang benar-benar memberikan kebaikan untuk sekitar adalah pahlawan juga.

    Semoga ibu masuk dan dapat umroh ya. Aamiin.

    BalasHapus
  43. Setiap profesi memang punya tantangannya sendiri-sendiri termasuk perawat. Dan saya setuju profesi ini pun bisa diartikan pengabdian buat kemanusiaan. Artinya bukan saja pantas disebut sbg pahlawan tanpa tanda jasa tapi juga pejuang kemanusiaan

    www.ngopisetengahgelas.com

    BalasHapus
  44. Mbaa ceritanya sungguh pilu. Sekarang jadi mengerti kenapa mama ngga mau ikut bantuin ngurusin cucu. Mungkin beliau ingin beristirahat dan menikmati masa pensiunnya.
    Semoga beliau selalu diberi kesehatan ya mba dan bisa segera ke tanah suci. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin, makasih banyak sayangkoohh..
      Iyaaa, beliau terlalu capek lahir batin dulunya, dan ingin menikmati hari tua dengan bisa beribadah khusuk

      Hapus
  45. Kisah nyata yang inspiratif. Sudah saya vote ya, semoga bermanfaat & hajat beliau tercapai. Semoga berkah untuk beliau, blog ini, & kita semua. Aamiin

    BalasHapus
  46. Ceritanya sangat menginspirasi, Mbak Rey. Dan memang perawat di daerah terpencil adalah pahlawan tanpa tanda jasa juga. Saya sering nonton juga perjuangan bidan-bidan di daerah terpencil lainnya. Ada yang menembus lautan naik sampan, menerobos hutan dan sebagainya.

    Insya Allah, Ibunya mendapat balasan dari Allah SWT, Mbak. Dan semoga bisa menunaikan umroh ya, Mbak. Aamiin.

    BalasHapus
  47. Masya Allah, semoga bunda disegerakan impiannya utk ke baitullah.. Allah pasti kasih jalan dr mana saja. Semoga bunda selalu dalm kesehtan dan kebaikan aamiin

    BalasHapus
  48. Subhanallah ... Luar biasa perjuangan nya, semoga harapannya terkabul ya mbak

    BalasHapus
  49. Masyaallah cerita pengorbanan ibunya mba benar2 luar biasa, semoga apa yg diimpikan ibu dan keluarga benar-benar terwujud ya, aamiin..

    BalasHapus
  50. Guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa itu dulu ya mbak....sekarang tidak semua guru dianggap pahlawan oleh murid-murid nya....dan saya salut dengan perjuangan mama yang gigih, tanpa putus asa demi kebahagiaan keluarganya....meski pengorbanannya begitu besar. Semoga menang giveaway nya mba dan mama bisa berangkat umroh...aammin

    BalasHapus
  51. Awalnya saya kira cerpen ternyata kisah nyata.uar biasa banget ibunya mbk rey, semua yang sudah dilakukannya pasti dibalas dengan cara yang luar biasa juga sama Allah.
    Saya berdoa semoga ibunya mbk rey bisa memenuhi impiannya pergi ke baitulah.

    BalasHapus
  52. Jadi teringat dengan kakak aku yang berprofesi sebagai bidan desa. Harus selalu siap 24 jam panggilan kalau masyarakatnya mengalami kendala kesehatan. Salut ya sama kinerja mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salut banget memang melihat mereka yang bekerja dalam pelayanan masyarakat ya. Selalu setia hingga 24 jam menekuni totalitas pekerjaannya.

      Hapus
  53. Ikut mendoakan semoga keinginan mamanya segera terwujud ya. Perjuangan seorang ibu itu besar gak berharap lebih pada anak-anaknya. Hanay tugas anak untuk membahagiakannya sudah wajib pastinya ya

    BalasHapus
  54. terkadang ada orang orang di sekitar kita yang profesinya terlihat sepele tapi sebetulnya punya jasa yang teramat besar apalagi bagi mereka yang kadangkala harus bekerja melebihi jam kerjanya ya

    BalasHapus
  55. Selain idealis, ibu jaman dulu jauh lebih peka kebutuhan masyarakat ya mbak. Sudah di vote, saya doakan yg terbaik dan Ibu sehat selalu.

    BalasHapus
  56. Hanya bisa mendoakan semoga bisa lekas terlaksana ya impian umroh beliau. Dan doain juga ya kak semoga saya dan keluarga segera umroh hehe.

    BalasHapus
  57. Maa syaa Allaah perjuangan mamanya begitu luar biasa ya Mbak. Saya bisa membayangkan dari kisah yang mbak sampaikan ini betapa keras perjuangan yang mama Mbak Rey lakukan demi melakukan kewajibannya sebagai seorang perawat sekaligus bidan dan juga demi mengabdi pada negara. Benar-benar kisah yang inspiratif sekali, dan saya doakan semoga impian beliau di masa tuanya ini bisa terwujud. Aamiin yaa Rabb.

    BalasHapus
  58. Luar biasa ya mbak perjuangan mama nya mbak. Semoga Allah membukakan jalan agar bisa segera mewujudkan impiannya. Amin.

    BalasHapus
  59. Benar-benar luar biasa ya Rey pengorbanan mamamu dalam menjalankan tugasnya. Keikhlasan beliau luar biasa menginspirasi. Semoga diijabah Allah ya untuk bisa segera bertamu ke Baitullah.

    BalasHapus
  60. Banyak ya sosok2 pahlawan tanpa tanda jasa di sekeliling kita. Semoga saja ikhlas mencari Ridha Allah hingga pahalanya terus mengalir..

    BalasHapus
  61. Masya Allah mbak Rey, aku haru sekali baca ceritanya tentang ibumu mbak. Karena memang kalau menurutku ibu adalah pahlawan tanda jasa. Apapun profesinya ibu tetap mereka adalah pahlawannya kita.

    BalasHapus
  62. Semangatnya untuk terus bertahan hidup sangat luar biasa ya.. patut menjadi contoh bagi orang lain yang dalam posisi sama seperti ibu ini.. semoga segala harapan dan cita citanya yang belum terwujud untuk segera terwujud.. aamiin

    BalasHapus
  63. Sebenernya menurut saya pekerjaan apapun membuat seseorang menjadi pahlawan tanpa tanda jasa .

    Semangaaaat ya mbak Rey , semoga apa yang menjadi impian mbak Rey dan ibu dapat segera terlaksana.

    Semangaaaat mbak

    BalasHapus
  64. Mbak Reyyyy, Ya Allah, ga kebayang gimana perjuangan mamamu dulu itu. Masya Allah kuat banget beliau. Semoga amal ibadah beliau dibalas Allah dengan yang terbaik yaa. Semoga mama jadi umroh, yes!

    BalasHapus
  65. Hahahah...udah lebih dari 50 orang yah yang koment disini. :)

    Maaf sengaja telat koment, soalnya sedang sibuk bangetz, sibuk berleha - leha. :)

    Saya adalah pengguna Jasa kesehatan, terutama BIDAN.

    dimana waktu itu Ayah saya Almarhum, sering butuh banget bantuan Bu Bidan untuk mengobati ayah saya yang sakit dirumah.

    di tempat saya jarang sekali ada dokter yang mau di ajak kerumah, kecuali ada faktor X.

    Nah..bu Bidanlah yang sering mondar - mandir kerumah saya, Kapanpun dibutuhkan. Alhamdulillah sekali , kami sangat tertolong.

    Zaman sekarang mah enak, bu bidan bisa naik mobil atau motor saat kerumah saya, sedangkan di zaman Ibunda Mbak rey, saya yakin mesti jalan kaki, demi membantu Masyarakat.

    Selaku pengguna Jasa Bu Bidan dan perjuangan Bu bidan inilah sehingga membuat saya plash back, ke masa lalu dan trenyuh melihat perjuangan Ibunda Rey dimasa lampau.

    Tanpa bantuan Bu bidan, saya tak tahu lagi harus berbuat apa.

    Dan dikesempatan yang baik inilah saya ingin membantu sekuat tenaga saya agar bisa mewujudkan impian ibunda Rey, dengan cara Mem'vote.

    Kapan lagi memberikan kebahagiaan buat Bu Bidan, kalau tidak sekarang.

    Insyallah saya akan Vote lebih dari Sekali....

    Mudah2an Allah SWT segera mengundang Ibunda Rey untuk sampai dan beribadah Ke Tanah Suci, Mekkah, Arab Saudi. AMIN ALLAHUMMA AMIN.

    Mudah2an Ikhtiar keras kita, akan menjadi jalan terwujudnya Cita- Cita Ibunda Rey. Amin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih banyak kang atas semua support dan usahanya.
      The real sahabat blogger terbaik mah ini.

      Semoga semua usaha baiknya selalu berbalik kepada kang Nata dan keluarganya, semoga ibu kang Nata juga selalu diberikan kesehatan dan kebahagiaan serta tercapai impiannya, aamiin :)

      Hapus
    2. hihihi, bahu saya jadi naik sebelah nih, kalau disanjung kayak gini. :)

      Aminnnnn...1000.X

      Hapus
  66. Inspiratif banget mba. Bismillah aku berdoa smoga kaka terpilih ya. Niat baik pasti disambut baik sama Allah. Aku terharu bacanya huhuhu

    BalasHapus
  67. Aamiin allahumma aamiin, semoga niatan tulus mba bisa terwujud untuk memberangkatka ibunda umroh

    BalasHapus
  68. Kaguuuum sekaligus haru dengan perjuangan liar biasa dari mamahnya mba Rey. Semoga d berikan kemudahan untuk bisa menunaikan ibadah umroh ini ya mbaa. Dan ak tersihir banget dengan setiap kalimat dan diksi yg d pakai ringan tp baguuus banget! Sukaaa

    BalasHapus
  69. Cerita yang sangat mengharukan. Sungguh pantaslah surga di telapak kaki ibu. Sudah saya vote ya mbak. Semoga rezeki ibu mbak Rey.

    BalasHapus
  70. terharu saya baca cerita ini mba. Semoga ibunda beneran bisa menggapai mimpinya ke mekah ya. saya doakan dari sini :)

    BalasHapus
  71. sedih, keinget bapak yang profesi guru..

    BalasHapus
  72. Semoga bisa berangkat umroh untuk Ibundanya ya Kak. Saya sudah vote juga. Aamiin...

    BalasHapus
  73. Dapat hadiah umrahnya, Mbak?
    Semoga dapat ya....saya juga punya impian tersebut.
    Dan saat saya ada uang ingin berangkatin umrah bunda saya malah bialng saya lbh butuh buat beli rumah, sempat menangisi perbuatan sendiri karena menuruti kata Bunda. Tapi bismillah kita berjuang untuk orang tua ya...semoga mamanya senantiasa diberikan kesehatan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaaaa... kalau mama saya selalu menolak apapun usaha anak-anaknya, takut membebani, huhuhu

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)