Hal ini selaras dengan banyaknya pendapat yang mengatakan, bahwa tinggal di rumah mertua itu adalah horor, ketimbang anugerah.
Memang sih, nggak semua orang yang tinggal di rumah mertua itu menderita dan penuh kisah horor. Namun, bukan hanya istri, seorang suamipun juga nggak nyaman tinggal di rumah mertua.
Kok tahu, Rey?
Jadi, saya pernah posting sebuah video yang saya dapatkan dari youtube, video kajian Ustadz Khalid Basalamah tentang tinggal di rumah mertua.
Video itu udah lumayan lama dong saya post, dan lucunya sampai sekarangpun, masih saja ada orang yang share videonya.
Kalau lagi iseng, saya sering mengintip profil orang yang share video tersebut.
Dan ajaibnya, yang share bukan hanya para wanita dong, para lelaki berstatus suami juga banyak.
Ini menurut saya sih ya, soalnya beberapa hal yang bikin saya nggak nyaman tinggal di rumah mertua itu adalah, kalau mau ngapa-ngapain itu sungkan.
Kalau kalian merasa tidak nyaman tinggal di rumah mertua, karena nggak bisa menjadi kepala keluarga seutuhnya. Tidakkah kalian berpikir, bahwa seorang istripun juga mendambakan jadi ratu di keluarga kecilnya.
Kalau lagi iseng, saya sering mengintip profil orang yang share video tersebut.
Dan ajaibnya, yang share bukan hanya para wanita dong, para lelaki berstatus suami juga banyak.
Bukan hanya itu, saya sering banget mendapatkan curhatan dari beberapa teman facebook, mungkin karena mereka melihat saya suka menulis tentang rumah tangga, dikiranya saya pakar rumah tangga kali ya, hahaha.
Dan mereka nggak segan-segan curhat ke saya.
Yang mana, ada beberapa cerita, yang kisahnya hampir sama, yaitu suaminya berkelakuan aneh, setelah beberapa lama mereka menikah.
Ada yang selingkuh, ada yang cuman suka flirting dengan wanita-wanita, ada juga yang jadi laki-laki pemalas, nggak mau kerja, maunya bersantai aja di rumah temannya, atau di tempat yang bisa ditongkrongin oleh si suaminya tersebut.
Dan lucunya, dari beberapa cerita tersebut, memiliki benang penghubung yang sama, yaitu: sama-sama tinggal di rumah orang tuanya, dan (sedikit) memaksa suaminya untuk tetap tinggal di situ.
Dan lucunya, dari beberapa cerita tersebut, memiliki benang penghubung yang sama, yaitu: sama-sama tinggal di rumah orang tuanya, dan (sedikit) memaksa suaminya untuk tetap tinggal di situ.
Alasannya beragam.
Ada yang merasa nggak tega ninggalin orang tuanya karena dia anak tunggal, terlebih ortunya udah sakit-sakitan.
Ada juga yang beralasan belum punya uang buat ngontrak.
Hingga beralasan, kalau di rumah ibunya ada yang jaga anak, yaitu ibunya.
Ketika Suami Tidak Betah Di Rumah Mertuanya
Kalau secara umum, mungkin kita (bahkan saya) beranggapan, begitu lebaynya ya seorang suami yang ngambek, hanya karena tinggal di rumah mertua?
Padahal, kebanyakan lelaki kan kerja, jarang di rumah.
Kalaupun ada di rumah ya, istrinya pun juga ada di situ.
Mau makan, ya tinggal bilang istri, mau ini itu, semua disiapin istri.
Saya tipe orang pemalu di rumahnya orang.
Daaann sialnya, saya seorang wanita, which is seorang istri harusnya melayani suami di meja makan, bukan?
Itu berarti saya kudu masuk dapur, kudu masak, padahal itu daerah kekuasaan sikap ibu mertua.
Nah kalau dibalik, saya sebagai suami kan, nggak perlu mengalami semua itu, iya nggak?
Tapi ternyata, hal demikian, tidak serta merta bikin para suami nyaman tinggal di rumah mertuanya.
Tapi ternyata, hal demikian, tidak serta merta bikin para suami nyaman tinggal di rumah mertuanya.
Salah satu alasannya, (mungkin) karena di rumah mertua itu, semuanya jadi serba terbatas.
Seorang suami nggak bisa berperan dengan sempurna sebagai kepala keluarga, belum lagi jika terjadi gesekan suami istri.
Kalau di rumah sendiri, mungkin suami bisa berekspresi sesuai dirinya, tapi kalau di rumah mertua?
Coba aja bentak anaknya mertua, dan ketahuan mertua.
Yang ada, digantung tuh suami di tiang bendera, hahaha.
Ini belum termasuk dengan keputusan seorang kepala keluarga, yang mungkin saja (terasa) disetir oleh mertua.
Dan tahu sendiri kan, lelaki itu memang diciptakan dengan harga diri yang kudu segede gaban, kudu dirajakanlah istilahnya.
Betapa harga dirinya terluka jika terus menerus dia seolah nggak bisa punya andil sebagai kepala keluarga yang semestinya.
LALU SAYA PENGEN TERIAK DI KUPINGNYA PARA LELAKI YANG SEENAKNYA MAKSA ISTRINYA TINGGAL DI RUMAH MERTUA, MESKI ISTRINYA MAKAN ATI BANGET!
Emangnya enak apa kalau keadaan dibalik?
Ya jawabannya sebenarnya (mungkin) sama aja kayak alasan istri nggak mau atau nggak nyaman tinggal di rumah mertua.
Menyapa (Banyak) Suami Tidak Betah Di Rumah Mertuanya
Ya jawabannya sebenarnya (mungkin) sama aja kayak alasan istri nggak mau atau nggak nyaman tinggal di rumah mertua.
Karena merasa didikte terus, merasa nggak bisa jadi kepala keluarga sepenuhnya, nggak bisa mendidik istri dan anak-anaknya sesuai keinginannya.
Bahkan lebih parahnya lagi, kalau apes dapat mertua yang sadis.
Kelar sudah hidupnya.
Mertua yang sukanya membanding-bandingkan.
Mertua yang sukanya merendahkan, meski mungkin nggak sengaja.
Mertua yang karakternya nggak selaras dengan sang suami.
Ya wajarlah suami nggak betah.
Wajarlah kalau suami memaksa untuk keluar dari rumah mertua, dan wajarlah suami bersikeras untuk mandiri, lalu menekan sang istri dengan dalil-dalil di mana, setelah menikah, istri wajib ikut suami.
Dan ketika sang istri tetap bersikeras dengan keputusannya yang nggak pernah mau meninggalkan rumah ortunya, jadilah suaminya menggila.
Pembaca mungkin akan berkata, yang salah istrinya, kan yang namanya istri ya kalau udah menikah wajib banget ikut suami.
Lalu saya jadi teringat dengan ceramah Ustadz Khalid Basalamah tentang suami yang poligami, di situ dijelaskan, bahwasanya keadilan yang harus dilakukan suami itu, sesuai porsi dan kesepakatan awal.
Which is saya jadi berpikir, jika memang sebelum menikah kesepakatan mereka udah seperti itu, saya rasa bukan salah istri juga jika memang dia nggak bisa ninggalin rumah orang tuanya. Iya kan?
So kalian para suami, yang istrinya sering menangis karena merasa tidak nyaman tinggal di rumah mertua, plis dengarkan curhatan istrimu.
Kalau kalian merasa tidak nyaman tinggal di rumah mertua, karena nggak bisa menjadi kepala keluarga seutuhnya. Tidakkah kalian berpikir, bahwa seorang istripun juga mendambakan jadi ratu di keluarga kecilnya.
Yang mana seorang ratu punya hak mengatur rumah tangganya sendiri, tanpa didikte ibu mertua yang jahat, yang biasanya merasa lebih mengenal anaknya.
Etdaahh...
Jangan jadikan mertua dzalim kepada menantunya. Dunia itu bulat, besok-besok dibalik kalian yang kudu tinggal di rumah mertua. Atau mungkin anak perempuan kalian menderita sampai kurus kering karena makan ati tinggal di rumah mertua.
Ngehek dah kalian, hahaha.
So, memang ya.
Sebijaknya memang jika udah menikah, keluarlah dari rumah orang tua, baik laki atau perempuan.
Lalu gimana kalau kondisinya yang tidak memungkinkan keluar dari rumah orang tua?
Misal, ortu tinggal sendirian, atau anak tunggal atau gimana?
Diskusikan atuh!
Usahakan sebelum menikah, udah dibahas itu mah.
Jangan kayak si Rey, yang nggak sama sekali membahas hal tersebut sebelum menikah.
Beruntung sih saya berjodoh dengan lelaki yang ortunya lumayan demokratif.
Dan lebih beruntung lagi, sejak kecil orang tua saya udah mendidik saya (dengan keras) tentang adab tinggal di rumah orang, di mana kuncinya ya TAHU DIRI!
Tahu diri kalau cuman numpang, makanya buat kesepakatan.
Kayak saya dulu pernah tinggal hampir setahun di rumah mertua, dan Alhamdulillah baik-baik saja.
Karena sebelum pindah ke rumah mertua, saya udah berunding dengan paksu. Dan meminta paksu mengatakan kepada ortunya, tentang keinginan dan sifat saya yang mungkin di luar kebiasaan mereka.
Yaitu, saya nggak bisa masak, dan akhirnya disepakati, ibu mertua tetap jadi ratu di dapurnya. Dan saya serta suami membayar untuk itu, kami ngasih mertua tiap bulan buat lauk.
Kami juga tetap belanja bulanan kebutuhan rumah setiap bulan.
Beli beras, beli air minum, bantuin bayar air dan listrik, bayarin pembokat.
Dengan semua dispensasi tersebut, Alhamdulillah nggak pernah ada gesekan langsung selama saya tinggal di sana.
Bahkan saya gendut kek sapi perah, saking ibu mertua tahu banget saya malu makan di rumah orang. Jadi meski paksu dulu nggak pernah ada di rumah mertua, ibu mertua dengan setianya mengawal jadwal makan saya.
Lalu dipaksa makan yang banyak, sampai sampai bengkak kegendutan, hahaha.
Lalu semua teman saya berkata,
"Waahh beruntungnya kamu punya mertua kayak gitu Rey, nggak pernah masuk dapur, malah dimasakin mertua"
Yeeee.. jelas aja beruntung, makanya TAHU DIRI, hahahaha.
Dan jangan menganggap ibu mertuamu sebagai ibu sendiri, cari mati itu mah!
Sidoarjo, 30 Oktober 2020
Sumber : pengalaman pribadi
Gambar : Canva edit by Rey
Kaga pernah ngalamin uni Rey tinggal dirumah mertua indah...Haahaaa.🤣 Kecuali nitip anak kemertua ngalamin haahaa..🤣 🤣
BalasHapusEehh tapi ada untung ada ruginya juga memang tinggal dirumah mertua indah...Untungnya kalau kita sibuk sama pekerjaan anak kita ada yang nungguin dan jagain....Tapi tetap bagi saya banyakan ruginya nggak bebas, Harus pasang muka manis terus didepan mertoku indah...Haahaa.🤣 🤣
Untung selagi gw jomblo udah punya rumah pribadi meski isinya cuma tempat tidur sama tv 14 inc dan kompor..🤣 🤣 jadi waktu itu mending uang habis buat pacaran ketimbang isiin barang2 buat dirumah sendiri..Haahaa.🤣
Awal kenal istriku terus pacaran, dia kan tinggal di Bekasi sewaktu nganterin pulang itu cuma sampai ujung jalan doang, Karena istri dulu bilang orang tuanya protektif katanya...Gw ngebayangin seandainya nikah nanti tinggal dirumahnya iiihhh taakuurtt!!...Jadi pas mau lamaran saja boleh bisa kerumahnya itu juga diintrograsi kaya terdakwa...Untung punya sudah punya rumah jadi yaa gw tekap kuping saja dengar ocehan calon mertua..🤣 🤣
Yang gw bikin takut tuh tinggal dirumah mertua kalau pengen mandi...Mandi gw kan lama senang bersihin muka dan lain2nya...kebayang nggak yaa kalau dirumah mertua bisa digedor2 yang ada....Kalau dirumah sendiri bodoh amat mau mandi berjam2 juga....Paling istri doang yang teriak...."Kamu mandi apa berendem udah kaya kuda nil ngabisin air"...🤣 🤣
Tapi ada lhoo orang yang betah tinggal dirumah mertua sampai anak2nya besar...Resepnya apa sampe bisa begitu..🤣 🤣. Gw nginap dirumah kakak sendiri aja udah nggak nyaman apa lagi dirumah mertua....Yang ada bisa Stroke gw...Haahaaa.🤣 🤣
Eehh malahan curhat gw nih...Haahaaa.🤣 🤣
komentar anda gokil ... melebihi artikel yang saya tulis hehehehe, alhamdulillah berbeda dengan mertua kami, mereka sangat perhatian pergi kerja aja dibawain bekal loh hehhee kayak masih anak SMP gituh xixixixi
HapusPantesan kang Satria mempesona sampai Ratna suka, ternyata rahasianya suka kumkum berjam-jam di Empang ya kang.🤣
HapusHem.. itu rumah yang ngebayain mertua juga kan? Jadi masih disebut Perumahan Mertua Indah atuh Tong..:-D
Hapuswakakakakkaa, si Kangsat donggg, tengkiu sharingnyaa..
HapusBener kan, sama kayak saya Kang, saya juga nggak nyaman tinggal di rumah mertua, karena harus berwajah manis terus, nggak enak kan marah-marah di rumah orang, entar dipentungin hahaha.
Nah sama tuh ama rumah mertua saya, dulu adik-adik ipar belum nikah, ada banyak yang di situ, kamar mandi sih ada 3 sama punya anak kos, bisa dimanfaatkan kalau lagi antri, tapi kloset cuman 2, dan kalau sakit perut tuh menyiksa banget.
Saya kan keluarga kecil nggak terbiasa antri, perlu adaptasi banget kalau di rumah mertua, untungnya sih mertua saya open minded banget Alhamdulillah :)
Saya kalo pulang kampung nginapnya di rumah mertua mbak Rey dan Alhamdulillah baik baik saja, tidak ada gesekan yang berarti soalnya memang benar kuncinya tinggal di rumah mertua itu TAHU DIRI.
BalasHapusJadi kalo memang ada duit ya mertua dikasih, jangan pelit toh saya tiap hari makan dirumahnya biarpun yang masak istri sendiri.
Selain itu yang bikin betah mertua saya orangnya pendiam. Jadi kalo saya pulang kampung terus main hape sampai jam 11 malam juga mertua cuma diam. Mau saya ngendon dalam kamar terus juga mereka diam. Entah sebenarnya marah atau ngga juga kurang tahu karena didiamkan.
Cuma kalo masalah sholat ini yang kadang peka. Kalo pas Maghrib tapi saya masih main hape maka mertua biasanya ngomong sama istri saya, jadi tidak ngomong langsung.
Makanya bagi saya, mau tinggal di rumah mertua atau orang tua sendiri ngga masalah, malah orang tua saya lebih galak dari mertua.🤣
Nah kaaann, bener, tahu diri! hahahaha.
HapusKalau laki sebenarnya lebih enak, karena jarang ketemu mertua ya, orang kerja di luar, kecuali memang kerjanya di rumah aja.
Tapi ada juga sih yang apes dapat mertua sukanya nyindir :D
Hush hush.. jangan tereak begitu Rey.. Malu sama tetangga.. hahahaha..
BalasHapusMeski ada keuntungannya, tetapi bagi pasangan suami istri dan tinggal di rumah berdua banyak mudharatnya. Bukan sekedar masalah mertuanya saja, tetapi bagi pasangan itu sendiri.
Persis seperti yang kata Rey katakan, sebenarnya yang tidak bisa berkembang seutuhanya adalah dua-duanya.
Suami tidak bisa menjadi nahkoda di keluarganya sendiri. Istri pun tidak bisa menjadi ratu di keluarganya sendiri.
Hasilnya adalah pasangan yang tidak bisa berkembang secara maksimal.
Oleh karena itulah, ketika saya menikah, langkah pertama yang saya ambil adalah "keluar" dari rumah. Meski hanya bisa mengontrak saja, saya memilih jalan tersebut.
Hal itu saya pikir merupakan yang terbaik karena dengan begitu kami berdua bisa berkembang sebagaimana pasangan suami istri seharusnya. Mencoba melangkahkan kaki bersama, menyesuaikan irama kehidupan berdua, tanpa ada campur tangan "orang lain".
Intinya, sependapat dah dengan pandangan Rey..
Cuma nda usah tereak tereak gitu.. nti didengar tetangga repotzz..
wkwkwkwkwkw, untung tetangga lagi liburan Pak, jadi aman, wakakakaka.
HapusNah iya kan ya, apalagi buat orang-orang kayak saya, yang nggak terbiasa didikte, jujur tinggal di rumah mertua itu menyiksa, tapi untungnya saya dulu pernah tinggal di rumah mertua selama 9 bulanan kalau nggak salah, tapi minim gesekan, cuman ya gitu, tahu diri, nggak berani memutuskan sesuatu, bahkan buat masak aja, saya nggak ikut-ikutan, semua ibu mertua yang ngatur hahahaha
Saya tuh nggak bisa tinggal di rumah yang bukan rumah saya mba, even kalau mudik pun saya better menginap di hotel daripada stay di rumah saudara. Karena segan, dan takut nggak leluasa 😂
BalasHapusTapi lucunyaa, saya punya cita-cita one day bawa orang tua si kesayangan stay di Bali saat mereka sudah pensiun kerja. Sekarang meski sudah tua, tapi tetap maunya kerja kerja dan kerja 😅
Entah kenapa, saya nggak masalah kalau mereka tinggal di rumah saya asal bukan saya yang di rumah mereka hahahaha 🤣 Untungnya ortu si kesayangan bukan tipe ortu yang rese, meski ceriwis alias suka ajak mengobrol, tapi mereka sudah anggap saya kayak anak sendiri, jadi saya pun nyaman ke mereka hehehehe.
Eniho, setuju sama poin- poin yang mba Rey dan mas Anton tuliskan. Stay di rumah mertua sebetulnya bisa kasih banyak negative effect ~ jadi sebisa mungkin usahakan untuk mandiri, however jika nggak bisa dan terpaksa tinggal sama mertua, then seperti yang mba Rey bilang, perlu TAU DIRI hihihi 😆
Waaahhh saya banget tuh :D
Hapusbahkan dulu kalau ada acara di rumah mertua, saya minta paksu nginap di hotel aja, tapi ketauan mertua malah kena omel hahaha.
Awww.. senangnya kalau bisa bareng mertua atau ortu di saat pensiunnya, apalagi kalau nggak terlalu banyak hal yang bikin gesekan.
Sejujurnya, dulu sebelum menikah, saya punya impian mau bangun rumah dengan tambahan 2 kamar.
1 buat mertua, 1 buat ortu.
Pengennya bisa berbakti sama ortu dan mertua, jadi dikumpulkan dalam serumah, sayang belum tercapai, baca tulisan Eno, saya jadi semangat lagi mengejar impian itu, siapa yang tahu kan Tuhan kasih keajaiban untuk itu, aamiin :)
Betul banget say, tau diri is da best hahaha
sebaiknya kalau udah berkeluarga memang harus hidup berduaa ya sepertinya, apalagi orang tuakan haruss menikmati hidup dan tidak selayaknya kita merepotkan mereka dengan tinggal serumah
BalasHapusapalagi menjadi seorang suami haruslah mendiri, jangan lepas tangan saja, lelaki harus senantiasa belajar dewasa jika tidak ya, ambrol jadinya, malu keluarga keclnya nanti
hihihi betul sekali, lebih baik mandiri ya :)
HapusWkwkwkw judulnya aja saya udah ngakak mbak Rey, bener sekali apa yang kak Rey bilang itu, kalo tinggal di rumah mertua mau ngapa-ngapain itu sungkan dan segan, kadang takut salah dan sebagainya ya kak, memang setelah menikah baiknya mencari tempat tinggal yang mungkin bisa untuk mendewasakan diri, dan tahu apa arti kehidupan kalo udah tinggal berdua satu atap, dan lepas tanggung jawab dan tidak tergantung dengan orang tua lagi.
BalasHapusnaaaahh, bahkan para lelaki berfikir kayak gitu, apalagi para wanita yang memang kebanyakan over thinking dan lebih banyak di rumah :D
HapusIbuku pernah bilang, kalau aku nanti udh nikah. Kudu keluar dari rumah. Jangan tinggal di sini lagi. Bisa ngontrak atau apa lah. Yang penting jangan se rumah dgn orangtua atau mertua.
BalasHapusSepakat sekali, apakah si suami / istri yg tinggal sama mertua/orangtua, pasti menjadikan tidak nyaman yaa.
Aku jg sering baca2 di Quora, cerita mereka yg tinggal sama mertua, pasti bawaan ada aja masalah. Tidak leluasa, lebih enak di rumah sendiri, (walaupun ngontrak). Bisa nyaman mau ngapa-ngapain 😀
hahaha, bangeett, nggak enak buat kedua belah pihak, meskipun mungkin ada juga yang betah-betah aja di rumah mertua, tapi hanya segelintir orang aja yang beruntung :D
Hapussepertinya nanti aku juga milih untuk stay di rumah sendiri ya
BalasHapuskarena banyak cerita dari temen dan salah satunya mba rey ini, tinggal di pondok mertua indah mungkin nggak melulu indah indah terus ya
ada rasa sungkan juga, mau ngapain kayak ga bebas
dan pastinya perlu diskusi di awal pernikahan nih
hahahaha banget, beda lagi kalau tinggal di PMI tapi memang udah jadi warisan suami hahahaha
HapusSetujuuuu, kalo memang terpaksa hrs tinggal Ama mertua, ya wajib tahu diri. Rahasia mertua bakal sayang Ama menantunya , kalo bisa menempatkan dirinya sesuai posisi. Kalo memang sdg menumpang, ya jangan anggab rumah sendiri yg bisa tidur sampe jam 10 pagi wkwkwkwk.
BalasHapusAku beruntung juga punya mertua yg mindsetnya terbuka banget. Mungkin Krn beliau diplomat, yg memang hrs luwes dan supel yaa. Sebelum nikah mama mertua udh wanti2, "kalo sudah menikah , usahakan jgn tinggal ama mertua. Itu ga enak. Mama pernah rasain dulu. Gpp rumah kecil, asal kalian tinggal terpisah dari mertua. Biar hubungan jg slalu baik."
Dan tau2 mertua ngizinin kami pakai rumahnya yg lain yg kebetulan Deket Ama rumah mama juga. Jd win win solution bgt. Kami bisa tiap saat jenguk mama Krn cm jalan kaki, dan tetep terpisah :).
Suamiku juga ga bakal seneng kalo hrs tinggal Ama mertua. Tp untungnya dia kerja di JKT, dan ortu ku tinggal di Medan. Ga perlu utk tinggal di sana :D. Soalnya mamaku di Medan prnh minta utk anak2nya tinggal di sana secara kamar kosong banyak. Dan ortu cm tinggal berdua, Krn pembantu pulang pergi kerjanya. Akhirnya adekku yg nomor 3&4 yg tinggal bareng ortu Medan. So far sih pasangan mereka msh baik2 aja serumah Ama mama :D.
Biar hubungan jg slalu baik!
HapusNah bener banget ini Mba, kadang hubungan yang baik malah rusak saking sering berdekatan wakakak.
Meski dekat asal beda pintu kayaknya aman deh, saya tuh nggak biasa di rumah orang soalnya Mba, sungkanan, mana kalau udah tekat bangun saya milih bangun lebih siang lagi.
Untung banget ibu mertua saya lebih sabar, minimal nggak pernah marahin saya di depan saya, padahal ya, kalau lagi mens, saya sering bangun siang, bangun-bangun langsung disuruh makan, kan malu juga sebenarnya, makanya saya tahu diri, minimal bantuin belanja dan lainnya :D
Bener banget, tinggal di PMI itu gak enak. Gak leluasa. Terlebih gak bisa mandiri. Kalo mau omelin paksu,
BalasHapussungkan kedengaran ma mertua :D. Pokoknya serba gak enaklah. Bolehlah kalo di rumah mertua pas jalan2 ajah, n gak nginep.
Aku mending milih ngontrak rumah, kalo blm punya rumah sendiri.
wkwkwkwk ga enak ngomelin suami, ini alasan paling besar ketika diajak tinggal lagi di rumah mertua :D
HapusUnknownMonday, December 13, 2021
BalasHapuslagi ngerasain ini ane wkwk,biarpun rumah mertua 2 lantai, ane ama istri diatas,terus mertua baik, tapi tetep aja, sungkan mau ngapa ngapain hahaha
Reply:
Nah bener kan, hehehe