Grand Launching Buku PULIH, Mengintip Kisah Nyata Perjalanan Bangkit Dari Mental Illness

Grand Launching Buku PULIH

Sharing By Rey - Grand launching buku PULIH, sebuah buku antologi karya para anggota grup Ibu-Ibu Doyan Nulis atau IIDN, digelar pada hari Sabtu, 17 Oktober 2020 lalu melalui online.

Dan saya menjadi salah satu yang beruntung bisa ikutan menyaksikannya, meski sambil thawaf di mall, *eh.

Iya, Sabtu kemaren nggak nyadar kalau ada jadwal ikutan zoom grand launching buku PULIH, beruntung saya sempat bawa earphone, jadi tetap bisa ikutan menyimak, meski sambil nyuapin si kecil, serta mengawasi mereka yang bahagia ketemu mall meski hanya sebentar.


Grand Launching Buku Antologi PULIH


Jujur, saya sedikit sedih karena terlewatkan berita diadakannya antologi buku ini.
Betapa tidak, saya suka banget temanya, which is sesuatu yang sepertinya juga sedang saya alami akhir-akhir ini, yaitu mental illness.

Sesuatu yang mungkin bagi orang lain masih tabu dan sepele, tapi jujur hal ini paling penting buat dibahas, dibagikan dan diselesaikan, agar bisa pulih.

Nyatanya, saya bahkan baru ngeh dengan buku antologi ini, setelah masa-masa mau launching-nya, huhuhu kumerasa telat sekalih!

Iya, buku PULIH merupakan sebuah karya antologi dari anggota grup IIDN (Ibu-Ibu Doyan Nulis) yang diketuai oleh Mbak Widyanti Yuliandari.

Grand Launching Buku Antologi PULIH

Buku yang ditulis oleh 25 orang wanita-wanita hebat ini, memuat tentang kisah nyata perjalanan bangkit mental illness, baik kisah penulis sendiri, maupun kisah orang lain yang penulis kenal.

Dan setelah berbagai hal yang dilalui, akhirnya buku PULIH siap di launching, dan tak lupa diadakan grand launching dengan dihadiri oleh 3 pembicara yang kece-kece, yaitu: Mbak Widyanti Yuliandari selaku ketua umum IIDN, Mbak Intan Maria Halim selaku founder dari Ruang Pulih, serta dr. Maria Rini I, SP.KJ.
 

Di balik terciptanya buku antologi PULIH


Mbak Wid atau yang akrab kami panggil Buketu, memulai ceritanya tentang terciptanya buku PULIH ini di grand launching Sabtu lalu. Bermula dari pengamatan Buketu akan situasi akhir-akhir ini, yang mana tersirat banyak banget teman-teman yang mengalami kegalauan tak berujung.

Bisa dilihat dari curhatan di media sosial atau di blog, kayak si Rey ini *plak **GeeR, hahaha. 
Namun, Buketu lalu berpikir, bahwa semua perjalanan kegalauan tersebut, pasti akan lebih menginspirasi jika disatukan kisahnya dalam sebuah buku antologi.
Terlebih, hal ini berkesesuaian dengan program kerja Divisi Buku IIDN.

Namun, karena memang temanya mental illness, di mana juga bertema non fiksi atau kisah nyata, Buketu sadar kalau ini akan menimbulkan suatu hal yang mungkin berefek tidak diinginkan.
Contohnya, mungkin akan membuat luka lama dari kontributor akan terkuak kembali, hingga akhirnya malah mungkin bertolak belakang dari yang diharapkan, yaitu perjalanan pulih.  

Tentang Buku Antologi PULIH
Source: FB Grup IIDN

Karenanya, Buketu lalu mengajak kolaborasi seseorang yang memang sering diamati sepak terjangnya dalam berjuang dengan mental illness di medsos, yaitu Mbak Intan Maria Halim, selaku founder dari Ruang Pulih.

Dan gayung pun bersambut, Mbak Intan menyambut hangat ide Buketu, dan begitulah, ide buku antologi dengan tema Perjalanan Bangkit Dari Kesehatan Mental inipun berjalan.

Ada begitu banyak yang terpilih sebagai kontributor, selain si Rey, huhuhu.
Namun, dalam perjalanannya, beberapa kontributor terpaksa berguguran, dikarenakan beberapa hal, seperti: timing setiap orang yang berbeda-beda, selain itu masalah pulih dari mental illness ini memang mekibatkan banyak aspek, ditambah beberapa faktor external yang kurang menyatu, hingga tulisan-tulisan yang memang belum memenuhi kriteria.

Tulisan atau naskah yang terkumpul memang wajib banget diseleksi dengan seksama, karena Buketu tidak ingin buku PULIH malah akan menebar energi negatif kepada pembaca.

Buketu bahkan terpaksa mengambil jeda, saat menyeleksi satu persatu naskah yang masuk, tentu saja dibantu team lainnya, karena merasa energinya terkuras habis untuk naskah tersebut.

Dan begitulah, setelah melewati berbagai proses, terpilihlah 25 naskah dari 25 kontributor yang kemudian bukan hanya beruntung bisa berkontributor terhadap buku ini, namun juga mendapatkan pendampingan dari yang berpengalaman di bidang mental illness healing.


Kerjasama IIDN dengan Ruang Pulih


Ruang Pulih adalah sebuah ruang belajar dan konsultasi psikologi (khususnya untuk wanita dan anak). Diperuntukan bagi individu yang ingin belajar memulihkan dan mengembangkan diri sendiri.

Di Ruang Pulih, diberikan sarana untuk dapat saling belajar, memberikan informasi, sharing bersama, konsultasi dan meraih sukses bersama.

Didirikan pada tanggal 5 Mei 2016, oleh Intan Maria Halim, S.Psi, dan bertujuan untuk memberikan wadah bagi pribadi normal bermasalah untuk bangkit, belajar, sehat jiwa dan sukses bersama melalui berbagai kegiatan yang dirancang. 

Dan bukan sekedar media curhat online, tetapi juga mendapatkan edukasi yang berkualitas.

Kerjasama IIDN dengan Ruang Pulih

Dalam kerjasamanya dalam menggarap buku antologi PULIH ini, Ruang Pulih juga memberikan sebuah terapi buat para kontributor, termasuk para peserta grand launching buku PULIH ini, dengan sebuah terapi Mandala Self-Love.

Sebelum acara grand launching kemaren, peserta diminta untuk mewarnai sebuah pola tanpa warna yang sudah dikirimkan oleh Mbak Intan.
Dan sebalnya, sampai acaranya dimulai, saya belum sempat ikutan mengeprintnya, apalagi mewarnainya?


Bincang pulih yang seru dan bermanfaat 


Selain Mbak Wid aka Buketu membagikan kisah dibalik pembuatan buku PULIH tersebut, berikutnya dr. Maria juga ikut memberikan bincang-bincang yang bermanfaat bagi kami para peserta.

Menurut dr Maria, kesehatan jiwa itu penting banget.
Dan kita sebagai manusia, yang mana juga merupakan makhluk sosial, tentunya memerlukan orang lain dalam take and give love, juga perhatian, agar kesehatan jiwa kita terus terjaga. 

Dan juga, peran komunitas dalam berkontribusi mendukung kesehatan mental orang banyak, khususnya para anggotanya.
Karena setiap orang, berhak atas kesehatan jiwa raga.

Selain itu, Mbak Intan M Halim, juga mengajak kita semua untuk lebih sadar kalau segala trauma masa lalu bukan kesalahan diri kita.

Meskipun demikian usaha untuk pulih dari trauma dan bangkit kembali, tentu saja merupakan tanggung jawab pribadi masing-masing. 

Kadang memang, orang memilih menutup diri dan menganggap semuanya baik-baik saja, dirinya baik-baik saja, namun yang terjadi adalah, kemarahan atau semacamnya selalu menyertainya, tanpa pernah dia sadari kalau itu bagian dari rasa traumanya. 

Karenanya, diperlukan peran konselor atau pendamping yang pakar di bidangnya, agar dapat membantu membuka semua tabir yang ditutupnya rapat, namun muncul dalam ketidak stabilan emosi atau semacamnya.


Tentang Buku Antologi PULIH


Mungkin temans akan bertanya-tanya, seperti apa sih isi dari buku antologi PULIH ini?
Yang jelas, buku ini sangat beda dengan buku-buku antologi lainnya, karena digarap dengan penuh seksama, hingga melibatkan pakar di bidang mental illness.

Di balik terciptanya buku antologi PULIH

Tentunya, buku ini bukan hanya menjual kisah, tapi juga diharapkan bisa menjadi inspirasi kepada para pembaca khususnya wanita-wanita yang mungkin punya mental illness baik sadar maupun enggak, agar mau bangkit dan pulih, hingga bisa menjadi wanita bahagia yang siap menyambut hari esok.
 
Ada 25 kisah menarik, yang mungkin bisa diibaratkan dengan 25 kisah wanita yang menginspirasi dan mengharu biru.


Sekilas kisah mengharu biru dari seorang kontributor buku antologi PULIH


Saya mengenal sosok kontributor ini, seorang mom blogger yang selalu lincah dan tampil ceria di segala suasana.
Dia selalu ada di hampir semua event blogger yang pernah saya datangi di Surabaya, bahkan dia juga selalu aktif di event blogger luar Surabaya.

Seorang single mom dengan 4 orang anak-anak yang hebat, dengan profesi utama sebagai seorang guru, dan sungguh saya sangat salut sama Mbak satu ini.

Dia juga pernah datang menghibur dan membantu saya, ketika saya sendirian kebingungan di RS sewaktu paksu kecelakaan.
Sungguh, sejujurnya saya tidak pernah menyadari, kalau dibalik keceriaan dan segala pedulinya dengan sesama, Mbak tersebut menyimpan luka dan kisah yang bahkan membaca sekilas saja, udah cukup membuat saya menangis tersedu-sedu, hiks.


My Children, My Moodbooster oleh Mbak TD

Kenangan tentang suami.
"De, selamat ya, bukumu terbit lagi, coba kalau kamu punya banyak waktu luang, pasti kamu sudah menjadi penulis terkenal!"
"De, terimakasih ya sudah menjadi ibu yang hebat, kamu sabar sekali menghadapi anak-anak!"
"De, maafkan aku ya, selalu merepotkanmu, aku pengen sembuh, aku nggak mau sakit lagi!"
"De, terimakasih, sudah sabar merawatku, nanti kalau aku sudah sembuh, aku mau menemanimu jalan-jalan ke mana saja!"
"De, kenapa nggak jadi ambil S3 mu?,uangnya habis untuk terapiku, ya?"
"De, terimakasih ya, sudah rajin memasak, tetapi kalau kamu capek, beli aja, tidak usah masak lagi, biar bisa istrahat!"
Suara suamiku itu seolah-olah berbisik di telingaku, setiap malam selalu terngiang.

Seringkali malam sudah larut, tetapi aku belum bisa memejamkan mataku, terbayang tatapan matanya yang teduh, dan semangatnya untuk segera sembuh.

Lalu rasa bersalah itu menghantam-hantam kepalaku, menyesakkan dadaku.
"Aku tidak apa-apa capek, Mas. 
Aku tidak apa-apa kurus kering.
Aku tidak apa-apa tidak nerbitin buku lagi, aku nggak papa, nggak jadi penulis terkenal.
Aku nggak papa, nggak sekolah S3.
Aku nggak papa merawatmu sepanjang waktu, menemanimu berobat seumur hidupku, 
aku nggak papa Mas.
Tetapi Mas jangan pergi!"
💔💔💔

Sayangnya, Tuhan berkehendak lain.
Perjuangan suami tercintanya terpaksa berakhir, setelah Allah memanggilnya kembali ke pangkuan-Nya.
Membawa semua harapan Mbak TD, membawa separuh jiwanya ikut pergi. 

Huwaaaa...
kebayang nggak sih?
Seketika menganak sungai air mata di pipi.

Suaminya akhirnya pergi.
Meninggalkannya bersama 4 orang anak yang masih butuh kasih sayang ayahnya.
Pergi untuk selama-lamanya.
Dicari di manapun, tak akan pernah bisa bertemu lagi.
Huwaaaa, nggak sanggup saya bayanginnya.

💔💔💔

Titik Balik

Aku sesungguhnya terluka, aku bersedih, aku tak sanggup hidup sendiri.
Aku ibu yang rapuh.
Aku ibu yang tidak kuat, aku tidak strong.
Aku tidak mampu mengurus keempat anakku.
Aku rapuh.

Aku selalu saja begitu, yang tetap tak mampu menghadapi kenyataan.
Hingga akhirnya aku tersadar ketika anakku mengatakan, bahwa ia membutuhkanku, ia tidak mau kehilanganku.

Setiap kesedihan itu datang, aku membayangkan anak-anakku.
Keempat anakku yang begitu pintar, sabar dan memahamiku.
Mereka sungguh sabar menerima takdir ini.
Kenapa aku tidak bisa?


Writing Is Healing

Waktu memang tak pernah menyembuhkan luka, namun waktu menemaniku melewati semua luka dan semua rasa kehilanganku.
Aku mensugesti diriku untuk bangkit.
Untuk sembuh, dan untuk kuat.

Aku membaca banyak buku tentang healing.
Aku bergabung dengan komunitas ibu tunggal yang mana aku bisa mengetahui banyak kisah.
Ternyata masih banyak wanita yang lebih menderita daripada aku.

Aku juga mengikuti banyak seminar, pelatihan dan apapun tentang healing.
Aku juga berkonsultasi dengan pakarnya tentang apa yang sebaiknya aku lakukan.
Agar aku bisa segera move on dan tidak terpuruk.

Salah satu saran yang aku terima adalah, aku diminta untuk mengerjakan hal-hal yang aku sukai.
Aku sangat suka membaca novel, mendengarkan musik, dan yang paling kusukai adalah menulis.

Menulis adalah hobiku sejak dulu, dan sempat kutinggalkan ketika aku terpuruk kehilangan.

Pada akhirnya, aku berhasil menuliskan kisahku ini dengan baik, semua ini karena bimbingan ruang pulih yang aku ikuti.
Hingga aku bisa semakin pulih dan semakin kuat.

Terimakasih IIDN yang telah menjembatani semua ini.
Aku ingin menjadi manusia yang siap menyambut masa depan dengan bahagia, bukan manusia yang tinggal dalam kenangan, dan menutup mata pada kenyataan.

Heal the pass, be the present dan run to the future.

💖💖💖

Pada akhirnya, Mbak TD ini memang seperti yang dia ceritakan, sesosok wanita tangguh yang berhasil bangkit dan pulih dari kenangan yang menyakitkan dalam hidupnya.

Sekilas kisah mengharu biru dari seorang kontributor buku antologi PULIH
Hayo tebak, yang mana Mbak TD?

Huhuhu, saya tulis ini tengah malam dong, sambil berlinang air mata.
Eh salah, bersimbah air mata ding

Ya Allah..
Betapa banyak wanita dengan semua kisahnya.
Dan betapa setiap wanita punya kisahnya masing-masing.
Dan hanya yang mau berdiri menerima kenyataanlah, yang akhirnya bisa menang untuk bangkit dan pulih.


Buku antologi PULIH, 25 kisah perjalanan wanita bangkit dari mental illness


Kisah Mbak TD yang bikin mata bengkak tersebut, hanyalah satu dari 25 kisah menginspirasi dan bikin mata bengkak karena mewek lainnya.

Buku antologi PULIH, 25 kisah perjalanan wanita bangkit dari mental illness


Sejujurnya, membaca penggalan buku ini saja sudah cukup mengaduk perasaan bagi pembaca, terlebih untuk saya pribadi, yang mengetahui langsung penulisnya seperti Mbak TD di atas.

Tapi jangan khawatir, buku ini sudah diseleksi dan disusun sedemikian rupa, sehingga tidak sampai membuat pembaca jadi malah kegerus energi negatif dari kisah yang tertulis.

Sungguh applaus banget buat Buketu Mbak Wid khususnya, yang telah bersusah payah menciptakan buku inspiratif seperti ini. 
Buku yang bukan hanya menjual kisah sedih, tapi juga perjuangan melewati kisah sedih tersebut.


Pemesanan Buku antologi PULIH


Btw, bagi yang kepo bin penasaran dengan kisah-kisah lainnya dari kisah nyata para kontributor lainnya di buku antologi PULIH ini.
Kebetulan banget nih, pemesanan pre order batch 2 masih berlangsung loh.

Pemesanan Buku antologi PULIH

Buat temans yang pengen kebagian, buruan kontak Mbak Fitria Rahma sebagai PJ IIDN Buku Antologi PULIH.

Semoga dengan buku ini, makin banyak wanita-wanita yang sadar akan kesehatan mental itu penting.
Dan mau segera berbenah diri untuk bisa bangkit dan pulih dari semua keterpurukan mental di masa kemarin.

Karena seperti kata Mbak TD, bahwa Sembuhkan Masa Lalu, Hiduplah di Masa Sekarang, dan mari semangat berlari menyambut Masa Depan.

Demi masa sekarang yang kita punyai dengan bahagia.
Demi masa depan yang lebih baik.

So, temans, ada yang udah baca buku antologi PULIH ini?
Atau masih mau ikutan pesan?


Sidoarjo, 22 Oktober 2020

Sumber : grand launching buku antologi PULIH.
Gambar : FB Grup IIDN dan dokumen pribadi/Canva

60 komentar :

  1. sudah beberapa tahun ini banyak orang peduli dengan mental illnes dan kesehatan jiwa. Kesehatan jiwa itu sangat penting. Mungkin fisiknya terlihat bugar, tapi belum tentu jiwanya juga baik-baik saja.
    Semoga buku Pulih ini bisa memberikan pengetahuan dan pengalaman baru tentang bangkit dari mental illness. Semakin banyak yang baca dan peduli dengan mental illness :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya, mental illness memang kudu lebih digalakan, karena meski kampanyenya selalu digaungkan, masih banyak yang belum juga bisa mengerti, karena itu tadi, fisiknya bugar :)

      Hapus
  2. Kok aku baca cuplikannya aja udah ngena bgd ya rasanya mbaa.. Huhu.. memang susah pasti bangkit dari rasa kehilangan. Bukunya menarik ya kayaknya Mba, apalagi para pakarnya ikut turun langsung dalam pembuatan buku ini.
    Semoga buku ini bisa menjadi inspirasi banyak orang dan meningkatkan awarness orang2 terhadap mental illness..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Huhuhu paling bikin mewek, soalnya saya kenal Mba TD itu, saya tahu bagaimana blio dengan segala cara berjuang bangkit dari kesedihannya untuk bisa berdamai dengan kehilangannya :(

      Hapus
  3. Memang kalau bicara tentang mental illness memiliki perbedaaan tersendiri. Tetapi melalui buku, 25 orang berani bercerita dan berbagi. Kadang hal-hal kecil yangdianggap sepele bisa membahayakan. Kompank banget mba sampe bisa jadi 1 buku. Mudah-mudahan banyak orang lebih peduli dengan mental illness

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali.
      Tapi kisah-kisah di buku ini memang luar biasa sih menurut saya.
      Perjuangan bangkit dari keterpurukan, tidak semua orang bisa membagikannya :)

      Hapus
  4. Satu kisah saja sudah mengharu biru begitu apalagi 25 kisah ya Mbak Rey...huhuhu

    ...beneran sesuai judulnya, semoga baik penulis dan pembaca akan terinspirasi dan menjadikan buku ini motivasi untuk bangkit lagi!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, bener Mba.
      Mewek dah bacanya, tapi benar-benar mengisnpirasi :)

      Hapus
  5. Hai mba Rey, makasih yaaaa udah mereview Bincang Pulih juga buku Pulih. Aku sendiri malah belum nulis apa-apa tentang buku ini di blogku, huhuhu.. :)

    BalasHapus
  6. Duh, jadi pingin cari bukunya nih. Keren ya nulis buku tapi ada pendampingannya juga. Mental illness emang gak bisa disepelekan. Kadang banyak juga orang yg nggak nyadari dirinya kena mental illness. Dengan adanya buku ini semoga bisa mencerahkan banyak orang ya, mbak.
    Eh, kalo mbak rey gak sempat ikutan antologi nya semoga abis nih terbit buku solo sdr. Amiiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mba, soalnya menulis kisah nyata, bisa jadi malah membuka luka lama, jadi biar efeknya nggak malah jadi boomerang, semua penulis didampingi, demikian juga tulisannya, udah dibikin sedemikian rupa, biar maksudnya nyampe ke pembaca, bukan hanya kisah-kisah sedihnya aja :)

      Aamiin Mba, semoga bisa menerbitkan buku juga :D

      Hapus
  7. Sepertinya saya tidak akan diperkenankan membaca buku ini, seperti saya sudah tidak boleh lagi menonton drakor, atau pun membaca kisah-kisah dan tontonan yang mengharu biru.
    Karena saya akan selalu menangis tersedu-sedu, yang berefek naiknya tekanan darah.
    Sedih aku tu... hiks..

    BalasHapus
  8. aku belum baca mbak
    dari sekilas reviewnya mbak rey, buku ini bener bener jadi penyemangat juga buat pembaca, bahwa kalau kita ada kemauan untuk bangkit dari keterpurukan, insyallah akan dimudahkan caranya untuk bisa bangkit.
    huhuhuuu aku penasaran sama kisah lengkap temen temen yang lainnya juga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Buku yang benar-benar menginspirasi nih, bukan hanya sekadar kisah sedihnya yang bikin mewek, semangat mereka untuk bangkit, benar-benar luar biasa :)

      Hapus
  9. Saya juga lagi menikmati beberapa buku yang topiknya tentang mental illness. Ternyata sangat menarik dan bisa jadi pembelajaran pribadi walaupun saya tidak memiliki latar belakang psikolog atau psikiater. Nanti mau coba baca buku ini ah. Tentu saja setelah beberapa buku yang ada sekarang selesai dibaca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, ini lebih kerasa dalemnya soalnya memang kontributornya banyak teman-teman yang dikenal :)
      Apalagi menceritakan kisah nyata :)

      Hapus
  10. Kalau udah sehat jiwa maka raga pun akan mengikuti. Hadirnya buku Pulih di masa seperti ini bisa menjadi bacaan yang menginspirasi agar tetap mewaraskan jiwa

    BalasHapus
  11. Masing-masing punya cerita sendiri tentang pengalaman mencapai kesehatan mental. Dan menulis adalah salah satu cara terbaik memulihkan mental pasca kejadian yang berkesan mendalam. Saya pernah ikut komunitas self healing dan beneran itu sangat membantu karena ternyata yang punya masalah bukan kita sendiri. Jadi harus lebih bersyukur walaupun dengan kondisi buruk yang pernah kita alami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget Mba, kadang kalau kita mau membuka pandangan, melihat masalah orang lain, kita bisa lebih memahami, kalau hidup memang harus dihadapi :)

      Hapus
  12. Keren banget nih ibu-ibu doyan nulisnya bisa menghasilkan karya bagus begini. Tentunya bisa menginspirasi orang lain juga. Buku ini membantu juga ya nambah insight yang merasakan sakit mental. Penting banget untuk menjadi waras memang di saat seperti ini. Menarik mau baca buku PUlih ini juga deh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget, kalau bisa pulih, kehidupan jadi lebih baik lagi :)

      Hapus
  13. Bagus nih ada buku PULIH ini ya Mbak Rey, sebagai penyaluran ide, pemikiran, dan curhatan kaum hawa agar tetap memiliki kesehatan mental yang baik. Sehat2 semua yaa kita... huhuu terharu deh

    BalasHapus
  14. Pertama baca postingan Buketu dari awal informasi tentang buku Pulih ini saya trenyuh. Mestilah isinya penuh inspirasi dan semangat ya Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener Mba, penuh inspirasi untuk semangat bangkit :)

      Hapus
  15. Saya menyesal lho, tidak ikut grand launching-nya. Melihat keseruan cerita teman-teman di grup curhat dan saling berbagi kesan. Huhuhu
    Untung bisa beli bukunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahhh iyaaa, pas grand launching ada pendampingan bikin mandala art :D

      Hapus
  16. Kemarin pas dapat infonya tuh sebenarnya pengen banget ikutan grand launchingnya. Tapi ya itu, lagi lagi gak pas sama waktunya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha iya, pas Sabtu malam, saya ikutan sambil ngemol hahahaha

      Hapus
    2. beughh..canggih ini, sambil ngemol! wkwkwk.
      nontonnya gak sambil jalan kan? awas hati-hati nabrak...hihihi

      Hapus
  17. Senangnya ada yang peduli akan mental illness. Sekarang semua serasa sadar bahwa penting juga untuk memperhatikan mental illnes, entah di alami sendiri atau orang terdekat. Pastinya 25 tulisan ini bisa menjadi semangat untuk satu sama lain dan pembacanya. Kereenn dan tentunya penuh dengan makna yaa Mba 😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangetttt, sedikit nyesal juga nggak tahu info awalnya, kalau nggak kan pengen ikutan juga :D

      Hapus
  18. Fokus saya ke .... Mbak TD yang paling kirikah?
    Kalau beliau, saya kenal lama di dunia menulis, pernah sama-sama di sebuah grup dulu. Masya Allah .. sudah lama grupnya nonaktif jadi saya gak tahu lagi ceritanya. Eh benarkan ... yang paling kiri?

    PULIH ... banyak orang orang yang ingin pulih. Semoga buku ini membantu banyak perempuan pulih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe iya Mba, blogger yang selalu ceria, who knows ternyata dia menyimpan cerita yang sendu

      Hapus
  19. Fokus saya ke .... Mbak TD yang paling kirikah?
    Kalau beliau, saya kenal lama di dunia menulis, pernah sama-sama di sebuah grup dulu. Masya Allah .. sudah lama grupnya nonaktif jadi saya gak tahu lagi ceritanya. Eh benarkan ... yang paling kiri?

    PULIH ... banyak orang orang yang ingin pulih. Semoga buku ini membantu banyak perempuan pulih.

    BalasHapus
  20. kamu itu emang selalu menginspirasi banget ya Ray keren deh pokoknya bisa nulis seperti ini gitu apalagi acaranya juga sangat keren

    BalasHapus
  21. Wah aku ikut brebes, baca kisah sang kontributor mbak. Pasti berat ya. Single parent dengan empat orang anak. Semoga selalu terjaga dan Allah sayang dengan mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget Mba, apalagi kalau kita pernah ketemu langsung

      Hapus
  22. Mbak aku pengen banget punya buku pulih ini, pasti menginspirasi banget cerita didalamnya mengaduk-aduk emosi kita. Pokoknya sampai kita nggak bisa ngomong apa-apa selain takjub dengan kehebatan kisah di dalamnya yang belajar pulih dari kisah masa lalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih bisa order Mba, hubungi aja PJnya, ada link FBnya di tulisan saya bagian bawah :)

      Hapus
  23. isu soal mental illness emang perlu kita pelajari ya mba, biar kita aware sama kondisi kejiwaan kita sendiri. iyaa setuju deh writing is kind of mental healing methode, aku pun suka gitu, nulis buat lepasin emosi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar banget, writing is healing, setidaknya semacam kita curhat dan didengarkan dengan baik :)

      Hapus
  24. cakep banget ada buku Pulih danRuang Pulih begini ya mbak, bisa jadi sarana informasi yang menggugah jiwa, dan inspiratif. bisa menyalurkan ide, kratifitas sekaligus sarana thearphy untuk memulihkan. (y)

    BalasHapus
  25. Jujur, aku masih berjuang untuk melawan mental illness ini. Dan menulis menjadi cara ampuh untuk melepaskan emosi yang terpendam :)

    BalasHapus
  26. Mba Rey, sungguh akutu nangis baca review dan sekelumit isi yang ditulis di blog post ini.
    Antologi ini luar biasa. Semoga bermanfaat dan bisa sedikit menjadi sahabat bagi yang mengalami kasus yang sama.

    Pulih, adalah harapan setiap orang.

    BalasHapus
  27. Saya sedang lanjut baca Pulih. Senang karena bisa pre ptder pertama. Ada banyak kisah menarik di dalamnya yang inspiratif. Bisa sebagai cermin bagi pe,bacanya agar bisa bangkit. Luka pasti akan ada dalam kehidupan tetapi bergantung bagaimana kita bisa menjalaninya dengan baik sehingga tidak meninggalkan bekas yang terlalu dalam.

    BalasHapus
  28. Review bukunya membuat saya terharu ..jadi ingin punya bukunya ...semoga semua kisah di buku Pulih ini dapat menjai pelajaran berharga buat kita semua ya kak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa di order di Mba Fitria Rahma, ada linknya di bagian bawah tulisan saya tersebut :)

      Hapus
  29. Aku jd tertarik mau pesen Rey :). Awalnya memang aku sempet ragu, Krn kuatir bakal banyak tisu terpakai baca buku ini :). Tapi sepertinya ga bakal bikin down yaaa. Waktu itu smpet baca review dari blogger lain, yg salah satu ceritanya si ibu mau menabrakkan mobilnya dengan sengaja. Itu tuh yg bikin penasaran Ama kelanjutannya. Jd sepertinya aku bakalan pesen sih. :)

    BalasHapus
  30. memang ya, menulis itu obat untuk mental. Ketika tidak bisa bercerita dengan orang lain, maka yang sering ku lakukan juga menulis mbak. Jadi emang ada plongnya gitu ketika menulis

    BalasHapus
  31. Wis lah, kalau baca tulisan mbak rey ini pasti ada unsur hiburannya selain informatif. Cakeeeeeup!

    Anyway aku penasaran sama mbak TD, mmm mana ya? Jilbab hitam yang dekat kacamata itu, bukan mbak rey?

    BalasHapus
  32. Aku ikutan bersimbah airmata baca penggalan ceritanya Mba TD. Speechless

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)