Ekspektasi Dan Realita Ibu Bekerja Dari Rumah

bekerja dari rumah

Sharing By Rey - Bekerja dari rumah sepertinya menjadi impian saya sejak punya anak. Dulunya mah ogah banget, saya malah menganggap orang yang kerja di rumah itu pemalas.

Gimana enggak? di saat orang-orang udah rempong nyiapin ini itu buat ke kantor, eh yang kerja dari rumah mah santai bae.

Ini terlihat nyata pada anak-anak ibu kos saya dulu, yang mana ibu kos tersebut punya warung makan Sate Ponorogo di wilayah Gubeng Kertajaya dekat Pucang, Surabaya.

Oh ya, warung makan itu memang terkenal sih, rame terus karena enak.
Tapi anehnya, menurut saya biasa saja tuh, apa karena saya sering liatin ada tusuk-tusuk sate dikasih bawang merah gitu ditaruh dijendelanya kali ya, ada yang bilang itu 'anu'nya, entah 'anu' apa maksudnya.

OK Rey, fokus! malah menggibah, lol.

Iya, anak-anak ibu kos saya itu laki semua, dan rata-rata bekerja mengelola warung tersebut, karena warungnya buka siang, dan ada banyak karyawan yang bekerja di situ, jadinya mereka (terlihat) males banget, apalagi mereka suka melihara burung, klop deh rasanya (terlihat) malas.

Kerjaannya main sama burung melulu, ckckck.


Harus Bekerja Dari Rumah Juga


Entahlah karena saya kualat or something, beberapa tahun kemudian setelah saya menikah dan punya anak, tiba-tiba saya jadi memimpikan ingin bekerja dari rumah saja.

Dan akhirnya semua itu menjadi kenyataan, di tahun 2011 lalu saya akhirnya memutuskan menjadi IRT saja, lalu berusaha menciptakan bekerja dari rumah.

Geli juga sih, mengingat hal-hal yang bikin saya alergi dulunya, malah akhirnya jadi impian saya.
Dan begitulah, mulai tahun 2012 saya berbisnis jualan online baju anak, lalu tahun 2013 saya berbisnis frozen brownies eMDes Freznies.

Hingga kemudian tahun 2014 saya berbisnis Oriflame, lalu tahun 2015 kembali bekerja kantoran, tahun 2016 kembali bisnis Oriflame, tahun 2018 ngeblog!

Meskipun pernah kembali bekerja kantoran selama setahun lebih di tahun 2015, namun nyatanya saya kembali bekerja dari rumah lagi, hingga kini.

Bahkan selama bekerja kantoran selama setahun dulu, meskipun jujur saya menikmatinya.
Tapi di sudut hati saya selalu memimpikan bekerja dari rumah saja, hampir setiap hari.

Bekerja di dekat anak, selalu bisa memastikan keadaan anak bahwa baik-baik saja.
Terlebih dulu saat saya bekerja kantoran, si kakak jadinya langganan dokter melulu.
Serasa saya bekerja hanya untuk bayar daycare dan biaya dokter, hiks.


Ekspektasi Dan Realita Ibu Bekerja Dari Rumah A La Rey


Bekerja dari rumah, sungguh menyenangkan?
Bisa iya, bisa juga enggak!

Sewaktu saya masih kerja kantoran dulu sih, saya selalu membayangkan, enak kali ya kerja dari rumah.
Terlebih membaca iklan pebisnis MLM di facebook melalui status branding-nya.
"Asyiknya di jam segini, bisa main bareng anak, sambil follow up jaringan, kerja dari rumah memang semenyenangkan ini, kebayang dulu di jam segini sudah repot mondar mandir sejak Subuh, nyiapin ini itu, mandi buru-buru, berlomba dengan kemacetan takut tekat dan gaji dipotong, en bla..bla..bla.."
Duh, bagi ibu bekerja kantoran yang memang rempong banget, sungguh bikin baper membaca hal seperti itu.
Meskipun demikian, saya yang memang agar realistis, sempat mempertanyakan hal itu di status facebook.
"Benar nggak sih ibu bekerja dari rumah itu enak? bisa bekerja sambil jaga anak, sambil masak dan lainnya itu?
Dan tentunya dijawab melalui komen dengan penuh yakin oleh mereka si pebisnis MLM,
"Bisa kok Mbak Rey, saya kerja dari rumah dan bisa urus semuanya, nggak pakai ART!"
Meskipun nggak yakin dia jujur, saya tetap juga mencoba bisnis tersebut, karena katanya bisnis jaringan, beda dengan usaha saya sebelumnya yaitu jualan online atau frozen brownies.
Semua saya handle sendiri, makanya rempong.

Lalu terjunlah saya di bisnis tersebut, dan ternyata uwow, jauh lebih lebih.... daripada saya berbisnis sendiri, hahaha.

ekspektasi dan realita ibu bekerja dari rumah

Setidaknya begini ekspektasi dan realita yang saya rasakan sebagai ibu bekerja dari rumah,

1. Jam kerja

Ekspektasi :

Jam kerja flexible dong ya, kan kerja dari rumah, kita sendiri bosnya, jadi sesuka kita nentukan jam kerjanya, nggak bakal dikejar-kejar jam masuk kantor terlebih gaji dipotong karena telat.

Realita :

Flexible dari Hongkong? Eh bentar, iya sih flexible, saking flexible-nya, nyaris kagak ada yang beres hahahaha.
Bekerja dari rumah itu memang nggak ada jam khususnya kayak kantoran, tapi alih-alih mengasyikan, justru kalau nggak disiplin mengelola waktu, dijamin semua berantakan. 
Terlebih kalau punya anak kecil dan tanpa ART, dijamin nggak bakal bisa tidur nyenyak kayak si Rey ini, lol.
Bahkan, sudah diatur sedemikian rupa, sedisiplin mungkin, tetap saja masih sulit mengerjakan semuanya, khususnya jika memang baru memulai bekerja dari rumah tersebut, masih merintis usahanya, butuh effort yang besar banget. 

2. Bekerja dengan pakaian nyaman

Ekspektasi :

Bekerja dari rumah itu, tidak ada tuntutan pakaian wajib, sesuka kita mau pakai pakaian apa, bahkan bisa bekerja sambil pakai pakaian ternyaman di rumah, yaitu daster bagi kebanyakan ibu-ibu, dan kaos serta celana pendek bagi si mamak Rey.

Realita :

Iya sih, bajunya bebas, tapi saking bebasnya, bahkan kita nyaris tak terawat, bahkan mandipun lupa.
Apalagi kalau mengurus bisnis jaringan secara online, yang jaringan kita terdiri dari bermacam-macam background profesi, yang mana kita seolah kerja 24 jam, bahkan mandipun nggak sempat, apalagi merawat diri, maupun berpakaian yang lebih layak.


3. Bisa memulai hari dengan benar

Ekspektasi :

Bangun pagi dengan santai, menyiapkan sarapan dengan penuh cinta, sarapan dengan nikmat, sambil bercengkrama dengan anak dan suami macam di iklan-iklan itu loh, setelah itu baru deh mandi dan mulai kerja dari rumah.

Realita :

Hahahahahahaha.
Ups, saya bakal ngakak dulu dengan ekspektasi itu, karena kenyataannya sering terjadi saya malah belum tidur semalaman, karena baru sadar selesai kerja di pukul 1 atau 2 dini hari, karena takut kesiangan, jadinya diterusin nggak tidur sampai siang.
Menyiapkan sarapan dengan penuh cinta? etdah, yang ada saya menyiapkan sarapan sambil siaran Subuh.
"Darrell, ayo bangun, Kak! "
"Darrell, wudhunya yang bener dong, Kak! " 
 "Darrell, sholatnya yang khusu' bukan sujud sambil ngorok, Kak! "
"Darrell, ayo sarapan dengan benar, entar telat, Kak! "
Sarapan bareng sambil bercengkrama? yang ada saya harus terkantuk-kantuk menyuapin si adik sambil 'siaran' lanjutan, hahaha.
Setelah itu? mandi dan tidur sambil ngelonin si adik, atau terkantuk-kantuk nemanin main dulu, sungguh hidupku terbalik, lolololol.

4. Bebas mengatur ruang kerja

Ekspektasi :

Saya rasa tidak banyak orang yang bekerja di kantor, bisa memiliki ruang dan meja kerja sesuai keinginannya, meskipun mungkin ada, jika kantornya memang flexible.
Tapi kebanyakan sih, meja kerja itu standar saja.
Jika bekerja dari rumah, kita bebas mendekorasi minimal meja kerja kita, mau penuhin pernak pernik warna pink, tempelin foto oppa Korea favorit kita (not me ya!) , pastinya asyik banget dong ya.

Realita :

Meja kerja?.
Kalau laptop sih memang di meja, tapi biasanya kerja dari hape, ya di dapur, ya di kasur, ya di halaman, di kamar, cuman di kamar mandi yang jarang, soalnya jijay, lol.
Menghias meja kerja? hahaha!
Laptop bisa utuh di meja aja udah mendingan, biasanya sih bakal dimatikan, dinyalakan, di klak klik sama si kecil.
Hiasan? pulpen saja diambil, apalagi hiasan yang menarik, dijamin dijadiin mainannya, lol.


5. Stres akan berkurang

Ekspektasi :

Bekerja dari rumah tidak selalu harus menghadapi tekanan, karena tidak ada yang mengawasi, hal itu tentu saja akan mengurangi tingkat stres.
Bekerjapun jadi lebih santai dan nyaman, tentunya hasilnya lebih maksimal 

Realita :

Etdah, yang ada makin stres!
Sulitnya untuk fokus bekerja, dituntut multitasking, anak-anak yang selalu merengek minta ini itu, even sudah di-sounding, minimal bentar-bentar, 
 "Mi, mau pup!"
"Mi, mau ini!
"Mi, mau itu!"  
Yang ada, kerja makin nggak bisa fokus, hasilnya pun nggak bisa maksimal dan kadang terpaksa ditunda harus dikerjakan di jam tidur malam, huhuhu.
Alhasil, capek dan ngantuk, hasil kerja nggak memuaskan, jadinya bete dan stres sendiri.


6. Multitasking Yang Memuaskan

Ekspektasi :

Bekerja dari rumah membuat kita jadi super mom yang hebat dalam mustitasking.
Pekerjaan selesai, anak-anak dan rumah terurus dengan baik, semua senang, ibu puas dan bahagia. 

Realita :

Justru gara-gara multitasking, yang ada kerjaan sulit bisa selesai dengan hasil yang maksimal, biar bagaimanapun, otak manusia itu di-setting dengan keadaan ada batasnya.
Memang sih, kita bisa melakukan hal-hal secara bersamaan, asalkan hal-hal yang ringan, seperti, mengemudi sambil ngobrol, ngemil sambil ngobrol.
Tapi, untuk pekerjaan yang butuh tingkat pemikiran yang tinggi, seperti menulis dan semacamnya, saya rasa sangat sulit dilakukan dengan multitasking
 So, tentu saja multitasking dalam bayangan super mom itu hanyalah angan semata, lol.

Jadi, bagaimana?
Sudah sedemikian menyeramkankah realita ibu bekerja dari rumah itu?
Atau masih ada yang mau ditambahin? lol.

Terus, berarti kerja dari rumah itu nggak memungkinkan ya untuk sukses bagi seorang ibu tanpa ART?
Tentu saja bisa!

Asalkan punya effort yang tinggi!
Makanya, cari pekerjaan yang membuat kita kerja dari rumah dari passion kita.
Jika passion, apapun tantangannya, kita selalu bisa bertahan dan mencari cara untuk memperbaikinya.

Lagian, realita yang menyedihkan dari yang saya gambarkan di atas, tidak selamanya harus begitu kok. Hanya terjadi saat kita memulai usaha kita dengan modal minim, dan saat anak-anak masih kecil.

Suatu hari nanti, jika kita konsisten, bukan tidak mungkin usaha kita bakal berkembang, dan kita bisa lebih berani mengeluarkan modal, misalnya hire ART.

Dengan begitu, bekerja dari rumah, bisa kita upayakan seperti ekspektasi yang di atas.

So, ada yang mau resign dan memutuskan bekerja dari rumah?
Semangat ya!


Sidoarjo, 3 Februari 2020

@reyneraea untuk #MondayBusiness

Sumber : Pengalaman pribadi
Gambar : dokumen pribadi

24 komentar :

  1. Pada kenyataannya self employed memang jauh lebih sulit ya mbak. Butuh disiplin, butuh kreatifitas, butuh kerja keras karena kita sendiri yang menentukan jalan atau enggaknya. Kita yang jadi bos buat diri sendiri. Apalagi kalau emak2 yang mau enggak mau harus nyambi dengan pekerjaan rumah dan ngurus anak.Buat saya justru disitu tantangannya. Kalau akhirnya bisa berhasil dan menikmati hasilnya rasanya puas banget, krn ngerasain usahanya udh berdarah2,hehe lebay. Sukses dan semangat terus mbak!:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha banget!
      Orang cuman liat, enak ya jadi bos buat diri sendiri, nggak tahu apa kalau bos itu sebenarnya jauh lebih berat :)

      Semangat buat mamak-mamak bekerja dari rumah :)

      Hapus
  2. Beneran deh, Mbak. Menurutku malah lebih capek kerja dari rumah dibandingkan kerja di kantor. Karena gak ada jam kerja fix, jadilah kita mengorbankan jam tidur buat kerja. Karena "kantor" kita di rumah, jadi beban pekerjaan kayak gak bisa lepas. Apalah liat laptop aja langsung berasa kayak diteror deadline.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha betul Mba, kecuali memang kalau kita punya modal lebih, bayar ART, punya ruangan kantor sendiri, anak bisa dihandle seseorang bentar.
      jadi kita punya waktu fokus buat bekerja dari rumah.
      kalau enggak ya, jadinya multi tasking banget, kalau nggak ada passion, wassalam deh :D

      Hapus
  3. Wah, kalo kerja dari rumah memang impian hampir semua orang, jam kerja fleksibel dan bisa urus anak dan rumah.

    Ekspetasi nya sih gitu, ternyata ga selamanya seperti itu dalam kenyataannya.

    Eh, dari pada repot mendingan cari ART kak Rey, lumayan ada yang bantuin, gajinya dari duit suami...😁😁😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahhaa, bisa aja, kalau ada dananya mah gampil :D

      Hapus
    2. Dana mah gampil, tinggal minta ke bank bawa sertifikat nikah, eh tanah.

      Pasti cair, apalagi kalo ke bang Toyib..😁

      Hapus
    3. hahahahaa sertifikat nikah digadaikan wakakakak

      Hapus
  4. Ternyata realita gak seindah ekspektasi ya, Mbak. Hehehe. Tapi Mbak Rey hebat banget lho, bisa menjalankan semuanya sendiri. Bisa ngurus rumah, ngemong anak, ngurus suami, kerja juga dan semuanya tanpa bantuan ART.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, dengan penuh paksaan diri :D
      Kalau nggak dipaksa-paksain memang terlihat mustahil hihihihi

      Hapus
  5. Barusan saya browsing gambar di Google dengan kata kunci Working From Home. Guess what, wajahnya sumringah semua lho. Nggak ada yang sumpek bin surem.

    Ternyata memang realita itu tak seindah harapan (kadang lebih indah, tak jarang sedikit lebih burem). But that's life.

    Semoga mbak Rey bisa istiqomah kerja dari rumah dan keep the balance antara kerjaan dan keluarga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, kadang itu iklan buat MLM Mas, jadi disumringah-sumringahkan hahahaha *kabooorrr :D

      Btw, thanks doanya :)

      Hapus
  6. Bekerja dari rumah itu strugglingnya mirip-mirip dengan pengusaha awal merintis mba, yang mana 24 jam harus selalu standby karena nggak ada jam kantoran, kadang sudah malam pun masih harus garap pekerjaan. Belum lalu kalau harus urus anak, rumah ini itu hehehe jadi perlu skill multitasking alhasil kadang bisa jadi keteteran :D

    Tapi saya salut karena mba Rey survive menjalankannya, sudah hampir 10 tahun semenjak mba Rey bekerja dari rumah dengan berbagai macam bisnis yang mba lakukan. Itu bukan sesuatu yang mudah :D butuh konsistensi tinggi and you doing great, mba~

    Memang bekerja dari rumah terlihat nggak seindah yang dibayangkan, tapi tetap kalau dijalankan sesuai passion, bisa menghasilkan. Kalau hasilnya banyak, akan jadi jauh lebih indah kok hidupnya daripada sebelumnya yang memang sudah indah :3

    So, semangat terus ya mbaaa :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww... thanks yaaa semangatnyaaa :*

      Iya, saya beruntung karena mengerjakan apa yang saya sukai, saya menikmati banget kerja siang malam dengan menulis di blog ini.

      Ini deh yang bikin saya selalu bangkit meski saya capek dan jenuh :)

      Hapus
  7. Sudah tiga tahunan ini aku bekerja dari rumah.
    Ya sesekali keluar kalau ada permintaan visit hotel.

    Bekerja di rumah itu banyak tantangannya, terutama tentang disiplin diri, distruksi. Aku yang biasanya punya to do list sering juga melanggar meskipun akhirnya aku harus menggantinya di malam hari. Kerja di rumah jam kerjanya tidak terbatas. Sesekali aku menentukan waktu, kalau kantor tutup istilahnya tapi itu WA bunyi mulu dan telpon bunyi hahahhaa. Apalagi aku posisiku di Sales dan Marketing :D

    Kerja di rumah pun sebenarnya lebih capek akan tetapi ya karena itu sudah pilihan (sesuai passion kalau di aku) fun saja! :D

    You go, Mbak Rey! You already awesome!


    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyik juga tuh kalau sesekali keluar sesekali di rumah.
      Kalau saya di rumah mulu, bahkan mau ke pasar aja mager hahahaha

      Hapus
  8. Mba, saya belum bisa mengatakan kalau saya bekerja dari rumah meski sekarang jadi full IRT. Karena ya nggak ada yang spesifik dikerjakan selain ngurus rumah. Cuma sesekali ada tawaran menulis.

    Dan betul banget apa yang mba Rey tuliskan. Kadang udah punya rencana ini itu tapi karena di rumah ya ada aja ala san untuk molor. Kalau udah mepet deadline tuh baru gercep, hahaha.

    Jadi kerja di rumah emang harus disiplin. Salut sama pencapaian Mba Rey di dunia blogging dan digital. Terus semangat dan berbagi di sini ya, Mba.

    BalasHapus
  9. Ini nih yang seringkali ku pikirkan.. "kayaknya enak deh kerja dari rumah bisa sambil urus anak dan bla bla bla" tapi nyatanya, pas libur misalnya hari sabtu-minggu. Boro-boro sempet pegang hp apalagi laptop, yang ada pegang anak mulu, nyuci, masak dan lainnya keteteran. Mandi pun gak sempet, bahkan sarapan jugak gak sempet.. ekek

    *mamak kurang jago multitasking sih ini mah yaa?*

    makanya ku acungi jempol banget mamak2 berbayi yang bisa kerja dari rumah, bahkan bisa ngeblog dan bw.. warbiasyaaa banget sih..

    Tapi mungkin beda lagi ya kalo udah gak punya anak bayi, ya minimal udah pada SD lah anak-anak. kerja dari rumah bisa lebih maksimal lagi, karena udh gak perlu nyuapin anak, mandiin, nyebokin dll.. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betoollll, paling menantang itu anak bayi dan toddler.
      Saya sering banget mengetik sambil terbungkuk nyusuin, sering ngetik sambil nyuapin, kalau nyuapin mah palinggg lama huhuhu

      Hapus
  10. Stress berkurang mungkin iya, yang dimaksud itu bebas dari stress perjalanan.
    Orang kerja kantoran kan yang nambah stress itu berangkat pagi pulang sore, kadang lembur sampe malem, bahkan kejebak macet.
    Tapi kalo stress dari pekerjaan, tetep aja.. Segala macam pekerjaan, mau itu kantoran atau rumahan, sama-sama ada tekanan. Tapi berkat tekanan itu kita jadi terdorong untuk berimprovisasi.
    Selagi ngebahas stress, kehidupan ibu rumah tangga ngurus anak lebih besar stressnya ketimbang kerja kantoran! Wkwkwk
    Dulu saya berhenti kerja supaya bisa fokus ke anak, eh taunya baru sebentar juga udah gak tahan pengen balik kerja aja hahaha..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, kalau saya mungkin karena dulu suka kerja, perjalanannya dinikmati meski macet gitu, stres sih enggak, cuman takut aja, eh sama aja ya itu hahaha.
      Dulu saya naik motor sendiri soalnya, makanya kadang kalau macet ikut lainnya lewat jalan tikus :D

      Tapi bener loh, lebih stres di rumah, duuhh :D

      Hapus
  11. Emang syuyaaah yah mba, kalo anak masih kecil2, skrg ini saya jg bertahan, nunggu anak udah ngerti baru buka usaha apalah gitu di rumah, skrg di pause dulu, lagi berusaha hidup dengan penghasilan yg ada aja, lagi menguatkan mental dengan kekurangan yang ada skrg, karena ini cuma sementara (waktu akan berlalu) mau gak mau, lebih cepat dari yg kita sadari 😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha bangettt, intinya apa yang ada dinikmati saja dulu, semua akan berlalu :)

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)