My First Client, Film Korea Tentang Kisah Nyata Kejamnya Ibu Tiri

film-korea-my-first-client

My First Client merupakan film Korea yang diangkat dari kisah nyata, bercerita tentang kejamnya ibu tiri yang menyiksa anak tirinya hingga tewas, lalu memaksa anak tiri lainnya mengakui sebagai pelakunya.

Sedih banget sih filmnya, meskipun awalnya film ini sama sekali tidak sengaja saya nonton. Jadi nggak ada ekspektasi macam-macam saat nonton.

Setelah beberapa menit nonton, saya bahkan nyaris mengganti filmnya, agak-agak bosan sih, tapi kan saya kepo.

Dan googlinglah saya buat intipin review dan sinopsisnya, ye kan ngintip dulu biar tahu, filmnya bagus apa enggak? lol.
Iya, kalau orang lain

Menghindari spoiler bahkan sinopsis film sebelum ditonton, saya malah kebalik.
Menonton di manapun, saya selalu intipin sinopsis atau minimal reviewnya dulu.

Mungkin karena saya sok sibuk kali ya, jadi saya males aja kalau udah ngabisin waktu yang kadang saya nontonnya sambil terkantuk-kantuk, eh ternyata filmnya jelek, hihihi.


Dan begitulah, setelah membaca sedikit reviewnya, bahwa film My First Client ini menceritakan sebuah kisah nyata, langsung semangat dong saya pantengin.

Btw, ini film ke sekian yang pernah saya tonton dari film Korea yang menceritakan hal yang miris terjadi pada anak, sebelumnya juga saya udah nonton (kalau nggak salah) 2 film lainnya yang sejenis.

Begitulah, Korea Selatan, sebuah negara yang begitu diidolakan banyak orang Indonesia itu, juga menyimpan banyak cerita kelam tentang kekerasan pada anak, dan beruntunglah banyak sutradara yang mengangkatnya ke layar lebar, sebagai pembelajaran buat semuanya.


Sinopsis Film Korea, My First Client


Spoiler allert!!!

Adalah Jung Yub (Lee Dong-Hwi) yang merupakan seorang pengacara dengan ambisi terbesar dalam hidupnya, dia ingin menjadi pengacara yang sukses dan kaya, dan untuk itu dia mengincar pekerjaan di kota dan perusahaan besar.

my-first-client

Namun, saat penantiannya akan panggilan kerja dari perusahaan impiannya, suatu hari dia malah bertemu dengan 2 orang kakak beradik, Da Bin (Choi Myung-bin) dan Min Jun (Lee Joo-won)

Dua kakak beradik ini hanya tinggal bersama ayahnya yang kurang peduli dengan mereka, ibunya sepertinya sudah meninggal.
Alhasil setiap hari mereka hanya berdua, mencoba bertahan hidup dengan apa yang sempat dibelikan oleh ayah mereka, meskipun demikian, mereka tetap berbahagia.

Suatu hari, ayahnya pulang ke rumah, dan mengajak mereka untuk bertemu seseorang di sebuah restoran, dan betapa gembiranya mereka, karena ternyata ayahnya mengenalkan mereka pada seorang wanita yang merupakan calon ibu tirinya.


Dalam sekejap semua berubah, awalnya kedua kakak beradik ini sangat gembira.
Apartemen mereka jadi lebih rapi, bersih dan teratur. Merekapun bisa makan dengan enak dan kenyang setiap harinya.

Ayahnya tidak salah memilih wanita, ibu tirinya tersebut baik dan rajin mengurus mereka dan apartemen mereka.

Meskipun ibu tirinya tersebut bekerja di luar, tapi masih sempat meluangkan waktu untuk memandikan mereka, intinya mereka bahagia banget, semua kerinduan mereka terhadap ibu kandungnya terobati sudah.

Akan tetapi, keadaan tersebut tidak berlangsung lama.
Sang ayah ternyata masih tetap tidak berubah, jarang pulang, kurang perhatian, bahkan terhadap istri barunya.

Entah karena itu, sang ibu tiri akhirnya merasa lelah dengan semua rutinitas rumah dan kerja, dan mulai menampakan sisi kelamnya.

Setiap kali sang adik mengotori meja makan karena makanannya tumpah karena tak bisa menggunakan sumpit, ibunya marah dan memukulnya.

Sang kakak yang tidak tega melihat adiknya dipukul, akhirnya bertanggung jawab atas adiknya dan membiarkan dia yang menerima hukuman tersebut.

Makin lama, sang ibu semakin kasar, bukan hanya tidak boleh berantakan di meja makan, dalam hal lain pula, termasuk nggak boleh berisik.

Suatu hari, sang kakak sudah tidak tahan dengan perlakuan ibu tirinya, ingin melaporkan keadaan itu, saat itulah mereka bertemu dengan Jung Yub, yang tanpa sengaja malah terlihat mengakrabi mereka.

Kelakuan ibunya semakin parah, saat suatu malam dia pulang kantor, capek dan mendengar kedua kakak beradik itu belum tidur, saat memarahi mereka, sang ibu melihat adiknya memegang uang pemberian Jung Yub.

Ibunya mengira adiknya mencuri, jadi kalap memukulnya sambil membabi buta, terlebih setelah si kakak yang diminta menghukum adiknya malah tidak tega memukul adiknya.

Karena kalap, tanpa sadar ternyata sang ibu sudah terlalu berlebihan menghukum, dan akhirnya sang adik meninggal karena pukulan tersebut.

lebih parah lagi, si ibu tiri mengancam si kakak, agar mengakui pada kepolisian, bahwa dialah yang secara tidak sengaja membunuh adiknya.

Seisi kota gempar, bagaimana mungkin seorang anak kecil tega berantem dengan adiknya lalu menyiksanya hingga tewas?
Namun karena sang kakak masih di bawah umur, maka akhirnya dia dibebaskan oleh kepolisian.

Jung Yub yang mendengar cerita tersebut jadi merasa bersalah, bagaimana pun si adik meninggal karena uang pemberiannya.

Di akhir cerita, si Jung Yub akhirnya berhasil menyelamatkan si kakak dari amukan si ibu, dan membujuknya untuk bercerita kepada pengadilan tentang siapa sebenarnya pembunuh adiknya.

sinopsis film korea my firts client

Beruntung, selain memberikan uang, Jung Yub juga sempat memberikan boneka yang ternyata ada kamera di dalamnya, boneka itulah yang akhirnya mengungkap siapa pembunuh adiknya yang sebenarnya.


Meskipun sempat berbelit-belit, sang ibu tiri akhirnya mengakui perbuatannya, meski tentunya dengan drama curcol, sang ibu bercerita bahwa hidupnya begitu lelah mengurusi anak, harus bekerja pula mencari uang, sementara sang suami kurang perhatian.


Review Film Korea, My First Client, Ibu Sebaiknya Jangan Dibiarkan Kelelahan


Kalau baca review film My First Client ini di mana-mana, semua menitik beratkan tentang kisah nyata kejamnya sang ibu tiri tersebut.

Oh ya, kisah tersebut memang diangkat dari sebuah kisah nyata yang terjadi pada tahun 2013 lalu, di Chilgok, Provinsi Gyeongsang Utara, Korea Selatan.

Yang mana ada seorang wanita tega menyiksa anak tirinya hingga meninggal, lalu memaksa saudaranya untuk mengakui menjadi pembunuhnya.
Iya, semua pasti akan sibuk mengutuk sang ibu, tapi tidak sepenuhnya di saya.

Sesungguhnya, kisah seperti ini bisa saja terjadi pada ibu kandung, dan banyak sudah contohnya.
Ibu yang menenggelamkan anaknya di bak mandi, ibu yang menggorok anak, ibu yang menyiksa anaknya hingga akhirnya tewas.

review film korea my first client

Banyak banget kok di zaman sekarang.
Dan semua itu bermula dari kelelahan.

Bukan hanya lelah fisiknya oleh pekerjaan rumah tangga yang tak berujung, tapi juga lelah hati oleh sikap suami yang terkesan nggak mau tahu.

Si ibu dalam film tersebut, awalnyapun baik banget kepada anak-anak tersebut, hanya saja mungkin akhirnya dia muak dengan pilihan hidupnya, mengapa dia seolah dijadikan pembantu?
harus mengurus rumah, dan bahkan mengurus anak-anak yang bahkan bukan anak kandungnya?

Seorang ibu, sejatinya harus diberikan kesempatan untuk merefresh kondisi dirinya, memberikannya jeda agar bisa refresh ulang dan siap mendampingi anak-anak yang sungguh butuh kesabaran itu.


Sayangnya, hal itu sulit didapatkan dari lelaki yang memang tak pernah punya pikiran tentang itu, kebanyakan lelaki selalu berpikir, yang penting kerja, nggak aneh-aneh, ya sudah.

Sementara wanita merasa, hidup berumah tangga itu ya semacam hidup dengan sahabat baik, di mana komunikasi dan saling menghargai selalu terjalin.

Komunikasi intens itu bisa merefresh rasa lelah di hati istri, agar lebih semangat dan berpikiran positif, tentunya jika hal itu terjadi, kesabaran akan jauh lebih mudah dikeluarkan.

Semoga film My First Client ini bisa menginspirasi banyak orang, untuk :

  • Jangan salah pilih jodoh kita, jangan terkecoh oleh cinta, jangan sampai ego kita mengorbankan keturunan kita.
  • Anak yang broken home, tidak selamanya bahagia layaknya anak Deddy Corbuzier, so tidak semua perceraian adalah yang terbaik buat anak.
  • Jangan membebani seorang ibu dengan pekerjaan yang terlalu berlebihan, apalagi kalau dia masih punya anak kecil yang diurus sendiri.


Demikianlah.
Ada yang sudah nonton film My First Client ini?
Share yuk, adegan mana yang paling bikin terenyuh?

Kalau saya sih waktu nonton rekaman video dari kamera boneka, yang mana memperlihatkan bagaimana kesetanannya sang ibu menyiksa anak tirinya tersebut.

pemain film korea my first client
Untunglah adiknya hidup kembali, hehehe

Saya jadi semacam dejavu, saya dulu pernah kesetanan seperti itu, bersyukur Allah masih menjaga anak-anak saya, sehingga saya cepat sadar dan berusaha untuk sembuh dari PPD yang mengerikan itu.



Sidoarjo, 2 Februari 2020

Sumber :
  • Pengalaman pribadi
  • Film My First Client
Gambar : Berbagai sumber di google, pinterest, dan youtube

Demikianlah artikel tentang review dan sinopsis film My First Client, yang terinspirasi dari kisah nyata kekejaman ibu tiri di Korea. 




25 komentar :

  1. Di Korea banyak cerita ibu ke luar dari rumah dan meninggalkan anak-anak bersama suami saja. Kadang anak ditinggal diusia masih balita kisaran 3 atau 4 tahun, alhasil banyak juga laki-laki jadi single father di Korea. Alasan yang sering saya baca karena lelah urus anak padahal ibu kandung tapi ya mereka berpikir toh anak-anak ditinggal bersama bapak kandungnya ~

    Mungkin istrinya si suami ini meski ibu tiri juga merasakan kelelahan yang sama. Jadi pelampiasannya ke arah ekstrem seperti menyiksa anak-anak. Memang berat hidup di Korea karena rata-rata orang jadi pada workaholic semua. Jam kerja bisa sampai malam, pulang ke rumah sudah lelah, pasti tambah pusing kalau harus lihat rumah berantakan dan lain sebagainya. Kadang beruntung di Indonesia masih bisa pulang kerja tenggo jam 5, terus kalau susaaaah banget nggak ada waktu masih bisa cari bantuan ART~ kalau di Korea, ART itu nggak pernah jadi option karena memang mahal. Jadi mau nggak mau diurus sendiri anak-anaknya atau titip ke mertua. Ditambah rumah buat kelas menengah di Korea pun kecil kalau dibanding rumah-rumah di Indonesia. Jadi berasa sumpek juga mba kalau di rumah terus untuk mereka, mana rata-rata kan di apartment tinggalnya. Nggak senikmat tinggal di rumah yang langsung nempel tanah plus punya taman hehehe. Meski tinggal di apartment itu compact, tapi sebenarnya kalau sizenya nggak besar, rasanya sumpek juga :D

    By the way setuju sama side note mba Rey, memang seharusnya istri yang lelah harus dibantu dan jangan dibebankan semua urusan rumah. Istri perlu refresh juga soalnya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setelah membaca komentar mbak, aku jadi bersyukur karena ternyata hidup di Indonesia lebih membahagiakan. Biarpun hidup masih pas-pasan yang penting keluarga hidup bahagia ya mbak, syukur-syukur dapat subsidi uang tunai.😂

      Hapus
    2. Wowwww, makanya ya, kebayang bagaimana tekanannya jadi ibu.

      Saya sering nonton channel yutub punya Yanie Kim, pernah dengar nggak? dia pernah main di drakor juga tuh, orang Indonesia yang menikah dengan orang Korea dan tinggal di sana.

      Dia rajin banget ngebahas hal-hal di Korea, dan memang sering bilang kalau ART di Korea itu mihil, beras mihil, dia beruntung sering dapat jatah beras dari mertuanya yang kebetulan punya sawah di desa.

      Katanya juga sekolah gratis, tapi tetep bayar les.

      Makanya dia sering ambil job entertainment buat nambah-nambah penghasilan.

      Betul banget tuh, saya nggak tahu kejadian nyatanya, tapi di film itu memang awalnya ibu tirinya baik, dia peduli banget ama anak-anak tersebut, sayangnya suaminya cuek, jarang di rumah.
      mana dia kerja kan ya, bahkan ibu kandung aja nggak kuat, apalagi ibu tiri :(

      Hapus
  2. Kalo film Korea aku jarang nonton, malah seringnya nonton film Mandarin sama film barat.

    Mungkin memang benar, seorang ibu bisa menjadi kejam karena lelah dengan pekerjaan dan juga suami kurang perhatian. Jadi perhatian buat para suami agar lebih memperhatikan istrinya dan juga anak-anaknya.😄

    BalasHapus
  3. Film Korea saya taunya Train to Busan doang, film kumpulan zombi di kereta. Apalagi ada berita virus corona jadi teringat film tersebut hehe... Nice review

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe, yang mirip virus Corona judulnya the Flu, lebih mencekam meski nggak semencekam train to Busan sih :)

      Hapus
    2. Wah belum nonton film the flu, saya cek di ulasan google ternyata banyak yang suka juga. Thx infonya

      Hapus
  4. Uuh...bjadi itu inti dari film ini, Ya Mbak?
    Bener sih kalau capek jadi cepet marah juga ya?
    AKu kalau capek juga ceoet marah, cuma aku pasti bilang.
    "lagi capek ini, entar cepet marah lho!"
    Jadi, ga ada yang gangguin, Mama mertua pun biasanya akan handle semua kerjaan kalau lihat aku sudah lelah :D

    Kalau dipikir kita masih beurntung lho ya kaarena secapeknya kita ga ada semacam obligasi buat mengerjakan semua pekerjaan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha iya, cuman kalau sendirian kayak saya nih tantangannya lumayan gede :D
      Pas capek, anak rewel, nggak bisa didelegasikan dulu, hiks syedih.

      Hapus
  5. Saya belom nonton mbak, bisa dimasukin daftar nonton nih, kebetulan suka film yang bikin mewek gini. Udah lama nggak nangis termehek-mehek karena film.
    Saya juga kalau mau nonton film, biasanya baca sinopsisnya dulu he..he...sama kayak mbak rey, takutnya udah lama nontonnya, tapi nggak bagus.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, iya kan, semacam rugi kalau udah nonton lama ternyata zonk :D

      Hapus
  6. Berdasarkan cerita nyata ya, Mbak Rey. Tapi memang belakangan ini di Indonesia pun banyak kejadian ibu yang tega bunuh suami bahkan bunuh anak, alasannya karena gak kuat dengan sikap suami yang tidak bertanggung jawab. Perempuan kalau sudah capek fisik, capek hati ternyata bisa gelap mata. Oleh karena itu, komunikasi yang baik dan juga saling perhatian antara suami istri sepertinya benar-benar penting untuk menjalin rumah tangga yang baik dan harmonis.;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh bener banget, saya sempat dengar sekilas kapan hari ya ada istri yang bunuh suaminya, saking kesalnya kali itu.
      Padahal dulu kebanyakan suami yang bunuh istri, ckckckckck

      Hapus
  7. aku selalu tertarik sm drakor atau film nya, apalagi kisah nyata, hehe.. jadi pen nonton film ini, dan ak izin tulis film ini di blog ak ya mbak.. tp bahasanya versi aku kok hehe.. tq info nya mbak

    BalasHapus
  8. Terimakasih infonya mba. Saya kalau sudah baca sinopsis langsung kebayang dah filmnya

    BalasHapus
  9. Aq Uda nntn film ini tp g tau judulnya.. akhirnya searching..dan yerdampar disini😅..iya filmnya memilukan..apalagi pas ngeliat aksi brutal si ibu yg kerekam di kamera boneka monyet....
    Mau nntn hope..tp msh blm siap mental..itu jg g kalah sadis..

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau hope kayaknya nggak sampai ada adegan menyedihkan Mba, cuman memang lebih miris kondisinya.
      Gemas banget liatnya sih, pengen potong anunya tuh pemabuk huhuhu

      Hapus
  10. Belum siap nonton yg ada abbusive sama anak2 walau cuma akting 😭😭😭.
    Makasih reviewnya mba
    Saya juga gt, sebelum nonton cari reviewnya dulu. Maklum emak2 gak mau rugi waktu buat nonton 🤣. Jadi bener2 cari film yg cocok menurut saya dengan baca2 reviewnya dulu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hhehe iya, ada adegan menyedihkan pas dia siksa anak kecil itu yang terekam boneka, kalau ditonton ibu yang kena PPD atau baby blues bahaya juga tuh :)

      Bener, soalnya kalau filmnya nggak asyik kan rugi juga nontonnya hahahaha

      Hapus
  11. UnknownFriday, May 22, 2020
    Ada film gong yu juga sedih. Silence klo ga salh. Tentang ank2 panti sosial yg disiksa dan diperkosa

    Ans : Iya, kalau ga salah judulnya silenced

    UnknownSaturday, May 30, 2020
    Merawat anak memang melelahkan ada gk sih yg berasa merawat ank kecil itu gk repot dan gk capek entah itu ibu tiri maupun kandung tp kembali lagi ya semua kesalahan ada pada kita para ibu bukan anak kita tau lah dan sadar pastinya menikah kita cari apa punya anak pun kita juga mendapat apa atau bahkan menikah dgn orang yg sudah punya anak akan jdi apa kedepannya kita jdi jangan biarkan karena alasan kita lelah kita kerja kita sibuk menjadi alsan kita melakukan kekerasan fisik kepada mreka, mreka tidak meminta atau memilih untuk dilahirkan dan d perlakukan seperti itu, tidak ada ank kecil yg sempurna tdk ada orang dewasa yg sempurna jangan karena kita lelah dan marah kita jadi memahami bahkan memajlumi prilaku ibu yg seperti itu mreka tidak akan pernah sadar jika mreka salah tapi bukan dengan hujatan juga kita menghardik mreka tp tegur mreka sadarkan mreka semua manusia pernah menjadi ank dan akan menjadi tua dewasa dan mati tanyakan k diri mreka apa itu yg mreka inginkan

    Ans : Seandainya semudah itu pola pikir semua orang, dijamin nggak ada anak-anak yang jadi korban.
    masalahnya adalah, kondisi tiap orang itu berbeda.
    Dan empati kita sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah seperti ini.

    Semoga semua orang yang punya anak sudah mempersiapkan mental lahir batin, agar anak-anak tidak jadi korban :)

    BalasHapus
  12. Unknown Tuesday, October 13, 2020
    heh bangsat.... selelah lelah nya juga klo lhu punya hati nurani lhu gakan tega mukulin anak.... hanya wanita berhati iblis yang sanggup... binatang aja banyak yg lebih punya hati nurani... bagi kaum hawa yang setuju penyiksaan anak akibat dari stres kelelahan dan siksa batin dari suaminya... selamat kalian termasuk wanita berhati iblis.. kalian gausah punya anak ampe kalian modar....

    Reply:
    Pukpukpuk, kasiaaaann..
    Anda korban dipukul ibu Anda ya?
    Wajar sih dipukul, orang bahasa Anda ngeri banget :)

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)