Happy Birthday Rey! Jadilah Wanita Yang Ikhlas


Sharing by Rey - Did you know? ada yang ulang tahun dong hari ini, please doakan agar saya bisa jadi wanita yang ikhlas dan berkah di sisa usia saya, aamiin .

Happy birthday to me...
Happy birthday to me..
Happy birthday.. happy birthday..
Happy birthday Reyne..



Happy birthday Rey!

Semoga berkah di sisa usiamu, aamiin.
Semoga selalu diberi kesehatan hingga akhir usiamu, aamiin.
Semoga selalu diberikan kesabaran dalam menjalani hidup, aamiin.
Semoga bisa menjadi ibu yang baik dan sabar bagi anak-anakmu, aamiin.
Semoga bisa menjadi istri sholeha dan sabar bagi suamimu, aamiin.
Semoga bisa menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuamu, aamiin.
Semoga dikabulkan semua cita-citamu di usiamu yang semakin dewasa ini, aamiin.

Please aamiin in dong! hehehe

Mohon dimaklumi ya temans, kalau terasa aneh bin eneg baca tulisan saya kali ini, lol.
Jadi ceritanya, saya sedikit capek mengarang indah demi kata-kata puitis buat memperingati ulang tahun orang, baik anak-anak saya, suami saya.

Tapiiii, belum pernah ada seseorang yang kasih saya ucapan yang romantis dengan tulisan yang lumayan panjang buat saya, huhuhu *pukpuk diri sendiri.

Daripada baper sendiri, mending nulis sendiri.
Orang saya bisa nulis kok, mengapa susah-susah memaksa orang buat nulis untuk saya?
Kalau bisa sendiri, jangan manja, Rey! lol

Sebagai peringatan hari kelahiran saya yang konon kata akte kelahiran, saya lahir di tanggal dan bulan ini tepat 30an tahun lalu (30++) namun bahkan mama saya pun sudah lupa, saya lahirnya pagi, siang, malam atau sore? ckckck. Gak masalah, yang penting tau tanggal dan bulannya saja.


Kisah Cinta Orang Tua Reyne Raea


Saya bakal menceritakan kisah cinta yang membuat saya ada di dunia ini.
Pastinya kisah cinta mama dan bapak (saya manggilnya bapa) saya hehehe.

Before that, saya mau warning dulu yaaa..
Beware! postingan kali ini berisi curhatan baper yang mungkin gak baik buat kesehatan hati hahaha *oppssss..

Alkisah, (eh berasa dongeng ya, lol)..
Jadi, menurut cerita yang saya dengar sepotong-sepotong dari mama, dan tante serta bibi saya (tante itu saudara dari mama saya, sedang bibi adalah panggilan dari saudara bapak saya), kisah cinta mama dan bapak saya juga lumayan manis campur kecut, hihihi.

Kisahnya dimulai, dari saat bapak saya kepincut ama kakaknya mama saya (tante saya).
Gegara itu, bapak saya yang waktu mudanya lumayan ganteng serta macho namun lumayan juga nakalnya itu, lol. (nakal karena sekolahnya gak tekun, nilainya jelek semua dan ujung-ujungnya bapaknya atau kakek saya harus nyogok gurunya biar bisa naik kelas hahaha).
Sering bertandang ke kos tante saya.

Tapi, karena emang tante saya itu orangnya dewasa banget pemikirannya, lantaran beliau harus menanggung sekolah adik-adiknya (termasuk mama saya) karena kakek saya (bapaknya mama saya) meninggal saat mereka masih kecil, jadinya paling sebel sama cowok yang amburadul nakalnya kayak bapak saya itu.

Eh si bapak saya gak keder, tetep saja rajin berkunjung, padahal setiap berkunjung, tante saya gak mau nemuin.
Baca : Naksir Adiknya, Malah Berjodoh Dengan Kakaknya
Adalah seorang cewek manis yang pendiam namun berhati lembut, dia adalah adik dari tante saya, kasihan melihat pemuda lumayan tampan tersebut selalu dicuekin saat berkunjung ke kos, terlebih di kos itu juga tinggal adiknya tante saya itu.

Dialah mama saya, seorang cewek pemalu dan manja, yang saat itu sedang sekolah di SPK di kota BauBau.

Karena kasihan, jadilah setiap kali sang pemuda lumayan tampan itu berkunjung, si mama sayalah yang menemuinya, membuatkan minuman dan menemaninya ngobrol.

Mungkin karena terbiasa, mungkin juga karena pemuda tersebut sudah bosan menunggu cewek jutek yang gak pernah mau menemuinya, hingga akhirnya cintanya dipalingkan ke adiknya alias mama saya.

Tentu saja, kakaknya yang mengurusi dan membiayai sekolah mama saya tidak setuju dengan kedekatan mereka, beliau melarang keras. Tapi dasar si pemuda keras kepala, hingga long story short, mereka berani kabur demi bisa menikah.

Di zaman dulu, kata mama, orang-orang Buton banyak yang pergi ke Ambon, karena takut banget sama kakaknya, si pemuda dan si gadis pemalu itu memilih kota lain untuk kabur, dialah kota Manado, terlebih di Manado ada saudara jauh bapak (di Bitung, tepatnya).

Karena itulah, kakak dan saya lahir di Kauditan, sebuah kecamatan di daerah Minahasa, dekat dengan Manado.

Kakak mama saya marah besar setelah tahu adik kesayangannya pergi bersama pemuda urakan itu, dikirimnya adik lelakinya untuk menyusul mama, namun seperti dugaan mama dan bapak, mereka mencari mama di Ambon.

Bukannya ketemu, si adik lelaki yang mencari mama malah kepincut cewek di sana, dan menikah hingga gak pernah pulang sampai akhir hayatnya.


Mungkin Kehadiran Saya Tidak Diinginkan


Mama dan bapak menjalani masa bulan madu mereka dengan penuh bahagia meski dalam suasana prihatin, gak punya modal apa-apa merantau di daerah orang.
Kalau gak salah setahun mereka di Manado, kakak saya lahir.

Belum juga genap kakak saya setahun, eh mama hamil lagi alias nyundul.
Mama gak pernah cerita masalah masa beliau hamil saya, namun dari matanya saya tahu, betapa beliau sangat tertekan saat hamil anak keduanya ini.

Keadaan masih sulit, hidup masih numpang (kalau gak salah), kakak saya masih harus menyusu dan bapak saya juga suka uring-uringan gak jelas. (eh jelas ding, pasti karena ekonomi hiks).

Di tengah keprihatinan itu, lahirlah saya yang hanya selisih 1 tahun 6 bulan dengan kakak saya, Jouke.
Mama juga gak pernah cerita bagaimana perasaan beliau saat saya lahir, namun saya bisa merasa betapa mama kecewa karena anak yang membuatnya capek lebih double adalah PEREMPUAN LAGI!  Hiks jadi baper deh, pengen nangis berasa anak yang gak diharapkan huhuhu.

Kata mama, saya lahir dengan penampilan yang beda dengan kakak saya, kalau kakak saya berkulit putih bersih, saya agak hitam (gak hitam banget sih, cuman dibandingkan kakak saya, saya kayak bayi gosong gitu hahaha).

Beruntung saya lucu, gendut dan berambut lurus, sedang kakak saya waktu bayi berambut kribo, persis kayak anak ketiganya sekarang hahaha.

Ngomong-ngomong tentang rambut, gak ada yang percaya loh kalau saya bilang waktu kecil rambut saya bagus, mengingat sekarang rambutnya megar wakakakak.

Tapi saya bisa buktikan kalau masa kecil saya rambutnya bagus, buktinya bisa dilihat di kedua anak saya, rambutnya bagus-bagus.
Bahkan kakak Darrell waktu bayi, masha Allah rambutnya lembutttt dan lurus banget.

Oke, sudah ngomongin rambut.


Tentang Nama Reyne Raea


Mengenai nama REYNE, kata mama dan bapak itu bukan pemberian mereka, melainkan pemberian tetangga mereka dulu yang gak punya anak.
Makanya jangan heran kalau nama saya dan kakak terdengar aneh, orang yang ngasih nama orang Manado dan beragama Kristen pula, jadilah sekilas saya kayak mualaf hahaha.

Terlebih setelah lulus SD, guru SD saya sotoy banget nambahin nama kakek saya (RAEA) di belakang nama saya jadi REYNE RAEA, sebuah perlakuan sotoy yang bikin mama kesal karena kudu ganti akte lagi, karena di akte sebelumnya nama saya REYNE aja (gak pakai aja, lol).

Kata orang, anak yang kadang gak diharapkan (karena gak sesuai keinginan punya anak cowok) malah biasanya mendatangkan kebaikan yang lebih.

Dan Alhamdulillah terbukti, sejak kelahiran saya, ekonomi bapak perlahan membaik, akhirnya bisa punya rumah sendiri meski jauh dari kota dan bahkan punya banyak barang bagus.

Saya masih ingat waktu mama pulang ke Buton, beliau membawa banyak emas yang akhirnya habis dijual saat pulang ke Buton.
Pun saat di Manado, hidup kami Alhamdulillah lumayan baik.

Meski masih berusia 4-5 tahun, saya masih ingat bagaimana bapak yang jika dari kota selalu pulang membawakan kami baju baru yang modelnya sama persis, hanya warnanya saja yang beda.
Bapak berprinsip, kami tidak boleh merasa dibeda-bedakan (sekarang saya baru sadar mengapa bapak seperti itu, mungkin karena mama menginginkan saya adalah anak cowok dan jadi kurang bahagia saat saya lahir, hiks)

Mainan pun demikian, bapak selalu membelikan kami mainan yang serupa hanya beda warna, alasannya biar gak berantem rebut-rebutan dan bisa bertanggung jawab akan miliknya sendiri.
Kan kalau warnanya beda, bakal ketauan mainan siapa yang hilang dan rusak.

Semua barang kami selalu dibelikan bapak, mama jarang sekali keluar seingat saya.
Hanya sekali-kali keluar bersama ke kota Bitung untuk makan mie kuah dengan ikan Fufu (Ikan cakalang yang dipanggang dengan asap) yang lezat lalu membeli perhiasan serta baju baru untuk mama dan kami.

Bapak sungguh seroyal itu dulu buat keluarganya, dan saya masih mengingatnya meski kadang mulai samar-samar.

Masa kecil saya di Kauditan, Minahasa sungguh terasa manis di ingatan, meskipun saya baru sadar sekarang kalau dulu mama kurang sayang pada saya, huhuhu.
Banyak kenangan-kenangan manis dalam ingatan anak kecil.
Baca : #ReyStory - Tentang Keluarga Dan Masa Kecilku #01


Hijrah Ke Buton


Sayang, suatu hari saya melihat mama berbenah-benah, kami akhirnya meninggalkan Kauditan, kembali ke Buton.
Meninggalkan rumah panggung terbuat dari kayu yang penuh kenangan itu.
Meninggalkan anak-anak anjing yang lucu-lucu itu.

Meninggalkan kucing-kucing lucu kami yang oleh orang sana di gepruk lalu di makan huwaaaaa....
(Yang bagian kucing digepruk sih cuman cerita, saya gak pernah liat langsung hahaha)

Sampai di Buton, keadaan malah gak membaik.
Mama semakin terasa gak sayang sama saya, terlebih setelah adik saya, Alm. Maykel  lahir.
Anak laki-laki, anak yang paling ditunggu-tunggu mama akhirnya lahir.
Dan itu sukses menggeser saya dari penglihatan mama selama bertahun-tahun.

Karena itu, saya melewati masa kecil di Buton dengan penuh getir.
Di nomor terakhirkan itu sudah biasa.

Kakak saya, di usia 11 tahun malah pergi di minta kakaknya mama untuk tinggal di rumahnya.
Kata kakak dia menderita semenjak itu.
Kakak saya terlalu semangat mengingat penderitaannya tinggal jauh dari orang tua, hingga dia gak pernah tau kalau saya jauh lebih menyedihkan dari dia.

Ah mungkin juga saya lebih beruntung sih seperti kata kakak, karena segetir-getir hidup saya, saya masih tinggal dengan orang tua saya.
Itupun jika kakak menganggap bahwa saya beruntung karena tinggal bersama orang tua tapi gak dianggap huhuhu.

Gak perlu saya rincikan lagi bagaimana kisah getir saya.
Yang jelas, saya ingat persis saat lebaran minta baju baru, mama berulang kali bilang
"Iya.. nanti ya, setelah belikan sepeda adikmu"
Berikutnya, ...
"Iya... nanti ya, setelah belikan jam adikmu"
Lalu,...
"Iya.. nanti ya, setelah belikan anunya adikmu"
"Iya.. nanti ya, setelah belikan itunya adikmu"
 Begituuu saja terus, terjadi berulang kali selama bertahun-tahun.

Saya melewati masa remaja dengan tertekan, banyak kebutuhan pribadi saya yang sama sekali gak dihiraukan oleh mama.
Beruntung bapak yang kejam dan suka banget mukul betis saya sampai biru bahkan sampai saya ngompol saking sakitnya, itu lebih pengertian.

Beliau lah yang pertama kali memaksa mama mengerti kalau saya sudah mulai dewasa, butuh keperluan layaknya anak remaja yang mulai dewasa,  hiks.
Bapak juga yang memaksa mama membelikan saya perlengkapan sholat.

Bapak yang pertama kali menemani saya  membeli perlengkapan sholat lengkap dengan sajadahnya.
Saking terharunya, saya simpan dan pakai sajadah tersebut sampai sekarang.
Semoga Allah mengalirkan pahala dari sholat saya kepada bapak melalui sajadah tersebut, aamiin

Aaahh saya baper pengen nangis, hiks.

Mama sebenarnya gak sepenuhnya salah, karena saat itu kondisi ekonomi keluarga kami masih sangat pas-pasan.
Sesampainya di Buton bapak malah stres, gak ada usahanya yang berhasil.

Nantilah setelah mama meneruskan sekolah SPK nya lalu kemudian diangkat jadi PNS, kehidupan kami sedikit membaik.
Tapi ya gitu, mama masih tetap menomor terakhirkan saya, hiks.

Di tahun 1999, adik saya meninggal karena terjatuh.
Mama menangis berminggu-minggu, hingga akhirnya perlahan berhenti menangis dan mulai melirik saya, mama mulai sadar bahwa ternyata ada anak lain selain anak lelakinya itu.

Saya? entahlah, bingung antara harus sedih ditinggal adik saya satu-satunya itu yang selalu jadi partner in crime nya saya untuk selamanya atau harus senang akhirnya mama bisa melirik saya.

Saya akhirnya mulai merasa jadi anak yang dianggap setelah tahun 1999 itu, seolah saya baru dilahirkan oleh beliau.

Namun sayang, rasa sayang dan perhatian beliau sudah telat dan terasa sulit menggantikan waktu belasan tahun saya diabaikan.
Terlebih setelah adik saya meninggal mama ternyata hamil lagi di usianya yang 40++.

Mama mulai berubah lagi kepada saya setelah beliau hamil, dan saat itu kebetulan saya ditawarin jalan-jalan ke Surabaya, yang mana ada om saya, adik lelaki mama yang tinggal di situ.

Saya pun berangkat ke Surabaya diiringi tatapan cuek dari mama, waktu itu mama gak bilang kalau sedang hamil.
Saya juga berangkat ke Surabaya bukan untuk tujuan berlama-lama, cuman jalan-jalan dan ikut bimbingan belajar buat persiapan ikut test UMPTN.
Eh siapa sangkah? saya tetap gak lulus UMPTN dan malah ditawarin kuliah di PTS di Surabaya.

Pada kuliah itulah saya ketemu si pacar yang sekarang menjadi suami saya.
Baca : #AdeReyLoveStory - Akhirnya Jadian dan Saya Punya Pacar (MJP)
Pertama kali punya pacar, bikin saya seolah menemukan oase perhatian dan kasih sayang yang tidak pernah saya dapatkan dari mama.
Si pacar demikian baik, perhatian, dan melakukan apapun demi saya.

Perlahan namun pasti mama jadi semakin hilang dari ingatan saya, terganti sang pacar yang memang melengkapi semua rasa dahaga saya akan kasih sayang yang jarang saya temukan di mama.

Alhamdulillahnya, saya bertemu dengan lelaki baik, jadi meskipun jadi tergila-gila tapi gak disalah gunakan hahaha.
Begitulah..
Saya akhirnya lebih memilih si pacar.

Tahun 2005 saya lulus kuliah, mama memaksa saya pulang ke Buton, saya tahu mama kesepian karena juga gak pernah akur dengan kakak saya.
Mama akhirnya gak bisa mempertahankan kehamilannya karena memang sudah resiko tinggi di usianya yang lebih 40 tahun.

Saya akhirnya pulang ke Buton, tapi hanya sebulan saya balik lagi ke Surabaya.
Saya gak bisa pungkiri, hati saya sudah melekat di kota ini, ada bersama sang pacar yang perhatiannya melebihi mama saya.

Bagaimana dengan bapak?

Well, bapak memang baik pada saya.
Terlalu baik jika dibandingkan dengan mama.

Masih segar diingatan saya, bapaklah yang selalu rajin menggendong saya saat sakit, even saya sudah SMP, hiks..
Kalau mama? sadar kalau saya sakit saja udah syukur, peduli sih, cuman disiapin obat trus beliau ngantor deh huhuhu.

Bapak juga yang lebih peduli akan keperluan dan kebutuhan saya, meskipun ujung-ujungnya minta ke mama karena beliau gak punya duit.

Bahkan, bapak masih menggendong saya saat saya masih kuliah.
Saat itu saya pulang untuk pertama kalinya, sepertinya bapak sangat rindu pada saya, dan begitu saya sampai rumah bapak menyambut saya di jalanan dan langsung menggendong saya.

huhuhu.. saya nulis ini jadi nangis teringat bapak.

Ah sudahlah, ulang tahun kok malah nangis-nangis?

Inti dari tulisan ini sebenarnya hanya ingin mengingat hal yang buruk-buruk dahulu lalu berdamai dan memaafkannya.
Saya merasa kacau banget akhir-akhir ini,  sering marah-marah,  gak ada kesabaran sama sekali dalam menghadapi anak-anak,  bahkan tanpa sadar,  saya mengikuti apa yang dulu mama lakukan ke saya.

Karenanya,  saya harus bisa berdamai dengan semua itu, harus bisa memaafkan masa kecil saya yang suram.
Agar bayangannya jangan sampai membuat saya secara tidak sadar meneruskan pada anak-anak saya.

Meskipun banyak hal manis di masa kecil saya, namun hal pahit dan getir juga gak kalah banyak.
Dan saya pikir, salah satu cara melupakan hal tersebut adalah dengan memaafkan masa lalu dan berdamai dengannya.


Dear Mama


Mama...
Maafin anakmu ini tidak bisa membahagiakanmu sejak pertama kali lahir ke dunia ini.
Maafkanlah anakmu ini yang terlahir sebagai seorang wanita, bukan lelaki seperti keinginanmu.
Maafkanlah anakmu ini karena harus adik yang pergi, bukan saya yang mungkin lebih tidak kau harapkan.

Maafkanlah anakmu ini karena akhirnya memilih lupa untuk pulang, membuatmu sendiri di sana.
Anakmu ini padahal tahu, kau tak bisa akur dengan kakak, padahal kau begitu menomorsatukan dia ketimbang saya.

Maafkanlah anakmu ini karena membuatmu tidak bisa naik haji karena sibuk membiayai sekolahku, yang pada akhirnya malah memilih menutup ijazah dan duduk di rumah memasak dan menjaga anak.
Seandainya dulu kau tahu saya bakal memilih jadi IRT, mama mungkin gak akan capek-capek mengeluarkan uang banyak buat sekolah anakmu ini.

Maafkanlah anakmu ini malah memberimu cucu laki-laki semua, tidak 'lengkap' seperti yang kakak Jouke berikan padamu.

Mama...
Anakmu ini juga sudah memaafkanmu.
Anakmu ini sudah memaklumi apa yang kau lakukan dulu terhadap anakmu sehingga menyisakan luka mendalam bertahun-tahun.

Kau pasti tidak sengaja melakukannya bukan?
Kau juga mencintaiku, sama seperti mencintai kakak Jouke, bukan?
Hanya saja kau kelelahan harus merawat saya yang bayi dan kakak yang seharusnya masih belum lepas ASI setelah saya lahir.

Kau juga mencintaiku seperti mencintai adik Maykel bukan?
Hanya saja uang yang kau miliki terbatas dan adik lebih butuh ketimbang saya, iya kan?

Kau juga masih mencintaiku sekarang bukan?
Meskipun semua hartamu kau alihkan atas nama kakak dan anaknya?

Kau lakukan semua itu karena bingung kalau atas namaku gimana ngurusnya, sedang saya jauh bukan?
Kau masih belum melupakanku bukan mama?

Saya masih ada di ingatanmu bukan mama?

Ah, mama..
Seandainya saya berani mengatakan semua ini di depanmu.
Bahwa saya mencintai mama sejak dulu.
Meskipun mama kadang tidak sadar saya ada di dekatmu.

Bahwa saya lelah mama suka mengeluh jadi susah karena membesarkan kami, hingga tanpa sadar sayapun ikutan ngomong kayak gitu ke anak-anak saya, huhuhu *bagian ini saya nangis keras dah .
Bahwa saya lelah mama bilang saya penyebab mama jadi menderita sejak saya lahir sehingga sayapun ikut ngomong gitu ke anak-anak.

Saya maafin dan mengerti ma..
Mohon maafkan anakmu ini.
Dan doakan agar saya bisa menjadi mami yang terbaik serta ikhlas pada anak-anak saya.
Cukuplah saya yang merasakan masa kecil tak bahagia.
Biarkanlah perasaan itu putus di saya, tidak diteruskan pada generasi saya selanjutnya.

Doakan saya ma..
Agar memasuki usia yang lebih dekat dengan kematian ini dengan hati yang lapang dan ikhlas.

Ikhlas merawat dan mendidik anak-anak saya..
Ikhlas berbakti kepada suami..
Dan ikhlas pada kehidupan..

Saya maafkan mama..
Semoga mama juga bisa memaafkan anakmu ini, aamiin..


Selamat ulang tahun Rey..
Berdamailah dengan masa lalumu yang terasa suram.
Sambutlah masa depan dengan bahagia.
Jadilah wanita yang ikhlas dan sabar,  aamiin.

Terimakasih mama, sudah melahirkan dan membesarkan saya hingga bisa seperti saat ini.

Sidoarjo - 28 Juli 2018

@reyneraea

4 komentar :

  1. Selamat Ulang Tahun Mbak Rey...Semoga panjang umur dan sehat selalu yach. 😃😂😆 #Bahagia dan haru menyelimuti Tulisan ini , Auranya kerasa bangetz....hehehe.☺nnti saya kembali lagi ke tulisan ini

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwk ketemuuuu aja si kang Nata ini :D

      Aamiin, semoga apa yang saya citakan bisa tercapai, ikhlas ya Allah :D

      Hapus
    2. saya sudah kembali, hahahah...... #cuma cek jawaban koment saja, hihihi..peace....

      Hapus
    3. waaahh, saya pikir balik buat ngasihin kado, hahaha

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)