Softlens menjadi sebuah hal yang saya idamkan, sejak setidaknya ketika masih single dulu. Ketika itu, sering mupeng banget, setiap kali liat teman-teman yang jadi makin cantik karena pakai softlens.
Padahal mereka tuh cuman pakai karena gaya-gayaan, sementara saya pengen pakai, selain merasa pakai softlens itu cantik, juga emang butuh karena mata saya minus sejak belasan tahun lalu.
Jadi, rencananya pakai softlens itu buat menggantikan kacamata minus saya. Yang sejujurnya kurang nyaman buat saya sih, apalagi kalau pas naik motor yak, berasa lingkar pandangan saya terbatas hanya di batas kacamata aja.
Lebay si Rey, padahal minusnya dulu mah baru sekitar 1/4 lalu naik jadi 1/2 hahaha.
Cerita Ingin Pakai Softlens
Keinginan pakai softlens sejak masih jadi mahasiswi sejatinya cuman pengen aja. Karena plis lah! bisa beli kacamata aja itu butuh perjuangan sampai akhirnya mama kasih duit buat beli.
Masa iya buat beli softlens juga kudu minta ortu? kan sungkan dan malu. Iya, kalau ortu tergolong orang berada kan ye.
Apalagi, dulu tuh nggak kayak zaman now, di mana cara menghasilkan uang jadi lebih beragam. Kalau dulu mah, mau dapat uang kudu kerja di kantor atau semacamnya. Atau juga jualan.
Tapi yang namanya jualan tuh ya, saya kurang sergep dah.
Terpaksa impian mau beli ini itu hanyalah sebatas mimpi, hahaha.
Sampai akhirnya saya lulus dan bisa kerja sehingga dapat gaji sendiri. Mulailah saya mandiri, membeli hal-hal yang dibutuhkan hingga diimpikan sendiri.
Lalu, keinginan pengen pakai softlens kembali datang.
Pengen dong saya pakai softlens, biar mata saya bagus. Apalagi, mata saya tuh menyedihkan, dengan kantung mata yang sudah saya punyai sejak kecil.
Saya pikir, softlens akan bikin mata jadi cantik, sehingga sedikit mengelabui orang-orang fokus ke kantung mata saya, hehehe.
Tapi saya, keinginan saya ditentang oleh si pacar. Dan begitulah saya, meski keras kepala, selalu menang dari si pacar, tapi selalu nurut dengan beberapa larangannya dan himbauannya.
Meskipun saya sadar, beberapa larangan dan himbauannya tuh tidak nyaman buat saya.
Misal, si pacar melarang saya pakai softlens dengan alasan takut mata rusak, padahal kasus mata rusak oleh softlens itu, hanyalah 1:puluhan ribu kali ya.
Ketika punya duit dan pengen pasang kawat gigi juga sama. Gigi saya emang nggak berantakan, tapi gede-gede sehingga rebutan di gusi, hahaha.
Pas pengen ikut teman pasang kawat gigi, dilarang juga dong, katanya jelek kalau orang pakai kawat gigi. Padahal, mana ada orang yang jadi jelek setelah pasang kawat gigi, yang ada makin cantik.
Meski demikian, saya ikutan saja apa kata si pacar. Meski banyak teman yang terheran-heran.
Sejujurnya posisi kami ketika pacaran itu, saya yang memimpin, si pacar yang selalu mengalah dengan saya. Tapi bisa-bisanya saya nurut aja ketika dilarang atau dihimbau.
Oh ya, masalah himbauan ini juga bikin saya kurang nyaman sebenarnya, salah satunya si pacar melarang saya pakai poni. Sebagai gantinya dia minta saya menyisir rambut dengan belahan tengah. Mau aja pulak si Rey, padahal sungguh nggak nyaman akan itu, karena jidat saya 11 12 ama lapangan bola, wakakakaka.
Dan poni itu udah menjadi signature saya sejak kecil. Biar kata mirip Dora ataupun Betty Lafea, sama mah kagak ngurus.
Eh bisa-bisanya disuruh si pacar langsung mau, hahaha.
Belakangan saya baru ngeh, kalau ternyata si pacar mengubah dandanan saya seperti itu, karena mantan pacarnya juga punya style rambut belah tengah.
Capedeh!
Akhirnya Bisa Cobain Pakai Softlens
Butuh waktu sekitar belasan tahun, sampai akhirnya saya nekat beli softlens dan nyobain sendiri. Ceritanya kalau nggak salah di awal tahun 2021 lalu.
Ketika itu, ada acara nikahan kakak ipar dan semua ipar heboh ngomongin baju dan make up. Saya bingung mau make up gimana, maka terbersitlah pengen pakai softlens aja.
Tentu saja tidak dengan ngomong ke pak suami, karena boro-boro ngomong, komunikasi kami sudah sangat buruk sejak beberapa tahun belakangan ini.
Si pak suami udah seenaknya memutuskan hidupnya sendiri. Lalu saya berpikir, ya kan udah memilih jalan sendiri-sendiri, meski masih punya buku nikah. Ya udah, waktunya saya juga mulai menjadi diri sendiri lagi.
Singkat cerita, saya belilah softlens melalui Shopee, softlens merk Freshkon.
Untungnya sih, respon penjualnya baik, saya banyak dibantu kasih suggest softlens gimana yang harus dibeli. Ukurannya berapa?.
Dan setelah bayar, nggak nunggu waktu lama, softlensnya datang.
Sayangnya, belum langsung saya cobain, karena nggak berani dibuka dulu, takut kotor (segitunya si Rey yak, hahaha).
Nantilah ketika acara nikahan kakak ipar tiba, saya bela-belain menyiapkan waktu dandan lebih lama, karena harus mencoba pakai softlens untuk pertama kalinya!
Lalu gimana?
Astagaaaahhh susah amat dong! hahaha.
Maklum kan ye, mata saya nggak pernah pakai benda asing selain kacamata, jadinya refleksnya masih luar biasa. Setiap kali saya mendekatkan softlens ke dalam mata, seketika kelopak mata saya menutup dengan ketat.
Bahkan, udah pakai dipaksa buka lebar-lebar sama jari telunjuk dan ibu jari tangan kiri, tetap aja sulit dibuka.
Ketambahan, mata saya itu kecil, bahkan nih ya, kalau kena matahari, udah berasa saingan sama orang China, sipit, hahaha.
Sampai akhirnya dengan penuh perjuangan, bisa juga masang softlens di mata sebelah kiri. Dan first impression, masya Allaaaaahhh, nyaman banget nget!.
Sama sekali nggak kerasa kalau ada benda asing yang nempel di bola mata. Yang terasa justru mata saya jadi terang banget, bisa melihat benda dalam jarak jauh secara luas.
Nah, untuk mata kanan jauh lebih sulit ternyata, luar biasa banget effortnya, sampai-sampai saya udah pengen menyerah saking susahnya kebangetan.
Nggak tau deh, kayaknya lingkar kelopak mata saya tuh lebih kecil yang kanan, jadinya softlens selalu nyangkut sebelum menempel sempurna di bola mata.
Untungnya nih, sebelum akhirnya saya menyerah, eh tiba-tiba softlensnya bisa nempel ke bola mata, dan tadaaa.... langsung bisa deh.
Lalu lepas softlens-nya gimana? drama juga tentunya, hahaha.
Susah juga ternyata, apalagi saya liat tutorial kan, ngelepasnya pakai stick gitu kan. Duh, pakai stick mini gitu, boro-boro lepas, yang ada ujung stick-nya nempel di bola mata saya. Berasa mau nyedot bola mata, wakakakak.
Akhirnya saya lepasnya manual aja, pakai 2 jari, dengan cara dicubit halus, Alhamdulillah sampai saat ini saya pakai cara demikian, dan aman-aman saja.
Pokoknya harus disiplin aja menjaga kebersihan tangan, sebelum dipakai untuk membuka atau melepas softlens di mata.
Dan untungnya lagi, drama sulit memakai dan melepas softlens itu nggak lama, hanya butuh 3-4 kali pakai softlens, setelah itu udah langsung mahir.
Sampai sekarang pun, jadinya udah lumayan sat set aja, pokoknya ada tips khusus, make softlens sebelum muka dikasih apapun.
Kalau udah pakai skincare, apalagi eye care, udahlah, mulai susah, karena kulitnya licin, susah nahan kelopak mata tetap terbuka, hehehe.
Hingga kini udah sekitar 2-3 tahun ya pakai softlens, etapi makenya nggak setiap hari ya, cuman pas lagi mau keluar ke mall atau ke mana aja gitu. Kalau sehari-hari, anjem si Adik mah, pakai kacamata aja biar kata males.
Alasannya, sejujurnya saya agak kesulitan liat HP kalau pakai softlens maupun kacamata, lebih asyik kalau mata telanjang aja.
Dan selama ini pakai softlens, Alhamdulillah banget yak, nggak pernah ada masalah pada mata, entah memang saya cocok pakai softlens merk itu. Atau juga karena saya makenya nggak terlalu sering.
Atau juga saya makenya nggak terlalu lama kali ya.
Intinya, menurut saya sih pakai softlens itu aman-aman aja, selama memilih softlens yang juga terpercaya dan aman. Pastikan memilih softlens yang punya izin dari Kemenkes RI.
Jangan hanya tergoda dengan warna, bentuk dan harga 'miring'nya. Ingat, mata ini vital banget loh. Jauh lebih vital dari salah pilih skincare.
Softlens dan Self Healing Ala Rey
Setelah lama menginginkan pakai softlens, lalu mengurungkan niat demi menghargai pasangan. Meski alasannya nggak masuk akal. Lalu akhirnya bisa mencoba dan ternyata malah nyaman dan suka banget, gimana rasanya, Rey?.
Luar biasa bahagia.
Masya Allah, walhamdulillah!.
Terlebih, saya suka look diri sendiri ketika pakai softlens, ketimbang kacamata.
Mata saya itu kan kecil, sementara muka saya lebar, jadinya nggak nyaman aja kalau saya liat, hahaha. Nah kalau pakai softlens, sedikit banyak bikin bola mata saya jadi lebih tegas dan lebar. Jadinya lebih proporsional aja kalau di mata saya yak.
Dan tahu nggak sih, kalau kita suka dengan diri kita, seketika mood membaik nggak sih?
That's why buat saya, hal receh kek bisa paka softlens itu, bisa jadi self healing banget dong.
You know lah, beberapa tahun belakangan ini, hubungan saya dengan papinya anak-anak nggak baik. Sayangnya saya belum bisa bertindak jauh karena nggak punya support system sama sekali. Jadinya, bisa dibilang wajib bertahan dalam kondisi yang tidak nyaman.
Salah sau cara tetap waras ya dengan rajin-rajin self healing, biar bisa lebih tenang, melepas mental korban, dan belajar menerima kehidupan yang ada.
Banyak sikap papinya anak-anak yang bikin sakit hati, salah satunya adalah tidak adanya komunikasi sama sekali selama dia di luar pulau. Bahkan saya maupun anak-anak nggak tahu dia kerja di mana tepatnya, kerjanya ngapain, gajinya berapa? hehehe.
Tapi, setelah lama memendam sakit hati, siang malam berdoa minta dikuatkan, akhirnya saya mulai ditunjukan hal-hal yang lebih penting untuk bisa dilakukan, salah satunya mencintai diri sendiri.
Setelah itulah saya mulai tersadar, kalau sebenarnya masih banyak yang tidak bisa saya capai selama berhubungan dengan papinya anak-anak, demi menghargai dia.
Bahkan, menjadi IRT, nggak punya masa depan finansial yang baik, ya demi mengalah agar dia yang bisa naik, nggak melulu berada di bawah bayangan saya.
Meski saya adalah wanita yang egois dan keras kepala, ternyata banyak hal yang terpaksa saya korbankan demi menghargai dia.
Dan sekarang, setelah dia sesuka hatinya, saya pikir bukanlah hal berlebihan bagi saya untuk mulai mencintai diri sendiri, dengan menjadi diri sendiri yang nyaman dalam versi saya.
Salah satunya, bisa pakai softlens.
Sebenarnya hal ini bukan masalah besar loh. Toh saya juga bukan orang bodoh yang mau seenaknya memasukan benda nggak aman ke dalam mata.
Selain itu, plis lah, beli softlens sama sekali nggak bikin uangnya habis. You know-lah Alhamdulillah saya masih bisa membiayai diri sendiri, tanpa bergantung pada duit papinya anak-anak.
Beda lagi yak, kalau dulunya si papinya anak-anak ini ngelarang saya pakai softlens karena itu super mahal dan bikin saya berhutang yang akhirnya ditanggung oleh dia.
Kagak!
Saya sendiri heran, mengapa si papinya anak-anak melarang saya makai softlens. Sedangkan dia tahu persis, wanita yang pernah dia perjuangkan ini sama sekali nggak pernah bikin dia puyeng masalah keuangan karena gaya hidup saya.
Jadi saya pikir, memutuskan pakai softlens tanpa bertanya lagi pada pendapatnya bukanlah sebuah hal besar, malahan jadi self healing. Berasa memiliki kembali diri saya dahulu.
Diri yang manja, tapi sebenarnya sangat mandiri, karena sungkan merepotkan orang lain. Diri yang sebenarnya punya banyak impian masa kecil yang terpaksa dikubur, demi menghargai perasaan si paksu tersebut.
Saya di masa kecil, adalah seseorang yang terabaikan. Sebagai anak tengah yang kebutuhannya selalu jadi prioritas paling akhir setelah adik dan kakak. Yang ujungnya nggak dapat, karena duit ortu tidak mencukupi.
Sesosok wanita yang tumbuh besar dalam rasa minder, jujur saya pengen juga kayak teman-teman lainnya, yang ketika punya uang, bisa dinikmati dengan mempercantik dirinya.
Dan lagian, saya tidak pernah punya keinginan yang aneh-aneh dan berlebihan kok. Cuman pengen keliatan cantik dalam versi diri sendiri (sekali lagi, VERSI DIRI SENDIRI!).
Sejak kecil saya sering banget duduk di depan teras rumah ortu, melihat pemandangan gunung dari kejauhan, sambil melamun dan bergumam sendiri.
"Suatu hari nanti, ketika saya sudah dewasa, saya akan pergi hingga melewati gunung tersebut!. Saya akan kerja keras, sehingga bisa sukses, bisa kerja di gedung-gedung yang tinggi. Pakai blazer rapi dan sepatu pantovel yang keren. Saya akan punya uang yang cukup buat ke dokter gigi, benerin gigi, pasang kawat gigi. Bisa mengurangi kantung mata yang memang sudah saya miliki sejak lahir ini. Saya juga pengen secantik teman-teman lainnya!"
Kenyatannya, impian seorang gadis kecil dan kurus serta berkulit gelap itu memang terlaksana, namun kurang sempurna karena keburu kecantol cinta-cintaan, hahaha.
Etapi jujur ya, sebenarnya cinta itu menyempurnakan semua manusia sebenarnya ya.
Maksudnya gini, dulu tuh ya, setidaknya sampai sebelum si paksu berubah, setidaknya selama hubungan kami pacaran 8 tahun, lalu menikah hingga tahun ke-5. Saya udah merasa sangat komplit dalam hidup.
Saya nggak butuh lagi softlens, karena paksu selalu bilang saya selalu cantik apa adanya. (sekarang ingat itu malah pengen muntah, wakakakakakak).
Bahkan, kalau liat-liat foto saya dulu, masya Allaaaahh kusam dan serem, tapi seingat saya nggak pernah tuh saya cranky dengan penampilan.
Sekarang saya jadi bertanya-tanya, apakah saya sekarang lebih peduli dengan penampilan diri, karena pengen disukai orang?. Karena papinya anak-anak, tidak lagi meratukan saya kayak dulu.
Atau pengen bikin papinya anak-anak kesemsem karena saya jadi lebih cantik?.
Tapi, saya udah renungin dengan lama, kayaknya bukan deh.
Jujur, saya happy dengan keadaan sekarang. Nggak ada suami yang peduli kayak dulu, bukan lagi jadi hal besar buat diri. Selama saya berkaca tetap cantik menurut saya, berfoto juga cantik, semuanya it's OK, hahaha.
Makanya, sekarang tuh ya , satu-satunya yang bikin cranky, cuman ketika papinya anak-anak pura-pura amnesia nggak kirimin anaknya duit buat biaya hidupnya.
Ye kan, duit akoh belum mencukupi untuk semua kebutuhan anak-anak.
Bentar, ini kenapa malah bahas curhatan yak, kan judulnya softlens? wakakakakaka.
Intinya demikian dah, bagi saya, memakai softlens itu ibarat self healing dari beban mental saya akibat pak suami yang berubah makin nggak terkendali.
Karena bahkan sehebat-hebatnya saya, se ilfil-ilfil nya saya pada sosok lelaki yang pernah saya rajakan itu, nyatanya ada juga rasa sedih yang bikin jiwa kadang merasa letih.
Nah, untuk itu, hal-hal yang menyenangkan hati, dengan melakukan atau meraih apa yang pernah jadi impian saya sejak kecil. Lalu terkubur karena sosok pasangan, ternyata means a lot dalam perjalanan self healing.
Demikianlah.
Kalau Temans, punya impian apa yang belum tercapai atau tertunda sebentar?
Coba deh capai, insya Allah bisa bikin hati jadi lebih baik, karena jadi semacam self healing.
Surabaya, 09 Februari 2024
Hahahahahha aku tau bangettttt susahnya pake soflen iniiii 🤣🤣. Tapi memang kenapa ga mata yg pake softlens jadi terlihat jauuuh lebih bagus 😅.
BalasHapusAku dulu tertarik pakai krn adekku pake Rey. Dan baguuus di mata dia. Beli lah langsung. Tapi make nya ya allah, yakali 1 mata 30 menit 🤣. Aku pake pas acara adat sebelum akad nikah. Itu pun dah susah payah masangnya.
Dan aku tipe yg ga telaten. Pernah lupa ama si soflen, jadi terbiar di dalam casenya berhari2. Pas dibuka udh kering kerontang sampe retak 😂.
Dah lah ga mau lagi.
Tapi kalo baca atau liat temen yg pake, lgs pengeen 😆. Apa belajar lagi yaa, biar lancar masangnya dulu 🤣