Ria Ricis VS Konten Ngeprank, Suka Bercanda Jadi Susah Dipercaya

Lagi viral di aplikasi X aka Twitter tentang masalah gugatan cerai yang dilayangkan Ria Ricis kepada Suaminya, Teuku Rian. Berita ini muncul sambil dikaitkan dengan cuitan seorang selebriti lainnya, Kemal Pahlevi.

Melalui akun Twitternya, Kemal menuliskan,

"Vlog perceraian Ria Ricis part 1 udah tayang belum?"

Netizen sedikit bimbang dengan berita gugatan si selebgram, Ria Ricis. Mengingat rekam jejaknya dalam membuat geger netizen, terjadi tidak sekali dua kali.

Dari masa ketika dia tidak kuat menerima hujatan dan komen negatif netizen, lalu akhirnya memutuskan membuat video di channel YouTube yang berjudul 'Pamit'.

Luar biasa hebohnya netizen kala itu, banyak yang menyayangkan sikapnya yang menyerah pada kejahilan tangan netizen dalam menuliskan komentar jahatnya.

Eh, 2 hari kemudian, tiba-tiba Ricis kembali membuat video, dengan judul kalau dia kembali. Seketika publik kesal karena merasa di-prank (sebuah aksi bercanda atau pura-pura semata).

Di lain waktu, publik kembali dibuat geram, ketika Ricis sengaja menjadikan momen kepergian ayahnya selama-lamanya, sebagai salah satu konten dengan monetisasi iklan.

Lalu beberapa waktu lalu, Ricis kembali dihujat karena mengajak anaknya, Moana, yang masih bayi, untuk berkendara air tanpa alat pengaman sama sekali.

Jujur, saya capek sendiri membaca beritanya, kebayang sih gimana persiapan mental si Ricis, orang saya aja cuman kebagian baca doang, tapi capek banget.

Source : cnn

Hidup kok dihujat melulu, hidup juga diatur netizen mulu, hidupnya juga seolah tak ada privasi sama sekali.

Etapi, duitnya banyak sih, hahaha.

Tapi sudahlah, saya sebenarnya bahas si Ria Ricis ini, lantaran mengingat masa-masa lalu saya. Di mana saya juga dulu sering bercanda (dulu nggak kenal istilah prank kan?).

Saking seringnya saya bercanda, pas beneran, nggak ada yang percaya dong.

Persis si Ria Ricis kan?

Tapi, berbeda dengan Ricis yang memang bergelut dalam monetisasi video nge-prank, saya bercanda karena memang ada alasan yang masuk akal.

Yaitu, mengatasi baper dengan pertanyaan orang lain.

Astagaaaaahhh!!!

Dibanding sekarang yang mana orang-orang udah lebih teredukasi, dulu mana ada!. Yang namanya suka banget urusin hidup orang lain dengan alasan basa basi itu, pedas banget.

Bahkan, tanpa saya sadari, keknya sayapun juga pernah usil nanyain eh urusin hidup orang lain. Dengan nanya ke teman yang belum punya anak setelah menikah bertahun-tahun.

"Udah isi belum?"

Plak! hahaha. 

  

Nah, untuk case saya, dulu tuh paling bosan mendengar pertanyaan,

"Rey, kapan kamu nikah?"

"Pacaran terus, nggak nikah-nikah!"

Dan semacamnya.

Karena bosan ditanya begitu melulu, akhirnya saya jawab aja ngasal,

"Emmm... kayaknya besok deh, Mbak/Mas/Pak/Bu, Soalnya ini udah terlalu sore, KUAnya udah tutup deh!"

"Yang jelas bukan hari ini, , Mbak/Mas/Pak/Bu, soalnya saya masih sibuk bikin laporan ini!"

"Minggu depan, insya Allah! doain ya biar nggak molor lagi!"

"Insya Allah bulan depan, jangan lupa nabung mulai sekarang loh, buat bowo (kasih amplop)"

Dan semua jawaban yang aslinya ngasal aja saya jawab, tapi dengan mimik yang terlihat serius, hahaha.

Pada akhirnya, toh rata-rata mereka kesal, karena saya bercanda melulu. Ketika itu terjadi, saya balikin aja,

"Lah, lagiaaan, napa sih kalian ribut banget nyuruh saya nikah!"

Saking seringnya saya jawab dengan sesukanya, lama-lama orang-orang bosan sendiri nanya. Dan ketika itu sampailah momen bahwa saya akhirnya akan menikah.

Ketika itu saya pamit deh sebulan sebelumnya sama kabag saya.

Dan tebak apa reaksinya.

"Terserah dah Rey! besok kamu nikah juga nggak apa-apa kok!"

"Iya Rey! cutilah sepuasmu!"

Intinya, si Bapak Kabag saya nggak percaya dong!.

Padahal, sengaja saya pamit agak jauh hari, untuk mengantisipasi laporan-laporan yang tetap harus ada, ketika saya akan cuti agak lama.

Maklum kan, saya nikahnya di pulau lain, nggak mungkin dong bisa cuti dengan cepat.

Bukan hanya pak kabag, direktur perusahaan tempat saya bekerja juga sama, nggak percaya sama sekali, saking bosannya dengar jawaban bercanda saya tentang nikah, hahaha.

Sampai akhirnya tiba waktunya saya beneran akan cuti, udah buat surat cuti, baru deh sekantor heboh dan percaya. Itupun nggak semua percaya sepenuhnya.

Sebagian malah curiga, saya memalsukan cuti nikah, hanya untuk cuti keperluan lain, ampyun dahhh, hahahaha.

Heran dah, mereka yang salah, ngapain nanya melulu! kan saya berbaik hati memuaskan rasa kepo mereka, dengan asal jawab gitu. Daripada saya nggak jawab, atau lebih parahnya kek anak muda zaman sekarang, langsung bete dan curhat di medsos.

"Mental breakdown ditanya demikian!"

 

Bukan hanya masalah menikah, setelah menikah kan saya nggak segera hamil. Masya Allaaaahhh, mulai lagi saya berkutat dengan pertanyaan lainnya.

"Gimana Rey? udah isi belum?"

Masalahnya adalah, teman-teman saya itu agak hang otaknya sih. Bisa-bisanya nanyain udah isi (hamil) tapi setiap hari.

Berasa ditanya, 

"Udah bikin anak, belom, Rey?"

Hahahaha.

Dan jangan harap si Rey bakal baper, yang ada saya malah kembali memberikan jawaban yang bikin mereka tenang.

"Nih perut saya besar, tapi nggak tahu, ini isi bayi atau isi nasi?"

"Udah kok, nih liat, perut saya gede kan?"

"Udah dong, masa sih si Rey pernah perutnya nggak isi, bisa mengaum kek singa dia kalau kelaparan!"

Saking seringnya mereka dengar jawaban ngasal saya, lama-lama capek sendiri dah.

Syukurin, kagak belajar dari kasus pertanyaan kapan nikah sih, hahaha.

Sampai akhirnya saya positif hamil beneran, lagi-lagi nggak ada yang percaya. Nanti setelah perut saya beneran membesar, ditambah hidung saya memang membesar ketika hamil. Baru deh semuanya percaya kalau saya beneran hamil.

Kocak banget dah teman-teman saya.

Anyway, sebenarnya nih ya, dari cerita saya di atas, ada inspirasi yang bisa diambil oleh pembaca.

Yang pertama, nggak usah baper kalau dapat pertanyaan bas basi yang kebasian, cukup jawab aja dengan ngasal tapi dengan mimik serius.

Entar, kalau ketahuan kita ngasal, yang nanya kan bete sendiri.

Jadinya aman kan, ngapain kita yang harus bete? Harusnya yang nanya dong, hahaha.

Kenapa kita yang harus mental breakdown?. Balikin dong, biar yang iseng suka nanya nggak jelas gitu, yang mengalami emotional damage, hahaha.

Yang kedua, ngeprank itu nggak apa-apa sebenarnya ya, asalkan untuk tujuan yang jelas, dan untuk orang-orang yang tepat.

Contohnya, untuk orang-orang yang suka banget kepo dengan urusan orang lain, meskipun saya tahu sih, kalau itu cuman basa basi mencairkan suasana.

Tapi kan kadang, eh seringnya yang terlalu sering ditanya demikian, jadi bete juga lama-lama, ya nggak?

Makanya, orang-orang demikian wajib banget dijadikan target nge-prank, biar main maknyus hidup mereka yang suka kepo dengan urusan orang lain.

Atau yang suka nggak kreatif, kalau nyari pertanyaan yang berbobot untuk berkomunikasi ringan.

Apalagi kalau dijadikan konten yak, waaahh itu bakalan jadi ide konten yang luar biasa loh. Buruan deh bikin video-nya, dijamin viewnya banyak, penonton pun puas, hahaha.

Kalau temans, ada yang pernah punya pengalaman sering bercanda, jadinya orang-orang punya trust issue ke semua hal tentang kita?

Atau pernah punya pengalaman, ditanya sama tetangga atau teman atau siapa saja yang super annoying? Share yuk!

Surabaya, 2 Januari 2024