Curhat tentang pemilu yang diadakan hari ini, Rabu tanggal 14 Februari 2024, awalnya tak terencana. Kirain, nggak perlu ada cerita yang harus saya rekam di blog ini, toh saya juga nggak ikutan milih aka golput.
Jangan dihujat dulu deh, saya terpaksa kok golput dengan sebuah alasan yang kuat dari sebuah kondisi. Salah sendiri, kenapa sih kita kudu ke TPS buat milih, kenapa nggak online aja?, hehehe.
Sebenarnya, saya males cerita tentang pemilu, tapi udah jam 20.00 dong dan saya belum nulis sama sekali buat setoran di KLIP (lagi!), hahaha. Untuk waktu yang mepet, mau nggak mau saya kudu nulis yang mudah aja, apalagi kalau bukan nulis curhat aja.
Awalnya saya pengen nulis tentang kehilangan. Gegara sejak kemaren saya tuh ke-trigger ketika membaca tulisan hujatan para ibu ke Tamara Tyasmara dengan tuduhan sengaja membunuh anaknya.
Kebanyakan orang menghakimi karena melihat foto si Tamara yang dandan dan senyum ketika berfoto di malam tahlilan anaknya.
Ya ampoooonnn!!!
Gara-gara itu, saya jadi ke-trigger, keingat lagi masa-masa kehilangan Bapak, masa yang luar biasa berat sebenarnya, hanya saja saya tak tahu harus gimana.
Tapi, kita tahan dulu cerita itu, saya ceritain bagaimana memulai tulisan yang mungkin menguras emosi tersebut, dengan terlebih dahulu mencari cerita Dee Lestari yang punya cara tersendiri dalam mengatasi duka kehilangannya.
Eh malah ketemu lagunya si Dee yang judulnya Berduka dong, saya dengerin deh, dan kemudian nangis deh saya.
Sayangnya, baru juga mulai menikmati tangisan, eh HP saya bunyi, ternyata dari babang gofud yang udah tiba, tapi nggak ketemu sama si Kakak yang udah nunggu di depan.
Pas dia kirim foto tempat nunggu, baru ngeh deh saya kalau dia salah alamat. Lalu saya rempong ngarahin ke lokasi yang benar, karena si Kakak nggak bawa HP, bingung ngasih arahannya.
Gegara rempong dengan urusan babang salah alamat, buyar sudah rasa sedihnya, jadi nggak mood pulak mau nulis. Dasar mamak-mamak yak, mau bersedih aja nggak ada waktu, wakakakakak.
Ketika saya buka medsos, terpampanglah hasil sementara pemilu yang keknya udah nggak sementara lagi. Lalu, saya berpikir, mending curhat aja masalah pemilu 2024 ini dah.
Alasan Tidak Bisa Ikut Mencoblos Di Pemilu 2024 Ini
Btw, iya, saya golput hari ini, nggak ikutan mencoblos siapapun. Sejak pagi, saya malah sibuk bikin video reels liputan acara sebuah resto bebek panggang di Surabaya.
Butuh berjam-jam juga dong untuk bisa selesai, dari milih videonya, editnya, sampai masukin voice over yang kesalnya setelah di-upload jadi kecil suaranya, hiks.
Mengapa malah sibuk bikin video, bukannya ke TPS?.
Jawabannya adalah, karena KTP saya masih terdaftar di rumah eyangnya anak-anak. Hih, males banget jika harus ke sana untuk mencoblos.
Jujur, saya masih sulit bersikap normal melihat bahkan memikirkan lansia yang eror itu. Terlebih kapan hari papinya anak-anak tanpa merasa bersalah malah video call dari rumah bapaknya itu, dan ngeliatin si lansia itu.
Bulu kuduk auto bergidik lagi dong, teringat lagi momen merasa diintip ketika sedang mandi dulu.
Dengan kondisi demikian, gimana caranya cobak saya bisa ke TPS?. Sementara letak TPSnya itu biasanya dekat rumah si lansia itu.
Jadi begitulah, saya terpaksa tidak bisa ikutan menyumbangkan suara untuk memilih pemimpin Indonesia 5 tahun mendatang.
Yang ujungnya saya agak bersyukur, karena nggak maksain milih, orang nggak menang juga pilihan saya, hahaha.
Tentang Hasil Pemilu Sementara yang Beredar Malam ini
Meski nggak ikut mencoblos, dan seharian ribet dengan upload reels dan kemudian nge-boost postingannya. Tapi tetap saja saya penasaran, siapa sih yang menang? setidaknya dalam perhitungan sementara.
Source: detik.com |
Lalu, iseng saya nanya dong di Twitter, dan seketika kuciwah sodarah! hahaha.
Yaaaa.... paslon yang saya andalkan kalah, meskipun masih perhitungan sementara, tapi liat di beberapa postingan beredar, kok ya perbedaannya jauh banget, huhuhu.
Sedih sih, tapi juga merasa sedihnya nggak sebanding dengan teman-teman lainnya yang udah berjuang untuk datang mencoblos.
Saya sempat membaca keluhan beberapa teman yang harus antri berjam-jam sampai akhirnya kebagian waktu mencoblosnya.
Jadi ingat, dulu ketika pak Jokowi awal-awal mencalonkan diri, saya masih di Jombang karena ikut pak suami yang ketika itu kerja di sana. Bayangkan, demi mencoblos kami harus berkendara jauh untuk balik dulu ke Surabaya.
Untungnya ketika itu pak Jokowi menang, dan kebetulan saya milih beliau dulunya.
5 tahun lalu, kami udah di Sidoarjo, pas pemilu tetap datang bawa bayi demi memilih pak Uno *eh, hahaha.
Lalu berakhir kecewa karena nggak menang, hahaha.
Dulu tuh ada cerita nggak asyik juga pas mau mencoblos. Si eyangnya anak-anak dong maksa kami untuk memilih seorang paslon yang paginya datang bagi-bagi duit.
Tentu saja saya mengiyakan saja perintah si Bapak mertua, lalu setelah di bilik TPS saya milih siapa?. Off course siapa aja yang penting bukan yang disuruh si mertua, wakakakak.
Anyway, karena menerima kekalahan paslon yang dipilih 5 tahun lalu, jadi membayangkan bagaimana perasaan teman-teman yang paslonnya nggak menang tahun ini.
Apalagi kalau yang memang sejak awal berharap banget di paslon tersebut.
Tapi mau gimana lagi kan ye, kalau memang yang menang si paslon 02, nggak ada yang bisa kita lakukan selain menerima.
Jujur, saya nggak memilih 02 karena faktor like dislike. Saya nggak suka sama wakilnya yang kayaknya kok agak kurang sopan dalam merepresentatifkan sebagai pemimpin usia muda.
Tapi, nggak perlu diambil hati secara politik yak, itu perasaan saya aja kok.
Sejujurnya, nggak ada juga paslon yang benar-benar saya kagumi, kayak dulu mengagumi pak Jokowi ketika awal dia mencalonkan diri jadi presiden.
Paslon 03 misalnya, jujur saya suka, khususnya wakilnya, tapi nggak suka partai pendukungnya, hahaha.
Paslon 01, saya suka tapi masih ragu sih. Sukanya karena you know lah saya penyuka orang cerdas dan intelektual. Bukan berarti saya anggap paslon lain ngga cerdas yak.
Tapi sudahlah, toh juga udah terjadi, semoga siapapun yang jadi presidennya, bisa mengubah bangsa ini jadi lebh baik.
Yang paling penting, bisa membuka lapangan pekerjaan yang memadai buat mamak-mamak kayak akoh. Ya pegimana dong, saya butuh uang, tapi nggak bisa kerja di luar.
Sampai detik ini masih menunggu anak-anak bisa lebih mandiri, sementara usia semakin bertambah, kemampuan semakin berkurang, hahaha.
That's why, nggak mau muluk-muluk saya mah, siapapun presidennya, yang penting kehidupan kami bisa lebih baik lagi, aamiin.
Dan buat temans yang kecewa, tetap semangat yak.
Semoga apapun hasilnya akan jadi lebih baik. Dan semoga jika memang ada kecurangan, akan bisa diungkap dan diselesaikan dengan baik.
Kalau kata orang Jowo,
"Ndang mari, ndang wes!"
Ayo segera ditentukan siapa yang menang, nggak usah ada 2 putaran lagi, bikin rempong aja soalnya. Segeralah dilantik, dan segera bekerja. Biar kita-kita para masyarakat juga bisa hidup dengan damai mengikuti arah pimpinan tersebut.
Kalaupun ada kebijakan yang tidak memuaskan satu golongan, semoga golongan yang lebih banyak lebih puas, khususnya yang golongan menengah ke bawah.
Karena siapapun presidennya, yang paling merasakan dampaknya adalah golongan menengah ke bawah. Yang paling kejepit itu ya golongan menengah tanggung kayak saya.
Gimana ya, golongan kayak saya ini, nggak bisa dapat bantuan pemerintah, karena dinilai tidak masuk masyarakat miskin. Tapi, pemerintah nggak sadar, kalau beban kami juga tidak kalah berat sama masyarakat miskin, karena kami kejepit tanpa bantuan.
Ah begitulah curhat saya, seseorang yang hari ini terpaksa golput karena keadaan. Positifnya, akhirnya saya nggak terlalu sedih karena toh paslon yang rencananya bakal dipilih, nggak menang, hehehe.
How about you, Temans?
Surabaya, 14 Februari 2024
Ananda Rey! Kadang kita mersa diri kita kesulitan terutama masalah keungan, kita tidak menyadari ada orang lain yang lebih sulit daripada kita.
BalasHapusAku selalunya milih tiap pemilu, jadi tahun ini pasti milih 😄. Masalah hasil, rahasia 😄. Aku memang ga terlalu suka expose pilihanku siapa. Yang paling penting aku selalu suka dengan orang yang hasil kerjanya ada, bukan cuma pinter ngomong 🤣
BalasHapusWalaupun memang sih, siapapun presidennya, susah untuk bisa memuaskan semua orang apalagi Indonesia yg gede banget giniii 😂. Golongan A suka, eh golongan B menentang. Udah paham. Makanya aku juga ga pernah mau terlalu suka dengan calon tertentu . Ntr malah kecewa. Yg penting selalu ada back up plan kalo seandainya kebijakan dari si A merugikan bisnisku, harus ngapain nih 😄. Gitu ajalaaah. Toh memang semua bisnis dan usaha ttp harus kita perjuangkan sendiri siapapun presidennya kan