Prospek Kerja Teknik Sipil yang Mom Friendly di Indonesia

pekerjaan lulusan teknik sipil

Prospek kerja teknik sipil, khususnya yang mom friendly, seharusnya dipahami oleh wanita, sebelum memutuskan berkuliah di teknik sipil.

Karena menurut pengalaman saya, pekerjaan lulusan teknik sipil itu, jarang yang bisa mom friendly. Khususnya bagi yang workaholic dan maunya kerja di kantor serta proyek kayak saya.

Meskipun, sebenarnya yang namanya kerjaan kantoran itu emang semuanya sulit bisa mom friendly ya. Tapi menurut saya, teknik sipil tuh lebih menantang jika udah jadi mamak-mamak.

Disclaimer dulu ya: tulisan ini berdasarkan opini dan pengalaman saya, sama sekali tidak mutlak benar semuanya, tapi bisa dijadikan inspirasi.


Tantangan Bekerja Sebagai Lulusan Teknik Sipil Setelah Jadi Ibu

Meskipun dulu nggak pernah berkesempatan bekerja di perusahaan yang gede banget, tapi saya beruntung bisa bekerja di hampir semua bagian pekerjaan teknik sipil (selain perencanaan struktur).

Mulai dari survey lokasi, bikin gambar kerja, hitung volume dan biaya pekerjaan, bikin tender dari awal sampai terbentuk laporannya. Bikin RAP, RAB, rencanakan time schedulle, cost control, bikin laporan proyek, sampai bentuk tagihan.

Bahkan sampai menyerempet pajak dan akunting, karena bersinggungan dengan cost control proyek. Saking banyaknya yang saya mau aja kerjakan, rasanya kok nggak ada ya yang bisa jadi saya kuasai sepenuhnya atau sampai dibilang kayak pakar gitu.

Ye kan, kunci menjadi pakar kan kudu fokus di satu bidang, lah saya serakah banget gitu, semua bidang saya ikutan. Entah terlalu polos atau hodob, hahaha, padahal gajinya ya tetap segitu-segitu aja. Hanya menjadi satu-satunya 'karyawan yang nggak pernah kena marah bos' aja keknya privilege saya, hehehe. 

Alasan nggak pernah dimarahin, mungkin karena dulu tuh saya bekerja di perusahaan yang owner-nya keturunan China dan non muslim, dan saya satu-satunya yang berjilbab di sana.

Mungkin karena jilbab saya, banyak yang sungkan sama saya, plus.... si Rey kan karyawan 10 menjadi satu. Mereka paham, biar kata si Rey ini mau disuruh apapun, tapi cengeng. Nah kalau dia nangis, trus ngambek, 10 karyawan yang ada di dia kabur juga dong, hahahaha.

Biar kata gaji terbilang kecil, setiap musim tender begadang sampai tengah malam itu, udah biasa. Bahkan sampai udah hamil pun, terpaksa nggak mau lembur di kantor karena jujur kantornya itu serem. Maklum tuh bangunan peninggalan Belanda yang ada di dekat Tugu Pahlawan sono, tahu sendiri dah gimana seramnya.

Alhasil saya nggak lembur malam-malam, tapi bawa pulang kerjaan di rumah, wakakakak *podho wae!.

Meskipun saya lelah, sering banget ngomel, berkali-kali juga rencana mau cari kerjaan lain yang gajinya lebih besar, tapi toh tetap aja saya kerjakan semua, sebanyak apapun itu. Meski itu kerjaan orang lain sebenarnya.

Capek sih, tapi sejujurnya saya juga menikmati semua kerjaan itu. Karena dulu kan saya ngekos ya, kadang tuh pulang kerja weekend dan nggak lembur. Sampai kos bingung mau ngapain.

Seringnya saya mampir pinjam DVD atau CD film buat maraton nonton sampai pagi. Tapi lama-lama bosan juga, rasanya lebih senang kalau kerja, meski lembur nggak dibayar, hahaha.

Selain enak bisa ngantor dan ada temannya, bisa kerja depan komputer, dan bos-bos di kantor tuh tahu banget si Rey itu disogok camilan dan makanan aja udah bahagia banget, hahaha.

Jadi lumayan kan, kalau lembur itu berarti saya nggak perlu pusing cari makan apa buat siang kadang sampai malam. Dan banyak jajanan!. Ada roti, donat dan lainnya.

Dan you know apa yang paling membahagiakan dulu?. Badan saya kurus! mau makan sebanyak apapun, tetap kecil dan kurus, hahaha.

tantangan ibu bekerja teknik sipil

Sampai akhirnya saya menikah, mulai kerasa tuh ternyata jadi makin capek, makin bingung menyeimbangkan waktu. Apalagi pas punya anak, mulailah drama mewarnai hari-hari saya.

Yang namanya kerjaan proyek itu ya, nggak ada berhentinya (kecuali lagi nggak ada proyek, etapi kalau ga ada proyek, ambyar dong perusahaan, hahaha). Terlebih saya dikasih kepercayaan meng-handle cost control semua proyek di perusahaan itu.

Proyeknya lumayan banyak, dan cuman akoh yang mau peduli hal-hal detail. Jadi, meski ada tambahan karyawan yang bantu, kok rasanya bekerja sendiri akoh-nya. 

Di sisi lain, yang namanya ibu bekerja itu, saya udah bangun sejak pukul 3-30 atau 04.00 setiap harinya. Langsung heboh di dapur nyiapin MPASI si kakak bayi, siapin semua keperluannya, jadi ketika berangkat si kakak bayi yang waktu itu dijaga eyangnya, udah nggak terlalu memberatkan eyangnya.

Si kakak udah mandi, udah sarapan, semua popok dan baju ganti udah siap di kasur, susu pun udah saya pisahkan per takaran. Intinya, ibu mertua nggak perlu repot deh urus si kakak bayi.

Dan untuk itu, saya yang harus kerjakan sendirian, karena papinya sejak dulu kerja di luar kota. Sejak punya anak, saya jadi sering telat ke kantor. Dan saya harus pulang tepat waktu, karena eyangnya udah telpon-telpon nanya kapan pulang?.

Gimana nasib kerjaan saya?

Kacau balau!

Mau lembur nggak bisa, mau dibawa pulang juga bullshit kan ye. Pegimana akoh ngerjainnya, orang setiap pulang, bahkan kadang belum mandipun si kakak bayi udah nempel aja sama diri maknya ini, sampai besok, huhuhu.

Dan begitulah, lama-lama saya nyerah. Harus banget memilih, anak atau kerjaan, dan terpaksa milih anak deh.

Dari pengalaman itulah saya jadi berpikir, ternyata nggak semua prospek kerja teknik sipil itu baik buat perempuan, khususnya ketika udah jadi ibu, alias nggak mom friendly.

Itu dulu ya, tidak termasuk drama merah ASI, waktu si Kakak bayi, dia minum sufor, jadi saya bebas dari acara merah-merah ASI ketika kerja. Kalau kerjanya di kantor aja sih mungkin nggak masalah. Tapi kalau mobile ke proyek, mana temannya laki semua, menghadeh kan.    


Prospek Kerja Teknik Sipil yang Mom Friendly

Duani teknik sipil khususnya memang keras, baik kuliah dan kerjanya terbilang berat untuk para perempuan. Meskipun zaman sekarang udah banyak perempuan yang terjun langsung ke proyek ya. Tapi menurut saya sih zaman now udah lebih mudah, karena fasilitas juga semakin canggih.

prospek kerja teknik sipil

Bahkan dalam dunia perkuliahan, ada beberapa teman yang terpaksa mundur dari teknik sipil, saking nggak kuat dengan pelajarannya. Apalagi kalau mereka adalah lulusan SMA. 

Berbeda dengan saya yang memang udah punya basic dari STM jurusan bangunan, jadi meskipun tetap aja merasa pelajarannya sulit, tapi setidaknya saya udah familier.

Bukan hanya pelajarannya, ketika bekerja pun banyak hal-hal yang udah familier buat saya, karena sejujurnya pelajaran STM tuh lebih banyak digunakan dalam proyek, khususnya jika bekerja di perusahaan kontraktor.

Beda lagi kalau kita kerja di konsultan, apalagi konsultan perencanaan struktur kan ye. Itu keknya banyakan ilmu dari perkuliahan.

Selain lebih ribet dan sulit, pun juga kerjaannya berkesinambungan banget, yang namanya lembur itu udah kayak normal aja buat sebagian besar para pekerja teknik sipil.

Dengan kondisi tersebut, tentunya sangat tidak mom friendly kan ye. Bahkan jika gaji kita gede, dan bisa bayar daycare yang bagus dan mahal. Manalah ada daycare yang bisa dititipin anak sampai malam kan ye?.

Anaknya dibawa ke kantor aja!

Woeeeee... mau gila apa yak! Saya nggak tahu ya yang lain, tapi saya sendiri, kalau lagi kerja, ngitung-ngitung ini itu, terus diajak ngomong, bisa tantrum. Lah ini diganggu anak, sama aja boong dong, hahaha.

Nggak heran, banyak teman saya, baik yang seangkatan maupun yang tidak seangkatan tapi saya kenal dia lulusan teknik sipil. Akhirnya memilih jadi ibu rumah tangga.

Ada juga yang masih bekerja, tapi sama sekali nggak ada kaitannya dengan dunia teknik sipil. Sama kayak si Rey, meski dia IRT, tapi juga nyambi jadi blogger. Untung aja saya punya hobi menulis kan ye.

Teman-teman lain kebanyakan memilih jualan, ada yang jualan baju, ada juga yang menerima pesanan makanan. Sungguh Allah Maha Besar ngasih saya hobi nulis ya, bayangkan kalau saya disuruh jualan makanan, keknya tiap hari saya nangis di dapur, saking nggak tahu mau masak gimana, hahaha.


Terus gimana dong kalau kita mencintai jurusan teknik sipil, atau udah terlanjur kuliah di teknik sipil?. Sebenarnya masih ada harapan kok bisa memakai ilmu teknik sipilnya. Ada beberapa prospek kerja teknik sipil yang terbilang mom friendly, di antaranya:


1. Jadi PNS

Ini bukan berarti mengatakan bahwa kerjaan PNS teknik sipil itu mudah dan dikit ya. Sama beratnya kok kalau menurut saya.

Trus?

Bedanya, kalau jadi PNS itu, timnya lebih banyak dan beragam, hahaha.

Jadi, delegasi kerjaan itu bisa lebih baik, dan kalau kita mau sakit dan nggak masuk, proyek atau kerjaan masih bisa jalan. 

Sementara being a mom itu, which is kita harus bisa bekerja di sebuah perusahaan yang punya kelonggaran waktu kerja buat kita.

Beda dengan ketika kita masih single, kalau nggak bisa kerja itu cuman ketika sakit atau lagi ada urusan urgent misal ada kedukaan ya. 

Kalau jadi mamak-mamak? Duh!

Anak imunisasi, anak sakit, anak rewel, anak sekolahpun, kita sebagai ibu selalu dicariin, hahaha.


2. Mendirikan usaha kontraktor atau konsultan bersama pasangan

Kok harus sama pasangan sih? Ya biar ada yang gantiin handle, ketika harus rempong dengan anak, hahaha. Bisa sih dirikan usaha dengan partner lain yang kita percaya.

Tapi jujur nih, kalau menurut saya, amannya sih sama pasangan aja. Bahkan ada pasangan yang mengkhianati kepercayaan kita, apalagi orang lain kan.

Setidaknya kalau sama pasangan, lebih tenang aja ketika kita tidak bisa fokus ke kerjaan karena harus mengurus anak.

Dan mengurus usahapun jadi lebih mudah dan fleksibel, karena perusahaan sendiri, pun juga partnernya pasangan sendiri.


3. Menerima jasa beberapa pekerjaan teknik sipil online

Misal kita bisa gambar tehnik, untuk gambar kerja ya sama disain yang mudah aja, kita bisa loh menerima jasa menggambarkan rumah atau proyek apa yang kita kuasai.

FYI, anak-anak lulusan teknik sipil, seharusnya juga bisa gambar tehnik, meskipun disainnya sederhana. Sesuaikan dengan pengalaman kerja kita sebelum jadi ibu, agar lebih mudah pengerjaannya.

Misal, sebelumnya kita kerja di proyek pembangunan rumah, kita bisa membuka jasa gambar kerja rumah sederhana. Ini banyak dibutuhkan orang awam zaman now.

Sekalian juga dengan jasa hitung biayanya, dan time schedulle-nya, di mana hal-hal seperti ini bisa dikerjakan secara online dan kalaupun butuh survey dahulu, tidak memakan terlalu banyak waktu.

Selain itu, kita juga bisa membuka jasa membantu pengerjaan proyek yang bisa dikerjakan secara online. Misal, cost control, dan semacamnya.

Meski di beberapa perusahaan besar sudah punya tim sendiri yang mengurus hal ini, tapi masih banyak loh perusahaan yang tidak punya tim khusus untuk ini, padahal yang namanya cost control termasuk project control itu sangat penting karena berkaitan dengan keuntungan proyek.

Dan pekerjaan seperti ini bisa dikerjakan secara online dengan berbekalkan data terkini dari proyek.  

Selain itu, bagi yang berpengalaman di bidang perencanaan juga khususnya perencanaan struktur juga bisa loh menerima jasa perhitungan struktur secara online. As we know kan ye, yang namanya online itu lebih mom friendly, ketimbang kerjaan kantoran. Meskipun tentu saja tetap butuh waktu khusus dan fokus, tapi setidaknya waktunya lebih fleksibel.


4. Menjadi dosen atau pengajar

Prospek kerja teknik sipil lainnya yang mom friendly adalah dosen atau pengajar. As we know ya, banyak beredar di medsos, beberapa pengajar datang ke kampus dan ngajar, bawa anak.

Selama anaknya nggak mengganggu proses pembelajaran, menurut saya sah-sah saja sih ya. Apalagi kan mengajar nggak butuh waktu 8 jam kayak kerja kantoran lainnya. Masih bisa dibilang mom friendly-lah.


Kesimpulan dan Penutup

Menjadi seorang civil engineer atau lulusan teknik sipil itu sebenarnya menyenangkan, setidaknya buat saya ya. Prospek kerja teknik sipil pun beragam dan menarik untuk didalami. 

Sayangnya, kebanyakan pekerjaan jurusan ini kurang mom friendly. Karenanya menurut saya nih, ketika lulus kuliah ada baiknya perempuan segera bekerja di bidang teknik sipil. Agar ketika akhirnya menikah dan punya anak, kita masih bisa punya banyak kesempatan untuk berkarya di teknik sipil.

Atau bisa juga dengan memilih pekerjaan yang lebih fleksibel dalam pekerjaannya. Misal, jadi PNS atau menjadi dosen atau pengajar.

Namun, semua opsi di atas itu menurut pikiran dan pengalaman saya ya. Kalau Temans, gimana? punya bayangan prospek kerja teknik sipil yang mom friendly, nggak?. Share yuk.


Surabaya, 17 Februari 2024

Sumber: opini dan pengalaman pribadi

Gambar : Canva edit by Rey

1 komentar :

  1. Iya nih, teman2 saya yang cewek juga banyak yang kuliah di teknik sipil, katanya lebih santai ketimbang jurusan arsitektur.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)