A day in my life part 8 kali ini menceritakan kegiatan kami hari ini yang seru karena dimulai sejak pagi ikut lomba mewarnai ibu dan anak di kebun binatang Surabaya.
Setelah itu, bukannya kembali, malah keluyuran sampai di stasiun Wonokromo, stasiun Gubeng dan akhirnya dilanjutkan renang setelah mampir ke Family Mart Manyar.
Alhasil, nggak usah ditanya, bagaimana capeknya badan. Pengennya langsung berleha-leha, nonton film kek atau gimana. Tapi baru nyadar kalau hari ini belum nulis sedikitpun buat setoran tantangan menulis setahunan di KLIP.
Begini ceritanya.
Hari ini dimulai dari saya bangun di pukul 03.30, sayangnya setelah shalat malam, eh saya ketiduran dong. Abis salam langsung tidur sambil duduk.
Sadar-sadar pas liat jam, lah udah pukul 04.35, huwaaaa.... sejaman saya tidur sambil duduk. Wajar sih, abisnya ngantuk banget, semalam saya cuman tidur 2 jam aja, saking nggak bisa tidur.
Alhasil, saya jumpalitan banget, karena harus masak sarapan dan bekal buat ke kebun binatang ikut lomba. Untungnya juga, saya udah menyiapkan beberapa hal di malam hari, udah potongin sosis dan bawang bombay.
Kebetulan saya memilih masak andalan kami kalau buat bekal, apalagi kalau bukan spaghetti ala-ala. Super simple dan anak-anak juga selalu suka.
Cukup pakai apa yang ada di kulkas, tumis irisan bawang bombay pakai margarin, lalu masukan potongan sozis so nice yang sapi, masukin saus bolognese-nya, terakhir campur deh sama spaghetti yang sudah direbus hingga lunak. Dan jadi deh, tinggal ditaburin keju, dan anak-anak bakalan makan dengan lahap.
Meski demikian, tetap saja rencana saya molor.
Rencananya kami bakalan berangkat pukul 06.15 an lah, atau setidaknya 06.30. Eh ujungnya berangkat nyaris pukul 7 pagi. Sementara gurunya minta agar kami berkumpul pukul 07.00 di depan pintu masuk kebun binatang Surabaya.
Ya pegimana mau sesuai rencana, maminya aja selesai mandi di pukul 06.15, setelah jumpalitan mandiin si Adik. Urus semua pakaian mereka, beresin rumah dulu biar pas pulangnya nggak berantakan bikin sumpek.
Ditambah si MamiRey mah, kalau dandan lama. Padahal nggak dandan yang gimana-gimana juga, biasa aja loh.
Lucky us, pas berangkat tuh semua lancar.
Kami pesan grab, langsung datang loh, malahan Grab-nya nunggu kami saking saya belum siap, si kakak udah pesan.
Dan Alhamdulillahnya lagi, jalanan lancar, beberapa lampu merah Surabaya yang lamanya bikin stres itu pas banget lagi hijau ketika kami lewat.
Jadinya, meski berangkatnya telat, kami bisa sampai dengan cepat di Bonbin.
Ketika kami turun, waktu sudah menunjukan pukul 07.15, tapi lagi-lagi kami beruntung, orang ternyata belum banyak yang datang.
Ya iyalah, kepagian dong!
Bukanya aja, pukul 08.00 pagi, hahaha.
Setelah dapat tiket dari guru si Adik, dan si Kakak juga udah beli tiket sendiri, kami pun antri mau masuk.
Btw, tiket dari sekolah cuman 2 aja, ibu dan anak yang dikasih. Jadi kalau ada tambahan, kudu beli sendiri. Untungnya sih proses pembelian tiket sangat mudah dan cepat, harga tiket masuk kebun binatang Surabaya adalah Rp. 15 ribu.
Suasana kebun bonbin Surabaya pagi tadi sangat ramai, hal ini dikarenakan di hari ini ada acara lomba anak-anak TK Islam Maarif NU se Surabaya.
Dan saya baru ngeh, ternyata yayasan Maarif NU ini sangat buanyaaak banget sekolahnya ya. Terlihat dari peserta yang datang hari ini tumpah ruah di bonbin. Untuk masuk ke dalam aja, kami kudu antri perlahan-lahan baru bisa masuk ke dalam.
Setelah berhasil masuk, di dalampun ternyata sudah sangat ramai. Beruntung beberapa guru dan ortu yang ikut lomba mewarnai, udah dapat tempat yang nggak jauh dari panggung. Dan tempat tersebut juga belum terlalu rapat diisi peserta lainnya.
Di luar, saya udah beli plastik buat alas duduk, karena acaranya diselenggarakan di tanah, jadinya kudu pakai alas, karena lumayan kotor dan basah.
Lega rasanya ketika kami udah dapat tempat duduk, seketika semua peralatan disusun di meja. Btw, kami udah bawa meja kecil dari rumah sih, jadi nggak bingung lagi ketika di lokasi.
Sayangnya, lombanya nggak selancar yang kami bayangkan. Kertasnya aja baru dibagikan sekitar pukul 08.15an, dan setelah dibagikan, sama sekali nggak ada perintah untuk langsung dimulai.
Saya dan si Adik ya cuek aja, apalagi masih acara sambutan para petinggi yayasan. Kirain kan ada aba-aba boleh dimulai, baru deh saya mulai.
Tapi pas liat kanan kiri, kok beberapa orang udah mulai mewarnai.
FYI, lomba yang saya ikutin itu, adalah lomba mewarnai ibu dan anak. Namun karena si Adik adalah TK B, jadi tantangannya sedikit lebih sulit. Nggak hanya mewarnai, kami juga disuruh menambah gambar, di mana cuman ada objek sedikit, nantinya objek itu dikembangkan lagi jadi lebih ramai.
Namun, sekolah nggak cuman asal meminta kami ikutan loh, sejak sebulan yang lalu, kami sudah diminta datang belajar melukis dan mewarnai yang diajarin langsung oleh guru lukis profesional.
Tapi, dasar emang si Rey ini kadar seninya amburadul, narik garis aja sambil tremor, jadi kek keriting, hahaha.
Jadinya ya gitu. Ngasal, hahaha.
Apalagi si Adik protes kan, kok katanya mewarnai ibu dan anak, kenapa si Adik nggak diajak mewarnai juga. Dan dengan pasrah, saya membolehkan si Adik ikut mewarnai, yang tentunya bikin makin kacau, wakakakak.
Terlebih ketika udah ada keterangan harus segera dikumpulkan, saya bahkan memaksa si Kakak untuk ikut bantuin warnain.
Buyar semua teori dan tehnik mewarnai yang diajarkan.
Kacau semua warnanya. Di mana, sebelumnya diajarkan tanah itu warnanya coklat ada hijaunya dikit dan kuning. Eh tanah akoh, jadi warna orange ngejreng, wakakakak.
Sebelumnya udah berlatih mewarnai pohon dengan rapi dan sesuai tehnik yang diajarkan. Ujung-ujungnya kacau, tehniknya sih sedikit benar, tapi nggak rapi sama sekali.
Udah bela-belaian kemaren keliling cari pensil dermatograph, ujung-ujungnya buah merah di pohon jadi nggak berbentuk juga, hahaha.
Sudahlah, emang dari awal saya tuh nggak punya target sama sekali, yang penting ikutan, sama sekali nggak berani berharap buat menang. Orang, pas belajar aja saya udah minder banget.
Bayangkan, dalam sekelas, saya sendiri yang gambarnya acak adut, hahahaha.
Intinya ikutan aja, setelah gambar yang acak adut itu dikumpulkan, kamipun segera kabur dari tempat yang rame banget itu. Niatnya mau keliling kebun binatang, sambil menjauh dari keramaian.
You know lah, saya tuh selalu nggak kuat berada di keramaian, serasa energi keluar tanpa dibendung.
Tapi pas udah keluar dan menjauh, sampai ke sudut-sudut bonbin pun, penuh dengan orang, hahaha. Saya lupa, kan emang hari ini ada kegiatan TK yayasan NU se Surabaya. Dan ternyata, bukan hanya itu, ada juga beberapa sekolah lain yang sedang outing day ke bonbin.
Sumpek wanna be dah!.
Kami hanya muter-muter sebentar, melihat singa, harimau, buaya. Lalu anak-anak minta masuk di wahana Aquanoctudio, which is harus bayar lagi, seorang Rp. 30 ribu.
Lebih mahal masuk di situ, ketimbang masuk bonbinnya yak, hahaha.
dan ngeheknya tuh, mungkin cuman 10 menitan deh anak-anak di dalam, abis itu mereka keluar tanopa merasa berdosa.
Oh ya, karena malas keluarin duit, dan saya juga nggak tertarik liat dalamnya, jadinya cuman si Kakak dan si Adik yang masuk, bayar 60reboan.
Lalu, uang 60reboan dihabiskan untuk 10 menit saja, huhuhu.
Sembari menunggu anak-anak di dalam wahana hewan air tersebut, saya foto-foto aja di luar, sampai akhirnya anak-anak keluar, kami pun mencari tempat buat makan siang.
Dan begitulah, bekal spaghetti yang saya bawa, dalam sekejap berpindah ke perut kami, hahaha. See, emang makanan kayak gini paling praktis buat saya. Bikinnya mudah dan cepat, jadi kesukaan anak-anak pulak, terlebih kalau dibuat jadi bekal.
Setelah kenyang, kamipun keluar dari bonbin. Tapi anak-anak belum pengen pulang, jadinya iseng kami ke stasiun Wonokromo, jalan kaki dong!.
Melewati jembatan penyeberangan di samping bonbin, yang Alhamdulillahnya sih, kebanyakan jembatan penyebrangan orang di Surabaya itu, dilengkapi dengan lift.
Emang sih fasilitas ini khusus buat lansia, difabel maupun ibu hamil. Tapi kenyataannya digunakan oleh hampir semua orang yang lewat di situ, hahaha.
Ketika hendak menyebrang, kami melihat beberapa orang yang menghentikan mobil-mobil yang hendak menuju bonbin, dengan menawarkan parkiran. Hal ini sempat dipermasalahkan loh di medsos, di mana banyak yang protes, karena mau ke bonbin, tapi selalu bete dengan penipuan tukang parkir liar.
Mereka sengaja menyetop mobil-mobil untuk ditawari parkiran, lalu berdalih bahwa di dalam parkirnya penuh. Padahal aslinya masih cukup kok, orang-orang kayak gini kadang bikin orang males ke bonbin sih ya.
Setelah menyebrangi jalanan yang cukup ramai dengan menggunakan JPO, kamipun berjalan kami melewati jalanan yang ramai di sisi kami. Pas di depan perkantoran, ada tukang jual jas hujan yang ngasih si Adik balon kuning. Bukan main happy-nya si Adik tukang kumpulin balon ini.
Maknya aja yang bete, karena itu berarti kudu ribet dengan megang balon lagi, hahaha.
Sampai di jembatan yang ada di Wonokromo, sebelumnya ada taman, dan ternyata di situ ada sebuah prasasti memperingati pahlawan yang banyak gugur di area tersebut.
Terdapat tulisan yang menjelaskan bahwa di akhir bulan Oktober tahun 1945, di sekitar tempat itu terjadi pertempuran melawan sekutu yang dipimpin jenderal Mallaby.
Si Rey yang memang suka sejarah sama kek si Kakak, langsung berhenti dong, bacain informasi yang ada. Ternyata ketika itu, ada banyak pejuang yang gugur di daerah tersebut, karena mereka diserang oleh tembakan pasukan Gurkha dari atas pohon.
Monumen Wira Surya Agung |
Saya dapat dari beberapa sumber mengatakan, bahwa pasukan Gurkha adalah tentara terlatih yang berasal dari Gurkha, Nepal dan menjadi bagian dari tentara Inggris.
Menarik banget ya.
Ternyata nggak rugi kalau kita mau jalan kaki di sekitar Surabaya, karena ada banyak hal-hal bersejarah kayak gini yang bisa kita ketahui.
Saya aja, udah puluhan tahun di Surabaya, baru tahu cerita ini, hahaha.
Setelah membaca tulisan sejarah yang ada, kamipun melanjutkan perjalanan melewati jembatan Wonokromo. Lalu belok kiri sambil melewati beberapa pengrajin mebel yang langsung menanyakan kami cari mebel apa?.
Dengan sopan kami menjelaskan, kalau cuman lewat dan suka aja melihat-lihat. Lalu meneruskan perjalanan, hingga akhirnya menyeberang jalan dan tak lama kemudian, sampailah kami di stasiun Wonokromo.
Pas udah masuk, kami sengaja liat keterangan melalui layar yang disediakan, dan baru ngeh, ternyata semua kereta yang mampir di situ itu, hanyalah kereta antar kota. Jadinya, nggak ada kereta jarak dekat kayak Sidoarjo.
Padahal, rencananya kami mau iseng naik kereta api ke Sidoarjo, main ke alun-alun, lalu pulang lagi naik kereta.
Tapi, bisa sih naik kereta turun di Sidoarjo lewat Wonokromo, tapi harga tiketnya ikut kereta jarak jauh, ogah dah! hahaha.
Nggak menyerah, kami pun memutuskan untuk ke Gubeng aja. Tapi pas ngecek jalur bus kota ataupun feder, kok nggak ada sama sekali yang terlihat lewat jalan depan stasiun Wonokromo itu.
Jadinya kami putuskan untuk naik Grab aja, tapi kami nyebrang jalan aja dulu, biar grab-nya lebih murah karena nggak perlu putar balik kejauhan lagi.
Untungnya, ada jembatan penyebrangan orang tak jauh dari statiun, kami hanya perlu berjalan kaki sedikit, dan lucky us lagi, ada lift di JPO tersebut dong.
Tak lama kemudian, kamipun bisa bernafas lega setelah anteng di dalam Grab, dan saya sedikit ketiduran, saking nggak kuat lagi nahan kantuk.
Setibanya di stasiun Gubeng, kamipun turun dan coba mencari monitor buat ngecekin jadwal kereta jarak dekat. Eh ternyata nggak ada dong, ujungnya saya liat di aplikasi Access By KAI juga, dan baru ngeh kalau semua tiket kereta ke Malang, Sidoarjo maupun Mojokerto sudah habis.
Bingung mau ke mana, kamipun memutuskan pulang, setelah sibuk merayu si Adik yang kecewa karena nggak jadi naik kereta.
Dan lagi-lagi nggak langsung memutuskan mau ke mana, kami malah keluar stasiun dan menuju ke depan hotel Sahid (kami sengaja turun di stasiun Gubeng lama).
Sampai depan hotel, lagi-lagi bingung, mau ke Delta, kok ya udah malas.
Ujung-ujungnya kami naik Grab dan mampir di Family Mart Manyar. Di sana kami pesan Tteobokki dan rapokki yang ternyata rasanya so..so aja, hahaha.
Naik taksi online lagi |
Keknya lebih enak jajanan gini di Lawson nggak sih? atau memang waktu di Lawson dulu kaminya lapar dan kedinginan, jadinya terasa enak, hahaha.
Honestly, ini pengalaman pertama kami mampir di Family Mart, setelah berkali-kali mupeng dan penasaran, tapi belum kesampaian.
Dan setelah kesampaian, kesannya? biasa aja ternyata, hahaha. Apalagi kami nggak kesampaian cobain es krimnya, karena ketika itu pas banget sedang habis.
Cuman si Adik yang ketika itu pesan chicken cheese burger yang makan tanpa protes, maklum si Adik memang pecinta burger banget.
Setelah nggak puas dengan rapokki-nya, sayapun kembali pesan es krim, tapi habis dan diganti dengan cendol.
Astagaaaa, cendolnya isi jeli aja nggak sih, dan lucunya disedot 3 kali, abis dah airnya, ternyata isinya mostly es batu doang, hahahaha.
Jadi, keknya review orang tentang Family Mart yang murah dan enak itu, patut dipertanyakan sih ya. Rasanya biasa, dan minumannya kebanyakan es batu. Jadi harganya, sebenarnya sama aja kek lainnya.
Setelah ngemil kenyang, kami pulang dan memutuskan untuk berenang bareng aja. Meskipun saya nyaris pingsan rasanya gegara ngos-ngosan karena kurang tidur malah berenang.
Dan malamnya, here i am, tepar, ngantuk, tapi masih sulit bobok karena belum setor tulisan ini.
Sudah ah. Mau setor sekarang aja.
Intinya, Alhamdulillah dengan kegiatan kami hari ini.
Oh ya,sekadar informasi, menjelang malam saya dapat kabar baik di grup sekolah si Adik. Ternyata sekolah si Adik menyabet beberapa juara dalam lomba yang diadakan tadi pagi loh.
Lomba mewarnai tingkat TK A, dapat juara 2, tingkat TK B, bahkan dapat juara 1 dong.
Masya Allah, nggak sia-sia para mamak-mamak yang setiap seminggu sekali disuruh belajar melukis dan mewarnai dah.
Begitulah cerita saya tentang a day in my life hari ini.
Gimana cerita kamu?
Surabaya, 03 Februari 2024
ini namanya seharian yang padat. Tapi meskipun padat dan menjalani aktivitas di bawah sinar matahari surabaya yang aduhai itu, tetep semangat pokoknya
BalasHapusakhirnya aku tau update tiket masuk bonbin jadi 15 ribu, saking lamanya ga masuk sana hahaha
hahaha, iyaaaa... sampe tepar maknya :D
HapusSekarang bonbinnya bagus sih, tapi selalu ramai :D
Memang lebih enak lawson rey 🤣. FM biasa aja rasa makanannya. Dan kalo sedang di jepang, aku juga lebih suka lawson, rasa jajanannya lbh enak, kopi2nya juga lbh banyak.
BalasHapusAku ga kebayang kalo disuruh ikutan lomba gambar gitu di sekolah adek 😂😂. Mungkin lgs aku paksa raka ambil cuti biar dia aja yg ikutan 🤣.
Aku ga bakal bisa kumpul rame2 gini. Yg ada ngerasa panik sendiri. 😅
Nah iya, si FM itu rasanya kek makanan instan biasa yang dijual di minimarket :D
HapusHahaha, emang parah zaman now, ortu disuruh ikutan lomba anak :D
Waaaaw, anaknya mbak Rey betah ya jalan jauh gitu. KBS ke stasiun Wonokromo lumayan bgt. Adekku yg smp mah pasti udah uring2an dan ngeluh bahkan nangis 🤣🤣
BalasHapusanw, emg agak susah mbak cari bus/feeder dr st Wonokromo. Kl mau kudu ke halte RSAL to itupun arahnya ke Bungur. Jd plg deket ya lgsng ke Joyoboyo hehe.
Oh ya, di st Wonokromo juga bs kok naik kereta komuter ke Sda. Itu skripsiku duluuu hahaha. Biasa kalo komuter Sby-Porong pasti ready kok lgsng blg aja ke tiketing.
Aku kmrn jg baru pertama cobain, eh tp FM atau Lawson yaaa lupaaa haha yg di deket TP situu. Aku beli odeng dll. Rasanya.... enak biasa aja. Khas micin menurutku hehe
Iyaaaa, jauh ternyata :D
HapusUntungnya penyebrangan jalannya pakai lift, bisa menghemat tenaga naik tangga, hahaha
Lawson masih terasa lebih enak say, kalau FM berasa makanan instan di indomaret wkwkwkwk