Menikah Adalah Seni Untuk Mengalah

Menikah Adalah Seni Untuk Mengalah

Sharing By Rey - Menikah adalah seni untuk mengalah, baik suami maupun istri.
Sayangnya, mengalah bagi suami dan istri itu beda pemahamannya.

Mungkin karena kebanyakan istri, selalu menaikan ekspektasi ketika sudah menikah, sementara suami seringnya tetap pada ekspektasi awal.

Akibatnya bisa ketebak, mengalah buat istri itu dinilai kembali ke garis netral.
Sementara, mengalah buat suami itu, adalah turun ke garis minus, hahaha.
Pukpuk para suami.

Jadi, setelah beberapa lama saya menuliskan kegalauan akan masalah rumah tangga, dan mendapatkan banyak masukan dari kolom komentar, baik yang terang-terangan, maupun dengan kelembutan.
Sesungguhnya semua masukan tersebut sangat berarti buat saya.

Thanks to bapak Anton, kang Sat, Mas Agus dan lainnya dengan komentarnya yang selalu menilai dari sisi seorang suami, juga beberapa teman-teman wanita yang menilai dari sisi seorang istri yang beragam.
Mohon maaf belum semua bisa kebalas, tapi sebagian besar sudah saya baca dan renungkan.

Komentar-komentar tersebut, seolah melekat diingatan, hanya saja belum merasuk di hati, entahlah mungkin kurang visualisasinya *halah.

Sampai beberapa hari lalu, ketika saya malas banget buat ngeblog, iseng saya buka youtube, maksudnya sih biar kuota free youtube 35 GB perbulannya kepake, karena biasanya sama sekali nggak kepake.

Dan begitulah, saya terdampar di beberapa channel youtube para artis, yang kebanyakan membahas tentang kehidupan berumah tangga, yaitu channel youtubenya Andhika dan Ussy.


Rumah Tangga Dibangun Oleh Cinta, Dipertahankan Oleh Seni Mengalah


Setiap kali saya merasa down, saya menulis dan membaca, offkors juga mengingat-Nya (kali aja ada yang bilang, "Ngadu ke Allah Mbak Rey!" *eh, qiqiqiqi)
Menulis bagi saya adalah curhat, karena jujur saya bukan tipe orang yang suka curhat ujug-ujug ke teman dekat sekalipun.

Menikah Adalah Seni Untuk Mengalah

Dan membaca bagi saya adalah, mendengarkan saran.
Apalagi jika yang saya baca itu bukan ditujukan ke saya.

Iya, bukan cuman anak kecil aja yang nggak suka disuruh-suruh, orang dewasa lebih lagi.
Bukan hanya anak kecil yang lebih suka dicontohin atau dengan menarik kesimpulan dari apa yang dilihat/baca, orang dewasa juga.

Dan bagi saya, mendengar cerita rumah tangga orang lain itu, jauh lebih merasuk di hati, ketimbang mendengarkan ceramah yang langsung ditujukan ke saya.
Meskipun, bukan berarti saya skip ceramah, saya suka juga dengar nasihat.
Tapi memang agak lama merasuknya, entah ada ego yang ikutan menyeruak, menahannya masuk ke hati.

Dan begitulah, melihat cerita (soalnya by video kan, hahaha) tentang rumah tangga para artis, kadang memang lebih ampuh dan mudah merasuk ke hati.

Jadi kemarin itu, saya melihat beberapa episode di akun youtube Andhika dan Ussy, yang mana saya jadi sedikit mengira-ngira, bagaimana awalnya Ussy dan Andhika akhirnya bisa memutuskan menikah.

Rata-rata sama sih ya, di mana kebanyakan yang ngejar-ngejar itu cowoknya.
Andhika yang beda 6 tahun lebih muda dari Ussy, tidak kenal menyerah mendapatkan Ussy yang statusnya juga janda dengan 2 anak.

Biar kata mungkin modalnya tampang doang, dan hati yang tulus kali ya.
Andhika tetap tak mau menyerah, even dijadikan selingkuhan beberapa lamanya oleh Ussy.

Intinya, masa pacaran mereka memang indah, Ussy bisa luluh karena memang perjuangan Andhika yang tidak main-main.
Saking tidak main-mainnya, pernah suatu ketika pada masa pacaran, mereka bertengkar hebat, dan Andhika kehabisan cara dan waktu untuk meminta maaf agar mereka segera berbaikan lagi.

Karenanya, Andhika melemparkan janji-janji kosong, biar masalah cepat beres.
Salah satunya, Andhika berjanji akan berhenti merokok selamanya.

Etdaahh, podho wae ama kisahnya si Rey dan Ade hahaha.

Singkat cerita, karena kesungguhan Andhika, dalam menerima dan mencintai Ussy dan anak-anaknya serta keluarganya, membuat Ussy jadi luluh dan akhirnya mereka menikah.

Setelah menikah, Andhika masih sama memperlihatkan cinta dan perhatiannya seperti sebelum menikah, baik pada Ussy, maupun anak-anak bawaan Ussy.

Kita para masyarakat mungkin melihat, betapa bahagianya keluarga Andhika dan Ussy.
Andhika sosok ayah yang hangat dan baik hati.
Ussy sosok wanita yang begitu beruntung mendapatkan lelaki tampan, setia, dan baik hati kayak Andhika.

Nyatanya?
Tidak selalu seperti itu maemurnah! hahaha.

Kenyataannya, ternyata hubungan rumah tangga semua orang itu sama aja, ada up and down-nya.
Masalahnya juga sama, beda jumlah duit dan tampang doang kali ya antara satu pernikahan dengan pernikahan lainnya, hahaha.

Keluarga Andhika dan Ussy misalnya.
Andhika memang tampan banget, tapi ampun deh sikapnya.
Moody-nya parah banget, dan itu di aamiinin 100% oleh semua orang terdekatnya.

Kalau udah moody-nya kambuh, muka tampannya ditekuk 99 tekukan, hahaha.
Lalu saya membayangkan, betapa hebatnya Ussy memberikan pengertian dan ruang bagi Andhika untuk menikmati moody-nya.

Menikah Adalah Seni Untuk Mengalah

Ussy wanita yang luar biasa hebat?
Tidak juga, banyak juga kekurangannya yang jadi masalah buat Andhika, yang bikin Andhika harus pandai-pandai mencari celah untuk berdamai atau mengalah demi rumah tangga yang adem ayem.

Iya..
Membangun rumah tangga itu memang cenderung mudah, karena kebanyakan hanya butuh cinta untuk menguatkan tiang-tiang yang mungkin kurang buat mendirikan sebuah rumah tangga.

Akan tetapi, mempertahankan rumah tangga itu, sungguh benar-benar merupakan seni belajar seumur hidup, yaitu belajar mengalah, yang sebenar-benarnya mengalah.

Bukan mengalah, seperti kata Andhika,
"Wanita itu kalau mengalah dari atas turun ke tengah, itu udah dramatis banget mereka menilai tentang mengalahnya, sementara pria, yang namanya mengalah itu dari tengah turun ke paling bawah"
Bikin para suami megap-megap, barulah wanita senyum lebar tersipu-sipu, nggak tahu suaminya udah megap-megap, hahaha.


Seni Mengalah Dalam Menikah Harus Dibarengi Pengertian 


Wanita entahlah karena kodratnya, tapi memang adalah mahluk yang sungguh sangat mendramatisir.
Bagi beberapa pria yang mungkin sudah makan asam garam dalam menghadapi wanita, bakalan memilih untuk mengalah aja deh, means cari aman aja.

Menikah Adalah Seni Untuk Mengalah

Saya jadi ingat kata-kata teman-teman lelaki saya,
"Lelaki mah kadang memang sebaiknya diam aja. Percuma juga meladeni wanita, kalau menang juga memalukan, masa bersaing dengan wanita?"
Mungkin demikian juga ya yang ada di benak suami saya, (salah sendiri nggak ngomong!).
Terus dia jawab,
"Mau ngomong gimana, kamu terlalu pintar ngomong!"
Lalu dijawab lagi sama si Rey,
"Makanya, kalau merasa kurang pintar, belajar dong biar pintar, sulit tauk minta orang turunin pola pikir itu!"
Hahahaha.

Kalau dipikir-pikir, saya dan paksu memang punya gap pola pikir yang sangat lebar.
Meskipun sisi ego saya mengatakan, kalau salahnya juga dulu dia iya-iya saja ke saya.

Karena sejujurnya, dibanding sebelum menikah, saya udah banyak menurunkan standar diri, anak telah sukses membuat saya menurunkan kadar idealis saya.

Banyak hal yang telah saya ubah meskipun penuh dengan pertentangan batin.
Tapi ternyata memang, celah pola pikir kami yang lebar, masih belum bisa menutup juga.

Dalam tahapan ini, dibutuhkan seni mengalah yang sangat butuh perjuangan besar buat saya.
Namun bukan hal yang sama sekali tidak memungkinkan juga sebenarnya.
Meskipun berat.

Tapi, saya jadi ingat bincang-bincang Andhika Ussy dengan Ayu Dewi dan Regi.
Di mana, Andhika menceritakan bahwa masalah dalam rumah tangga mereka sebelumnya adalah ROKOK!

Sama ya dengan si Rey, hahaha.
Ussy memang wanita keibuan dan rumahan, dia tipe wanita yang lebih suka di rumah, nggak neko-neko. Ussy malah sakit kepala kalau masuk diskotik.
Dambaan lelaki banget buat dijadiin istri.
 
Tapi kebanyakan lelaki lupa, kalau tipe wanita rumahan dan lurus itu, juga kebanyakan menuntut pasangannya kudu sama kayak dia.
Enak aja dia bidadari, dapatnya setan *eh :D

Dan begitulah, Ussy juga benci rokok, dan selama bertahun mereka berumah tangga, seringnya masalah rokok itu jadi pemicu pertengkaran mereka.

Menikah Adalah Seni Untuk Mengalah

Sampai akhirnya, mereka berbicara dari hati ke hati.
Ternyata Ussy sebenarnya bukan fokus ke rokok, tapi ke kebohongan Andhika.
Di mana Andhika sudah pernah berjanji manis ke dia, bakal berhenti merokok selamanya, eh nyatanya dia boong.

Nah boongnya itu sebenarnya yang jadi masalah sesungguhnya.

Saya lalu berpikir, benarkah saya seperti itu juga, atau memang kesal karena paksu merokok?
Lama saya renungkan, bertanya pada hati sendiri.
Sebenarnya kamu lebih sakit hati karena dibohongin, atau dia merokok sih?

Off course karena dibohongin.
Saya terlalu fokus kepada janji si paksu dulu sebelum menikah, yang katanya dia bakal berhenti merokok, tapi nyatanya dia bohong.

Lalu mengapa tidak berhenti mempermasalahkan dia merokok?
Selama dia tidak merokok di depan istri dan anak-anaknya?
Selama dia menjamin nggak akan memperlihatkan hal merokok kepada anak-anaknya.
Mengapa nggak memberikan dirinya sepenuhnya ke dia?

Se-simple itu sodara, hahaha.
Jadi, kamu ngizinin dia merokok dong Rey?
Enggak!
Off course enggak!                                                    

Tapi saya akan berusaha menutup mata dengan dirinya memiliki dirinya di luar sana.
Biarkan dia memilih sendiri, cara hidupnya, asalkan tetap ada koridornya, karena dia juga seorang ayah, terlebih anaknya laki keduanya pulak.

Menikah Adalah Seni Untuk Mengalah

Lucu ya, padahal jari si Kang Sat udah keriting menuliskan hal ini, tapi kok ya lama banget nyampe ke hati saya.
Paksu udah ribuan kali menginginkan dalam hatinya (oh okeh, itu mah nggak masuk hitungan, sapa suruh nggak ngomong, orang kalau ngomong aja, belum tentu saya segera mengerti, apalagi nggak ngomong, manalah saya tauk! hahaha).

Iya, mungkin pengertian yang dimaksud adalah, saya harus belajar melepas paksu agar dia bisa memiliki dirinya sendiri.
Biar gimanapun paksu adalah orang dewasa, dan jangankan orang dewasa, anak saja butuh dirinya sendiri as a human, apalagi orang dewasa? Dan laki pulak?.

Astagaaaa, Rey kamu lola banget, hahaha.
Biarin!
Sapa suruh jelasinnya berbelit-belit dan kurang visual.
Maksud visual di sini, saya tuh lebih suka diceritakan kisah nyata, tentang bagaimana orang lain menyikapi masalah yang sama persis dengan masalah saya, ketimbang dinasihati panjang kali lebar, jadinya lamaaaa loading-nya, hahaha.

I told you, saya lemah di matematika.
Makanya jangan pakai panjang kali lebar, pakai aja kalkulator, *eh :D

Apapun itu, mungkin tidak semudah apa yang saya tuliskan ini, dalam perjalanannya, bakalan ada gejolak-gejolak batin khususnya di saya.

Ya namanya juga manusia, punya hati, dan akal pikiran.
Nggak bisa semudah robot, yang tinggal di setel aja udah bisa switch 180 derajat.

Intinya, saya bersyukur punya banyak sahabat-sahabat yang nggak pernah bosan membaca keluhan saya, memberikan masukannya.
Meski yang dikasih masukan ini lolaaaa banget nangkapnya (kehalang ego kali, hahaha).

Dan untuk memperingan seni mengalah saya adalah, saya pakai goal.
Saya mengalah, karena saya nggak mau cepat keriput.
Saya masih mau pajang foto saya dengan kulit glowing, tanpa perlu banyak edit dihalus-halusin kulitnya wakakakakak.

Mengalah bukan untuk orang lain, namun saya mengalah dari diri saya sendiri.
Agar saya bisa menjadi pribadi yang lebih baik.
Fokus memperbaiki diri.

Karena yakin, orang baik hanya akan dipasangkan dengan orang baik juga.
Dan orang baik, bakalan diberikan banyak sahabat-sahabat yang baik juga.
Seperti kalian temans yang selalu nggak bosan membaca kisah curhatan saya di blog ini.
 
Udah ah, pokoknya gitu, harap maklum, di episode kali ini si Rey lagi bijak, entah abis makan apa.
Doakan makanannya itu nggak ilang-ilang efeknya, biar selalu bijak.
Biar tetap muda dan nggak keriput, wakakakakaka.

So, temans, jika kalian menemukan tulisan ini, membacanya dengan hati penuh kesedihan karena merasa SUAMI TIDAK MAU TAHU DAN TIDAK MAU MENGERTI.

Mungkin bisa pelan-pelan mengubah pola pikir kita.
Dengan, 
"SAYA AJA YANG AKAN MENGERTI SUAMI, SAYA YANG AKAN JADI WANITA PALING PENGERTIAN.
KARENA YAKIN, TUHAN AKAN MEMBERIKAN SUAMI YANG SEFREKWENSI DENGAN SAYA."

KALAU SAYA MENGERTI, PASTI TUHAN BERIKAN SUAMI YANG PENGERTIAN.
YAKIN.
INSHA ALLAH...

Bener nggak?
Bilang iya aja deh!


Sidoarjo, 23 Oktober 2020


Sumber : pengalaman dan opini pribadi
Gambar : canva edit by Rey  

13 komentar :

  1. Iya bener, tumben mbak Rey nulisnya bijak banget, apa mungkin karena habis makan petai dua lonjor dan jengkol sekilo ya.😄

    Setuju sih, tiap rumah tangga ada masalahnya masing-masing, sama seperti Andhika dan Ussy ya.

    Memang rumah tangga harus saling mengalah agar tetap rukun. Jika suami hobi merokok tapi susah berhenti karena sudah kecanduan maka coba kurangi merokoknya, misalnya sebelumnya sehari sebungkus jadi setengah bungkus, terus beberapa bulan kemudian jadi tiga batang. Jika sebelumnya rokoknya Sampurna mild maka bisa diganti Sampurna kretek yang harganya setengahnya. Soal bibir sariawan atau batuk karena ganti rokok itu resiko ngga mau berhenti merokok.🤣

    Itu saja sih, biar nanti pak ustadz dan pak Anton yang ngasih masukan lainnya.😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pete itu enak ya, tapi kalau saya makan agak banyak, langsung mabuk dong hahaha.
      Bisa jadi kayaknya saya nggak sadar makan pete terus mabuk, terus bijak deh bahahahahaha.

      Hapus
  2. Rey... kan ga seru kalau kamu bijak begini, nggak ada yang bisa dikomentarin. Saya jadi kehilangan job untuk "berceramah" ria nih, nggak dapet amplop.

    Padahal seru kayak kemaren Rey.

    Banyak teori soal rumah tangga Rey karena semua orang akan berteori (termasuk saya) berdasarkan pengalamannya sendiri-sendiri.

    Cuma kalau berdasarkan pengalaman berumahtangga adalah tentang belajar, kompromi, dan tawar menawar terus menerus, tanpa henti. Berhentinya kalau salah seorang mati atau keduanya memutuskan pisah.

    Rumahtangga mau dipandang sebagai soal mengalah, ya bisa juga seperti yang Rey tuliskan. Masing-masing harus mau menurunkan egonya sampai titik dimana keseimbangan hadir, yaitu keduanya bisa jalan bareng.

    Saya tidak tahu ego mana yang lebih tinggi karena sebenarnya pria dan wanita itu egonya sama saja. Tidak ada kriteria dan ukuran pasti yang bisa dijadikan ukuran ketinggian ego dua gender ini.

    Masalahnya memang terkadang akhirnya masing-masing merasa dizholimi oleh pasangannya. Padahal, sebenarnya sih tidak. Khas manusia kalau keinginannya tidak dipenuhi, ia merasa didzholimi, tidak disayang, tidak diperhatikan.

    Kalau dipenuhi barulah merasa disayang. Padahal, ya berumahtangga tidak bisa selalu seperti itu.

    Masalah rokok sebenarnya sih bukan penyebab, saya pikir itu hanyalah simbol dari "tingginya" ego masing-masing. Tidak ada yang mau mengalah. Pada akhirnya jadi menekan diri sendiri dan pasangannya.

    Rumah tangga itu seperti biduk, perahu, selalu bergoyang. Di air yang tenang, goyangannya sedikit, di air yang bergelombang goyangannya akan terasa keras.

    Kalau dua orang yang mendayung nggak sejalan, yang satu mengayuh ke depan, satu ke belakang, ya perahunya ga jalan. Lebih jelek lagi kalau dayungnya dipakai buat mentungin teman seperahu. Hasilnya, berantakan semua.

    Buat saya sendiri, berumahtangga itu tentang "menerima" bukan "mengubah". Saya harus menerima pasangan saya apa adanya. Mencoba merubah orang lain sesuai dengan keinginan kita cenderung menyakiti diri sendiri dan orang lain.

    Terus terang saya bingung, dan mikir "rumahtangga" seharga "rokok". Pasti jawaban banyak orang, itu masalah "prinsipil", yang pasti saya akan ketawain karena sebenarnya itu masalah ego yang terlalu besar ingin pasangan menjadi seperti kemauan kita.

    Bukan kebiasaan merokoknya, tapi egonya saja yang terlalu tinggi dan nggak mau diturunkan, nggak mau menerima kekurangan pasangannya. Ego yang berubah menjadi kemarahan karena keinginannya ga terpenuhi.

    Hadeuh, kayak anak kecil banget.

    Kasihan si rokok disalahkan... hahahahahaha...

    Sorry to say, tapi kalau ada cewek pilih ribut dengan pasangannya hanya karena dia merokok, saya pikir sebaiknya pisah saja. Hal ga penting diributin.

    Kok saya bilang nggak penting? Gini, coba deh tanya kok nggak ada yang ribut kalau di rumah ada asap mobil atau motor, padahal kalau soal membunuh manusia, asap motor sama mobil bisa membunuh lebih cepat daripada asap rokok.

    Nggak percaya? coba deh isep 10 bungkus rokok dan bandingkan sama ngisep asap mobil selama 1 jam saja. Kira-kira yang mana yang bikin mati.

    Bukan berarti saya mendukung merokok, tetapi mempermasalahkan hal sepele seperti itu sementara masalah lain yang lebih besar di depan mata, ya apalagi namanya kalau bukan ego yang kegedean.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Soal merasa dibohongi, coba tanyakan diri sendiri, apakah kita tidak pernah bohong? Saya sering kok.. seperti kalau lagi pusing karena ada masalah, saya tetap akan bilang "nggak apa apa".. Karena saya nggak mau orang kesayangan saya ikut tegang.

      Boong juga kan namanya.

      Makanya ada istilah white lie yang artinya berbohong demi kebaikan, walau tetap kebohongan, tetapi niatnya bukan demi menjahati orang lain.

      Saya pikir, janji andhika tidak merokok termasuk "grey lie", masuk kebohongan abu-abu. Tujuannya untuk bisa menjalin rumahtangga dengan Ussy. Niatnya untuk diri sendiri, tapi tidak menghasilkan hal jahat. Tetap bohong, tapi menghasilkan kebahagiaan juga kan buat ussynya.

      Lalu kenapa harus terus dibahas dan diutak atik. Apakah kalau andhika bilang tetap mau merokok, pilih ga jadi kawin?

      Menikah bukan transaksi bisnis dan bukan perjanjian kaku. Intinya adalah "perjanjian" untuk menjalani hidup bersama. Dan, kalau hanya karena sekedar janji tidak merokok perjanjian itu dirusak, sorry to say, such a stupid idea..

      Hapus
    2. Waahh sudah ada engkong Anton yang beri penjelasan detail..Cakep kong...👍👍

      Komentarnya yang cakep bukan elu kong..🤣🤣🤣 Udah aahh gw juga lagi nanggung nih. Nggak usah manyun gitu keless kong..🤣🤣 Misi aah 🚶‍♀️🚶‍♀️🚶‍♀️

      Hapus
    3. Menikah Adalah Seni Untuk Mengalah..

      Mungkin dalam artian mengalah disini saling menahan egonya masing2 demi sebuah hal menuju kebaikan bersama dalam rumah tangga... Meski terkadang hal itu banyak yang disalah artikan oleh setiap pasangan...Bukan masalah sebenarnya kalau punya solusi dan jalan keluar yang baik juga.😊😊

      Terkadang ada juga orang yang berumah tangga mengalah karena sesuatu atau kejenuhan...Contohnya yaa masalah Rokok, "Gw mah terserah luh, Mau ngerokok banyak asal jangan didepan gw".....Bukan solusi malah yang ada main gede2,an Ego.😊 Baiknya saling mengalah meredam emosi mencari solusi yang terbaik secara saling pengertian meski terkadang butuh waktu untuk semuanya, Dan benar yang dikatakan Engkong Anton mempermasalahkan hal sepele yang akan bisa jadi akan timbul banyak masalah cuma karena ego semata.😊

      Karena saya juga perokok dulu...Mengalah dalam artian sambil mencari solusi terbaik meski semua itu butuh waktu bahkan tak cukup setahun dua tahun. Saling pengertian atas kekurangan masing2....Alhamdullilah saya bisa berhenti merokok walau perlu waktu yang paanjaang...

      Benar lagi yang Engkong Anton katakan Rumah tangga itu seperti biduk, perahu....Kemana kapalkan berlabuh, Disana juga kita saling bermuara, Kemanapun hidup kita arahkan, Disanalah dermaga akhir kita, Yakinkanlah semua selalu bersemayam dalam jiwa bersama.

      Artinya bergantian mendayung biduk rumah tangga hanya untuk menuju kerbersamaan, Bukan bergantian untuk saling menghakimi.😊😊

      Hapus
  3. Aku setuju mbak, aku dan suami juga pastinya pola pikir yang berbeda, karena background keluarga kami sangat bertolak belakang. Sering hal-hal kecil menjadi besar dan akhirnya jadi konflik, mungkin karena usia rumah tangga kami masih seumur jagung ya mbak, masing-masing sulit meredam emosi dan ego.
    Tapi bagi aku paling ga suka dia berbohong, walaupun hal kecil dan sering ku bilang dia kalau mau berbohong, berbohong lah se perfect mungkin dan jangan sampai ketahuan. Saya coba tutup mata dan telinganl atas sesuatu yg ga saya sukai untuk menghindari pertengkaran 😊

    BalasHapus
  4. Kak Rey, aku sepakat dengan Kak Anton bahwa pernikahan itu harus dilandasi dengan rada "menerima" bukan mengubah, sebab pernikahan itu adalah komitmen seumur hidup. Bahkan sebenarnya waktu masa-masa pacaran juga landasan "menerima" dan bukan "mengubah" itu udah harus ditanamkan hahaha.

    BalasHapus
  5. Mba Rey, hai hai :D

    Selalu suka baca topik hari Jumat hahahaha. Well, saya setuju dengan mba Rey dan mas Anton perihal esensi dari sebuah pernikahan dan bagaimana mempertahankannya. Baik dengan cara mengalah, menerima, dan menurunkan masing-masing ego kita :3

    Sebetulnya, membuat pernikahan berjalan lancar dan bahagia dibutuhkan efforts dari ke dua belah pihak. However, ketika salah satu pihak memilih untuk menyerah, nggak semerta-merta membuat kita ikut menyerah pula, especially kalau kita masih tetap ingin bertahan.

    That's the time apa yang mba tulis di atas bisa diberlakukan. Yaitu tetap berusaha keep giving our best pada relationship yang kita punya :D -- terlepas pasangan kita sudah berubah haluan. Selama kita merasa masih bisa bertahan, dan apa yang kita pertahankan cencunya sesuai value yang kita punya.

    But on the other side, apabila value kita sudah nggak bisa kita jaga, it's okay untuk berhenti berusaha. Hehehe. In the end, it's all about our own happiness. So, let's makesure, apapun keputusan kita, adalah yang terbaik untuk kita dan kita percaya bisa membuat kita bahagia.

    Semangat, mba <3 terima kasih untuk tulisan bijaknya :"

    BalasHapus
  6. Kalau ngomongin soal rokok nih mbak rey, aku dulu pas kenal sm suamiku skrg dia perokok berat loh, aku g mau sm dia karna dia perokok, tp ajib banget, dia berhenti ngrokok total dalam waktu 4 hari, sampe skrg dia udah ga pernah ngrokok lagi, senengnyaa hahahhaa.

    Bnr bgt mbak rey kalau pernikahan itu emang harus saling menerima, ga bisa mengubah, ibu mertuaku dlu bilang anaknya itu gini-gini-gini dicritain semua kejelekannya (biar aku tau), trs aku berharap setelah menikah dia berubah, ternyata nggak sama sekali, tetap aja seperti habitatnya waktu masih lajang. tp ya udah lah, aku kan juga bukan istri sempurna, saling ngerti aja hahahha

    BalasHapus
  7. Bener kata pak bos Anton. Rasanya kurang seru, gak mancing adrenalin, kalo mba Rey jadi bijak begini😊

    Masa2 awal pernikahan, memang sering mengalami berbagai konflik, karena menyatukan dua kepala tidaklah mudah. Sering berbeda pola pikir, sifat, kebiasaan, juga selera, dan ego masing2.

    Namun demikian, harus ada pembelajarn dari kedua belah pihak. Inti dari pernikahan itu sendiri adl ikatan lahir, dan batin wanita n pria atas dasar cinta, kasih, syg.

    [Saling sayang2an, saling cinta2an, saling mengerti, saling menerima, saling melengkapi]

    Bumbunya ya, tengkar dikit2lah abis itu sayang2an lagi pas mengalah🤭

    Belajar menerima n mengerti. Itu berarti saling mengalah. Mematikan ego...
    Mengajarkan diri
    Krn pernikahan bukan perlombaan, sehingga ada yg kalah dan menang.
    Siapa yg paling banyak berkorban.

    Misalkan seorang suami/istri harus mengalah, itu gak berarti kalah, sebaliknya dapat menyelamatkan pernikahan.

    Kelihatannya banyak teori ini mah...

    Etapi ini yg aku lakukan di dlm keluarga kecilku sampai saat ini.

    Hal kecil dalam seni mengalah versi si Ike

    Selanjutnya semua udah dituangkan pakBos Anton. Sungkem😊

    BalasHapus
  8. Baca tulisan Mba rey, baca komen2 orang kayak komen Pak anton, mas satria, dan Mba eno bikin aku banyak belajaar 😍😍 Dan aku sneng bgd baca afirmasi positif yg mba rey tulis di akhir tulisan. KALAU SAYA MENGERTI, PASTI TUHAN BERIKAN SUAMI YANG PENGERTIAN. Insya Allah dimudahkan ya Mba 😊

    Pernikahan memang belajar seumur hidup yaa Mbaa. salah satunya buat mengalah ini, walau ini lbh gampang dikatakan dibanding dipraktekkan 😆😆 Ibaratnya, kita n pasangan sama2 udah punya kebiasaan sendiri selama puluhan thn sblm kenal dia dan menikah, dan pasti itu ga mudah buat saling memahami n mengalah..

    BalasHapus
  9. Baca saran mas Anton dan mas satria, lgs angkat topi dan sungkem aku :D.

    Sampe skrpun aku dan suami juga msh belajar untuk saling ngalah dan mengerti kelemahan kami msing2 Rey. Apalagi kami juga beda bangetttt karakternya, yg bikin sering ketrigger utk ribut. Memang sih yg sering ngalah suami, mungkin Krn dia males ribut juga. Tp setelah aku renungin, aku nya juga hrs nurunin ekspektasi supaya ga sedikit2 kesel Ama sifat pak suami. Naro handuk sembarangan abis mandi, jaket yg baru dipake digantung gitu aja bukannya dimasukin ke keranjang cucian, numpukin barang dan ga mau dibuang yg udah ga kepake etc... Sepele mungkin buat bbrp org, tp aku ga suka ngeliat hal2 begitu. Padahal sbnrnya, kalo aja aku mau sedikit nurunin std kerapian ku, ngapain juga hal2 begitu aku bikin ribut -_- .. aku belajar sih, kalo ga semua org bisa berubah total mengikuti std nya kita. Kalo toh itu ga significant Ama prinsip yg dipegang, Yo wislaah, ngalah dan mencoba ngerti aja. Aku lgs alihin pikiran, walo pak suami begitu, tp positif poin dari dia masih jauuuuuh LBH banyak dan LBH berharga drpd sekedar naro handuk sembarangan :p.

    Ga usah coba2 mengubah batu, kecuali kita memang pemahat ahli :p.

    Aku juga salut Ama Ussy dan Andhika. Ini salah satu pasangan artis favoritku. Suka banget Krn cara mereka saling menerima satu sama lain. Kalo yg rokok, sebagai mantan perokok, udahlah ga mungkin perokok itu bisa berhenti kalo bukan datangnya dr diri mereka sendiri :). Kalo cm dilarang2 doang, mereka bakal lakuin di belakang pasangannya. Biarin aja mereka ttp lakuin, tp jgn didepan kita, sampe hati dan pikirannya terbuka sendiri utk stop :D.

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)