Usia Anak Masuk SD Minimal 7 Tahun, Ini Alasannya!

usia anak masuk sd

Unia anak masuk SD minimal 7 tahun, dan hal tersebut merupakan aturan pemerintah yang masuk akal serta bijak.

Saat-saat sekarang ini, harusnya menjadi masa ter-rempong bagi para orang tua, yang mana anaknya bakal masuk SD di tahun ini. Setidaknya bagi mereka yang memilih sekolah swasta bagi putra-putrinya.

Cerita Kakak Darrell Masuk SD di Usia Hampir 7 Tahun


Seperti kisah kami setahun yang lalu,  saat mengurus Darrell masuk SDI Raudlatul Jannah Sidaoarjo, karena usianya telah mendekati 7 tahun.

Bahkan kami sudah inisiatif sejak Desember 2016, indent pembayaran uang masuk SD kakak Darrell.
Sayangnya, karena sesuatu dan lain hal,  test masuk SD nya bisa baru bisa diadakan di bulan Februari 2017.

Saat-saat seperti ini,  biasanya bakal muncul lagi masalah perdebatan para orang tua yang tak pernah lekang oleh waktu. Apalagi kalau bukan usia yang pas buat anak masuk Sekolah Dasar.

Sebagian menganggap bahwa anak masuk SD sebaiknya pada usia 7 tahun,  minimal 6,5 tahun.
Namun sebagian juga berpendapat,  usia bukanlah patokan utama. Asal anak sudah bisa calistung, nggak bakal ada masalah.

Para orang tua yang mempunyai pemikiran seperti pillihan kedua di atas, biasanya menyamakan dengan pengalaman mereka sendiri saat masuk SD. Yang mana bahkan ada yang usia belum genap 5 tahun, sudah masuk SD karena (katanya) dia cerdas dan bisa ngikutin semua pelajaran yang ada.

Saya sendiri saat kecil masuk SD di usia 5 tahun, bukan karena cerdas atau pintar. Tapi karena saya nggak pernah masuk TK, *hiks.

Bukan ding, melainkan karena dulu saya sangat dekat dengan kakak saya, Jouke. Jadinya ketika kakak harus masuk SD, saya yang terbiasa dibesarkan dengan apa-apa selalu nggak dibedakan dengan Kakak. 
Akhirnya ingin mengikuti kakak masuk SD, dan jadilah saya masuk SD (ceritanya sekolah ikut-ikutan saja) di usia 5 tahun.

Awalnya, orang tua mengatakan nggak apa-apa jika saya masih kurang dalam pelajaran dan akhirnya harus tinggal kelas. Eh ternyata saya bisa mengikuti pelajaran meskipun nggak masuk dalam kategori murid pintar kayak kakak, yang waktu itu usianya sudah cukup. 

Jadinya sayapun ikut naik kelas.

Kembali ke masalah perdebatan usia yang pas untuk anak masuk SD.
Saat kakak Darrell masuk SD, usianya sudah 6,5 tahun. Kami sebenarnya nggak merencanakan masalah usianya berapa pas masuk SD. 

Hanya saja karena dia lahir di bulan yang 'nanggung', plus waktu usianya 4 tahun saya memutuskan kembali bekerja kantoran dan menitipkannya di daycare Sidoarjo.

Oleh bunda-bunda (guru) di sekolahnya, disarankan agar kakak Darrell masuk TK di usia 4,5 tahun. Dan akhirnya lulus TK di usia 6,5 tahun.

Beruntung untuk SDI Raudlatul Jannah, tidak mematok usia anak harus minimal 7 tahun saat masuk SD. Bahkan informasi yang saya baca di tahun 2016 lalu, SDI Raudlatul Jannah menerima anak SD usia minimal 5 tahun 3 bulan.

Jadi, untuk usia Darrell yang 6,5 tahun itu sudah lebih dari cukup, dan Alhamdulillah ternyata banyak temannya yang seusia dia, bahkan ada yang lebih muda.

Darrell masuk SDI Raudlatul Jannah
Bersama teman-teman di sekolah

Sayapun tidak terlalu larut pada perdebatan usia anak saat masuk SD. Toh kakak Darrell nggak ada masalah usia. 


Usia Anak Masuk SD Minimal 7 Tahun, Ini Alasannya!


Meskipun demikian, di dalam hati masih bertanya-tanya, apa sebenarnya maksud ada batasan usia anak masuk SD?

Toh saya dulu masuk SD lebih cepat juga bisa mengikuti pelajaran dengan baik, bahkan masuk dalam kategori murid yang bisa bersaing dalam hal intelektual *tsaahh.

Dan efek baiknya, ketika memutuskan untuk menganggur sejenak saat lulus STM. Saya masih bisa kuliah dengan teman-teman yang se usia (iya, saya pernah nganggur setahun setelah lulus STM, kapan-kapan diceritain deh, pede aja serasa ada yang mau baca, hahaha).

Sampai akhirnya kakak Darrell masuk SD, dan melewati bulan ketiga hingga semester 2 di kelas 1.
Awal-awalnya sih, pelajaran yang diberikan sangat mudah, bahkan nggak jauh beda dengan materi yang dia dapatkan di jenjang TK.

Dari mengenai angka dan huruf, mengeja kata dan sejenisnya.
Bahkan materinya tidak lebih dari bermain sambil belajar. Yaitu mewarnai angka, huruf, mengenal anggota tubuh sambil bernyayi dan berbagai kegiatan seru dan menyenangkan bagi anak-anak lainnya.

membiasakan anak belajar
Membiasakan belajar meski hanya dibaca setiap malam sebelum hari sekolah, *fokus aja ke belajarnya yaa hahaha

Di sekolah Darrell ada yang namanya Tema (entah sekolah lain ya hehehe), setahun ada 6 tema pelajaran.

Dalam 1 tema, ada 4 sub tema, dan setiap akhir 2 sub tema ada evaluasi. Kemudian setelah selesai 1 tema, akan ada yang namanya UAT atau Ujian Akhir Tema.

Jadi, jika setahun ada 6 tema, kakak Darrell bakal mengerjakan 6 kali UAT dan 12 kali Evaluasi hahaha.

Enakan zaman old ya, ujiannya cukup 2 kali dalam setahun untuk semester dan 3 kali untuk catur wulan *Generasi 90an.

Sisi asyiknya, mereka jarang punya PR, hanya ada 1 PR dalam seminggu, itupun diberikan di hari Jumat dan dikumpulkan di hari Senin.

Anak gemar membaca
Si kakak yang suka kepo akan buku baru

Kakak Darrell melewati UAT Tema 1 yang namanya OURSELVES dengan nilai yang fantastis bikin maminya terharu plus bahagia.

Nilai-nilainya sempurna dan hanya ada sedikit yang nyaris sempurna, Masha Allah Tabarakallah, Alhamdulilah..

Wajar saja sih sebenarnya, karena materinya masih sangat dasar, ditambah dia sudah diajarkan calistung sejak TK. Bahkan sampai tahapan tambah kurang, plus juga dia terlatih menulis saat mengerjakan PR Kumon.

Jadinya dia bisa mengerjakan semua tantangan di Tema pertama yang terbilang sederhana.

Memasuki Tema berikutnya, saya mulai mengernyitkan dahi, materinya mulai bikin deg-degan.
Gimana enggak? di tema tersebut sudah mulai ada bahasan pelajaran yang seingat saya dulu kita pelajari di kelas 2 atau 3 SD.

Hal tersebut makin bertambah saat memasuki semester 2 dan mereka masuk tema 4 yaitu Enterpreneur. Tema pelajarannya makin sip dong.

Sudah membahas tentang perubahan bentuk, dan lain-lain.
Jauh banget dari ingatan saya akan kelas 1 di tahun 1980an *oppsss hahaha

Lepas dari semua kekhawatiran saya, Alhamdulillah kakak Darrell masih bisa mengikuti semua materinya dengan baik. Bahkan selama masuk SD hingga hari ini, dia hanya pernah mengikuti remidi 1 kali saja untuk evaluasi.

Saat itu dia mendapat nilai 78, sedang nilai minimum di sekolahnya harus 80.
Fiuuhhhh....

Dan di saat beginilah saya menyadari, mengapa pemerintah mengharuskan, bahkan dengar-dengar mewajibkan usia minimum 7 tahun saat masuk SD. Nggak tau berlaku atau enggak, karena keponakan saya, bisa masuk SDN kelas 1 dengan usianya 5,3 tahun.

Terlepas dari semua fasilitas yang kakak Darrell dapatkan dibandingkan dengan adik sepupunya yang masuk SD pada usia 5 tahun. Saya rasa, usia lah yang membantu sel-sel berpikir anak lebih matang dalam menerima pelajaran.

Karena materi pelajaran anak SD zaman now itu jauuuhh beda dengan materi SD kita zaman very veerrryyy old hahaha.

Dan nggak ada faedahnya juga tiap hari kita teriak-teriak minta pemerintah menerapkan materi pelajaran kayak di negara Finlandia CMIIW.
Saya rasa tidak semudah itu menerapkannya di negara kita yang begitu komplek dengan permasalahan ini.

Salah satu cara untuk mempersiapkan anak agar tidak terbebani materinya yang aduhai itu adalah, dengan tidak mengikuti ego kita untuk mempercepat anak masuk SD.

Bukannya apa-apa, KASIHAN aja .

Kasihan anak-anak, plus kasihan gurunya LOL

Tau gak sih? menjadi guru atau wali kelas 1 itu berat banget.
Wali kelas kakak Darrell mengiyakan hal itu.

Mereka harus sekuat tenaga memikirkan cara terbaik mentransfer ilmu yang luar biasa itu ke para murid yang notabene masih dalam tahap peralihan dari sekolah yang boleh main melulu. Ke skolah yang harus mengerti lebih formal.

usia tepat anak masuk sd
Latihan pakai baju pramuka. harus mandiri, karena di sekolah harus ganti baju bolak balik.

Dengan usia anak yang lebih matang, maka kemampuan berpikir mereka baik dalam menerima pelajaran maupun kemandirian lebih baik lagi.

Nggak usahlah memikirkan anak-anak usia 5 tahun sudah SD, di kelas kakak Darrell aja. Sebagian besar teman-temannya sudah berusia seperti Darrell yaitu minimal 6,5 tahun bahkan ada yang sudah 7 tahun.

Itupun masih saja membuat wali kelasnya ngos-ngos an mendidik mereka.

Dari yang suliiittt banget diminta lebih tertib, nggak boleh berantem, sampai urusan ke toilet.
Sampai-sampai wali kelasnya rela nongkrong di toilet menanti murid yang lagi pup hanya demi memastikan si murid bisa membersihkan duburnya dengan bersih.

Secara mereka harus sholat Dhuhur berjamaah setiap hari.
*pukpuk miss Vivin hehehehe.

Belum lagi, untuk yang full day school kayak kakak Darrell, yang mana mereka kadang harus gonta ganti baju di sekolah saat ada kegiatan pramuka atau extrakurikuler.
Kalau anak belum bisa mandiri memakai baju sendiri, dijamin gurunya puyeng hahaha.

usia tepat anak masuk sd
Harus bisa pakai baju sendiri

Itu untuk sekolah swasta, yang mana gak peduli gaji gurunya berapa, tapi biaya pendaftaran maupun SPP perbulannya..

hikssss... LEBIH MAHAL DARI SPP KULIAH SAYA DULUHHH!!!
Oii Rey, sadar diri, eloo itu kuliahnya udah puluhan tahun lalu hahaha.

Bayangin untuk sekolah negeri yang notabene katanya gratis, plus (katanya  juga) gaji gurunya gak semua memuaskan.

Apa gak ngehek tuh gurunya harus turun tangan nongkrong di toilet ditemani bau yang aduhai demi memastikan si murid gak menimbulkan bau di kelas? hahahaha.

Nggak tau lagi sih, kalau emang ada anak yang kece abis, masih 5 tahun sudah mandiri kayak usia 7 tahun. Tapi yang saya lihat di kelas kakak Darrell ya kayak gitu, hahaha.

Selain dari masalah kemandirian, merujuk dari teori-teori parenting. Di mana di usia segitu otak anak masih dipengaruhi oleh bermain, kan kasihan aja jika harus dicekoki materi yang aduhai juga.

Pun juga kalau ada orang tua yang beralasan. 
"Anak saya sudah mampu kok, buktinya dia sekolah baik-baik saja!"
Saya kok kurang yakin ya? emang anak kecil sudah bisa menyuarakan kemampuannya?
Kalau bukan kita orang tua yang mau menyelami kemampuannya?

Apapun itu, saya rasa memberikan beban sesuai kemampuan anak adalah hal yang terbijak bagi kita. Jangan sampai karena 'dipaksa' menanggung beban berat di saat usianya belum mumpuni. Bikin sang anak, nggak pernah bisa tumbuh dewasa atau dengan kata lain telat dewasanya.

Kayak siapa yaaa?
Oh iyaaa.. itu kan saya hahaha :D

Iya, saya emak yang kadang childish, mungkin karena saya masuk SD kelewat cepat hahaha.
Ada yang anaknya bakal masuk SD tahun ini? share kerempongannya yuk bunda :)

Semoga bermanfaat.

Sidoarjo - 1 Maret 2018

24 komentar :

  1. Ibuk saya guru MI, dulu saat kecil, ketika ibuk saya ngajar di sekolah, saya ikuuut terus, sampai mestinya masuk kelas 1 (saya ga TK karena di desa saya belum ada TK waktu itu), saya pun tidak bisa duduk di kelas 1 seperti yang lain. Ibuk pindah ngajar kelas 3 misalnya, saya pun ikut kelas 3, hehe... akhirnya, mau tidak mau, akhirnya saya dipindah ke SD sampai kelas 2 naik kelas 3, setelah pindah lagi ke MI (karena tujuan sekolah sesungguhnya di MI) mengulang lagi kelas 2 (karena di MI kelas 2 sudah harus bisa membaca Arab Pegon yang di SD tidak diajarkan). Ternyata betul, usia berbanding lurus dengan kemandirian anak, termasuk dalam belajar.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah sama dong pak, saya juga gak pakai TK-TK an langsung SD.

      Seru ya punya ibu seorang guru, bisa ikutan ibu saat ngajar, jadinya familier terhadap pelajaran.
      Saya dulu suka kagum ama guru-guru yang bawa anaknya di kelas saat ngajar.
      Kebanyakan anaknya jadi lebih pandai gegara tiap hari dengar ibunya ngajar.

      Terlebih sekolah agama yaa, impian kami banget, sejak anak kami lahir, sudah berpikir untuk memasukan anak ke sekolah agama sejak SD, agar basic pengetahuannya tentang Islam lebih kuat.

      Makasih ya pak telah berkunjung ke sini 😊

      Hapus
  2. Mba Ri, baca ini semua jadi inget ponakanku yang masuk SD belum genap 6 tahun karena memang lahirnya bulan desember gitu jadi kata ibunya takut ketuaan maka dimasukkanlah kelas 1 SD. berhubung rumahnya sebelahan tiap pagi saya selalu denger ponakan nangis teriak2, ga mau sekolah tiap senin, pernah juga kakaknya cerita kalau dy dikelas nangis karena ga bisa ngikutin pelajaran dan akhirnya gurunya minta walinya jemput hehehe..

    dari kasus itu sih emang pada dasarnya masukin sekolah melihat kematangan dan kemandirian anak ya mba, aku juga nih anakku udah TK A suka deg2an apa di sekolah dia pup ntar gimana bersihinnya karena anakku baru bisa pipis doang kalau pup masih andelin aku :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama kayak ponakan saya mba, ponakan saya masuk SD cepat karena alasannya badannya bongsor banget, malu gabung ama anak TK di bilang sudah tua hahaha.
      Kasian banget sebenarnya, masih gak bisa mandiri sama sekali, dan belum sepenuhnya menganggap sekolah itu penting.

      Anak saya 6,5 tahun Alhamdulillah lebih sadar kalau sekolah itu wajib, lebih mandiri dan lebih kuat menerima pelajaran yang aduhai bikin ngeri mantan anak SD jaman old kayak saya hahaha.

      Itu deh mba, saya sejak anak masuk sekolah dulu pas PG yang paling bikin deg-degan ya masalah pipis pup.
      Alhamdulillah anak saya sudah bisa bersihkan pup sendiri sejak TK, cuman ya namanya anak2, harus sering diliat beneran bersih atau enggak.
      Terlebih kan mereka harus sholat di sekolah, bisa najis kalau gak bersih hehehe.

      Makasih sudah berkunjung ya mbaa 😊

      Hapus
  3. Betul juga yah! Tapi saya masuk SD pas umur 6 tahun, alhamdulilah sampai lulus SMA selalu naik kelas walaupun dapet nilai seadanya hihihihihi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe apalah arti sebuah nilai, yang penting tetep semangat mencari ilmu :D

      Hapus
  4. Di tempat tinggal saya dulu juga ada beberapa orang tua yang selalu memasukkan anaknya sekolah SD pas umur 5 tahun, katanya mumpung sedang masa-masa emas. Tetapi seiring dengan masuknya informasi dari berita, penasehat, anak-anak yang belum 7 tahun sebaiknya tetaplah menjadi anak-anak dan ada baiknya tunggu sampai usianya cukup untuk dimasukkan ke SD.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Emang harus selalu dikasih informasi dan penyuluhan yang baik ya mba :)

      Hapus
  5. Dulu, saya masuk SD usia 6 tahun dan oke2 aja karena beban pelajaran gak kayak sekarang. Nah, kemarin anakku masuk SD umur 6,3, dasar anaknya santai jadi saya yang suka ketar-ketir. Tapi sudahlah, percaya saja sama anak. Untuk adiknya nanti, saya sudah planning mendekati 7. Sekitar 6,10 pas tahun ajaran. saya rasa, memang lebih aman saat usia anak semakin matang, meskipun ini tidak berlaku untuk semua anak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mba, lebih aman jika dimasukan SD setelah usianya cukup :)

      Hapus
  6. Mbak Rey.. Keren iiih blognya, kesenangan baca-baca Mas Darrel saya jadinya hihii. Kids jaman now duh pelajarannya ngeri yaa Mbak, Mbak Rey hebat mendampingi Mas Darrel jadi bisa tahu detil. Contoh yang akan saya tiru nich kalo anak saya masuk sekolah nanti.

    Btw saya SD umur 5 tahun, syukurlah pelajarannya ga seberat sekarang hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih mba cantik :*

      blognya mba juga kece, dan penuh manfaat :)

      toosss dulu deh sesama usia 5 taun sudah masuk SD, dan memang dulu pelajarannya asyik banget yaa :)

      Hapus
  7. Sayahhh.. Yang bungsu masuk SD tahun ini.
    Gak terlalu rempong sih mba. Karena prosesnya sudah dimulai dari akhir tahun lalu.
    Paling tinggal support ke anaknya aja biar makin matang menghadapi kehidupan nyata di dunia sekolah.
    Soalnya antara TK sama SD kan pasti agak berbeda suasanya, di SD sudah lebih serius hihihi..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe.. Udah pengalaman anak sebelumnya masuk SD ya mba, jadinya udah gak bingung.

      Saya kemaren sempet drama, maklum pertama kalinya anak masuk SD.
      Terlebih anak saya harus test dua kali baru lulus 😊

      Hapus
  8. Berat ya jadi anak sd zaman now, begitupun bagi para orang tua yang punya anak di sekolah dasar. Semoga kedepannya dunia pendidikan di Indonesia bisa lebih baik lagi ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenarnya kalau udah matang usianya insha Allah anak bisa ngikutin mba, anak saya juga gitu.
      Emaknya aja yang drama lebay, eh Alhamdulillah dia masih menikmati pelajarannya 😊

      Hapus
  9. Liat ponakan yg kls 4 jago sepik english bikin kagum, saya pertama kali belajar b
    Inggris kelas 3 Dx paling bingung liat rumus mtk anak jaman now yg bedaa banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, zaman sekarang canggih2, anak kecil pintar2 bahasa Inggris, sementara saya emaknya hanya tau yes or no hahaha

      Hapus
  10. nah ini nih pas dgn kegalauan sy yg thn ini anak sy pss 6.5 thn mw masuk SD.kmrn sdh tes masuk sd swasta yg akhirna hasil testnya tidak diterima krn blm matangnya kemandirian dan pola pikir anak (padahal swasta).akhirna sy putuskan sy masukan ke sd swasta yg tdk ada test2an berharap agar emaknya gak pusing lg sm hasilna Alhamdulillah sy daftar ke SD yg menurut sy gurunya mw peduli dgn anak (kunjungan ke berbagai sekolah)..smg sekolah nnt anak sy bs mengikuti KBM dgn baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Anak saya juga dulu testnya 2 kali baru lulus mba, hehehe...
      Dulu sempat pengen cari sekolah lain, tapi udah bayar duluan sih dan anak udah sreg di situ :)

      Hapus
  11. Anak pertama waktu TK di Amerika. Syarat masuk Kindergarten adalah usia minimal 5 tahun per 30 Oktober tahun berjalan. Kindergarten ini masuk ke Elementary School. Jadi SD ada level K-5. Jadi TK masuk ke sekolah wajib belajar (SD) dan cuma setahun. lalu SMP kelas 6-8. SMA 4 tahun, kelas 9-12. Makanya ijazah SMA di Amerika disebut Diploma. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kayak D1 ya mba, di sana emang lebih terorganisasi dengan baik.
      Semoga Indonesia ke depannya juga bisa lebih baik :)

      Hapus
  12. Halo Mbak Reyne, terima kasih ya sudah menulis ini. Saya termasuk ibu yang sering terganggu mendengarkan perdebatan tentang usia berapa anak harus sekolah. Karena saya juga masih bimbang mau memasukkan anak saya pada usia berapa (saat ini usia anak saya masih 2 tahun). Saya sendiri mulai masuk TK usia 3 tahun. Saya pernah tidak naik kelas di TK, konon karena di sekolah itu perilaku saya kurang baik. Sekarang saya paham bahwa mungkin sebetulnya bukan kesalahan perilaku saya, tetapi karena sesungguhnya saya masuk TK itu terlalu awal sehingga saya jadi pembosan. Saya belajar banyak dari pengalaman masa TK saya yang tidak menyenangkan itu, sehingga saya tidak ingin mengulanginya pada anak saya. Jadi kalau saya dengar orang lain maksa memasukkan anaknya ke sekolah sedini mungkin, saya jadi tidak setuju :)

    Tetapi sepertinya setiap orang tua punya alasan sendiri kenapa memasukkan anaknya ke sekolah lebih awal. Karena sepertinya zona waktu atas ego mereka juga berbeda-beda. Dan zona waktu pribadi mereka itu juga dipengaruhi banyaknya pengetahuan yang mereka terima. Dan tulisan Mbak Reyne ini memberitahukan banyak hal yang cukup signifikan, untuk memberi bahan pertimbangan tentang kapan waktu yang tepat untuk memasukkan anak ke sekolah :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Halo juga mba yang cantiq :)

      "Karena sepertinya zona waktu atas ego mereka juga berbeda-beda. Dan zona waktu pribadi mereka itu juga dipengaruhi banyaknya pengetahuan yang mereka terima"

      Sukaaaa kalimat itu hehehe.

      Iya mba, di sini saya hanya menulis berdasarkan pengalaman, emang salah satu faktor penting bagi anak dalam bersekolah adalah kematangan dalam segi usia.

      Kasian aja kalau kita paksa melakukan sesuatu dengan baik di usianya yang seharusnya belum melakukan hal tersebut :)

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)