Mendidik Anak (Dengan Emosi) Cukup 30 Detik

Mendidik Anak (Dengan Emosi) Cukup 30 Detik

Sharing By Rey - Mendidik anak tanpa emosi, terlebih bagi ibu-ibu single fighter karena LDM dengan suami? kayaknya amat sangat sangaaatt jarang bisa kita temukan.

Kalaupun ada, saya rasa si ibu itu udah lulus universitas kehidupan tingkat dewa dewi dah, hahaha.

Karena bagi saya, bahkan singa aja kalah galaknya.
Ye kan, singa tuh galak sama mahluk lain, sama anak-anaknya dia lembut.

Tau darimana Rey?
Ya dari film Lion King dong *lah? hahahahaha.

Etapi beneran loh, dimulai dari saya hamil anak kedua deh kayaknya, saya menjelma jadi mamak yang super galak, suka bentakin si kakak, abis itu nyesal dan minta maaf sambil nangis-nangis. besok diulang lagi, malamnya minta maaf lagi daannn repeat

Ketika si adik masih bayi, marah-marah saya masih berlanjut, bahkan lebih parah karena memang ada dugaan saya kena baby blues dan PPD.
Astagaa, saya sungguh jadi ibu yang nggak pantas dipanggil mami oleh anak-anak saya.

That's why saya selalu berusaha sekuat tenaga untuk bisa sembuh dan mengontrol diri.
Sampai akhirnya, Alhamdulillah, dengan bantuan-Nya, saya mulai bisa sedikit demi sedikit mengurangi kegalakan saya.

Semua itu tak lepas dari niat ingin berubah jadi lebih baik sih ya, karena saya juga pernah jadi anak-anak, pernah tahu betapa nggak asyik banget dimarahin itu, apalagi kalau dibentak-bentak, merasuk banget di hati dan pikiran, menjadi luka batin dan terbawa hingga dewasa.


Tegur Kesalahan Anak 30 Detik Saja


Jadi kemaren itu, saya liat video, saya lupa sih liat di mana, hahaha.
Kayaknya di instagram deh.
Atau di youtube ya?

cara mendidik anak usia 9 tahun

Pokoknya liat video gitu, yang isinya tentang cara bijak mendidik anak.
Simple aja sih, cukup tegur kesalahannya (which is mungkin lebih seringnya marahin, hahaha) di 30 detik pertama saja, selanjutnya 30 detik berikutnya adalah, mengingatkan kebaikannya.

That's it!
Simple kan?

Karena saya liatnya juga sambil lalu gitu, jadinya nggak sempat liat caranya gimana, tapi justru hal tersebut terpatri di pikiran saya, dan saya jadi berpikir untuk mencobanya.

Dan here we go!

Nggak sulit buat praktikinnya, karena anak-anak mah berulah 24/7, sigh
Rasanya kalau dihitung-hitung, lebih dari 10 kali sehari saya marahin dia, termasuk adiknya sih.

Ya you know-lah, kayaknya karena anak laki kan ye.
Per 15 menit ada yang jejeritan.
Kalau liat-liat para artis sih, yang sering ada di IG, jika anaknya berantem dan jejeritan, dicuekin aja.

Awalnya saya gitu, tapi kok ya serem banget, ketika si adik megang mobil-mobilan yang lumayan berat, dan dengan santai dia menuju kakaknya dan, bug!
Kepala kakaknya dipukul pake mobil-mobilan besi itu dong.

Terus kakaknya menjerit, dan 5 detik berikutnya, bag bug!
Si kakak balas mukulin adiknya, dengan kekuatan anak usia 9 tahun, sampai adiknya kejengkang dan kepalanya terantuk.

Wadoohhh, pegimana mamak mau diam aja kek gitu?
Bisa-bisa ada yang gegar otak tuh bocah-bocah, hiks.

Udah deh, mamaknya datang dengan omelan menggelegar!
"Darreeeelllll!!!! adikmu ini masih kecil, bahaya banget kalau kakak pukul seperti itu! "
Udah deh, sampai meluber ke mana-mana omelannya, bahkan kadang sampai 15 menit berlalu pun, saya masih ulangi omelan tersebut, hahaha.

Hal itu terjadi repeat annndddd repeat!
Gantian aja, kalau kakaknya serius membaca, adiknya gangguin.
Kalau adiknya serius main sendiri, kakaknya gangguin.
Sumpaaahh yaaa, pengen terbang ke langit ke-7 rasanya, biar sejenak nggak dengar anak-anak jejeritan, hiks.

Karenanya, sesegera mungkin saya mempraktikan teori mendidik anak dengan emosi, cukup 30 detik saja.

Dan ternyata, cukup rempong!
Bayangin aja, emosi udah diubun-ubun, tapi disuruh menghitung, sampai 30 detik, yang ada saya lupa menghitung dan keterusan ngomel, sampai lebih 1 menit, hahaha.

Nantilah kedua kalinya, baru mulai sedikit bisa saya praktikin, dan ternyata memang work setidaknya buat meredam emosi saya.

Ye kan, sungguh nggak konsen tauk, mau marah dan ngomel kok ya kudu berhitung sampai 30, tapi ternyata saya berhasil, dan akhirnya menutup mulut rapat-rapat di hitungan ke-30, menarik nafas, dan mulai memuji si kakak.
"Kakak bantuin mami dong, kayak dulu, waktu kakak kecil, kakak tuh sayang banget sama mami!"

Si kakak masih manyun, dia kesal selalu disalahkan, ya gimana dong, keributan mereka sesungguhnya ya dialah biang keroknya, si adik mah hanya menirunya aja.

"Mami tuh sedih, kakak nggak sayang lagi sama mami, nggak mau bantuin mami jagain adik lagi, huhuhu"


cara mendidik anak usia 3 tahun supaya cerdas

Dengan kekuatan drama queen a la mamak Rey, sambil pura-pura mau nangis, dan tidak menunggu waktu lama, si kakak perlahan-lahan menghilangkan manyunnya dan ikutan adiknya memeluk maminya yang pintar akting ini, hahaha.


Manfaat Menegur Kesalahan Anak 30 Detik Saja


Banyak banget manfaat positif yang saya rasakan, dengan menerapkan, atau memaksakan tegur anak dengan emosi cukup 30 detik ini.
Dan bukan buat anak sih, tapi lebih ke saya pribadi.


1. Jadi bisa sedikit mengontrol emosi


Penyebabnya ya karena seperti yang saya jabarkan di atas, manalah bisa kita ngomel, kalau sambil berhitung dalam hati?
Apalagi berhitungnya penuh penghayatan banget, takut kurang atau lebih, hahahaha.

Meskipun kadang masih ada bocor-bocornya, seperti saat udah berhasil nyetop marah atau ngomel buruk di 30 detik pertama, selanjutnya diteruskan dengan ngomel baik, alias memuji kebaikan anak terdahulu.

Tapi tetep aja ada bocor-bocornya, sesekali, hahaha.
Ya wajar sih ya, namanya juga manusia berproses kan ye.

Tapi, dibandingkan dengan biasanya, di mana saya sering banget ngomelin si kakak, sudahlah menggambarkan si kakak sebagai anak yang buruk aja, melebar ke mana-mana pulak!

Misal, dia malah mainan atau browsing saat ustadzahnya sedang ngezoom.
Harusnya kan, saya cukup menegur agar dia lebih serius ketika sedang belajar.
That's it!

Yang ada?
Saya terusin lah ngomelnya dengan masalah, SPP sekolahnya kakak itu mahal loh, bla..bla..bla..

Astagfirullah, ampuni hamba-Mu ini ya Allah, hiks.

Dengan metode yang saya paksakan ini, mau nggak mau memaksa saya untuk fokus ke masalahnya, karena saya cuman punya 30 detik buat menumpahkan kekesalan saya, off course saya akan berusaha membahas kesalahannya aja.

So, sedikit demi sedikit, saya akan berlatih untuk hanya fokus ke masalah intinya, enggak melebar ke masalah lainnya.
Dan berlatih juga untuk mengubah emosi menjadi sesuatu yang positif, yaitu mengajak anak merasakan bahwa maminya marah karena sayang dan lelah.
Bukan karena membencinya.


2. Anak jadi lebih mudah diarahkan


Memang ya, sebenarnya bukan anak-anak yang terlalu banyak tingkah, tapi orang tua yang lupa kalau anak kecil ya memang belajarnya dari banyak tingkah itu, hahaha.

cara mendidik anak 3 tahun agar nurut

Sayangnya, karena berbagai alasan, orang tua jadinya malah kesal karena hal tersebut, dan memarahi hingga membentak anak.
Yang terjadi? bukannya anak makin nurut, terlebih anak lelaki ya.
Yang ada anak semakin malas-malasan, dan hanya melakukan apa yang disuruh karena takut.

Dan believe me, ditakuti anak itu sungguh bikin hati bakal teriris sembilu, hiks.

Tapi, sesungguhnya tidak ada anak yang sulit diarahkan, anak-anak hanya sulit dipaksa, tapi akan lebih mudah kalau diajak dan dicontohkan.

Dan mengarahkan anak itu, hanya bisa kita lakukan, kalau emosi kita terkontrol.
Kalau enggak? duh nggak sabaran jadinya malah memaksa dengan ancaman dan bentakan.


3. Anak jadi lebih mengerti ortunya


Karena saya lebih memilih untuk berbicara tanpa 'urat', kalau mau 'urat' mending mamam bakso aja deh, hahaha.

Si kakak, jadi bisa lebih mengerti apa masalah maminya yang marah-marah kayak singa melulu, dan apa harapan maminya.

Ya harapan saya kan si kakak bisa membantu saya dengan menjadi anak yang manis kayak dulu, dan akhirnya beberapa hari ini si kakak jadi penuh kejutan.

Dia mencuci semua piring yang kotor, dia rajin mengikuti jadwal yang memang sudah kami susun bersama, dan lebih mudah diingatkan, tanpa harus saya menggelagar lagi, hahaha.


Demikianlah.
Sesungguhnya, menjadi orang tua, khususnya ibu, itu nggak pernah ada sekolahnya yang pas, even para pakar parentingpun, nggak bisa serta merta punya ilmu yang mumpuni, dan berhasil saja menerapkan semua ilmu itu ke anaknya.

Selalu ada semacam trial dan error untuk itu.
Dan apapun itu, ibu selalu tahu cara terbaik mengasuh dan memenangkan hati anaknya.
Dan tak pernah ada cinta yang paling tulus, selain cinta ibu.

Semangat selalu untuk menjadi ibu yang lebih baik ya, temans..


Sidoarjo, 18 November 2020


Sumber : pengalaman pribadi
Gambar : dokumen pribadi dan canva

18 komentar :

  1. Kak Rey, jago sekali aktingnya. Nggak berminat jadi bintang FTV nih, Kak? 😁

    Aku membayangkan saat si adik dan si kakak yang tadinya manyun, jadi beranjak memeluk Kak Rey 🥺 terharuuu. Anak-anak kalau lagi manis seperti malaikat ya 🥺

    Terima kasih atas sharingnya Kak Rey. Pagi ini aku dapat pengetahuan baru lagi seputar parenting 😁 Kak Rey, semangat untuk menjadi ibu yang lebih baik ya ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, kalau dipikir-pikir dari dulu saya sering banget bisa menghadirkan air mata gitu yak, maksudnya bukan akting, tapi kadang meski nggak lagi pengen nangis, kalau dibutuhkan saya bisa hadirkan air mata, hahahaah.

      Bangeeett, salah satu surga yang terasa, dipeluk anak-anak, langsung luruh emosi rasanya, tapi berganti penyesalan huhuhu

      Hapus
  2. Wahhh makasih sharingnya mbak rey, akupun dari dulu terkenal galak, takut bgt kalau ga bisa kontrol emosi sama anak, bahaya, apalagi ngontrol emosi buat aku bukan perkara mudah hahahha.

    Anyway, aku pgn bgt loh punya anak cowo lagi mbak, pgn pny anak cowo semua, tp setelah baca ini kok jadi takut ya, ntr mreka berantem dan pukul2an hahahha, btw anak2nya mbak rey selisih umurnya brp thn?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, kayaknya banyak yang gitu ya, terlebih kalau seorang ibu banyak pikiran, duh masalah anak sepele, jadi emosi berat dan melebar ke mana-mana.

      Kayaknya sekarang, bahkan anak cewek juga sama, ada juga yang mainnya ekstrim.
      Mereka beda 7 tahun sih, enaknya si kakak kadang lebih bisa saya minta tolong memahami adiknya, nggak enaknya kalau main tuh kakaknya kadang lepas kontrol mukul adiknya dengan kekuatan anak usia 10 tahun, serem dah hahaha

      Hapus
  3. 30 Detik dikit amat Uni Rey, Kalau anaknya sudah 17 tahun gimana...Nggak diomelin saja bisa ngomelin ortunya..🤣🤣🤣

    Tapi yang saya tahu anak usia 3 tahun masih dilindungi oleh tuhan lho...Jadi terkadang kalau ia jatuh memang menangis tetapi tetap ada kekuatan yang membantunya....Tetapi bukan berarti orang tuanya diam saja. Yaa tetap harus ada penjegahan juga.😊


    Karena anak dari kecil sampai dewasa datanya sudah ada pada tuhan sang pencipta tinggal gimana kita sebagai orang tua jangan menyia2kan anak kita..😊😊

    Dan tulisan diatas juga ada benarnya memang.. 30 detik Asal arahannya tepat juga sang anak pasti manut Terlebih kalau semuanya dilakukan setiap hari secara kontinyu.😊

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah makanya, dari sekarang mau praktikin ngomel cuman 30 detik aja, biar besok-besok nggak ngomel lagi, tapi ngobrol biasa as a friend ama si kakak :D

      Iya juga ya, serem banget tau nggak si adik ini, suka manjat-manjat, suka mukulin kakaknya, padahal kakaknya udah gede, dan kalau mukul luar biasa hahaha.

      30 detik itu boleh marah Kang, setelah itu boleh tetap nasihati, tapi yang baik aja, misal kita jelasin kenapa dia tidak boleh begini, mengapa maminya marah :D

      Hapus
  4. Aku baca ini kayak lagi liat cermin. Aku banget Mbak... Jadi itu 30 detik kita ngefreeze gitu kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh kita sama nih Mba, soalnya anak-anak bedanya juga agak jauh kan.
      Pas ada adiknya tuh si kakak caper, setelah adiknya besar, kakaknya jadi panutan banget, kalau kakak usil, mereka berdua jadi usil, mamak esmosi hahaha.

      30 detik itu boleh marah seperti biasa Mba, tapi tetep sadar waktu.
      Jadi marah tapi sambil kira-kira, udah 30 detik nggak?
      Kalau udah, segera stop, tutup mulut kek, atau pergi sejenak dari anak.
      Setelah berhasil tenang, kembali lagi ke anak, boleh terusin nasihat, tapi dengan lembut.

      Jadinya di saya kayak rem gitu, apalagi kalau udah saya tulis gini, kalau mau marah lewat dari 30 detik itu, semacam ada ucapan di kepala saya.
      "Woiii Rey, katanya mau terapin 30 detik aja marah, kenapa lebih?" hahahaha

      Hapus
  5. memang perlu eksabaran banget ya, duh begini jadi emak2 belum ketjaan numpuk di rumah , belum kerjaan kantor, lihat anak rewl rasanya kesabaran diuji

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah iya Mba, faktor yang paling bikin mamak-mamak sulit bersabar adalah, kerjaannya numpuk, anak-anak banyak tingkah hahahaha

      Hapus
  6. ibuku kayaknya lebih dari 30 detik mba :D
    adikku yang cowok ini udah gede padahal tapi kadang susah dikasih tau, jadinya ngundang ibuku buat "Ceramah" dan bisa lebih dari 30 detik hahaha
    mungkin kalau di depan orang lain, bisa aja orang tua negur 30 detik, tapi dalam hati masih gregeten, kan jaim di depan orang.
    aku cuma bisa liat dari temen aku aja hehehe, sampe gemes gregeten gitu si ibuk ini sama anaknya.

    sikap lemah lembut ortu ketika menegur anak kayaknya dibiasakan dari si anak kecil ya? karena apa yang diperlakukan orangtua bisa aja membekas dipikiran si anak
    kayak temen aku, yang ngasih tau anaknya bukan dengan kata kata larangan, tapi dikasih tau dengan padanan kata lain yang seolah olah tindakan si anak memang salah. duh bingung nulisnya hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahhh itu ibu-ibu yang bisa ngasih tahu dengan keren, panutan dan juara banget Mba Inun 😍

      Hapus
  7. Wahhh baru tau...

    Makasih ilmunya suhu, bisa saya praktekkan nanti. Btw mbak, si kecil maknnya banyak yah? Gebul gitu, jadi keliatan tambah lucu. Ntar anak saya mau saya bikin gembul biar lucu, wkwkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha enggak juga kok, si adik mah makan banyak kalau jajanan 😂

      Hapus
  8. Bermanfaat sekali ilmunya kaaa, yuk kunjungi juga https://rempahkuu.blogspot.com

    BalasHapus
  9. Duuuuh bisa ga yaaa aku berhitung dulu Ampe 30 sebelum meledak hahahahahaha. Takutnya blm 30, udah meledak duluan, ato malah pas 30 makin tinggi tekanannya Rey wkwkwkkwkwk.

    Memanglaaah anak2 ini kdg emosi kita dibuat on trus :p. Rasanya susaaaah bgt mau ngontrol emosi. Kdg kalo ditahan2 yg ada malah makin bad mood.

    Tapi jujurnya, akupun setelah marah2 ke anak, nyesel juga kok Rey. Kenapa bisa lepas kontrol gitu :(. Pgn belajar kesabaran dr suami... Ntah gimanalah dia bisa super sabar ngadepin anak2 -_- . Mungkin ga sih nurun jg dr ortunya. Krn dulu ortuku memang rada keras sih ke kami kalo mendidik. Jd kesannya galak banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, saya pun aslinya terus berlatih Mba, sulit banget, tapi harus ya Mba :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)