Kontak Dengan Pasien Positif Covid-19

pengalaman kontak dengan penderita covid-19

Sharing By Rey - Harusnya hari ini saya mau nulis tentang review film yang kemaren saya tonton 4 hari baru kelar, saking saya ketiduran mulu nontonnya, hahaha.

Tapi saya lagi malas nulis yang serius-serius, saya mau curhat aja deh.
Ebentar, bukannya si Rey ini tiap hari curcol di blognya? hahaha.

Etapi serius loh, saya lagi mixed feeling *tsah.
Tepatnya sejak kemaren sore, ketika saya membaca sebuah pesan yang  mengejutkan, meski aslinya ya udah bersiap untuk itu.
Di mana, pesan tersebut memberitahukan, bahwa ibu mertua saya terkena positif Covid-19, bahkan serumah mereka positif semua.

Daaann...
Kabar lebih mengejutkan adalah, Minggu lalu, kami baru saja menjenguk ibu yang memang lagi sakit.

Innalillahi...!

Ohhhh my....!!!

*langsung merasa semua badan pegal, tenggorokan sakit, tiba-tiba suara hilang, terlebih mengingat gimana rasanya hidung di sogrok-sogrok, bukan hanya saya, tapi juga anak-anak, daann.... STOP REY!

You know kan ye...
Salah satu alasan, mengapa saya begitu keras terhadap hidup ini, karena saya kenal diri saya, yang selalu sulit mengendalikan over thinking

Barulah dengar 1 kalimat, pikirannya udah melompat ratusan kilometer ke depan, ckckckck

Mulai deh beredar di pikiran, sebuah prosedur yang ribet dan melelahkan, antri, ditusuk-tusuk hidung dan tenggorokan, seperti yang sering saya liat di medsos selama ini, dan juga bayarnya lumayuuunnnn.... setelah itu berdamai dengan berbagai hal yang mungkin terjadi.

Duh kaaann, bahkan hanya nulis aja, saya udah melancong ke mana-mana dah!


Berawal...


Semuanya berawal ketika Sabtu malam lalu, pak suami ngirim kabar, kalau dia akan telat pulang karena mampir ke rumah ibu, untuk nganterin ibu ke rumah sakit.
Saya kaget dong, dan nanya ibu sakit apa?
Deg-degan juga mengingat keadaan sekarang yang memang semakin seram ceritanya.

Kata paksu, ibu sakit sejak seminggu sebelumnya, dan beliau nggak mau makan lagi.

Duuhh, setelah mendengar kata "Nggak mau makan lagi" itu, saya langsung panik dong ya.
Secara, ibu itu udah sepuh, udah hampir 70 tahunan.
Dan saya ingat cerita ibu, bahwa orang yang nggak mau makan itu, semacam tanda-tanda.

Duuhh, panik dong saya, langsung ngajak jenguk ibu.
Saking paniknya, udah lupa tuh saya dengan covid-19.
Tujuannya satu, saya pengen liat ibu, that's it!

Besoknya, berangkatlah kami ke sana, sampai di sana, saya juga santai, sumpah macam kena hipnotis dong ya, sama sekali nggak punya pikiran kalau gimana seandainya ibu kena covid dan menulari kami?
Justru sesampainya, saya cepat-cepat bersihin tangan dengan bersih, langsung masuk kamar ibu.

Alhamdulillah, setelah saya masuk, saya liat keadaan ibu nggak seburuk yang saya pikirkan, beliau cuman mengeluh kalau nggak bisa makan, setiap kali makan langsung keluar, saya teliti obat yang beliau dapatkan dari dokter, hampir semuanya adalah obat lambung, vitamin dan pereda demam.

Saya juga sempat memijati kaki beliau, tangannya, mencium tangannya juga.
Lalu, setelah ibu terlihat lelah, saya keluar kamar agar ibu bisa istrahat.

Setelah itu, saya nggak masuk kamarnya lagi.
Namun, saya juga nggak ngeh, kalau adik ipar saya batuk saat itu.
Beruntung dia pakai masker.

Ketika pulang, saya masuk lagi ke kamar beliau, izin pulang, cium tangan lagi, meskipun seingat saya, secara diam-diam saya bersihkan lagi tangan pakai hand sanitizer, kagak enak juga sih kalau terlihat yang lain, takut saya dianggap sok hygienis, hahaha.

Lalu kami pulang.

Keesokan harinya, paksu kembali membawa ibunya ke RS, karena mereka ke RS yang ketat, akhirnya mereka harus mengikuti prosedur yaitu kudu swab, maka di swablah mereka semua, termasuk semua penghuni rumah.

Hasilnya keluar 3 atau 4 hari kemudian, dan di situlah mulai rasa shock saya.


Rasanya...


Sejujurnya, perasaan yang ada ketika mendengar kenyataan itu, nggak selebay reaksi saya, hahaha.
Sejak awal pandemi ini, saya udah bersiap jika suatu saat tertular, karena... ya gimana dong ya, saya sangat bisa menjaga diri dan anak-anak, terlebih kami jaraaangggg banget keluar.

Tapi, saya kesulitan menjaga agar suami, bisa menjaga diri, demi anak-anaknya.
Dan saya rasa ini masalah banyak istri di dunia deh, hahaha.

Yang namanya memastikan para ayah untuk taat prokes itu nggak semudah iklan di TV.
Terlebih setelah hampir setahun pandemi ini, yang namanya masker itu, hanya formalitas agar nggak ditangkap polisi di jalan, ckckck.

Dan lebih parahnya, masker itu digunakan buat nutupin dagu.
Plus lucunya, kalau sendirian, masker dipakai, giliran ngomong sama orang, masker dibuka, hahahaha.

Saya udah malas berdebat, dan pasrah aja membiarkan suatu saat kalau dia menularkan anak-anaknya.
Tapi kenyataannya penularan yang mungkin kami dapatkan (secara nyata), berawal dari keputusan saya.

Tapi, banyak hal yang saya bisa pelajari secara nyata, terutama hal-hal yang hanya bisa saya saksikan di TV atau medsos.
Tentang bagaimana orang dengan bandelnya, disuruh nggak usah kumpul atau menjenguk orang sakit, tapi tetep aja bandel dijenguk.

Dulu saya cuman nontonin aja gitu, pesan-pesan banyak orang mengenai hal itu.
Nyatanya? 
Baru saja dengar ibu mertua sakit, saya udah kayak blank gitu.
Lupa semua hal idealis yang selama ini saya pegang dengan ketat.

Pantas saja, wajah bapak mertua saya keliatan banget semacam kaget melihat saya datang, karena semua keluarga paksu itu tahu persis sifat idealis saya.
Tapi suerrrr banget.
Saya bukannya nggak idealis lagi.
TAPI SAYA LUPA, SELUPA-LUPANYA, huhuhu.

Kebayang kan ya, saat orang yang kita cintai mengalami sesuatu yang tidak kita inginkan.
Rasanya udah blank duluan.

Nah, yang jadi masalahnya adalah, saya bingung menentukan apa yang harus saya lakukan.
Saya takut berhubungan dengan tenaga medis segala macam itu.
Saya takut di swab, malas dan takut juga antri banyak orang.
Juga takut disuruh bayar dan tak punya duit, hahahaha.
 
Sampai akhirnya sementara saya putuskan, untuk menunggu gejala saja dulu.
Semacam isolasi mandiri di rumah, sambil mengamati perkembangan diri dan anak-anak, yang tentunya sambil nge-boost vitamin dan apa saja yang menyehatkan.

Hingga saya menuliskan hal ini, sejujurnya saya nggak merasakan apa-apa yang berubah.
Sakit kepala? saya mah sering banget sakit kepala, kurang tidur soalnya hahaha.
Badan sakit-sakit? juga sering, tepatnya sejak melahirkan si kakak dulu.
Batuk? alhamdulillah enggak, demikian juga anak-anak.
Kehilangan penciuman? Alhamdulillah enggak.

Hanya saja, 2 hari setelah kontak dengan ibu dan keluarga lainnya, saya memang kayak diare gitu, si adik dan kakak juga.
Kakak sempat bilang nggak bisa mencium bau karena hidungnya buntu, tapi setelah tahu hasil test ibu dan lainnya positif, setiap saat saya sodorkan minyak angin, dan minyak kayu putih, Alhamdulillah masih kecium.

Secara keseluruhan, tidak banyak yang dirasakan keluarga paksu.
Hanya ibu yang jadinya menyerang lambung, jadi semacam asam lambung naik.
Adik ipar batuk, kakak ipar juga sempat diare.

Tapi Alhamdulillah, hanya sebatas gejala ringan.

Dan paksu juga mengabarkan, bahwa kondisi ibu perlahan membaik, Alhamdulillaaahh...
Nggak bisa saya ungkapkan bagaimana leganya saya, karena mengingat berita di mana-mana, bahkan kakak saya juga bilang, kebanyakan korban yang nggak bisa bertahan itu para sepuh.

Dan itulah karenanya, sejujurnya saya malah lebih mengkhawatirkan ibu dan bapak mertua.

Hal yang melegakan lainnya, keponakan-keponakan, anak dari adik ipar saya, semua negatif.
Subhanallaaahh, sungguh sebuah mukjizat, karena saya liat di depan mata saya, bagaimana anaknya yang masih toodler digendong dan dicium-cium banyak orang, yang semuanya positif.

Kakak saya juga akhirnya menelpon, dan memberikan banyak suntikan semangat.
Intinya, sebenarnya virus ini mirip virus flu, kebanyakan yang jadi masalah tuh karena virus tersebut masuk, dan di dalam bertemu dengan penyakit-penyakit yang memang sudah ada di dalam tubuh.

Jika memang saya merasa takut swab, ya udah nunggu aja sambil memantau diri.
Sambil terus boost vitamin dan istrahat yang cukup.
Boost vitamin sih mudah, nah istrahat ini yang sulit hahahaha.

Kenyataannya, mau mungkin saya positif kek, negatif kek, atau menyala karena positif bersamaan dengan negatif, asal jangan positif hamil *lah? hahahahaha.
Si mamak Rey mah kagak mungkin skip, masak, cuci piring, cuci baju, urus anak bocahs, daaannn urus medsos serta blog wakakakakak.

Dan yang paling penting adalah tahu diri, jangan keluyuran menularkan orang di luar.
Waahh kalau itu mah gampil!
Karena kami dong udah karantina diri selama setahun ini, jaraaaangggggg banget saya keluar, even cuman di luar pagar hahaha.

Dan terlebih, kami cuman punya 1 tetangga, jadi insha Allah kalaupun beneran tertular, semua aman, asal terus dipantau mandiri.


Lesson learned...

  
Bosan sebenarnya menambah tulisan ini, tapi serius....
Sakit itu nggak enak!
Sudahlah sakit rasanya, nggak nyaman, ribet, bikin terkungkung, bisa nularin anak pula, bisa berpisah dengan anak pula.

Karenanya:

TAATILAH PROTOKOL KESEHATAN!


Please lah!, biar kata muka kita ganteng dan cantik, mendingan pamer suara aja deh.
Maksudnya, PAKAI MASKER SELALU WOIIII, MULUTNYA YANG DIMASKERIN, BUKAN DAGUNYA!

kontak dengan penderita covid-19

I know memang pakai masker itu nggak nyaman, bikin nggak bisa nafas, tapi setidaknya, saat harus berada di keramaian dan ngobrol sama siapapun! SIAPAPUN! Bahkan sama anak/ ortu/ pasangan, jika memang ada indikasi bisa membawa virus, plis selalu maskeran.

Kalau memang kitanya nggak takut virus ini, kagak masalah.
Bersahabat baiklah ama tuh virus, tapi pastikan kita sendirian ya, jangan ngajk-ngajak orang lain, apalagi kalau yang diajak orang-orang sepuh.
DUH!

Lalu, jangan lupa cuci tangan, sedia selalu hand sanitizer, biarin deh tangan kasar kena alkohol, daripada paru-paru kasar kena virus!

Dan jaga jarak!
Terutama saat berada di keramaian dan misal sedang antri.
Lagian ye, saat bukan pandemi aja, desak-desakan itu nggak sopan, tauk!
Kayak copet aja!
Saya ya, kalau lagi antri di ndusel orang lain, pasti saya tegur dengan halus.
"Maaf, tolong jangan terlalu dekat ya, saya suka reflek nabok orang kalau kaget ada yang dekat saya"
Apalagi saat pandemi gini, haruskah diteriakin maling biar tahu rasa? hhhh..


TAK PERLU SUNGKAN


Saking habbit kebanyakan masyarakat memang masih sulit mengenai disiplin mengikuti prokes maupun menjaga kebersihan, kita-kita yang terbiasa parno dengan hal-hal yang menjadi penyebab penyakit, jadi terlihat kayak orang asing dan aneh.

Tapi tak masalah.
Daripada sakit, terlebih di masa kayak gini.
Mau ada uang ataupun enggak, sakit di masa sekarang itu rempong bin ribet!
Rumah sakit penuh, mana di sana penuh dengan berbagai jenis penyakit.
Karenanya, kalau memang kita disiplin ama prokes, tetaplah menjadi seperti itu.

Tak perlu sungkan, meski itu kita berlakukan kepada keluarga sendiri.
Boleh-boleh aja menjenguk orang tua, jika memang itu terasa penting.
Akan tetapi, mau ada gejala covid atau enggak, sebijaknya tetaplah waspada.
Teruslah menerapkan prokes dengan patuh.


Demikianlah...

Ebentar, ini tadi rencananya, saya cuman mau nulis dikit doang loh, kenapa jadi panjang ke mana-mana gini ya? hahaha.

Udah ah...

Namun sebelumnya, dengan kerendahan hati, saya memohon doa dari teman-teman sekalian, semoga saya, anak-anak dan paksu tetap sehat dan negatif covid.
Khususnya saya yang selalu over thinking kejauhan, dan terlalu cemen kalau masalah ke RS.

Semoga ibu dan bapak mertua juga segera membaik, kemaren dengar kabar katanya ibu udah lumayan membaik, kalau bapak alhamdulillah OTG aja, subhanallah... padahal bapak mertua saya itu udah berusia 79 tahunan dong.

Siapa yang nggak panik coba? mendengar orang tua usia segitu keinfeksi Covid? hiks.

Dan juga semoga kakak dan adik ipar saya serta keponakan saya yang positif, segera pulih dan negatif kembali, aamiin ya Allah.

Jaga kesehatan selalu ya, Temans.
Semoga virus ini bisa segera kita taklukan, aamiin :)


Sidoarjo, 17 Januari 2021

Yang lagi bingung dan cemas...

27 komentar :

  1. Tetap jaga kebersihan dan kesehatan ya, Mbak. Jangan lupa istirahat juga, Mbak. Aku kadang juga nggak nyaman kalau pakai masker. Tapi kalau nggak pakai masker kok takut kena virus dan takut kena razia masker. Jadi mau nggak mau aku harus pakai masker.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tengkiu say, bener, taat selalu pake masker say, kalau ada yang sakit, biarpun ortu kita sendiri, selalu segera waspada.
      Jangan mengira-ngira, lebih baik mencurigai covid-19 dari pada mengira bukan covid dan kita abai, hiks

      Hapus
  2. Take care Rey....Semoga semua baik-baik saja.

    Sebenarnya kalau Rey contact dengan penderita Covid-19, ada baiknya hubungi tim satgas Covid-19 terdekat. Biasanya di puskesmas. Mereka nanti akan memberikan panduan dan akan ikut memantau perkembangan. Tidak selalu harus pergi ke RS dan biaya swab dst tidak dibebankan kepada pasien.

    Butuh rasa tega dan ketegasan dalam menghadapi hal ini Rey. Saya sendiri sudah melarang para keponakan atau adik mencium tangan kalau bertemu. Lupakan saja dan saya juga tidak mau cium tangan pada mereka yang lebih tua selama masa pandemi.

    Bukan karena tidak hormat karena memang yang seharusnya.

    Ga seperti Rey, kali ini saya komentarnya sesuai niat, pendek saja hahaha

    Dan, emang nape kalo curhat Rey..? wakakaka.. bosen yah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tengkiuu Bapak.
      Iya Pak, paksu udah hubungi puskesmas.
      Cuman memang rempong, kami tinggal di luar Surabaya, sementara KTP Surabaya :D
      Kemaren keluarga mertua udah lapor duluan, dan dikasih tahu juga kalau kami kontak ama mereka.

      Trus disuruh datang paginya ke puskesmas mau swab, untungnya paksu duluan yang ke sana, dan ternyata nggak kebagian, saking banyaknya yang datang.

      Entahlah Bapak, apa karena personal atau memang di Surabaya udah tumpah ruah orang kena Covid, jadinya kok udah nggak terbilang wah lagi.

      Padahal, di awal-awal dulu, bahkan semua yang kontak itu di tracking dan dikarantina :D
      Sekarang, bahkan udah lapor pun biasa aja.

      Makanya saya memilih isolasi mandiri, dan tetep memantau gejala sih Pak.
      Alhamdulillah sampai sekarang belum ada gejala aneh-aneh, entahlah kami OTG atau memang negatif.

      Paksu juga yang paling banyak kontak, nggak ada gejala juga.
      Cuman blio mau balik ke puskesmas lagi besok, sambil memantau rame nggak?
      Parno juga kan kalau rame, entar kami malah tertular dari situ hahahaha.

      Iya sih Bapak, aselih loh kemaren itu kek terhipnotis, udah nggak ingat Covid sama sekali, saking paniknya, dan saya juga nggak berpikir kalau bisa jadi ibu mertua kena covid, pokoknya di pikiran takut ibu kenapa-kenapa dan ga ketemu gitu, sungguh memang lebaaayy banget saya ini.

      Dan salah paksu juga sih, ngasih kabar kata-katanya ga diatur.
      Masa iya bilang, ibu nggak mau makan lagi, siapa yang nggak panik cobak? hahahah

      Padahal ya, to be honnest, semua keluarga paksu juga tahu sebagaimana disiplin dan ketatnya saya menjaga diri dan anak-anak, makanya pas saya datang kemaren itu mereka kaget, saya aja yang tetep nggak ngeh, hiks.

      Mungkin mereka udah curiga kalau kena, hanya saja nggak mau bikin saya takut.
      Trus kok ya saya blanknya kebangetan, bahkan udah liat adik ipar batuk, ckckckckc.

      Hapus
  3. Saya juga sempat panik beberapa waktu yang lalu Bun. Soalnya kakak saya dan mama kena positif juga. Kalau mama kena karena ketularan dari Kakak. Karena kami tinggal beda kota ama mama, dan nggak ada yg ngurusin. Akhirnya aku sibuk pesen balnja online buat menuhin bahan makanan mereka slama isolasi di rumah.

    Udah 2 minggu isoman pas di swap di puskesmas trnyta hsilnya ttp positif. Dan mereka diminta isoman lg 2 minggu krn hasilnya msh positif dan nilai CT mereka msh tinggi. Krn takut nularin mereka jd isoman krg lbh sebulan.

    Awalnya klo kakak gejalanya kyak flu ringan biasa aja. Klo mama gejalanya kyak orang masuk angin. Biasa aja. Smo penciuman mereka hilang. Trus mereka tes. Trnyta positif n lngsung isoman di rmah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya Allah, tapi untungnya cuman gejala biasa ya Bund, memang masa sekarang ini, kalau perlu orang tua-tua kudu dikarantina, pisah dengan anak-anak yang tingkat mobile nya tinggi.

      Saya rasanya kadang ngenes gitu, sudah nyaris setahun dong Bund, bahkan si kakak pamit main di depan pagar aja saya larang.

      Lah bisa-bisanya kami keluar menjemput virusnya hiks..
      Tapi setelah dipikir-pikir, memang udah jalannya mungkin, setidaknya bisa liat ibu dan Alhamdulillah ibu mertua nggak apa-apa :)

      Hapus
  4. Suamiku juga positif covid Mba sejak akhir Desember lalu. 3 minggu isolasi, bersyukur sekarang sudah sembuh dan negatif.

    Ada baiknya Mba coba tes ato seperti saran Mas Anton, bisa hubungi pusksesmas. Selain itu, semprot rumah juga Mba sama cairan disinfektan. Namanya habis berhubungan langsung dengan pasien covid, takut ada virus yg ternyata ada di rumah kita.

    Ga mudah, tapi tetap positive thinking yaa Mba. Waktu sih Koko dinyatakan positif, aku juga stres berat. Tenggorokan jadi ga enak, diare, nafsu makan menurun. Ternyata itu karena faktor stres dan kepikiran. Sekarang sudah membaik semuanya.

    Rajin minum vitamin, berjemur, dan makan makanan bergizi yaa Mba. Tetap ngelakuin protokol kesehatan. Semoga Mba Rey dan keluarga tetap sehat selalu dan negative yaa. Semoga Ibu dan Bapak mertua serta saudara ipar segera negatif. Rumah mereka juga sebaiknya di semprot disinfektan Mba, agar virusnya hilang.

    Stay safe and healthy Mba!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Syukurlah suaminya udah sembuh ya, stay safe and healthy juga Devina dan keluarga lainnya.

      Iya say, mau periksa, tapi memang kudu nunggu, kalau di puskesmas terbatas banget, apalagi puskesmas yang masuk data kami itu jauh dari sini, kami tinggal di luar kota Surabaya, sementara KTP Surabaya, dan udah dilaporin di Sby :D

      Hapus
  5. Mba Rey, jangan panik, n khawatir berlebihan jika memang contact dengan org positif covid. Karena klo panik/ketakutan, bisa imun tubuh turun. Tenang, n pertimbangkan utk hub satgas covid, seperti yg mas Anton bilang.

    Minum vitamin, makan buah, sayuran segar.
    Semoga mba, paksu n anak2 sehat2, dlm lindungan Tuhan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, tengkiu Mba Ike sayang.
      Iya Mba, ini saya berusaha tetap beraktifitas seperti biasa, dan memang harus seperti biasa hahaha.

      Masih nunggu paksu dulu Mba, udah didaftarin di puskesmas Surabaya, tapi Sabtu kemaren nggak kebagian gitu :)

      Hapus
  6. Mba Rey, semoga mba Rey dan anak-anak sehat semua, ya. Huhuhuhu. Dan mungkin ada baiknya, mba Rey coba memastikan bahwa mba dan anak-anak negatif semua. Seperti yang disarankan mas Anton, sebab dikawatirkan jika ditunda, justru nanti mba kenapa-napa 😢

    Semangat mba Rey, dan terima kasih pesan pengingatnya. Saya pun meski selalu di rumah, tapi mba saya always ke pasar, itu saja selalu saya peringatkan setiap hari untuk rajin pakai masker dan cuci tangan. Sebab, kita nggak akan pernah tau virus itu datangnya dar mana. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, mba 💕

    BalasHapus
    Balasan
    1. aamiin, tengkiu kesayangan :*

      Iyaaa say, sebenarnya udah didaftarin, tapi di puskesmas sesuai KTPm di Surabaya sana, hehehe.
      Agak rempong sih, makanya masih nunggu.
      Beritanya kan kami terima Jumat malam, Sabtunya paksu ke puskesmas, dan nggak kebagian jatah periksa gitu.

      tauk deh ini penanganan covid udah nggak sesergep dulu, mungkin saking banyaknya yang kena kali ya.

      Betul say, kadang hal yang sepele justru lolos dari pengamatan kita.
      Kayak saya dong, bagaimana bisa, selama ini saya sedemikian ketatnya menjaga diri dan anak-anak, parno dan mengurung diri, trus kok ya kemaren, udah tahu ibu sakit di musim korona ini, saya santai aja ke sana dan pake bersentuhan pula hahaha

      Hapus
  7. Memang wajar kaget dan blank kalo dengar mertua sakit atau kenapa-kenapa, jadinya langsung saja menengok, tidak ingat lagi pada Corona.

    Yang penting sekarang mbak Rey dan keluarga sehat sehat saja, tidak usah terlalu panik menurutku. Kalaupun positif hamil ngga apa-apa, Darrell punya adek lagi.😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. tidaaaaakkkkkkkkkk wakakakakakakak!

      Saya hanya butuh 1 positif aja Mas, yaitu berpikir positif, lainnya pengennya negatif aja hahahahaha

      Hapus
  8. Insya Allah, semua akan baik-baik Mbak. Ada beberapa teman yang sudah positif C19, Alhamdulillah sembuh.

    One more thing, it's normal to be overthinkig. Namun, ada baiknya dikendalikan, soalnya semakin dipikirin, semakin berasa sakit. Istilahnya psikosomatis.

    Stay safe, stay healthy Mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya Allah.
      Iya Mas, sebenarnya mengapa saya maju mundur mau test, takutnya saya nggak kuat kalau tahu positif, langsung down gitu.
      Lah padahal anak-anak juga butuh saya.

      Binun laahhh, maunya isoman tanpa test, tapi juga takut ada apa-apa, hadeehhh rempong hahahaha

      Hapus
  9. Semoga Mba Rey dan keluarga engga kena Covid dan sehat selalu ya Mba, keluarga-keluarga yang lagi sakit juga segera diberikan kesembuhan 😇

    Aku paham banget rasanya Mba jadi orang yang kontak sama orang yang positif Covid karena aku sendiri merasakannya saat kerja di kantor. Paniknya bukan main, takut banget kalo hasil swab positif, apalagi aku sendirian dan masih ngekos makin jelek banget pikiran karena takut nularin ke orang lain. Tapi, sejak itu akhirnya aku emang makin rajin lagi minum vitamin dan makan makanan sehat karena beruntung aku maskernya ga pernah lepas bahkan saat capek pake masker. Emang penting banget tuh masker dan cuci tangan sebelum ngapa2in

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, makasih Tika atas semangatnya.
      Bener banget, penting menerapkan semua protokol dan berlaku kepada siapapun!

      Hapus
  10. Semoga isomannya bisa berjalan lancar ya mbak Rey. Yang penting tetap berpikir positif, karena hati yang gembira adalah obat buat daya tahan tubuh kita.
    Ibuku juga kapan lalu sempat flu dan batu. Ketika bikin janji ke dokter, malah dilarang datang sama dokternya. Disuruh makan yang banyak dan istirahat yang cukup. Anggap aja seperti flu biasa, gak usah mikir yg jauh2, katanya begitu. Alhamdulillah sekarang sudah baikan dan jami semua serumah insya Allah juga gapapa.

    Semangat terus ya mba Rey, insya Allah sehat sehat sehat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, makasih ya.
      Btw ibunya pernah kontak dengan penderita kah?

      Bener ya, pikiran juga kunci banget, sementara ini melawan banget agar nggak over thinking, meski rasa lelah yang bikin kacau perlawanan hahahaha

      Hapus
  11. Ya Allah, semoga segera sehat ya mba ibu mertuanya.
    sedih aku kalo denger ada yang positif covid, apalagi kalo yang kena orang tua yg sudah sepuh. sedih, gak tega. kebayang lagi saat kemarin positif, gimana ga enaknya.. huhu..

    ibu mertuanya isolasi mandiri di rumah atau gimana mba?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, Alhamdulillah mertua keduanya kuat sih, padahal ya bapak mertua itu riwayat jantung.
      Tapi memang semangat sehatnya blio luar biasa, mungkin itu yang bikin bapak lebih kuat dari ibu.

      Iya, mereka di rumah semua, tapi udah dipantau puskesmas sih, jadi insha Allah aman

      Hapus
  12. Aku auto ngakak pas baca yg "saya biasanya reflek mabok kalo kaget ada org Deket saya"

    Huahahahahaha, udh ada yg jd korban blm Rey :D?

    Btw, ikut sedih denger ttg keluargamu. Itu gejala awal ibu mertua, sama banget Ama yg dirasain mama mertuaku. Ga mau makan. Mama juga gitu dulu, ditambah dia bilang makanannya ga da rasa samasekali :(. Aku sempet jenguk mama , trutama Raka yg juga merawat mama malah. Tapi Krn mama punya sakit bawaan gula dan jantung, jadi berat mau bertahan.. syukurlah mertuamu semakin membaik ya Rey.

    Anak2 sepertinya memang LBH kuat yaaa. Pas aku dan suami positif, itu asisten dan anak2ku samasekali bersih. Pernah sekali si adek kena batuk, trus agak anget, aku lgs panik. Apalagi besoknya dia kayak sesak napas dan muntah, tapi seperti pengen ngeluarin dahak cuma ga bisa. Batuknya serem banget waktu itu.. aku nangis yg ada, untung ada Raka yg LBH tenang. Masalahnya bukan kenapa2, tapi si adek pernah sakit paru duluuuu, dan itu yg bikin aku ketakutan sampe nangis. Karena utk penyakit bawaan seperti itu, LBH riskan kan ...

    Aku udh bener2 strict kalo soal protocol kesehatan. Masker itu malah udh kayak underwear, ga nyaman kalo ga dipake :p. Saking udah terbiasa kali yaaa. Tapi jujurnya aku udh ga pake masker kain Rey. Karena parno aja takut masih blm melindungi. Makanya skr aku pake masker sekali pakai trus. Nyetok mau ga mau. Untungnya masker medis sekarang ga semahal dulu, pas hrgnya dinaikin gila2an. Udh balik ke harga normallah... Cuma tetep kok, aku beli secukupnya, ga sampe nimbun :p. Toh selama pandemi aku ga sering kluar. Kebanyakan di rumah, kecuali kayak Desember kemarin nemenin suami kerja sambil liburan .

    Yg terpenting sih, aku ngebiasain anak2 utk slalu maskeran. Bersyukur si adek Ama si Kaka udh ngerti bahaya covid ini, sejak eyangnya meninggal. Jd mereka ga rewel kalo disuruh pake masker yg bener.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh malah typo di atas, itu nabok yaaa bukan mabok hahahaha

      Hapus
    2. hahahaha, udah Mba, temen-temen, terutama kalau mau ngagetin, trus mereka mendekat, biasanya malah kena tabok wakakakakakak.
      Udah reflek aja diri saya, saking sering waspada sejak kecil :D

      Iya ya, Alhamdulillah ibu kuat Mba, cuman lambungnya aja, setahu saya ibu memang ga ada penyakit yang berat selain penyakit orang tua kek asam urat, dkk itu, yang ngeri itu bapak mertua, ada riwayat jantung dulu, tapi blio memang terkenal banget semangatnya dalam sehat, jadi mungkin kekuatan pikirannya yang bikin blio kuat.

      Nah iya ya Mba, saya tuh heran ya, di RS orang udah kek mau keluar angkasa aja, semua ketutup, tapi ada juga yang tertular, lah itu anak kecil dicium-cium mulutnya, tapi positif.

      Trus kata kakak saya, di RSnya tempat kerja, ada kok keluarga pasien yang jagain keluarganya covid, dia cuman pake masker medis, ga pake pakaian tertutup, tapi memang bener-bener patuh banget, Alhamdulillah dia tetep negatif sampai keluarganya sembuh dan mereka pulang.
      Sebenarnya penularannya tuh dari bersih atau batuk yang droplet itu ya, untungnya kemaren itu, cuman adik ipar yang batuk, ibu bahkan ga batuk, cuman lambung aja yang kena

      Hapus
  13. alhamdulilah semua baik baik aja ya mbak
    kayaknya aku kalau denger kabar sodara kita kena musibah, pasti akan blank dan bingung mau gerak apa, heboh sendiri
    itu apalagi ada keluarga yang masih baby ya mbak
    kudu extra hati hati pokoknya sekarang ini

    semoga keluarga mba rey semuanya diberi kesehatan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya Mba Inun, kok bisaaaa gitu saya ngehang kemaren, bahkan bapak mertua saya kaget loh liat saya datang, mereka tau banget bagaimana saya tuh idealis banget, tapi berani ke sana hahahaha.
      Blio ga tau kalau mantunya ini lagi hang, kalau enggak? ogaaaahhh hahahaha.

      abisnya, paksu ngomongnya salah, dia bilang ibu udah nggak mau makan, siapa yang ga panik coba?

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)