Film Korea Poetry, Kisah Nenek dan Puisi serta Problemanya

film korea Poetry

Film Korea Poetry ini saya tonton udah lumayan lama sih, dan udah lama mau direview tapi selalu kegeser sama film-film yang sudah saya tonton dan terlihat lebih menarik.

Bukannya Film Poetry ini nggak menarik sih, hanya saja film lainnya terasa lebih asyik untuk duluan dibahas, hehehe.

Dulunya, saya nonton film ini ketika saya iseng mencari film dengan keyword alzheimer, as you know kan ye, kadang saya tuh khawatir, jangan-jangan saya ini juga menderita penyakit tersebut saking sering pikun, hiks.

Nah, karena ceritanya mengenai Alzheimer, jadilah saya tertarik buat nontonin, siapa sangka, ternyata ceritanya sungguh jauh dari Alzheimer, hahaha.

Dan cerita film Poetry atau sinopsisnya adalah seperti ini.


Sinopsis Lengkap Film Korea Poetry (2010)

Beware, saya selalu menulis sinopsis dengan spoiler bahkan se filmnya lengkap banget, hahaha. 

Adegan film ini dimulai dari setting air mengalir di sungai yang agak lama, ada anak-anak bermain di tepi sungai, lalu seorang anak melihat sesuatu yang mengambang, ternyata mayat anak sekolah yang hanyut.

Lalu bergulir pada adegan seorang nenek berusia 66 tahun, bernama Yang Mi-ja (Yoon Jeong-hee) yang mendatangi rumah sakit untuk berkonsultasi dengan dokter, si nenek mengeluhkan gejala-gejala kelupaannya, namun dokter malah merujuknya ke dokter spesialis, karena khawatir bahwa itu adalah gejala Alzheimer tingkat awal. 

Ketika nenek Mi-ja  meninggalkan rumah sakit, dia melihat seorang wanita yang menangis sedih bagaikan orang kurang waras, karena begitu sedih menerima kenyataan putrinya yang berusia 16 tahun telah meninggal karena tenggelam.

Nenek Mi-ja, walaupun mendapatkan tunjangan kesejahteraan pemerintah, namun dia juga memiliki pekerjaan kecil yaitu merawat seorang pria tua kaya, Mr Kang (Kim Hui-ra) yang mengalami stroke. 
Selepas dari rumah sakit, Mi-ja lalu bergegas mendatangi rumah Mr Kang, lalu memulai pekerjaannya, yaitu memandikan Mr Kang, serta membersihkan kamarnya.

Setelah pekerjaannya selesai, nenek Mi-ja bergegas pulang ke rumah.
Di rumah, dia merawat cucunya yang sengaja dititipkan oleh ibunya yang telah bercerai dan tinggal serta bekerja di Busan, cucunya tersebut adalah seorang anak berusia 16 tahun yang terkesan cuek dan pemalas, Jong-wook (David Lee). 

Sesampainya di rumah, Mi-ja kembali mengingat anak perempuan yang sebaya dengan cucunya tersebut yang meninggal karena tenggelam, lalu bertanya pada Wook, apakah dia mengenal gadis tersebut, namun Wook bersikeras bahwa dia tidak mengenalnya.

Suatu ketika,  nenek Mi-ja melihat poster yang mengiklankan tentang kelas puisi di pusat komunitas lokal di kota tersebut, nenek Mi-ja seketika mengingat impiannya dulu yang begitu menyukai puisi, lalu dia memutuskan untuk mendaftar. 

film korea Poetry

Ternyata kelas tersebut menyenangkan, ada banyak orang yang mengikutinya, dan mereka diberi tugas untuk menulis satu puisi pada akhir kursus selama sebulan. 
Nenek Mi-ja yang kebingungan menuliskan tugas puisi tersebut, menerima saran gurunya, agar dia mulai menulis catatan tentang hal-hal indah yang dilihatnya, seperti bunga.

Suatu malam, Wook mengundang teman-teman lelaki sebayanya untuk bertandang ke tempat mereka, dan tentu saja tanpa memberitahu nenek Mi-ja.

Meskipun merasa aneh, namun nenek Mija tetap berusaha menjadi tuan rumah yang ramah, dan menawarkan mereka makanan ringan sebelum akhirnya kesemuanya menghilang masuk ke kamar Wook. 

Keesokan harinya, nenek Mi-ja menerima telepon dari seorang lelaki yang tidak dikenalinya, orang tersebut memaksanya untuk bisa bertemu, dan nenek Mi-ja menyetujui kemudian membuat janji akan bertemu selepas mengikuti kelas puisinya.

Ternyata, lelaki tersebut adalah ayah dari salah satu teman sekolah Wook, dan oleh lelaki tersebut nenek Mi-ja diajak ke sebuah tempat di mana di sana telah berkumpul beberapa lelaki lainnya. 

Kesemuanya adalah ayah dari teman-teman Wook yang datang ke apartemen mereka, dan nenek Mi-ja lalu menerima kenyataan pahit, ketika diberitahu bahwa cucunya, termasuk teman-temannya tersebut, terlibat masalah dengan anak gadis yang tenggelam tempo hari tersebut.

Jadi, anak-anak lelaki tersebut memperkosa seorang gadis, Agnes berulang kali, selama enam bulan terakhir. Agnes yang merasa depresi karena itu, akhirnya memutuskan bunuh diri dengan melompat dari jembatan ke sungai lalu tenggelam. 

Akan tetapi, sebelumnya, Agnes sudah menuliskan kisahnya di sebuah buku hariannya, dan setelah kematiannya, uku harian tersebut ditemukan. 

Para ayah-ayah tersebut sangat takut jika anak mereka akan dijebloskan ke penjara karena masalah tersebut, karenanya mereka berkumpul untuk berdiskusi seberapa besar biaya yang harus mereka bayarkan agar keluarga Agnes tutup mulut.
Pihak sekolah juga tahu hal tersebut, namun takut akan skandal yang akan menodai reputasi sekolah. 

Untuk menghindari penyelidikan polisi penuh, orang tua dari anak laki-laki tersebut menawarkan untuk membayar ganti rugi sebesar 30 juta won kepada ibu Agnes yang ternyata juga menjanda dan seorang petani miskin. 

Nenek Mi-ja bingung, karena dia tak punya uang sebanyak itu untuk membayar bagian pembayaran atas cucunya sebesar 5 juta won, lalu didesak agar meminta uang kepada putrinya (ibu Wook). 

Namun, meski nenek Mi-ja sering berkomunikasi dengan putrinya di telepon, dia sama sekali tidak membicarakan masalah tersebut.

Sementara itu, nenek Mija kembali mengurusi Mr. Kang, dan begitu terkejut ketika menemukan Mr. Kang menenggak obat kuat, lalu meminta nenek Mi-ja untuk melayani hasrat seksualnya.

Nenek Mi-ja shock dan marah karenanya, lalu memutuskan berhenti dari pekerjaannya merawat Mr. Kang. 
Dalam kalutnya, nenek Mi-ja melewati jembatan tempat Agnes melompat, dia terus berjalan ke tepi sungai dan duduk, lalu malah memulai menulis puisi meski hujan mulai turun. 

Setelah itu, dalam keadaan basah kuyup, nenek Mi-ja malah  kembali ke Mr. Kang, dan setuju melayani hasrat seksual Mr. Kang.

film korea Poetry

Nenek Mi-ja lalu dipilih para ayah teman cucunya untuk melakukan perjalanan ke pedesaan, untuk menemui dan meyakinkan ibu Agnes, supaya mau menerima tawaran uang tutup mulut yang mereka berikan.

Sesampainya di pedesaan, nenek Mi-ja menemukan rumah ibu Agnes yang sepi, ternyata penghuninya sedang di ladang. Nenek Mi-ja lalu memutuskan menyusulnya ke ladang, dan malah menikmati keindahan yang dia temukan sepanjang perjalanan.

Karena sibuk menikmati keindahan tersebut, nenek Mi-ja malah lupa tugas utamanya meyakinkan ibu Agnes.

Nenek Mi-ja bingung, karena para ayah telah menetapkan waktu pembayaran uang tutup mulut tersebut, karena para ayah selalu mendesak, akhirnya nenek Mi-ja memutuskan meminta bantuan dengan paksa kepada Mr kang, setelah mengancamnya akan memberitahukan kelakuan bejat si kakek tua tersebut.

Karenanya, dia berhasil meminjam uang dari Mr. Kang, dan memberikannya kepada para ayah untuk diserahkan kepada ibu Agnes yang akhirnya setuju menerima uang tersebut.

Setelah membayar uang tersebut, nenek Mi-ja lalu menelepon putrinya dan memintanya segera pulang ke rumah, dan sesampainya di rumah, nenek Mi-ja memaksa  agar Wook mandi dan memotong kukunya. 

Selanjutnya, bergulir pada adegan di mana nenek Mi-ja sedang bermain badminton dengan Wook, ketika 2 orang datang dan membawa Wook pergi.
Lalu, adegan diakhiri dengan saat guru puisi nenek Mi-ja, menemukan sebuah buket bunga di podium kelas dengan puisinya, "Lagu Agnes".

Akan tetapi, nenek Mi-ja tidak terlihat kehadirannya di situ. 
Putrinya pun kembali ke apartemen mereka, dan menemukan tempat tinggal tersebut telah kosong.
Lalu bergulir pada adegan-adegan yang ambigu, seperti adegan awalnya yang juga sulit dicerna, hahaha.




Review Film Korea Poetry (2010)

Profil:

Sutradara: Lee Chang-Dong
Produser:  Lee Joon-Dong, Yun Chang-Suk, Lee Dong-Ha
Penulis : Lee Chang-Dong
Sinematografi: Kim Hyun-Seok
Distributor: Next Entertainment World
Durasi: 139 min
Rilis: May 13, 2010


Pemeran:

Yoon Jeong-hee, sebagai Yang Mi-ja
Lee David, sebagai Jung-wook 
Kim Hee-ra, sebagai Mr. Kang

film korea Poetry


Rating By Me : 3,5 of 5

Iya, film ini saya beri nilai 3,5 aja deh, sungguh membosankan alurnya, hanya orang yang suka alur tenang deh yang bisa menikmati film ini.

Belum lagi, dengan ending yang sungguh gaje banget!
Eh, bahkan awalnya juga sih, sungguh saya ngantuk menanti adegan bergulir dari yang namanya shooting aliran air di sungai, hahaha.

Terlebih, potongan-potongan ceritanya sungguh bikin penonton kudu mikir keras, ini gimana ya? kok bisa begini ya.
Namun, ini adalah penilaian saya yang memang lebih menyukai film yang alurnya jelas, malas mikir saya tuh, hahaha.

Dan mengenai tema Alzheimer, saya rasa nggak bisa dijadikan sebagai tema sih ya, meski bener digambarkan bahwa nenek Mi-ja adalah seseorang yang menderita gejala Alzheimer awal, namun makna terdalamnya, menurut saya adalah tentang bagaimana seorang nenek yang menikmati masa tuanya dengan damai, masih semangat mengejar impiannya yaitu hobinya dalam dunia puisi.

Nenek Mi-ja digambarkan sebagai sosok yang ingin kehidupannya seimbang, mencintai dirinya, impiannya, mencintai anaknya dengan menerima dititipin cucunya ke dia, dan juga mencintai cucunya.
Dan dia tetap punya pekerjaan sendiri.

Namun, setelah membaca banyak referensi, ternyata film ini sebenarnya didasari dari ide si sutradara mengenai kasus pemerkosaan anak sekolah oleh beberapa temannya.
Mirip kayak Han Gong-ju, akan tetapi, sutradaranya Lee Chang-Dong tidak mau bertitik berat pada masalah kasus pemerkosaan tersebut, malah fokus kepada ketenangan puisi dan pelengkapnya.

Seperti air yang mengalir tenang, angin yang bertiup lembut, dan segalanya, di mana hal tersebut bisa menenangkan dan cocok menjadi terapi jiwa yang galau.

Mengenai lakon utamanya si nenek Mi-ja alias Yoon Jung-hee, sangat baik memerankan tokohnya sebagai nenek yang pelupa namun hangat, dan yang bikin geli adalah ketika sang nenek harus beradegan tanpa busana melayani nafsu Mr Kang.

Over all, ini menarik, hanya saja alurnya sungguh bikin pengen bobok, hahaha. 


Makna dan Pesan Film Korea Poetry (2010)

Adapun makna dan pesan film Korea Poetry ini adalah, mengingatkan kita, saya khususnya untuk memberikan masa tua yang bebas kepada orang tua kita.

film korea Poetry

I mean, nenek Mi-ja mungkin senang karena ada cucunya yang menemaninya setiap hari, namun sikap ibu Wook yang tidak pernah mau tahu masalah maupun kabar anaknya, lalu menyerahkan semuanya kepada ibunya itu, sungguh menyedihkan.

Seandainya, ibu Wook turut serta dalam pengasuhan anaknya, biarpun mereka berjauhan, mungkin Wook tidak akan tumbuh jadi anak yang malas, cuek dan bandel seperti itu.

Dan nenek Mi-ja, juga dapat menikmati hari tuanya, dengan melakukan apa yang dia sukai, hal-hal yang belum sempat dia capai seperti belajar puisi.

Juga, pentingnya masuk ke dalam kehidupan anak remaja, meskipun ada batasannya, namun sangat tidak bijak untuk lepas tangan begitu saja kepada anak yang beranjak remaja.

Pesan lainnya juga, betapa uang itu kadang jadi jalan keluar buat masalah apapun, bahkan kadang juga korban memilih melupakan kerugiannya, asalkan diganti dengan uang.

Namun, masih ada pelajaran menarik yang bisa diperoleh dari nenek Mi-ja, yaitu ketika ada orang yang sepertinya polisi, datang membawa cucunya, nenek Mi-ja sama sekali nggak mencegah.
Meskipun tetap ambigu, itu si nenek diam karena dia yang laporin meski udah bayar uang tutup mulut, atau memang dia lagi hang, alzheimernya kambuh, sehingga dia tak sadar kalau cucunya telah diciduk.

Demikianlah..
Ada yang sudah nonton juga?


Sidoarjo, 10 Januari 2021

Sumber: film Poetry
Gambar : asianwiki, imdb

11 komentar :

  1. Aku belum nonton film ini, Mbak. Aku juga nggak begitu suka dengan film yang alurnya lambat dan kurang jelas. Kalau aku memang lebih suka nonton film bergenre komedi dan komedi romantis. Btw, banyak juga ya pesan baik dari film Korea ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah iyaaa, yang drama komedi itu seruuu, saya dulu pecinta film itu, sama action juga sih :D

      Hapus
  2. Saya belum nonton Poetry, tapi saya lumayan tau soal Lee Chang-dong, mantan Menteri Pariwisata Korea Selatan. Setau saya film terakhirnua Burning, yang belum saya tonton juga.

    Mungkin tipe film kak Rey tidak cocok dengan gaya bercerita Lee Chang-dong, karena setau saya Burning juga sarat alur yang tidak mudah diikuti. Istilah orang-orang mah slow burn.

    Saran saya, mungkin kak Rey hanya perlu menurunkan ekspektasi saja jika ingin menonton film. Terus, kan ada banyak alasan orang nonton film. Saya ngga tau alasan kak Rey. Tapi kalo alasannya untuk menghibur, saya rasa tidak perlu terlalu keras memikirkan makna filmnya.

    Tulisannya keren kak Rey. Ditunggu bahas film selanjutnya 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahahaha, exactly Rahul, sejujurnya saya tuh kurang begitu suka film drama, dulu saya pecinta film action, sekarang-sekarang aja nggak kuat liat darah lagi, makanya lebih milih drama.

      Eh btw gara-gara Rahul, saya langsung intip film Burning dong, tapi masih awalnya sih, kemaren udah ga kuat lagi, ngantukkk hahahaha

      Hapus
  3. Así es, uno de mis pasatiempos es ver películas :)

    BalasHapus
  4. yampunn kehidupan si nenek di masa tua begini kenapa "ribet" ya. Dan dia berjuang sendirian sampe harus memngorbankan semuanya
    mba rey bilang alurnya terlalu slow, kalau aku nonton film yang slow slow memang bikin bosen dan pengen bobok bawaannya apalagi kalau sampe membuat yang nonton mikir keras, jadinya isi kepala nambah berat dan nggak rileks lagi

    BalasHapus
    Balasan
    1. makanyaaa Mba Inun, kasian banget loh, padahal ya dia tuh nenek yang semangat, jadi ingat nenek-nenek yang semangat menceritakan pengalamannya dilecehkan tentara Jepang di masa penjajahan deh

      Hapus
  5. Krn kamu udh bilang endingnya gaje, oke, aku jg males nonton ini :D. Aku tuh ga suka kalo film hrs ga jelas endingnya. Kita kan nonton film utk rileks yaa, happy, lah gimana bisa seneng kalo alurnya malah bikin bosen, ditambah ga jelas juga hahahahha.

    Eh tapi gaje nya gimana ni Rey.

    Td aku nonton trailernya, hmmm, emang sih dari situ aja ga terlalu tertarik. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkw, saya dong Mba, nonton Burning film buatannya si Lee chang-dong ini, gara-gara si Rahul ngomporin.
      Dan baru ngeh saya, emang gayanya si Lee Chang-dong yang bikin film selalu gaje kek gini, butuh konsentrasi tingkat dewa nontonnya, dan jujur endingnya selalu bikin penonton mikir sendiri, dan kayaknya sengaja biar penonton berdebat hahahahah.

      Jadi akhirnya si cucunya itu diciduk polisi Mba, sementara dia diam aja gitu, malah pas cucunya dibawa gitu, dia sibuk ambil badminton yang nyangkut gitu.

      Pas dia noleh, cucunya udah menghilang, tapi nggak dikasih tahu lagi lanjutannya.
      Besoknya, ibu si cucunya itu datang ke apartemennya, dan nggak ada stau orangpun di situ, ditelpon juga nomornya nggak aktif, dan ya udah gitu aja, entahlah..
      Apakah memang neneknya yang laporin cucunya, trus neneknya jalan-jalan karena pikun jadi nggak jelas ke mana, bikin pusing juga mikirnya wakakakak.
      Yang BUrnning juga gitu, bikin bertanya-tanya endingnya hahahaha

      Hapus
  6. Mba reeeey, aku langsung kemari setelah baca komentar mba Rey di postingan aku. Aku pernah nonton ini dan belom selesai sampe sekarang hahaha. Karena memang film ini terlalu tenang, aku langsung pengin tau gimana ending ceritanya tapi kepo dengan perjalanannya nenek Mi ja dengan mimpinya dia, walau akhirnya aku menyerah dan gak mau lanjutin. Baru tau juga directornya Lee chang dong, mba Rey udah pernah nonton peppermint candy? Kalau berminat film garapan lee chang dong juga, aku menyarankan untuk coba nonton film itu ✌🏻

    Dan aku setuju dengan pesan akhir yang mba Rey sampaikan diatas👍🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampuuunnn, udaah dulu.
      Saya tadi malam nonton filmnya si Chang-dong yang agak manusiawi, meski tetep sih kudu dihubung-hubungkan, judulnya secret sunshine kalau ga salah, itu bagus sih, dan lebih mudah dipahami.

      Tauk deh, biar kata bikin ngantuk, tapi penasaran :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)