Menghargai Pekerjaan Orang Lain

Menghargai Pekerjaan Orang Lain

Sharing By Rey - Menghargai pekerjaan orang lain itu penting, dan kongkritnya bisa beragam, bahkan sesekali, diam aja udah bikin kita menghargai pekerjaan orang lain.

Dulu, waktu saya masih ikut kerja di proyek jalan tol di Surabaya, kami sering banget pantengin radio Suara Surabaya, yang seringnya memberikan info lengkap dan terkini di seputaran kota Surabaya dan sekitarnya.
 
Kami mantengin radio biar tahu bagaimana keluhan masyarakat yang lewat tol tapi jadi nggak nyaman karena sering kesendat, ye kan gara-gara proyek pelebaran jalan, jalur yang bisa dipakai hanya separuh aja.

Hal tersebut menimbulkan kemacetan di beberapa titik dan waktu, dan tentu saja karena itu banyak banget yang marah-marah.
Protes bahwa proyek kok nggak selesai-selesai lah, menghambat kenyamanan perjalanan lah, pekerjanya harus cepetan lah.

Dan kami yang masuk dalam tim proyek mendengarkan sambil..... SAKIT HATI! hahaha.

Waktu berlalu, saya kembali bekerja di kontraktor jalan, kali ini kami mengerjakan jalan propinsi, sama juga proyek peningkatan alias benerin dan lebarin jalan.
Akibatnya, udah bisa ditebak.
Bikin macet.

Waktu itu, udah ada medsos, dan sumpah, sakit hati makin melebar, membaca komentar-komentar orang yang protes di medsos tersebut.

Pengen gitu saya balas.

WOEEEEEE....
KALIAN ITU YE, JALAN RUSAK PROTES!
GILIRAN JALAN DIPERBAIKI JUGA PROTES!
LOE PIKIR ITU JALAN MILIK NENEK MOYANG LOE, YANG KALAU RUSAK CUKUP PANGGIL JIN DAN SEMUANYA SELESAI DALAM SEMALAM MACAM BANGUN CANDI GITU?

BANGUN WOIII!
KEBANYAKAN NGEHAYAL AJAH!

Iya, dibalik protesnya orang-orang tersebut, ada banyak pekerja yang mumet tauk!
Salah satunya saya yang ketika itu bekerja sebagai pengendalian proyek.
Di mana, memastikan proyek selesai sesuai waktunya, dengan biaya pelaksanaan yang tak boleh melampaui biaya rencana, which is biaya rencana itu juga saya susun dengan dana seminiiiimmmmmm mungkin, karena permintaan bos.

Dan you know, untuk mau ngaspal aja misalnya, udahlah kita pilih waktu tengah malam, kudu bayar juga polisi pulak demi diizinkan kami bekerja malam, padahal saya nggak anggarkan ada biaya izin, KARENA TOH KAMI BEKERJA SESUAI PERINTAH NEGARA WOIII!!!!

BUKAN KAMI YANG UJUG-UJUG NGERJAIN PROYEK JALAN GITU AJA, ITU SEMUA UDAH MELALUI PERINTAH NEGARA.

Heran saya, kenapa hanya untuk kerja aja kudu bayar polisi lagi demi diizinkan kerja?
Emangnya itu jalan milik polisi?
Iya memang alasannya kalau terjadi apa-apa itu tanggung jawab polisi.
TAPI, BUKANNYA UNTUK ITULAH POLISI DIBAYAR???
EMANG SEJAK KAPAN POLISI ITU KERJA RODI TANPA DIBAYAR DENGAN GAJINYA? 

Sebel kan..
Etdah, langsung melebar ke mana-mana.

Tapi begitulah kira-kira gambaran secuil mumetnya orang yang kerja perbaiki jalan, itu hanya secuit temans.

Masih ada lagi yang lain.
Salah satunya? koordinasi!
Kami semua harus koordinasi dan kerja sama dengan baik, agar rencana kerja yang udah direncanakan, jangan sampai molor.
Karena itu semua berhubungan dengan biaya yang cuman secuil, KARENA KUDU ADA BIAYA LAIN-LAINNYA! (You know what i mean kan ye! proyek pemerintah getoh loh!!!)

Memastikan truk aspal kudu sampai sesuai waktunya, memastikan semua alat nggak ada yang rusak, memastikan kualitas aspal sudah sesuai spek, dan yang paling ngehek lagi adalah....
Ketika semua udah direncanakan sebaik mungkin..
LALU HUJAN!

Mau nangis rasanya, etapi cuman saya sih yang mau nangis, yang lain mah santai, palingan cuman bilang.
"Namanya juga alam!"
Bener sih, namanya juga alam, tapi seringnya para bos lupa, kalau alam itu bukan kuasa pekerja, hahaha.

Okeh, maksud saya menceritakan secuil kerempongan itu adalah, kebayang nggak sih saat kita sudah bekerja keras sampai sakit kepala, sampai lembur loh.
Saya tuh terakhir kali lembur ikutan malam-malam ke proyek, pas saya hamil si kakak dan saya nggak tahu kalau ternyata saya sudah hamil, padahal itu udah 7 bulan saya nantikan.

Tapi, demi jalannya proyek sesuai rencana, dan bos nggak pake kerutan di dahinya membaca laporan saya, dibela-belain deh saya ikutan teman ke proyek malam-malam.

Lalu, seenaknya orang komentar, bahwa proyeknya kelamaan lah, pekerjanya nggak becus lah.
Rasanya, pengen naruh aspal panas di co**t nya orang yang kebanyakan bac*t itu, hahaha.

So temans, kalau seandainya kalian sedang lewat di jalan dan macet, dikarenakan proyek pelebaran atau peningkatan jalan, plis be pattient ya, nggak berterimakasih ama pekerja juga nggak masalah, diam aja udah bikin pekerjanya bahagia kok.

Minimal dengan diam, pekerjanya senang, karena pengguna jalan mengerti, kalau mereka sedang berupaya agar jalannya lebih bagus, dan pasti akan selalu mengejar waktu agar nggak kelamaan, karena itu pasti menimbulkan biaya membengkak.

Hal-hal demikian, sering banget dialami oleh banyak pekerja proyek jalan, termasuk paksu yang memang udah belasan tahun kerja di proyek jalan.

🌸🌸🌸

Tapi kadang, ternyata orang tuh hanya bisa menghargai dirinya sendiri, dan meminta orang menghargai dirinya.
Giliran pekerjaan orang lain, sama sekali nggak mau tahu.

Para nakes misalnya.
Saya tumbuh besar di keluarga nakes, mama saya nakes, tante saya juga nakes, jadi dari kecil, saya sering banget main ke puskesmas maupun Rumah Sakit.

Sampai akhirnya kakak saya juga jadi nakes, makin sering deh saya main ke Rumah Sakit, karena you know lah nakes ama RS itu bagaikan soulmate hahaha.

Karena sering main ke RS, saya jadi tahu kerjaan mereka, bagaimana ribetnya kalau ada pasien rewel, atau keluarga pasien yang juga rewel.

Dan di masa pandemi ini, setidaknya saya punya bayangan tentang kerjaan para nakes, karena mendengarkan curhatan sesekali dari kakak saya.
Bagaimana mereka yang harus kerja lebih berat karena kudu pakai protokol kesehatan yang bikin nggak nyaman.
Bagaimana mereka lelah dan ketakutan tertular.

Lalu, kemudian mendengar protes dari orang-orang, bahwa para nakes dan dokter itu kerja cuman ngasal, semua pasien meninggal di covid-covid kan, rasanya kok ya sakit hati juga ya.

Jelas saja semua pasien meninggal dengan gejala covid diperlakukan layaknya protokol kesehatan a la penanganan jenazah covid, karena ya nakes dan dokter itu manusia, bukan robot.

Mereka mana tahu itu covid beneran atau enggak?
Yang tahu kan cuman hasil test, sementara hasil test nya kan keluar butuh waktu.

Mengapa nggak dipercepat sih keluarnya?
Duh para nakes juga maunya gitu, tapi kan bukan mereka yang berwenang, mereka juga bekerja sesuai perintah yang di atas.

Jadi kalau mau ngamuk, sono ke istana negara, jangan ke nakes.
Kasian tauk, mereka udah capek-capek, biar kata dibayar ye..
Bayangin kalau semua ogah bekerja, biarpun di bayar, terus yang nanganin pasien covid yang berlimpah itu sopo?

Menghargai Pekerjaan Orang Lain

Kebayang nggak sih bagaimana perasaan para nakes yang sudah bekerja susah payah dan lebih keras sejak pandemi ini, kadang mereka pun kudu bekerja mengikuti kebijakan pusat yang nggak sesuai dengan keinginan mereka, namun balik lagi, semua memang punya kepala.

🌸🌸🌸

Intinya, kadang jika kita tak bisa memberikan terimakasih, diam saja sudah menjadi sebuah hal yang menghargai pekerjaan orang lain.
Diam dan bersabar, mencoba mengerti bahwa setiap orang punya masalahnya dalam bekerja, dan tidak semua orang sengaja bekerja tanpa hati.

Ada juga, yang sudah bekerja mati-matian, tapi tetep aja belum bisa memuaskan semua orang, dan oleh karena itu, dibutuhkan yang namanya pengertian sebagai hal menghargai pekerjaan orang lain.

Demikianlah.


Sidoarjo, 4 Januari 2021


Sumber : opini dan pengalaman pribadi
Gambar : dokumen pribadi dan canva

15 komentar :

  1. Wah bener banget tuh yang protes-protes nya cuma asbun emang nyebelin bun..
    Kadang aku juga heran sama netijen protes tapi gak mikir

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kasian dong yang udah kerja dengan sepenuh hati :)

      Hapus
  2. Bener banget, Mbak. Kadang kalau kita diam aja memang nggak bikin sakit hati orang lain. Setiap pekerjaan yang kita lakukan pasti akan ada komentar yang tidak enak untuk didengar ya. Seringnya sih begitu ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener banget say, noted buat kita untuk bisa lebih mengerti posisi orang lain yang mungkin udah bekerja sebaik mungkin untuk itu :D

      Hapus
  3. Iya ya mba, duh kasihan yang sudah bekerja keras, melayani dg sepenuh hati, tapi masih di protes/mendapat komen yg menyesakkan hati...

    Jujur, aku kadang jg suka bersungut di jln, jika menemukan hal spt di ats. Untungnya aku cuman gerutu dlm hati...

    Skrg jadi bener2 ngerti.
    Tx ya mba Rey...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mba, memang sih kadang ada yang kerja ngasal, tapi kasian kan yang kerjanya beneran :D

      Hapus
  4. SΓ­, la fuerza estΓ‘ de acuerdo con las especificaciones existentes :)

    BalasHapus
  5. setuju kak rey, aku lihat sendiri gimana komentar masyarakat soal covid
    oke seandainya dia gak percaya, tapi seenggaknya jangan komen sekejam dan sebod*h itu. sampe ilmunya udah ngalahin para dokter yang kuliah mati matian.
    heran, mungkin karena ada kata 'netizen' masyarakat jadi merasa tinggi, merasa menjadi hakim buat semua hal dan semua orang, mentang - mentang nggak ketemu langsung nulis komentar jahat seenak jidat. mentang mentang ada hak beropini terus gila gilaan ngeluarin kata kata yang menyakiti orang lain. nggak takut karma atau apa ya? apa hidupnya sial kali sampe stress makanya dia buat komentar jahat sama orang lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kaaannn, beropinilah tentang mereka sendiri kan bisa ya, ngapain beropini ngurusin orang hihihi

      Hapus
  6. banyak setujunya sama mbak rey
    soal harga menghargai pekerjaan orang lain, aku biasanya nggak banyak nanya atau komen mbak, kadang ada beberapa orang yang nggak mau ditanyai hal begituan
    misal di kantor nih, bapak OB lagi ngepel lantai, trus kita mau lewat, minimal permisi dan minta maaf atau kalau ada jalan lain, coba lewat jalan lain dulu.
    apalagi dalam satu kantor, apapun jabatan kita disana,kita mah sama semua, sama sama ikut orang juga dan pastinya aku juga butuh OB dikantor buat bantu bantu
    saling menghargai pokoknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah yang paling sering tuh, kasian tau, coba kita yang lagi kerja trus digitukan :D

      Hapus
  7. Ternyata serumit itu yaa Rey, proses proyek jalan.. aku pas kemarin road trip jkt-jogja-solo, bbrp kali ngelewatin perbaikan jalan tol sejak bulan okt sampe dec. Tp waktu itu sih ga masalah , malah kasian Krn sempet hujan deres banget di beberapa ruas tertentu. Cm aku ga mikirin itu menghambat kerjaan yg bisa bikin dana bengkak, tp kasian pekerjanya keujanan gitu. Kdg kepikiran kalo yg tukang2 pekerjanya itu diksh asuransi yg layak dr kantor ato cuma andelin BPJS kalo sampe sakit ..

    Tp memang,yg namanya menghargai kerjaan org lain ya wajiblaaah. Apapun jenis kerjaannya. Ga peduli kita bos nya ato bukan. Kedua asistenku di rumah, klo sampe aku ga peduli dan terimakasih Ama kerjaan mereka, bakal sanggub apa ngerjain sendiri?? Kalo sampe mereka resign bisa nangis Bombay aku mungkin... Nyari org yg bisa kerja dan jujur ga gampang . Kalo aku udh dapet, ya hargain, biar betah. Prinsipnya kan, saling menghargai aja. Sama2 butuh kok.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banget Mba, apalagi kalau perbaikan jalan, mending bikin jalan baru deh, meskipun tentu saja ada masalah, misal pembebasan lahan, tapi nggak serempong perbaikan jalan, apalagi di jalan yang ramai, duuhhh kejar-kejaran banget ama waktu tuh :D

      Betul Mba, seperti apapun bentuk kerjanya, semua itu penting banget loh :)

      Hapus
  8. Aku ngerti banget dengan keluh kesah para nakes saat ini, Mbak Rey. Makanya aku diem aja, gak komentar macem-macem, dan tetap menjaga kesehatan serta setia melakukan protokol kesehatan karena selalu ingat pesan ibu. (Duh, kok berasa lagi melakukan iklan layanan masyarakat ya, Mbak, pake bawa-bawa 'ingat pesan ibu' πŸ˜‚)

    Tapi di beberapa daerah masyarakatnya masih gak percaya sama adanya covid-19 ini. Kayak di tempat budheku contohnya, Mbak. Di sana orang jarang yang pake masker, gak jaga jarak sosial, kalau sakit diem aja di rumah karena kalau dibawa ke RS takut di covid-covid kan..

    Menurut mereka covid-19 cuma akal-akalan RS buat dapat uang dari pemerintah. Duh, miris banget.. Sedih aku setelah tau fakta ini.. Gimana Corona bisa cepet selesai, kalau banyak masyarakat yang kayak gini.. 😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkakakakaka, ingat pesan ibu, itu dinyanyiin mulu ama si kakak :D
      Nah iya kan Roem, kalau menurut saya, mau diakal-akalin kek, itu urusan mereka, pokoknya kita jangan sampai tertular deh :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)