Nyaman Tinggal Di Rumah Mertua, Hati-Hati Dengan Masalah Ini!

tinggal di rumah mertua

Sharing By Rey - Tinggal di rumah mertua? pasti banyak yang ogah.
Termasuk saya, hahaha.

Biarpun demikian, saya juga pernah loh 9 bulanan tinggal di rumah mertua, dan Alhamdulillah minim gesekan buruk dengan mertua.

Memang, tinggal di rumah mertua itu, tidak selamanya buruk dan menakutkan, seperti yang digadangkan banyak orang.
Banyak juga kok yang nyaman-nyaman aja tinggal di rumah mertua.

Bahkan, ada yang sampai belasan tahun santai tinggal di rumah mertua, mungkin saking keenakannya, jadi malas buat nyari rumah sendiri.


Keuntungan Tinggal Di Rumah Mertua


Saya punya beberapa teman yang setelah menikah, harus tinggal di rumah mertua, dan sama sekali nggak merasa ada masalah dengan mertuanya.
Malahan mereka hidup harmonis, dan mertuanya senang karena jadi punya teman di rumah.

keuntungan tinggal di rumah mertua

Teman saya itu memang perempuan, dan setelah menikah dia dilarang suaminya untuk kerja di luar.
Dan sebagai istri yang baik, dia menuruti saja semua perintah suaminya.
Tidak ada masalah sih.

Bahkan, teman saya mengatakan, beruntung banget setelah menikah bisa tinggal di rumah mertua, karena memang ada banyak keuntungan yang mereka dapatkan.

Ada pula sahabat saya yang laki, karena dia menikah dengan istri yang merupakan satu-satunya anak perempuan di keluarganya, alhasil bahkan orang tua istrinya termasuk istrinya memakai syarat kalau setelah menikah, si istri tidak boleh diajak keluar dari rumah tersebut.

Demi cintanya, sang lelaki menuruti saja semua permintaan tersebut.
Dan ternyata, semua itu bukanlah sesuatu yang buruk.
Malahan, setelah menikah dia bersyukur banget bisa tinggal dengan nyaman di rumah mertua.
Saking nyamannya, hingga bertahun kemudian, sampai tak sadar sudah belasan tahun, mereka tinggal di rumah mertua tersebut.

Menurut teman-teman tersebut, keuntungan tinggal di rumah mertua adalah:


1. Lebih Hemat


Kayaknya ini alasan terbesar mengapa banyak orang yang betah tinggal di rumah mertua, termasuk teman-teman saya di atas.
Yaaa... selain saya sih ya, hahaha.

Kalau saya mah, tinggal di rumah mertua atau bukan, sama aja.
Karena saya cenderung pemalu tinggal di rumah orang, jangankan di rumah mertua, bahkan di rumah ortu saja saya sungkan banget kalau cuman tahu makan doang, tanpa ngeluarin duit sama sekali.

Kecuali memang saya pulang nggak bawa anak dan suami, hahaha.

mengapa tidak boleh tinggal dengan mertua

Tapi, ternyata bagi sebagian besar orang, tinggal di rumah mertua itu adalah kesempatan buat lebih hemat. Karena, selain nggak perlu bayar biaya tempat tinggal, pun juga seringnya hal-hal lain ngikut mertua saja.
Palingan sesekali saja beli makanan atau sesuatu yang bisa dimakan bersama orang di rumah mertua.

Karena hal demikian, bahkan teman saya yang perempuan itu, berhasil menabung uang buat DP KPR rumah, setelah 7 tahun tinggal di rumah mertua, dan bisa keluar dari rumah mertua, setelah pernikahan 10 tahun.

Wowwww, juara juga tinggal di rumah mertua selama itu.


2. Ada teman istri di rumah


Bagi yang menghendaki istrinya jadi ibu rumah tangga saja, tinggal di rumah mertua, terlebih memang jika mertua sering di rumah, maka itu adalah keputusan yang tepat.

Karena dengan demikian, sang suami akan lebih nyaman bekerja meninggalkan istri di rumah, karena toh ada temannya di rumah, yaitu mertuanya atau ipar-iparnya.


3. Ada yang bantu jaga anak


Wah ini betul banget, saat punya anak, khususnya pas bayi, adalah hal yang menyebalkan ketika kita nggak bisa menitipkan bayi kita ke siapapun, sementara kita pengen ke kamar mandi sekalipun.

Saya ingat betul, bagaimana bahagianya saya sewaktu si kakak masih bayi, saat saya kebelet ke kamar mandi, cukup bawain si kakak bayi ke pangkuan eyangnya, lalu saya bebas melenggang ke toilet.

Mau ke minimarket tanpa si bayi?
Bisa banget, tinggal titipin si kakak bayi, ke ibu / bapak mertua, atau ke adik ipar, hahaha.

dilema tinggal di rumah mertua

Sedangkan si adik?
Duuuhh, saya sering banget dulu kesal banget, saking saya pengen mandi, tapi nggak berani ninggalin si adik sendirian di kamar, akhirnya saya naikan ke stroller-nya, dan taruh dia di depan pintu kamar mandi yang kebuka.

Masalah timbul kemudian, ketika si adik udah nggak betah anteng di stroller, bahkan dia nekat turun kalau ditaruh di stroller.
Lalu kebayang asyiknya kalau bisa nitipin anak sebentar. 


4. Nggak ribet mikirin rumah saat mau bepergian


Saya itu parnoan, jangankan mau mudik, bahkan mau keluar sebentar aja, saya kepikiran dengan di rumah.
Apakah aman? apakah nggak kebakaran? atau kemasukan maling? hahaha.

Tapi, kalau tinggal di rumah mertua, mau mudik atau sekadar keluar bentaran juga nggak masalah.
Nggak kepikiran maling, atau kebakaran.
Kan ada orang di rumah, hahaha.


Itu keuntungan ya, yang pastinya banyak juga kerugiannya, tapi nanti aja deh baru saya bahas kerugian tinggal di rumah mertua.


Terlalu Nyaman Tinggal Di Rumah Mertua, Hati-Hati Dengan ini!


Dibalik keuntungan tinggal nyaman di rumah mertua, kadang bikin banyak orang melupakan satu hal, khususnya yang tinggal di rumah mertua, tapi pasangannya tuh bukan anak tunggal, alias masih punya saudara yang lain.

Biar kata saudaranya kaya raya, tapi siapa yang tahu kan ya, kalau besok-besok seketika jadi nggak kaya lagi, gimana?.

Seperti cerita yang tidak sengaja saya baca beberapa waktu lalu, di sebuah grup FB (lupa di grup mana, saking banyaknya ikut grup FB, hahaha).
Di situ ada seorang lelaki yang curhat, kalau dia udah belasan tahun tinggal di rumah mertua.

Selama belasan tahun itu, dia akhirnya memilih merenovasi beberapa bagian rumah tersebut, dengan menggunakan uangnya sendiri, pastinya.

Lalu, tiba-tiba, di masa pandemi ini, salah seorang saudara istrinya mengalami dampak ekonomi, dia di PHK oleh perusahaan tempatnya bekerja, karena perusahaan tersebut gulung tikar.

Dan setelah berbulan nggak nemu kerjaan baru, mereka kehabisan dana darurat yang ada, ditambah cicilan banyak, jadilah mereka kehilangan rumah mereka, dan saudara istrinya tersebut memilih pulang ke rumah ortunya untuk numpang di sana sampai mereka punya ekonomi yang kuat lagi.

Namun, masalah timbul, karena di rumah tersebut ada keluarga si laki tersebut, di mana kalau ketambahan 1 keluarga lagi, jadilah 3 kepala keluarga tinggal dalam 1 rumah, dan itu rawan masalah.

Maka jalan keluarnya adalah, si lelaki tersebut disuruh minggat dari rumah tersebut, terlebih mereka sudah belasan tahun tinggal di situ.

Lelaki tersebut tentu saja protes, selain karena mereka nggak pernah sama sekali beli rumah, jadi memang berharap banget bakal dapatin rumah mertua tersebut, terlebih karena dia merasa udah menghabiskan uang untuk renovasi rumah tersebut.

Nah loh?

Sejujurnya, mengapa saya nggak mau tinggal di rumah mertua, selain karena sama aja, saya nggak bisa benar-benar hemat kalau tinggal di rumah mertua, pun juga saya sungkan tinggal di rumah orang.
Plussss.... saudara paksu itu banyak banget, hahaha.

Jangankan saudara paksu yang ada 7 orang dengan paksu, semua saudaranya sih udah nikah, tapi ada 2 orang yang tinggal di rumah mertua.
Adiknya yang memang LDM-an ama suaminya.

Bahkan saya yang cuman berdua sama kakak saja, masih sering bermasalah atau setidaknya jadi awkward banget kalau bahas tentang warisan ortu yang nggak seberapa.

Mama saya, bahkan memilih mengisi rumah yang beliau tempati sekarang, diperbaiki ini itu, dengan harapan, rumah itu nantinya buat saya.

Pemikiran mama, karena kakak udah punya rumah sendiri, dan itupun dulunya ya dibeliin mama saya, hanya saja udah direnovasi sih sama kakak saya.
Selain itu, kakak udah mengambil banyak tanah bapak di sana.

Saya bahkan memilih membeli tanah mama, even dicicil, saking saya males berantem, hahaha.
Jadinya, saya punya tanah di Buton, tapi itu hasil dibeli paksu, hahaha.
Ya gitu deh, kalau milih jauh dari ortu.
Akan tetapi, kalau dengar ucapan-ucapan kakak, sepertinya dia nggak setuju akan hal itu. 

Nah itu kami cuman berdua doang dong!
Gimana dengan yang punya saudara banyak? hahaha.

tinggal di rumah mertua

Karenanya, bagi yang keenakan nyaman tinggal sampai belasan tahun di rumah mertua, jangan lupakan deh saving duit buat beli rumah sendiri.
Kecuali, memang pasangannya adalah anak tunggal.
Jadi, bukan hanya rumah mertua, bahkan semua harta mertua udah mutlak jadi punya istri, kan?

So, di kemudian hari, nggak ada lagi hal-hal yang malah bikin persaudaraan jadi nggak asyik, hanya gara-gara rumah mertua.

Demikianlah.
How about you, temans?


Sidoarjo, 13 November 2020


Sumber : pengalaman pribadi dan teman
Gambar : Canva edit by Rey

27 komentar :

  1. Kagak ngalamin uni Rey...Jangan sampe deh...Kecuali kalau mau nitip anak2 baru pasang muka manis depan mertua..🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    Setelah itu baru deh bisa melenggang bebas Enaa..Ennaaa..🤣🤣🤣🤣

    BalasHapus
  2. Aku sebentar lagi masuk tahun keempat tinggal di rumah mertua nih, Mba Rey :D puji syukur sampai hari ini semuanya aman sentosa. Tapi memang tinggal di rumah mertua ini judulnya sementara, karena aku dan suami terus menabung untuk membeli rumah sendiri. Ada beberapa alasan kenapa kami memilih tinggal di rumah mertua setelah menikah, salah satunya karena mertua tinggal berdua aja di rumah. Tapi so far everthing is going well. Karena dari awal aku dan suami menetapkan peraturan kami sendiri meski "nebeng".

    Kalau dari aku sendiri, kunci biar nyaman di PIM, adalah komunikasi dengan suami. Kedua, jangan terlalu bikin jarak dengan mertua. Privacy itu penting, tapi jangan sampai membatasi hubungan kita dengan orangtua suami. Gimanapun juga mereka orangtua yang membesarkan suami kita, respect is a must :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh sama persis!
      Betul Jane, saya dulu juga sebelum tinggal di rumah mertua, semua hal saya komunikasikan ke suami, dan saya minta suami mengkomunikasikan hal itu ke ortunya.
      Karenanya ortunya udah tahu karakter dan semua yang kami sepakati, saya pun cukup tahu diri di rumah mertua, hahaha.

      Hapus
  3. Hmmm, setelah baca ini sepertinya aku harus rajin menabung agar kalo pulang kampung nanti tidak numpang di rumah mertua. Sebenarnya sudah beli tanahnya, cuma buat bangunannya itu yang belum, eh ternyata kena PHK. Udah ngumpulin bata pasir sih tapi masih jauh, belum kusen, semen, dan lainnya.

    Kalo rumah mertua saya lumayan besar dan banyak kamarnya, jadi kalo misalnya ada yang pulang kampung ada jatah kamarnya masing-masing. Alhamdulillah selama ini tinggal di rumah mertua aman aman saja sih.

    Tapi memang tinggal di rumah mertua tidak selamanya nyaman. Aku lihat ada perempuan ikut suaminya karena katanya istri harus nurut suaminya bukan. Tapi ternyata mertuanya galak bukan main, apa saja yang dilakukan salah, masak katanya ngga enak, ngepel katanya ngga bersih, pokoknya segalanya salah di mata mertuanya.

    Suaminya itu juga bukannya melindungi istrinya tapi diam saja melihat bininya diomeli mertua bahkan kadang mendukung ibunya. Dan yang paling parah, suaminya poligami karena istrinya katanya ngga becus mengurus rumah ibunya. Mertuanya juga dukung anaknya kawin lagi.

    Saya sampai sedih melihatnya tapi sayangnya ngga bisa nolongin, soalnya itu di tivi mbak, eh ~.

    BalasHapus
  4. Sebenernya ga selalu sih mbak tinggal sama mertua itu menyeramkan, walaupun aku sendiri juga ga mau tinggal bareng sama mertua, makanya waktu masih gadis aku bela2in KPR rumah wlpn di pelosok. Wlpn sbenernya mertuaku 22nya enakan banget, ga galak, ga saklek, ga suka ngatur, aku betah2 aja di rumah mertua, etapi, sejelek2nya rumah KPRku yg kaya kandang sapi karna belum mampu renov, tetep nyaman tinggal berdua sama suami di rumah sendiri hahaha.

    Aku malah ga bisa hemat loh mbak kalau lg ditempat mertua, ya kan ga mungkin aku dtg trs cuma numpang makan sama mertua hahaha, etapi nih mbak, kalau untuk tinggal dalam jangka waktu lama, aku ga sanggup, cara atur keuanganku & mertuaku beda banget soalnya.

    Temanku ada loh mbak, sejak masih pacaran dia tinggal bertiga sama pacar dan calon ibu mertua, sampe skrg dia udah punya anak dia malah selalu bersyukur tinggal sama mertua karna ada yg jagain anaknya kalau dia kerja. Secocok itu dia sama mertuanya, ya mungkin karna dia merantau dan jauh dr ortu kali ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Samaaaa say, saya malah nggak bisa hemat, saking saya pemalu, sungkan aja kalau cuman tau makan doang hahaha.

      JAdi ya kudu belanja juga, dan kalau beli sesuatu, harus untuk semua penghuni hahahaha.

      Kalau cara atur keuangan mertua saya, kudu irit, khususnya yang laki, kalau liat saya jajan atau keluyuran, pasti kena nasihat hahahaha

      Hapus
  5. Mbak, aku gak mau tinggal di PIM. Apapun yg terjadi. Makanya sblm menikah, kami sdh bikin perjanjian. Meskipun udah dirayu2 mertua. "Ayo donk, tinggal di sini dg mami n papi. Aduh mon maap y,mami n papi, kami mau belajar mandiri." Jawabku begitu😊

    Lagian kalo tinggal di PIM, misal aku pengin marah dikit ma paksu gak bisa
    Namanya juga baru nikah, pasti ada sifat2 yg gak aku tahu sewaktu pacaran..

    Nah, kalo pas sifat itu keluar, n aku tinggal di PIM, bakalan mati kutu😆
    Kagak bisa ape2 tuh...

    Masih banyak printilan2 yg bikin gak enak!
    Meskipun begitu, tentu gak semuanya negatif. Masih ada banyak hal positifnya tinggal di PIM yg seperti mba Rey bilang di atas.

    Syukurlah, meskipun kami tinggal sendiri, tapi, semuanya tertangani dgn baik. Keluarga kecil kami berjalan apa adanya. Semua terurus dgn baik n bener.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Toss mbak Ike...sependapat.

      Kecil milik sendiri lebih baik daripada menumpang

      Hapus
    2. pengin marah dikit ma paksu gak bisa!
      Betul sekali, salah satu alasan saya nggak mau di rumah mertua terus, karena saya nggak bisa ngomel dong, hahahaha.

      Dan kalaupun saya ngomel, entar ortunya juga tersinggung.
      Jadinya serba salah paham :D

      Mandiri memang lebih nyaman :)

      Hapus
  6. Tinggal di rumah mertua big no no buat saya mba, nggak akan bebas soalnya hahahaha. Meski ortu si kesayangan sibuk kerja dan nggak pernah rese ke saya, tapi saya tetap nggak nyaman 😂

    Memang betul, banyak hal positif yang bisa didapat kalau masih nebeng sama ortu, terpaling enak itu bisa berhemat 🤣 Dan saran mba Rey bagus, selagi nebeng, baiknya menabung agar nanti bisa beli rumah sendiri, karena seenak apapun rumah mertua, tetap lebih enak 'kandang kecil kami' 😍

    Ohya saya dan si kesayangan sama-sama dua bersaudara mba. Untungnya kami tipe yang nggak suka ribut satu sama lainnya 😆 Nggak kebayang ipar mba Rey sampai 6 orang. Amsyooong banyaknyaaa 🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, iyaaa say, itu juga yang bikin kami selalu berbeda.
      Dia udah terbiasa rame di rumahnya, tebiasa mau mandi antri, sementara saya, bahkan sendirian di rumah kan, saking kakak saya ikut tante, jadi nggak pernah berisik, nggak pernah antri kalau mau mandi :D

      Hapus
  7. belum ada pengalaman tinggal di rumah mertua atau rumah sendiri hahaha
    cerita temen temen juga beragam, ada yang nyaman nyaman dan betah aja sampe puluhan tahun, ada yang bilang nggak enak karena sering nggak cocok sama mertuanya.
    kayaknya memang lebih baik tinggal dirumah sendiri, meskipun kontrakan tapi bebas mengatur semua keperluan keluarga tanpa campur tangan dari pihak lain

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha iya Mba Inun. mandiri lebih nyaman pokoknya :D

      Hapus
  8. Mau dibilang enak seperti apapun 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

    TIDAK untuk tinggal di rumah mertua/orangtua setelah nikah.

    Saya pilih menaiki perahu rombeng punya sendiri daripada perahu mewah mertua.

    Setidaknya saya bisa mengatur arah perahu sendiri...

    Padahal mertua dan orangtua saya baik semua dan nggak akan keberatan.

    Tapi maaf, saya punya jalan sendiri 😉

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali Bapak, yang paling ngga enak itu kalau kudu ngikutin nahkoda lain yak :D

      Hapus
  9. Aku dan suami sama-sama ga mau tinggal di rumah orangtua/mertua. Karena kami sadar setelah menikah musti bisa mandiri. Jadi perihal tempat tinggal juga musti sendiri.

    Kalau aku, kebetulan emang ga bisa tinggal bareng mertua. Karena mertuaku pun tinggalnya sama kakak suami. Jadi ga mungkin kami tinggal di rumah kakak suami.

    Sedangkan di rumah orangtuaku bisa saja kami tinggal, karena ada kamar kosong. Tapi kami berdua milih tinggal di apartment utk sementara sampai tabungan cukup beli rumah.

    Aku pribadi mikirnya meskipun orangtua/mertua baik dan ga masalahin kalo kami tinggal disana, berasa tetap ga bebas dan ketergantungan. Bisa-bisa dapet intervensi dari mereka tentang rumah tangga kami. Jadi yaa lebih baik nyarti tempat tinggal yg semampunya kami. Lebih nyaman dan damai 😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener tuh, kagak enak banget kalau ga bebas, terlebih jadi ketergantungan :)

      Hapus
  10. Berhubung aku belum ada pengalaman, jadi aku ikut menyimak jawaban Kakak-kakak lainnya aja ya 😂
    Tapi kalau ditanya, aku tentu nggak ingin tinggal bersama ortu/mertua setelah menikah kelak. Takut nggak mandiri dan takut yang awalnya baik-baik tapi karena tinggal bareng jadi ada aja masalahnya. Mamanya Si Prikitiew juga nggak mau tinggal bareng sama menantu kelak dengan alasan yang sama seperti yang aku sebutkan di atas hahaha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iyaaa, seringnya jadi nggak baik karena dekat-dekatan hahaha

      Hapus
  11. Sepertinya memang suami saya doang yang nyaman2 aja tinggal di rumah mertua. Wkwkwk. Sejak 2010, saya memutuskan untuk tinggal di rumah ortu. Kebetulan saya tidak nyaman tinggal di rumah keluarga suami, meski tidak ada mertua di sana, karena mertua tinggal beda negara. Di rumah keluarga suami hanya ada omnya yang waktu itu belum menikah. Tapi yang bikin saya risi karena tidak ada privasi sama sekali saat tinggal di rumah keluarga suami. Tetangga bebas keluar masuk tanpa ketok pintu, suami dan omnya bilang ya memang gitu di sini, biasa2 aja. Saya yang biasa tinggal di perumahan dengan segala privasinya jujur gak bisa hidup kek gitu.

    Pas 2010, krisis menghantam bapak dan ibu saya, mereka memutuskan menjual rumah biar bisa tetap menyekolahkan adik saya. Alhamdulillah hasil penjualan rumah lama cukup untuk membeli rumah dengan ukuran separuhnya rumah lama... karena masih ada 1 kamar tersisa plus ibu saya memang sakit stroke, sejak pindah ke rumah baru bapak juga jarang pulang.. entah ke istri keduanya atau kelayapan ke mana wkwkw... jadi saya bilang ke suami, saya mau tinggal di rumah ibu saja.

    Suami alhamdulillah menyetujui dan sejak saat itu kami tinggal bersama ibu. Nggak ada bentrok2an. Ibu menganggap suami seperti anak laki2nya sendiri. Nggak membeda2kan antara saya dan suami. Kalau saya yang salah ya saya ditegur, begitu sebaliknya.

    Bahkan kedekatan suami dan ibu saya jauh melebihi kedekatan suami dengan ibu kandungnya sendiri. Suami juga selalu membantu saya merawat ibu yang sakit stroke. Membantu menggendong, bahkan suami lebih sabar nyuapin ibu dibanding saya.

    Pernah suatu waktu suami ditanyain sama teman2 kantornya, "Memang ga risih tinggal sama mertua?" Suami malah bingung. Kata dia, "Nggak biasa aja. Santai aja."

    Ya, dia sesantai itu. Bahkan bangun siang pun cuma nyengir, ibu ya cuma menasehati sebagaimana seorang ibu ke anaknya.

    Sepertinya soal kenyamanan tinggal di mertua tetap harus ada kata SALING ya. Kalau menantu dan mertua saling menghormati, saling menyayangi dengan tulus, ya pasti nyaman2 aja.

    Kalau saya yang disuruh tinggal sama ibu mertua, sepertinya juga nggak nyaman sih.. soalnya kami berdua sama-sama keras. Cuma saya selalu bilang ke suami, istri itu selalu pengen dibela, jadi jangan pernah njelek2in istrimu di depan keluargamu. Seperti aku gak pernah njelek2in kamu di depan ibuku, wong ibuku udah tahu jeleknya kamu apa aja, wkwk..

    Duh kok malah curcol panjang.

    Btw, aku sering baca blog mbak Rey, tapi sepertinya baru kali ini komen dan langsung panjang. Terima kasih buat tulisan2 mbak Rey... keep writing and sharing ya mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waahhh tengkiu sharingnya Mba :)

      Namanya berumah tangga ya, selalu ada kisah-kisah bahagia yang beda-beda, dan menurut saya Mba beruntung punya suami yang lebih bisa berbaur :D

      Kalau saya suami saya agak bermasalah dekat dengan keluarga saya, karena nggak pandai ngobrol.
      Tapi saya selalu berusaha dekat dengan keluarga mertua, dulu pernah tinggal di sana, sayang nggak lama ikut suami di luar kota :D

      Hapus
  12. Aku tinggal sama mertua udah mau 3 tahun. Mertua ikut ke kontrakan dan ini aku beli rumah dan mertua ikut ke rumah saya karena suami anak tunggal.

    Menjalani rumah tangga bersama mertua itu nggak mudah bagiku. Alhamdulillah bisa dibantu sama mertua. Tp bagaimanapun ketika tinggal sama mertua, apa2 akan ikut campur. Apalagi suami yang anak mami banget. Semua apa2 orang tua. Segala keputusan ada pada orang tuanya.

    Kadang merasa sendirian meskipun ramai. Aku lagi ngrasa kesepian bgt. Rasanya kosong.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Peluukkk, memang sulit ya kalau suami anak tunggal, tapi kalau memang berdampak negatif banget dalam rumah tangga, mau nggak mau harus cari solusi yang adil, misal mertua bikinin atau kontrakin rumah yang berdekatan dengan tempat tinggal, atau beda gang juga bisa, jadi suami masih bisa ke rumah ortu tiap hari, tanpa bikin istri merasa nggak nyaman :)

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)