Patriarki Dalam Rumah Tangga

patriarki dalam rumah tangga

Sharing By Rey - Patriarki masih ada dan banyak beredar di masyarakat, yang sesungguhnya merugikan perempuan maupun laki-laki.

Selain merugikan, pun juga banyak disalah gunakan, terlebih oleh pihak lelaki yang insecure terhadap dirinya sendiri.



Apa itu Patriarki?

Menurut Wikipedia, patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial dan penguasaan properti

Masalah patriarki ini tercetus di benak saya, setelah saya membaca beberapa komentar dan inbox yang masuk ke saya, dari sahabat-sahabat yang menguatkan saya akan masalah rumah tangga saya.

Meskipun jujur sebagian besar menyemangati saya untuk lebih mementingkan kebahagiaan sendiri, karena saya selalu bersama anak-anak. Dan yes, anak-anak butuh ibu yang bahagia, bukan yang sempurna.

Sebagian juga menyemangati saya untuk memasrahkan kepada Allah, melakukan apa yang jadi bagian saya, which is sebenarnya itulah yang saya lakukan selama ini, bahkan bagian yang saya lakukan itu amber-amber alias berlebihan, bahkan bukan bagian sayapun saya kerjakan.

Namun ada beberapa yang lebih menarik perhatian saya, yaitu ungkapan bahwa, suami itu harus diberi kenyamanan, seBOBROK apapun suami, istri harus mengalah, harus mampu tunduk padanya, agar suami kembali dibukakan hatinya untuk mencintai saya.

Lalu ada lanjutannya juga,
"Makanya suamimu pergi dan tidak cinta kamu, soalnya kamu terlalu memaksanya"


Mungkin ybs habis membaca postingan mellow saya tentang hanya ingin dicintai, yang memang kalau dinilai oleh kebanyakan wanita, saya terlalu mengemis cinta.

YOU KNOW?
Saya cepat membuang ponsel saya sesaat setelah membaca hal tersebut, khawatir saya membalas ala saya banget, di mana saya itu selalu bisa membalas dengan elegan, yaitu diangkat setinggi angkasa, terus dibanting sampai pecah berantakan, lol.

Saya menenangkan diri beberapa saat, lalu tercetus di pikiran saya, beberapa tulisan yang saya baca, di mana ketika akan menikah, ibu atau nenek pasti akan memberikan petuah kepada pengantin wanita,
"Ndhuk, yang namanya menikah itu, istri harus bisa jadi air, karena suami itu api, biar istri selalu bisa menciptakan kedamaian dalam rumah tangga dengan memastikan api nggak membakar rumah tangga tersebut"
 Juga, beberapa aturan dalam Islam, di mana kata kuncinya adalah,
"Surga istri ada pada suami"
Karena itulah, para lelaki yang insecure dan bobrok selalu mengulang-ngulang hal tersebut.

Hal itu sebenarnya nggak ada yang salah, cuman karena selalu disalah gunakan, saya jadi pengen berkata kasar dulu saking kesalnya,
"KASAAAAAARRRR!!!!!!!!!!

Huft! lumayan melegakan.

Oh ya btw, i warning you dulu ya, kayaknya ini bakal jadi tulisan panjang, karena saya nulisnya sambil menggebu-gebu, yang sebenarnya ini udah mau saya tuangkan di status facebook, tapi karena panjang banget, saya urung dan memilih menulis di sini saja.


Patriarki Dalam Rumah Tangga Menurut Saya 


Sebelum menulis ini, saya juga sempat browsing beberapa tulisan tentang patriarki dalam rumah tangga, dan hasilnya sangat mencengangkan.

patriarki dalam rumah tangga bagi wanita

Saya yang berapi-api ini, ternyata hanya menduduki tingkat medium dalam menanggapi tentang budaya patriarki dalam rumah tangga.

Yang lebih dari saya justru lebih banyak lagi.
 Di mana memang sejak awal menginginkan pernikahan itu ya derajat suami dan istri harus sama, suami dan istri harus bekerja sama dengan baik.

Bahkan sebagian wanita kadang memaknai feminisme hingga jauh di atas hukum Islam (CMIIW), di mana secara tidak langsung, mereka menolak yang namanya situasi di mana istri adalah seseorang yang harus dilindungi suami.

Dan salah satu bentuk perlindungan itu adalah, dengan tidak membiarkan istri bekerja jika memang ranah pekerjaannya tersebut tidak terlalu urgent, baik untuk orang banyak maupun keluarga sendiri.

Eits... jangan marah dulu para wanita!
Maksud saya, saya sangat setuju dengan kedudukan istri jika dibutuhkan untuk stay at home saja. Karena memang keadaannya mengharuskan seperti itu.

Seperti saya misalnya, background pendidikan saya teknik sipil, di mana hampir semua yang berkarya adalah lelaki, pekerjaannya lebih sering lembur, sementara saya adalah seorang ibu dengan kondisi anak sering mengalami masalah jika diasuh orang lain.

Maka, jika saya dipaksa suami wajib di rumah, meski i hateeeee jadi IRT so much! ya mau nggak mau saya terima dan patuh.
Toh juga kerjaan saya tidak urgent seperti dokter kandungan maupun perawat atau guru dan semacamnya itu.

Terlebih anak saya lebih membutuhkan saya, daripada proyek.

Nah berbeda dengan pandangan banyak wanita paling anti patriarki dalam pandangan mereka.
Menurut mereka, yang namanya berumah tangga, apa yang sudah dilakukan sebelumnya, tidak akan mau diubah setelah menikah.

Menikah bukan sarana untuk memasung wanita di rumah, sarana untuk menjadikan wanita sebagai mahluk yang tunduk pada aturan dapur, kasur dan sumur.
Padahal ya tidak ada yang memasung, tapi memang seperti itulah hakekatnya menjadi istri dan ibu, sangat berbeda dengan kondisi semasa single.

Hal itulah yang dialami Kim Ji-Young, sebuah film yang diadaptasi dari novel yang sama, yang sempat booming beberapa waktu lalu.

Nah itu penjelasan saya dalam menilai patriarki dalam rumah tangga, saya masuk golongan medium, yang sesungguhnya masih tidak terlalu idealis dengan maksud kekebasan wanita meski sudah menjadi istri dan ibu, semua dikembalikan dengan kondisi.

Saya termasuk golongan wanita yang sesungguhnya patuh pada suami, karena takut sama Allah sih, bukan sama suami.
Akan tetapi, patuhnya bersyarat, karenaaaa saya amat sangat yakin Allah itu maha adil.

Syarat di sini adalah, saya hanya akan patuh pada suami yang benar-benar memperlakukan dirinya sebagai suami.

Yang melindungi, yang memperlakukan dengan lembut, yang membimbing, yang memperlakukan istri sebagai partner bukan pelengkap atau lebih parah lagi pembokat (nggak usah berkelit, toh banyak banget kok seperti ini di zaman now, hanya saja kayaknya cuman saya yang berani speak up, atas dasar istilah aib, yang sebenarnya aib itu tergantung dari pola pikir) 

Jika suami seperti itu, yang memperlakukan dirinya bagai suami dalam arti Islam yang sebenarnya, saya dengan ikhlas dan senang hati tunduk akan semua perintahnya, menganggapnya bagai raja saya malah. (Nggak usah protes dulu wahai para wanita, i mean, apa ruginya tunduk pada raja yang bijak?)

Nah, kalau suami yang (mohon maaf nih, bukannya nyinyir, cuman mengungkapkan fakta) kualitasnya kayak raja jadi-jadian?
Memperlakukan istri bagai pembantunya, atau pelengkapnya.
Sudahlah nggak kenal Islam, alias nggak pernah sholat atau sholat se mood nya saja, lalu teriak-teriak,
"Aku ini suami, dalam Islam istri harus patuh sama suami, karena surga istri ada di suami!!!" (sampai banyak sebenarnya tanda pentungnya, lol)

Lebih parah lagi, dia tidak bisa menunaikan kewajibannya memberi nafkah kepada istri, dan malah menyalahkan istri mengapa hanya bergantung pada suami, harusnya kan bisa ikut membantu suami, jualan kek, anu kek, itu kek, tapi anak dan suami tidak terabaikan.

Kan pengen memaki kasar jadinya,
"MAKIIIIII KASAAAARRRR!!!!!!"
Sungguh ya, kalau saya punya suami kayak gitu, sudah saya pakai sikat giginya buat bersihin dasar kloset! kayak Bang Day bilang hahahahahahaha.

Etapi enggak sih, kalau saya punya suami kayak gitu, dan saya juga punya penghasilan sendiri, nggak pakai nunggu lama mah, langsung angkut barang dan anak langsung babay..

Duh, males banget pakai bertahan, beli skincare dan minuman kolagen mihil loh, kerutan jadi banyak dong, hahahaha.

Jadi menurut saya, patriarki dalam rumah tangga itu boleh banget dengan syarat harus sesuai syariat Islam yang diajarkan nabi Muhammad, bukan Islam yang terkontaminasi dengan budaya Arab.

Jadi kalian para suami, jika ingin membangun keluarga sakinah mawaddah warrahmah dengan istri sholeha nan lembut yang jadi penyejuk bagi kalian.
YA CONTOHLAH DAN TELADANI NABI MUHAMMAD!
BUKAN BUDAYA ARAB YANG KATANYA ONO KATANYA UNU!

Poligami dong Rey!
Boleh!
Asal sesuai syarat Islam yang dicontohkan nabi Muhammad SAW!


Patriarki Dalam Rumah Tangga Yang Sangat Merugikan Tapi Dilestarikan


Lalu bagaimana kalau suami tidak punya power sebagai suami Rey?
Kamu jahat dong sama suami?
Tidak patuh? tidak menghormati?

patriarki dalam rumah tangga yang dilestarikan oleh budaya

Of course amat sangat wajib dong, bahkan sama orang lain kita wajib hormati, apalagi suami.
Akan tetapi, mungkin syaratnya harus lebih banyak dibandingkan dengan lelaki yang punya power dalam menafkahi.

Maksud saya begini.
Secara ilmu dan psikolog memang diakui kalau para lelaki itu diciptakan berbeda dengan wanita.
Lelaki selalu lebih banyak menggunakan logika dan berpikir praktis.
Sementara wanita lebih banyak menggunakan perasaan, dan kesannya sungguh ribet.
 
Itulah yang sebenarnya membuat komunikasi dalam rumah tangga itu sulit berlangsung dengan damai, selalu banyak nggak nyambungnya.

Gimana solusinya?
Baik istri dan suami harus sama-sama mempelajari setidaknya memahami, kalau pasangan mereka ya lawan jenis mereka, makanya ribet dan nggak nyambung, karena pola pikirnya berbeda.

Jika sudah ada saling paham, maka menyatukan 2 pemikiran yang berbeda itu akan terasa lebih mudah, itulah yang selalu gagal dilakukan banyak pasangan, khususnya suami.

Saya rasa hanya sedikit lelaki yang mau memahami ada konsep psikolog, seni berpikir dan semacamnya.
Kebanyakan cenderung mempertahankan egonya, terlebih memang lelaki pada dasarnya diciptakan seperti itu.

Tapi jangan lupa, wanitapun diciptakan dengan unik, cara berpikir mereka unik dan berbeda dengan lelaki.
Jika lelaki lebih suka jalan tol, praktis dan to the poin.
Wanita kebanyakan sukanya jalan tikus kali ya, soalnya mereka lebih suka sesuatu yang menyentuh, goal-nya itu bukan hanya di tujuan, tapi juga perjalanannya.

Nah kalau lelaki, dengan powernya, ego kadang ikut naik.
Kalau saya, selama itu memang tujuannya baik, it's OK sih ya, karena jujur memang kadang pola pikir saya lebih banyak dipengaruhi oleh logika, khususnya dalam memutuskan hal untuk diri sendiri.

Tapi, sayangnya.
Kadang lelaki lebay, udah tahu kalau kondisinya tidak seperti suami yang seharusnya, di mana, power menafkahinya hilang, tapi egonya bertahan.

Padahal, dalam keadaan seperti itu dia amat sangat butuh bantuan dan kerja sama lebih besar dari istri.
Misal, seperti keadaan sekarang di mana ekonomi kebanyakan terasa sangat sulit, tentunya kan butuh bantuan istri, entah istri harus lebih kreatif dan hemat lagi, atau juga istri bisa membantunya meringankan beban ekonomi dengan mencari uang juga.

Which is kebanyakan lelaki dengan powerful menganggap tugas istri ya di rumah saja urus anak dan rumah serta suami.
Ya sekarang beda dong, harus mau lebih kerja sama.
Bukan hanya dalam sama-sama mengerjakan pekerjaan rumah, akan tetapi juga harus bisa menganggap istri adalah partner yang baik dalam berdiskusi dan memutuskan sesuatu.

Lah, bukannya meski dalam keadaan apapun seharusnya suami menganggap istri adalah partner yang baik? selalu diskusi saat memutuskan sesuatu?
SEHARUSNYA SIH GITU!
TAPI KENYATAANNYA, ADA LOH LELAKI YANG MAU SEENAKNYA SENDIRI, MEMUTUSKAN APA YANG DIA LAKUKAN SENDIRI.

Suami saya contohnya, hahahaha.
Karena saya malas ribut, saya mah tidak masalah dia mau mutusin apapun tanpa saya.
ASAAAAALLLLL NAFKAH BUAT ANAK-ANAK SIH TERJAMIN YE KAN!

Ngapain juga saya repot mikirin sesuatu yang bukan bagian saya, apalagi sampai berlarut-larut nggak bisa disatukan, sementara ada anak yang selalu mengawasi perdebatan orang tuanya.
Saya memilih mengalah alias cuek saja deh.

Masalahnya adalah..
Kebanyakan suami kayak gitu jadi terbiasa, dan saat susah kayak sekarang, dia kehilangan powerfulnya pun, masih belum sadar dan masih ingin menjadi dirinya sendiri, sementara dia amat sangat butuh bantuan istri.

Itulah masalah!
kebanyakan wanita mah mau ngalah, tapi mereka juga enggak bodoh kali yak!
Kalau mau kerja sama dengan istri, ya anggap istri partner dong, bukan pelengkap.
Emang sapa elu?

Bahkan membutuhkan bantuan orang lain, kita kudu berbaik-baik sama orang tersebut, apalagi sama istri yang sebenarnya tanpa kita butuh bantuannya pun wajib suami bimbing dengan baik dan lembut.
Hal ini yang jadi masalah besar, lelaki dengan ego besar namun kemampuan enol besar hahaha.


Makanya, mending dari awal menikah harus disepakati.
Suami dan istri itu partner sejati, dan yang namanya partner, tidak ada rahasia di antara keduanya.
Jadi saat terjatuhpun, semua akan berjalan sedemikian rupa tanpa adanya syarat begini begitu.

Lalu apa kaitannya dengan patriarki dalam rumah tangga?
Ya satu itu, di mana suami mau seenakna sendiri, melarang istri ikut campur masalahnya, tahu apa yang dilakukannya, ke mana dia pergi.

Dan jika istri repot terus maksa nanya, maka kaburlah si suami.
Kabur begitu saja, tanpa kabar, tanpa nafkah pula.
Duh ini mah banyak amat!

Yang beginian ini bikin saya kembali mempertanyakan, benarkah suami dikasih pantas dikasih gelar kepala keluarga bahkan surganya istri?

Seperti itukah sikap kepala yang baik?
Seperti itukah surga itu?

Lebih konyol lagi, dengan anggapan,
"Kalau kamu mau dicintai ya jangan begini harus begitu!"
Yeeee... cinta mah cinta aja, nggak ada kaitannya dengan begini begitu.
Kalau ada kaitannya, mending nggak usah jatuh cinta deh, karena manusia pasti bereaksi terhadap sesuatu yang membahayakan masa depannya.

Atau,
"Nah kan, kamu sih terlalu memaksa, akhirnya suamimu pergi, anak-anakmu terlantar kan, kamu sendiri yang repot!"
Yang ini saya beneran mau maki ya..
What theeeee......!!!!!


Pengecut mah pengecut saja!
Nggak usah dikaitkan dengan istri yang tidak sesuai keinginan suami eror!

Kalau nggak betah di rumah karena istri ya udah pergi sana, tapi jangan lupa uang buat makan anak-anak ye..
Etdaaahhh!!!

Kenapa pula banyak seolah anak-anak hanya tanggung jawab istri?
Seolah masa depan anak di tangan istri seorang?
Istri nggak bahagiapu nggak masalah, asal anak tetep hidup, mau memaki sekali lagi boleh nggak sih!!!!

Itu sama banget dengan kejadian yang pernah saya liat di depan mata saya dan masih ada hubungan dengan saya.
Dia jobless, terus susah cari uang, anaknya banyak, (soalnya istrinya KB tapi kebobolan, istrinya yang dia salahkan) terus dia merasa beban banget membiayai anak banyak, terus dia sengaja hubungi mantannya dan selingkuh dong!

Terus pas ditanya sama bapaknya, mengapa dia tega gitu, you know apa jawabannya,
"Ya abisnya istriku gendut banget sih
Mau maki lagi boleh nggak?
Padahal istrinya gendut karena minum pil KB murahan, makanya modal dong beliin pil yang mahalan.

Dan lebih pengen memaki lagi, saat mendengar tanggapan ibu dan ayah si lelaki tersebut.
"Kamu juga sih **** harusnya kamu bisa jaga badan, biar suamimu betah sama kamu"

Waktu itu saya nyaksikan langsung pura-pura ke toilet, saking pengen memaki rasanya!
ya selingkuh ya selingkuh saja!

Jangan kaitkan dengan fisik istri yang sebenarnya berubah itu ya karena kemiskinanmuhhhh!!!! kesal banget saya beneran!
Ye kan, dulu istrinya langsing, setelah punya anak baru endut, siapa yang salah?  anak?

Duh Astagfirullahhh...
Sungguh ini pembahasan yang melebar ke mana-mana saking kesalnya si Rey!
Sudah ah, nanti kita bahas lagi part keduanya di lain waktu.

Maksud patriarki yang dilestarikan itu ya seperti tadi.
Di saat suami betah di rumah dan tidak selingkuh harus istri yang usahain.
Di saat istri tidak boleh tahu menahu dengan apa yang dikerjakan suami, tapi saat kere maksa istri cari uang juga.
Di saat istri harus patuh dan tunduk kepada suami seberapa bobroknya dia.

Dan parahnya, hal itu dilestarikan oleh kaum perempuan yang ibu-ibu dan nenek-nenek itu.
Sungguh saya bingung cara menjelaskan ke anak, konsep salah dan benar.
Sementara ayahnya mau salah dan benar ya tetap benar karena istri wajib tunduk

Boleh maki lagi nggak? sebal!
Sudah ah!


Patriarki Dalam Rumah Tangga Merugikan Istri Maupun Suami


Pada akhirnya, sesungguhnya patriarki dalam rumah tangga itu sebenarnya bukan hanya merugikan istri, tapi juga suami.


Mengapa?
Karena konsep patriarki itu sendiri, seolah merajakan suami dan menghambakan istri tanpa kompromi.

Di mana istri harus patuh pada suami dalam kondisi apapun.
Di mana suami harus menafkahi keluarga dalam kondisi apapun.

Istri mungkin bisa bertahan, menjalani kehidupan yang bagaikan tanpa ruh tersebut.
Tapi suami?
Ada saat di mana rezeki keluarga tidak bisa diraihnya sama sekali, ngehek nggak tuh?

Makanya, berumah tangga sejatinya adalah sesuatu yang dibangun atas kerjasama yang penuh cinta kasih dan saling menghormati serta menghargai antara suami dan istri.

Perlakukan istri layaknya nabi Muhammad memperlakukan istrinya.
Bukankah itulah hakekatnya menerapkan hukum islam dalam meraih sakinah mawaddah warrahmah?
Jangan contek budaya Arab dong.
Tapi contek langsung yang bawa agamanya, ya sang Nabi.

Demikian juga istri!
Jangan contek budaya, yang katanya uang istri adalah uang istri, sementara uang suami adalah uang istri.

Kalau suaminya pas lagi bokek?
Masa iya ganti suami?
Contohlah Khadijah yang begitu ikhlas menikahi nabi Muhammad yang usianya terpaut hingga belasan tahun lebih muda darinya, demikian juga strata ekonominya.

Give and take..
Bahkan kalau perlu ya give and give, serahkan pada Allah agar mendapatkan take take double double.
Dan itu berlaku pada keduanya, baik suami maupun istri.

Begitulah
Sudah ah, capek nulisnya.
Diskusi yuk di komentar :)

Sidoarjo, 10 April 2020

Reyne Raea untuk #FridayMarriage

Sumber : pengalaman pribadi
Gambar : Canva edit by Rey dan berbagai sumber di google

22 komentar :

  1. Baca postingan ini jadi teringat film Korea Kim Ji Young Born 1982. Kadang aku sebel kalau ada suami yang menyalahkan istrinya melulu. Padahal keduanya sama-sama salah dan akhirnya masalah nggak segera selesai.

    BalasHapus
  2. Sudut pandang yang menarik soal rumah tangga. Memang hal kayak gini perlu ada take and give ya.

    BalasHapus
  3. Kok tumben, kang satria ataupun kang nata belum nongol, biasanya yang satu sudah curhat panjang lebar.😅

    Berarti patriarki itu merugikan kedua pihak dalam rumah tangga ya mbak, yang satu bingung kalo ngga ada kerjaan, cari makan susah apalagi jaman sekarang juga ngga mudah.

    Istri bingung, tugasnya harus di rumah saja, tapi ngga ada duit buat masak masakan, kalo nanya disalahkan, ngga nanya anak njerit minta jajan.

    Sebaiknya rumah tangga memang itu ada kerja sama antara suami istri, jadi kalo suami ngga ada kerjaan, istri bisa memaklumi dan bisa ikut mencari nafkah, misalnya cari duit online. Eh, salah ngga ya?

    Kalo aku, Waktu mau menikah aku bilang sama istri, aku keadaannya begini, bukan orang kaya, apakah dia mau terima. Alhamdulillah sih istri bisa menerima, yang penting buat makan ada katanya.

    Jadi biarpun tetangga sebelah banyak yang punya mobil, aku santuy aja biarpun ngga punya. Lha kan yang penting bisa makan tiap hari.😂

    Ini mah kamu aja yang males tong.😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, dia lagi kelonin anaknya kayaknya qiqiqiqiqiqiqi.

      Betul!
      Intinya patriarki merugikan suami maupun istri, akan lebih bijak dan tentram kalau suami dan istri itu kerja sama dengan baik :)

      Hapus
    2. Ngga apa-apa sih kelonin anak, yang sue itu kalo ngelonin...

      Ah sudahlah, ngga enak nulisnya.😂

      Hapus
    3. qiqiqiq, mencurigakaaann, kelonin sapa tuh? :D

      Hapus
  4. Saya hanya bisa menyimak dan membaca dengan seksama saja
    Tak apalah ,semua rasa diunggapkan itu lebih baik.'
    Dari pada menjadi bisul dan akhirnya justru menjadi penyakit
    Nanti dengan seiring waktu dan bertambahnya umur atau sudah mengalami kematangan jiwa, pasti akan menemukan jawabannya sendiri.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi, betul waktu akan menjawab, tapi memang sebagai ortu kita wajib berjuang untuk kedamaian *eaaa :)

      Hapus
  5. jangan ada dusta diantara kita #eahhh
    sejatinya rumah tangga yang katanya dibangun dengan dasar cinta, kasih sayang, baiknya keduanya saling membantu, menghargai, suka duka bersama, jatuh bangun berdua, kalo gini kayaknya enak ya, teori kadang nggak semudah eksekusi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener Mba, kerja sama yang baik, bukan tugas suami dan tugas istri :D

      Hapus
  6. Menurut saya memang sebaiknya harus ada kerjasama diantara kedua belah pihak dalam keluarga karena yang namanya keluarga itu kan dibangun bukan oleh satu orang saja :) mungkin itu juga alasan kenapa kita bersama pasangan disebut sebagai partner hidup, karena partner itu artinya rekan, means harus saling menopang. Ketika rekan A nggak bisa melakukan satu hal, maka rekan B maju untuk ambil alih apabila dirasa bisa. Dan ketika rekan B sukses, rekan A harus support dan berterima kasih bukan justru gengsi :D meskiiii pada kenyataannya, pasti sulit untuk mengakui kalau kita kalah, kita nggak mampu, kita butuh bantuan, dan lain sebagainya.

    Well, cukup complicated ya mba, memang harus ditarik benang merahnya dulu, lalu dibuka semua benang kusutnya untuk dicari tau titik masalahnya sebelum akhirnya ambil sikap untuk perbaikan. Cuma kadang, efforts untuk memperbaiki datangnya hanya dari satu pihak saja sedangkan pihak yang lain justru menyerah dan lari entah ke mana :( by the way sebal banget sama orang yang menyalahkan fisik istri seperti cerita mba Rey di atas. Kebangetan suaminya >:|

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangeeettt, biar bagaimanapun baik laki-laki dan perempuan kan nggak mungkin bisa sempurna, jadi saling melengkapi itu yang terbaik.

      Di dalam dunia nyata, orang-orang yang seenaknya begini ada dan nyata loh, itu justru bikin kesal minta ampun, karena sebagaimana galaknya bapak saya, dia tidak pernah sama sekali menyinggung fisik mama saya.

      Nggak pernah kabur dari tanggung jawab juga.
      Jadi kalau liat yang gitu rasanya pengen saya kirim ke Wakanda hahaha

      Hapus
  7. Jadi ikut geregetan aku baca artikelnya Mbak Rey yang ini. Kok enak banget para suami bilang kalau surga istri ada di suami, tapi malah dianya sendiri gak mawas diri, gak melakukan kewajiban dengan benar. Kalau memang suami surga buat istri, maka sebaiknya suami memposisikan dirinya seperti halnya surga dong, jangan malah memposisikan diri bagaikan neraka buat istri.

    Atau bisa juga suami model kyk gini disebabkan karena salah mendengar ceramah. Soalnya 'suami adalah surga bagi istri' itu sebenarnya isi ceramah dari ustadz/ustadzah yang ditujukan bagi istri. Maksudnya supaya istri patuh kepada suami. Kalau nasehat buat suami tuh 'sebaik-baik manusia adalah yang paling baik bagi istrinya' supaya suami memperlakukan istrinya dengan baik. Fix, para suami yang mengandalkan 'suami adalah surga bagi istri' pasti kebanyakan nonton ceramah yang sebenarnya ditujukan ke istri ini pasti. Suami kyk gini sepertinya lebih baik dirukyah saja. Moga-moga bisa sadar berbarengan dengan minggatnya setan-setan dari dirinya. Hufh..

    Apalagi yang selingkuh hanya karena fisik istri berubah setelah menikah. Lha terus siapa yang bikin tubuh istri melaaaar?? Kan ya dia juga. Tubuh istri melar kan juga gara-gara dia menanam benihnya yang jadi anak-anaknya itu. Kyk gitu kok nyalahin istri. Kan jadi ikutan sebel aku tuh.😠😠😠

    Idealnya sih suami dan istri harus saling memahami, saling bekerjasama, saling mencintai, saling berkomunikasi dengan baik, dan saling-saling lainnya untuk membangun rumah tangga yang baik. Tapi apa daya, terkadang realita gak seindah ekspektasi. Ada yang suami yang error, ada yang istrinya yang error, ada yang suami istri sama-sama error nya, ada pula yang suami-istri sama-sama gak error. Beruntung banget tuh yang suami-istri sama-sama gak error.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu kejadiannya di depan mata saya loh, bener-bener kesal banget!
      Lebih kesal lagi karena ortunya tuh laki malah ikutan nasehatin istrinya biar jaga body, ckckckckckck.

      Gibah deh saya, tapi beneran sebel kalau ingat.

      Hapus
  8. Mbak jujur saya tidak membaca sampai selesai, sampai pada patriarkat dalam keluarga (bagian pertama)...

    Tetapi melalui tulisan yang bertema feminisme - patriarkat selalu menarik untuk dibincangkan kembali.

    Namun tanggapan saya secara personal adalah sebagai berikut:

    Budaya itu penting, menjaganya agar tetap lestari adalah keharusan. Tetapi tidak dibuat kaku karena budaya. Penyesuaian itu penting karena saya percaya setiap masa memiliki kisahnya tersendiri. Waktu SD saya melihat bapak pulang dari kebun, si ibu pontang panting masak air dan menyiapkan kopi. Apabila ada tamu yang datang ibu harus di dapur, hanya melalui batuk saja si ibu sudah paham kopi harus ada di depan. Ibuku patuh atas nama budaya.


    Sekarang saya hidup di Jakarta, hidup di zaman baru, di sisi yang lain istriku juga bekerja. Pertanyaan reflektif ya pantaskah saya terapkan budaya patriarki dalam kondisi yang seperti itu?

    Memang dalam kondisi tertentu budaya harus dipatuhi tetapi dalam situasi tertentu setip kita pun harus bijak dalam memilah karena setiap zaman memiliki kisahnya tersendiri...


    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, kok ini kayak ngomongin saya di masa kecil juga ya.

      Sama persis bapak guru.

      Kalau bapak saya pulang, mama bakal nungguin sambil megang handuk, ngasihin handuk ke bapak, karena bapak selalu nggak suka ngapa-ngapain kalau masih bau belum mandi hihihi.

      Waktu kecil saya selalu bertanya dalam hati,
      "memangnya bapak nggak bisa kah ambil handuk sendiri, orang tinggal ambil di gantungan gitu!"

      Tapi kebudayaan di sana memang gitu, bahkan sampai saat ini, suami itu wajib dilayani, meski hal yang sekecil gitu, meskipun istri bekerja.

      Untungnya juga beberapa pasangan muda sudah lebih terbuka, mereka bekerja sama dengan baik, setidaknya di belakang orang-orang tua, soalnya kalau ketahuan istrinya bakal kena marah hahahaha.

      Saya setuju banget pak guru, manalah bisa kita terlalu kaku mengikuti hal-hal yang sebenarnya sudah tidak bisa lagi terlalu kaku untuk diikuti :)

      Hapus
  9. Mbaaa, yaampun aku ngos2an baca postingannya. Belum lg aku jg pengen berkata Kasaaaar saat baca komentar2 orang yg suka menyudutkan istrinya. Selingkuh sih selingkuh aja, ngapain nyalahin istrinya. Trus jg yg komennya tajam justru jg dr sesama wanita loh. Ckckck..

    Btw, untung ga jd dijadiin status Fb ya mba, klo ga bakal sepanjang apa status nya 🤣🤣

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, mari kita berkata
      "KASAAARRRR! " 🤣🤣

      btw, kadang saya penasaran, kira-kira tulisan sepanjang ini bisa nggak ya di tulis di status efbi 🤣

      Hapus
  10. Ini kalo diikutin, aku jg bakal emosiiii baca segala yg menyudutkan istri .. itu suami yg selingkuh hanya Krn istrinyanya ga sesexy dulu, pgn aku tabok dan ngeliat bodynya sendiri udh mirip Ganindra Bimo blm hahahahaha..

    Aku sendiri selalu menganggab suami itu kepala RT. Harus dihormati , okeee.. tp dia juga hrs tau kewajibannya sendiri apa. Kalo suami tau kewajiban dan hak nya, dia jg memperlakukan istri baik, ya sebagai istri aku bakal dengan seneng hati membalas dengan perlakuan super muaniiis dan sabar dan patuh. Tapi sekalinya dia kasar, main tangan, boro2 ksh nafkah, maaaaaaphhhh, aku juga bakal nuntut cerai Ama suami yg begitu.

    Suami istri itu saling partner, bukan yg 1 hamba, yg 1 raja :p.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha apalagi saya yang nyaksikan langsung, kadang rada trauma, soalnya itu orang dekat juga :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)