Ada yang Dikasihani, Ada yang Disyukurin

reaksi terhadap penderita covid-19

Sharing By Rey - Beberapa waktu lalu, saya membaca tulisan pak Anton tentang sikap butuh vs ingin, di mana di post tersebut Pak Anton bercerita tentang respon orang-orang terhadap orang yang terkena virus covid-19 ini.

Ada yang dikasihani, misal para ibu yang belanja ke pasar dan nggak sengaja ketularan juga oleh OTG.
Atau juga para pekerja yang tetap harus ngantor, meski sudah taat protokol tapi tetap tertular.

Namun ada juga yang tertular, karena habis jalan-jalan dan hang out bareng.
Nah golongan yang ini, seringnya (meski dalam hati) disyukurin, hahaha.

Disyukurin ya! ada 'n' nya, bukan disyukuri.

Kalau saya, bukan hanya para kongkowers atau travelers nakal trus ketularan yang harus disyukurin, tapi juga orang-orang yang tetap harus bekerja, tapi nggak patuh.

Karena, kalau menurut saya, penyebab terbesar penyebaran virus covid-19 ini ya, karena tidak patuh, dan memandang remeh virus ini.
Terlebih yang mengatakan, kalau virus corona ini nggak ada.

Ingin saya ambil droplet pasien sekarat covid-19, terus saya oleskan sebagai lipbalm di bibirnya (astagaaaa si Rey sadis, hahaha).

Iyaaa...
Tahu nggak sih, bagaimana rasanya, ketika kita sudah sedemikian kerasnya menjaga diri dan orang-orang tersayang, selama berbulan-bulan ngendon aja di rumah.
Menghibur diri dan anak, ketika melihat si kakak sudah sangat bosan dan jadi bertingkah.

Bahkan si kakak berkali-kali memohon dengan segala cara, agar diperbolehkan main bola sama teman-temannya di lapangan dekat masjid kompleks, saya tetap bergeming.
Nggak saya bolehin, biar kata si kakak meneteskan air mata.

Karena apa?
Saking parnonya saya terhadap virus ini.
Saking saya sadar kalau keadaan sekarang tuh serba sulit.
Bukan hanya mikirin duitnya berapa kalau kita sakit.
TAPI JUGA BINGUNG, KALAU SAKIT KITA MAU KE MANA???

RUMAH SAKIT PENUH OIII, NAKES KEWALAHAN!
PLEASE STAY AT HOME AND PATUHHHH PROKES!

Anak-anak di kompleks ini, sudah bebas berkeliaran sejak beberapa bulan lalu, dari rumah sih mereka pakai masker, pas ketemu temannya dan main bola? ya dilepaslahhh, menurut ngana

Orang dewasa aja banyak banget loh yang seperti itu, apalagi anak-anak?
Karenanya, saya ogah membiarkan si kakak keluar, bahkan hanya di depan pagar, kecuali bersama saya yang mengawasinya langsung.

Dan can you believe it?
Setelah semua hal idealis yang saya lakukan itu, eh ujung-ujungnya saya sendiri yang datang menjemput tuh virus, hiks.

Saya tidak menyalahkan siapa-siapa, hanya saja menyesalkan sikap orang-orang yang terlampau menganggap saya idealis dan penakut, tapi mereka tidak cukup hebat menangkal virus ini, lalu (mungkin) menularkan pada saya dan anak-anak.

Dari awal pertama kali ke rumah mertua, waktu lebaran dulu, saya berrrrkali-kali memastikan, apakah kami nggak apa-apa ke sana?
Saya sama sekali nggak takut ditularin virus oleh mertua, tapi justru saya takut membawa virus ke sana.

Tapi, ternyata, bahkan di sana juga nggak seberapa ketat terhadap virus ini.
Dari yang anak-anak begitu bebas berkeliaran tanpa masker.
Saya selalu melotot jika ke sana, karena si kakak pasti ikutan adik sepupunya, keluyuran dan nggak pakai masker.

Berdiri rambut saya rasanya, saking kesalnya.

Itu belum termasuk hal-hal lain, ketidak disiplinan membiasakan pakai masker secara benar, bagaimana memperlakukan masker bekas.
Bagaimana menyimpan masker dengan benar.
Bagaimana mencuci tangan dengan benar.

Semua itu terasa biasa oleh orang lain, sampai akhirnya mereka tertular, lalu akhirnya bikin saya dan anak-anak yang sudah berbulan-bulan mengisolasi diri demi memutus rantai covid ini, (mungkin) ikutan tertular. 
Rasanya???? entahlah, spechlees aja jadinya.

Meskipun di lain sisi, saya semacam lega, mengingat paksu adalah salah satu orang yang masuk golongan arogan dalam menyikapi virus ini.
Bahkan paksu masuk golongan antivaks.

Dan kemaren?
Ketika mendengar berita itu, dia pontang panting kebingungan.
Mikirin doang sih, nyatanya dia bisa istrahat mengisolasi diri di messnya, sementara saya ya tetep kayak gini.

Mau positif kek, negatif kek, atau jadi menyala karena positif dan negatif ketemu *eh, hahaha.

Saya mah tetep kayak Rey yang biasanya, nggak mungkin bisa tidur cukup karena kudu ngurus anak, pantau mereka, selain pantau diri sendiri.
Kudu urusin sekolah si kakak, kudu ngerjain beberapa deadline.

Itulah mengapa saya kadang pengen teriak sama yang bandel dan nularin orang itu.
Mbok ya kalau habis nularin orang itu, bantuin kek urus anak-anak, biar saya bisa istrahat gitu huhuhu.

Yaelah, jadinya ngomong apa ya saya ini? hahahaha.

Intinya ya gitu.
Saya setuju dengan Pak Anton, bahwa, kadang memang beberapa yang positif covid-19 itu mendapatkan reaksi disyukur-syukurin, siapa suruh kan, kurang kerjaan banget, di masa pandemi gini, hanya karena bosan, sampai akhirnya bikin puyeng orang segambreng?

Udahlah, plis diam-diam bae dulu di rumah,  terlebih memang kalau kita mobile-nya tinggi ya, maksudnya masih harus kerja di luar, ketemu banyak orang.
Gitu kalau kena virus, apalagi jadi OTG, bakalan menularkan lagi ke banyak orang lainnya.

Dan terutama kena mamak-mamak kayak saya ini.
Kalau saya kena, siapa yang bakal jagain dan urus anak-anak saya?
Mertua saya udah tua dan sakit, mama saya pun udah tua dan jauh.

Yang ada?
Jadilah saya pasien yang ngenes karena mau sakit kek, mau sekarat kek, tetep berkutat dengan panci, kompor, pup anak, nyuapin anak daaaaaaannn sebangsanya itu.

Sebel. 

Udah ah.
Plis semuanya, takutlah sedikit pada virus ini.
Demi menjaga orang lain, bukan hanya dirimu sendiri.

Sesekali, kalau nggak takut virus ini, coba deh buka akun instagramnya ustad Yusuf Mansyur.
Kemaren si Ustadz sempat ngerekam jenazah Syekh Ali Jaber, direkam sampai ketika jenazah turun ke dalam lubang makam, bahkan sampai jenazah ditutupin kayu dan tanah dong.

reaksi terhadap penderita covid-19
Kayak gini sepertinya rasa kesal saya,
semacam pengen meremas telur, tapi takut pecah, hahaha

Lihatlah dengan jelas, resapi, dan bayangkan jika jenazah itu adalah orang-orang tersayang kita.
Bukan nakutin, semua juga pasti banget akan mati.
Tapi kalau orang tersayang kita mati karena keegoisan kita?
Bayangkanlah itu.

Dan satu lagi.
Bayangkan kalau kita bukan pekerja kantoran yang tetap dapatin gaji.
Bayangkan kita dapat gaji karena kita masuk kerja.
Kalau kita positif, meski jadi OTG, wajib banget isolasi.
Means kagak bisa kerja.
Terus anak istri makan opo woiiii!

Makanya, plis jangan dipeliharan tuh hodob maupun egoisnya!

Demikianlah, saya sebenarnya lagi malas nulis, tapi entah mengapa saya buka lapy dan nulis juga, bukannya istrahat, hahaha.

Gimana ya?
Saya kalau diam itu, pikiran ke mana-mana, bikin sesak nafas aja, hiks

Udah ya, mohon doanya temans, agar saya dan anak-anak negatif.
Dan sehat selalu, aamiin ya Allah.

Sidoarjo, 18 Januari 2021

Yang lagi tetap bingung...

25 komentar :

  1. Semakin hari semakin banyak orang yang terkena virus Corona. Padahal Jateng udah PSBB tapi masih saja angka positif Corona semakin banyak. Aku merasa sedih gitu kalau ada banyak orang yang nggak pakai masker dan nggak mematuhi protokol kesehatan yang ada. Padahal aku selalu mengingatkan diri sendiri untuk memakai masker.


    Semoga Mbak Rey dan si kakak dan si adek sehat selalu ya. Dan semoga kita semua sehat selalu.

    BalasHapus
  2. Kak, aku sering banget lihat orang-orang sekeluarga bawa anak kecil atau bayi keluar rumah hanya buat makan indomie dan tempat makannya sendiri ramai tanpa menerapkan protokol kesehatan. Gimana rasanya nggak gemes ya? 🤧. Sehubungan dengan pekerjaan, aku sendiri memang masih harus berada di luar rumah selama ini tapi aku jarang kontak fisik dengan orang lain dan hampir setiap hari aku melihat pemandangan serupa. Ada lagi yang nongkrong hanya untuk ngopi-ngopi dan dalam seminggu bisa beberapa kali 🤧. Orang-orang seperti ini, gimana coba cara dibuat sadarnya bahwa keadaan sedang genting? 🤧. Mau didoain supaya kena penyakitnya aja, tapi kok aku ingat dosa jadi takut 🤣. Pfft begitulah masih banyak yang nggak sadar 😂 aku sendiri sekarang udah taubat, nggak mau ketemu teman-teman dulu 😂 bulan lalu kan masih nekat ketemuan karena udah bosan banget di rumah 😂 *nakal ya Lia*


    Semoga Kak Rey serta anak-anak negatif Covid ya 🙏🏻 dan semoga ibu mertua dan keluarga bisa segera pulih 🙏🏻

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, tengkiu Lia :*


      Nah iyaaaa...
      Sejujurnya banyak banget, bahkan orang-orang terdekat saya ya semacam meremehkan penyakit ini, giliran udah kena, pada panik deh, sebalnya juga, pakai nularin orang lain pula, hiks

      Hapus
  3. Ini aku banget Mba, sampe dibilangin temen-temen lebay banget gamau kemana-mana karena Covid tapi pada kenyataannya aku tetep ga bisa percaya sama orang lain. Kita mungkin bisa jaga diri kita dengan maksimal tapi gimana dengan orang lain kan? Makanya aku kalau terpaksa makan diluar pun cari yang sepi aja kepaksa banget makan di dalam mobil aja kalo bisa. Pikiranku udah melayang jauh kalo kena tuh gak ada keluarga yang bisa mendukung secara personal dan dekat, apalagi kalo sampe parah banget.

    Tiap hari liat update status yang kena covid makin menjadi yang aku yakini gara2 libur panjang akhir tahun kemarin, makin sedih aja. Kapan negara ini bisa bener-bener peduli dengan pandemi ini 😣

    Semoga kita semua selalu dilindungi dari Covid ini ya Mba 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.

      Bener banget, setelah ini, saya kayaknya bakal lebih waspada lagi, saya nggak bakal pilih-pilih lagi, mau siapapun, termasuk keluarga, kudu waspada.
      Semoga juga lebih banyak yang peduli ya.

      Virus ini, bukan hanya menakutkan, tapi ngerepotinnnn banget deh.
      So, mending jangan sampai tertular, apapun caranya

      Hapus
  4. karena tidak patuh, dan memandang remeh virus ini.
    Terlebih yang mengatakan, kalau virus corona ini nggak ada.

    setuju sekali bagian ini... banyak yg mikir kalo ini konspirasi lah apa lah
    oke, walopun misal emang konspirasi, terus kita kudu gimana, pasrah jadi korban konspirasi? yaa tidak lah, tetap harus ngejaga dan berhati hati dgn prokes

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah!
      Benerrrr...

      Mau konspirasi kek, settingan kek, kakek kakek kek, pokoknya pikirin diri dan keluarga deh, jangan sampai jadi korban semua hal itu

      Hapus
  5. Suka ikut gemas sama orang yang nggak ikuti aturan dan protokol kesehatan, huhuhu, bahkan yang dengan sengaja menutup mata. Padahal jelas-jelas curva terus meningkat, dan banyak nakes yang sudah berguguran. Huhu. Dan yang paling sedih ituuu yang hobi berbagi konspirasi bahwa virus Corona ini nggak ada, padahal sudah banyak yang terkena 😭

    Jadi sekarang, saya hanya bisa berusaha keras menjaga kesehatan diri saya dan orang-orang di sekitar saya, plus selalu mengingatkan keluarga, sohibul dan siapapun yang dekat dengan saya agar tetap waspada. Karena virus ini nggak kelihatan, jangan sampai usaha kita semua yang setahun terakhir jaga diri agar sehat jadi sia-sia 🤧

    Take care mba dan anak-anak, and take care everyone 😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ketambahan lagi antivaks say, rasanya gemas gitu, maksudnya kalau antivaks dan ga mau vaksin ya udah, itu haknya, tapi tak perlulah menakuti dan menulari orang yang memang berniat vaksin karena takut tertular :'(

      Hapus
  6. take care kak reyy. paham banget gimana rasanya. memang rumah sakit penuh. banyak tenaga medis tumbangmtapi rasanya itu nggak cukup bikin takut (semua) masyarakat 😟

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih Farah, bener banget.
      Kayaknya memang mereka kudu masuk RS dulu baru ngeh kondisinya hiks

      Hapus
  7. Sabar Rey sabar... hahaha. ngebayangin bibir diolesin droplet Covid-19.

    Saya pilih disebut sombong, idealis, atau apalah, terserah deh. Makanya tetangga-tetangga sudah berulangkali ngajak ke kafe, saya jawabnya tetap "ogah". Mau disebut sombong atau apalah ga sakit daripada kalau sudah tertular. Sakitnya banget.

    Makanya juga saya nolak dateng ke reuni teman-teman karena acara ini amat sangat ga perlu.

    Biasanya kalau sudah begitu kan tetangga juga cuma bilang "kasihan", kita yang ngerasain. So be it. Mau dijauhin sama teman atau tetangga, egp dah.

    Saya dan keluarga sudah hampir setahun bisa dikata tidak kemana mana (selain ke kantor dan beli makanan). Makan di luar saja juga tidak. Ngumpul bareng tetangga di RT juga nggak. Saya berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi pergerakan/aktivitas.

    Jangan takut untuk melakukan yang "benar" Rey, apapun resikonya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iyaaaaa, saat kena orang cuman numpang ngomong aja ya Pak, hahahaha.

      Kalau saya memang jarang punya teman di dunyat, jadinya mudah nolak ajakan alias yang ngajak jarang hahaha.

      Yang jadi masalah itu keluarga, ibu bapak mertua itu memang terbiasa banget anaknya ngumpul, jadi biar kata ada apapun, mereka pengennya ngumpul, dan lagiii, duuhhh susah banget deh semua taat prokes itu, termasuk paksu, yang maskerin dagunya doang hahahaha.

      Kadang saya mikir, memang udah lebih baik gini ya, kudu kena dulu baru sadarm biarpun jadinya saya yang rempong sendiri, karena ya itu tadi, mau sekarat pun, saya tetep kudu urus anak 2 orang seorang diri, kagak ada tuh yang namanya isolasi, banyakin istrahat, pret lah, tetep aja kudu ngerjain ini itu hahahhaa

      Hapus
  8. Saya juga gemes mba... apalagi yg club no vaksin no vaksin club.. yah kalau nggk mau divaksin sih nggk masalah menurut saya. Pilihan ada di pribadi masing2.. tapi saya nggk setuju kalau dia atau mereka nyari2 massa buat kompak nggk mau divaksin dengan cara berbagai hal.. kaya bikin rumor yg nggk jelas atau statement2 lainnya..

    At least pemerintah udah berupaya buat nyelesaiin masalah ini karena memang nggk mudah. Tapi kenapa sih banyak banget oknum2 yg ngegiring2 opini orang2 banyak.. apalagi kita orang awam yg bukan ahlinya kenapa malah jadi lebih sotoy daripada mereka yg ahli... hhhmmm

    Saya udh ngerasain gimana susahnya cari pengobatan di era pandemi gini.. ditambah rasa khawatir karena dibelakang kita ada orang2 yg mesti kita lindungi..

    Duh yah jadi ikutan emosi... Sabar bay... sabar bay... 😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iyaaa, sebal maksimaaalll.
      Vaksin itu hak semua orang, kalau ada yang ga mau, ya udah jangan, tapi ga perlu ngajak ngajak.
      Tapi memang ya, kebanyakan orang yang nyepelehin itu karena belom kena, nanti juga pas kena baru ngehek, dikira jangankan kita kena covid ya, bahkan sakit lain pun bisa jadi pada sekarat tanpa pengobatan dokter saking luber orang sakit, ckckckckc

      Hapus
  9. Aku suka heran liat banyak orang yg nongki2 di cafe... kadang ada yg gak pake masker.. gimana ya, dlm hati, klo dia2 kenak covid ya syukurin[jahat jg berpirr begini]. Tapi, ya sebel aku liat mereka. Bandel, nggak mau ikuti protokol kesehatan. Bukankah itu utk kebaikan dirinya sendiri???

    Allah sll lindungi mba Rey n kel.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha kaaann, apalagi kalau kitanya udah sedemikian kuatnya jaga diri dan ketular ama yang ga oatuh , duhhh rasanyaaaaaa

      Hapus
  10. aminn sehat sehat terus mbak rey dan keluarga
    sekarang aku lihat disekitar aku, kebiasaan seperti pake masker dalam ruangan udah melekat, meskipun kadang terasa engap juga karena 9 jam di ruangan ber-ac.
    dulu mungkin beberapa orang berpikir ke mall pake masker dikira apa gitu, aneh, sekarang pergi ke tempat umum wajib ber-masker

    pokoknya sekarang kudu extra hati-hati dimanapun tujuan perginya kita. berada di luar rumah sama dengan hidup berdekatan dengan orang asing lain yang kita sendiri nggak ngerti dia itu sehat atau enggaknya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin.

      Nah iya Mba Inun, sekarang bahkan banyak yang ga patuh ya, padahal seingat saya dulu, kantor boleh buka asal ga boleh ber AC atau jendela kudu terbuka :D

      Hapus
  11. Rey, sereeem amat Rey, droplet covid dijadiin lipbalm wkwkwkkw. Tapi mungkin itu hukuman yg tepat buat org yg ga patuh Ama prokes.

    Aku juga marah kalo baca kesombongan orang2 yg antivaks, ga percaya virus ini dll. Terseraaaaah sih yaa kalo ga percaya dan ga mau vaksin. Tapi jgn bodoh malah nularin, trus pake acara menghasut orang2 yg mau divaksin. Yg bikin aku pgn nempeleng orang, pas baca komen2 ttg Raffi Ahmad kluar party abis vaksin. Itu buanyaaak komen yg bilang, "trus apa gunanya vaksin kalo ttp ga bisa bebas tanpa masker", "rugi dong divaksin kalo msh hrs maskeran" . Tolong segera olesin droplet aja ke bibir orang2 tolol itu -_-

    Makanya pas pak presiden kemarin vaksin, aku ga mau baca komen2 di youtubenya. Takut darah tinggi baca komen orang tolol. Udh kesel di ubun2 kalo ngeliat mereka.

    Aku ga nyalahin orang2 yg masih kluar, ASAL PROKES DIJAGA. Itu ajaaa. Aku sendiri toh msh sesekali hrs kluar. Suami jg msh kerja. Tp kami ga sadar di mana harus patuh Ama aturannya. Berkerumun, rame2, ga maskeran, itu maaf2 ajaaa... Aku tetep lebih milih makan di tempat sepi drpd yg crowded , saking kuatir tertular. Walopun aku dan suami survivor covid, tapikan bukan berarti ga bisa kena lagi.

    Semoga aja yaaa itu orang2 yg otaknya ga sampe ttg bahaya virus dan pentingnya vaksinasi, bisa segera sadar. -_-

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata di balik kelembutan Fanny ada kegarangan juga.. wakakakakakakak Nyaingin mamak Rey soal lipbalm droplet. 🤣🤣🤣

      Kebodohan masih ada dimana mana yah... kadang memang bikin sebal membaca berta seperti itu.

      Hapus
    2. wakakakakaka, ada temennya deh saya.
      Kesaaalll kaaan.
      Terutama yang udah merasa diri menjaga diri dengan ketat, terus terular, itu kesalnya doubleeeee..
      Saya kemaren sempat ngomelin paksu, dia tuh antivaks dan terkesan meremehkan virus ini, mengikuti kata orang yang banyak dicovid-covidkan.

      Kalau saya mah, mau di covidkan kek, mau di codotkan kek, pokoknya biar orang lain aja, jangan kita, kita wajib patuh, jangan sampai tertular.

      Kalau tertular, jangan dulu mikirin nggak nyamannya ya, seremnya kalau sampai kenapa-kenapa, ribetnya cari dokter, daaaaannnn akohhh ya tetep masak nyuci, urus anak, biar kata juga mungkin positif, sungguh ingin kubikinin vaksin droplet lipbalm daaahhhh orang-orang nakal itu hahahahah

      Hapus
  12. tapi memang masih banyak orang yang gak percaya Covid deh mba kayaknya, makanya banyak yg masih gak taat prokes. contohnya pas aku positif kemarin dan udah jelas-jelas hasil swab test PCR ada nilai CT dan dinyatakan positif. tapi masih ada loh yang ga percaya dan nanya ke aku "mba yakin covid? banyak loh yang sekarang ini gak covid tapi di covidkan" kata doi begitu..

    duh ampuunn..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Banyaaakkkk banget, termasuk paksu, udah ga percaya, antivaks pula.
      Giliran kena, baru bingung sendiri, bingung doang tapinya, saya yang tetep kudu urus anak-anak sambil ketakutan hiks *curcooolll :D

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)