Memaknai Kemerdekaan Dalam Mendapatkan Pekerjaan

Memaknai Kemerdekaan Dalam Mendapatkan Pekerjaan

Sharing By Rey - Hari peringatan kemerdekaan Indonesia diperingati tepat di hari ini, 17 Agustus.
Karenanya, hari ini saya pengen bahas tentang hal-hal yang berbau kemerdekaan.

Dan karena hari senin temanya #MondayBusiness, off course saya sambungin ke hal-hal bisnis, termasuk pengembangan diri dan berkarir atau bekerja.

Dan begitulah, saya akan mencoba menuliskan tentang beberapa hal mengenai kemerdekaan, khususnya dalam mendapatkan pekerjaan.

Meskipun setelah itu saya tertegun, duh ya, kok milih tema susah amat, mbok ya pilih merdeka buat mamak-mamak blogger IRT kayak saya gitu loh.

Tapi ya sudahlah, memang waktunya hari Senin adalah temanya gini, jadi... mari kita taklukan!


Tentang Kemerdekaan Indonesia


Kita semua pasti sudah tahu kan ya, bahwa Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 tahun Masehi.
Atau pada tanggal 17 Agustus 2605, menurut tahun Jepang.

Memaknai Kemerdekaan Dalam Mendapatkan Pekerjaan

Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan pembacaan teks kemerdekaan oleh Soekarno dengan didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta, yang bertempat di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat.

Dan hingga saat ini, sudah 75 tahun kemerdekaan Indonesia, sebuah usia yang pastinya tak muda lagi, bahkan bisa dikatakan sudah uzur alias kakek-kakek buat seseorang.

Selama kemerdekaan tersebut, rasanya sudah banyak banget peristiwa dan kejadian yang pernah terjadi pada negara tercinta itu.
Dengan ditandai oleh semarak memperingati kemerdekaan RI setiap tahunnya, meski tahun ini sepertinya sama sekali tidak ada yang namanya lomba-lombaan, saking masih kudu di rumah aja.

Banyak banget hal yang terjadi di negara kita, bahkan hal-hal yang mungkin ditangisi oleh para pejuang kita, yang dulunya rela berkalang tanah, demi kemerdekaan yang kita rasakan sekarang.

Para pejuang kita, rela mengorbankan nyawa, karena mereka tahu, betapa hidup dalam penjajahan itu amat sangat tidak menyenangkan.
Para pejuang dulu, rela mengorbankan semuanya, demi kita anak cucunya bisa merasakan, hidup dalam kedamaian.

Hidup di alam kemerdekaan.
Tidak ada hal-hal yang tidak adil dari negara lain di negara kita tercinta ini.
Tidak ada penjajahan lagi, untuk kekebasan yang berdaulat bagi seluruh warga Indonesia.
Tidak ada lagi penindasan terhadap warga Indonesia.
Tidak ada lagi peperangan, yang selalu bikin jantung berdegup ketakutan setiap saat.

Namun..
Sudahkah kita hidup di alam kemerdekaan seperti yang para pejuang tersebut harapkan?  
Hmm...


Tentang Mendapatkan Pekerjaan


Salah satu kemerdekaan yang belum dirasakan oleh banyak masyarakat Indonesia, menurut saya adalah, kemerdekaan mendapatkan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup bagi masyarakat.

Memaknai Kemerdekaan Dalam Mendapatkan Pekerjaan

Ditambah dengan adanya era globalisasi ini, di mana para pekerja asing bisa dengan mudah masuk ke Indonesia, menggeser semua posisi pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.

Bukan salah sepenuhnya perusahaan yang merekrut tenaga asing sih, karena saya tahu, betapa sebenarnya mereka juga begitu sulit mendapatkan pekerja yang sesuai dengan yang mereka harapkan.

Saya juga pernah kerja, pernah mewawancarain orang yang melamar kerja.
Dan saya tahu, betapa semua orang yang bekerja itu orientasinya duit semata, tanpa melihat kualitas diri.

Maksud saya, orientasi duit itu penting, akan tetapi selaraskan dengan kemampuan.
Banyak orang yang ingin gaji besar, tapi hampir semua orang kesal kalau kerjaannya banyak.
Kan lucu gitu ya.
Gaji besar, tapi hasil kerja seiprit?

Tidak semua perusahaan sanggup memanjakan orang manja seperti itu, yang ada cuman perusahaan pengen bangkrut tuh yang mau memenuhi keinginan orang seperti itu.

Terbukti kan sekarang, sejak masa pandemi ini, begitu banyak orang yang di PHK maupun dirumahkan.
Pekerja-pekerja yang dinilai hanya memberi feedback kurang penting dan kurang banyak buat perusahaan, dijamin bakal terkikis oleh gelombang PHK akibat pandemi ini.

So, membekali diri dengan pengetahuan dan kemampuan lebih itu, sangat penting jika mengharapkan gaji yang lebih juga.

Jangan hanya melihat ijazah sarjana atau lebih yang sekarang tuh hampir semua orang punya ijazah serupa, tapi pastikan ijazah kita itu memang dibutuhkan perusahaan.
Bukan hanya ijazahnya, tapi juga apa yang ada di dalam ijazah tersebut, dalam bentuk pengetahuan kita.

Mirisnya nih, di masa pandemi ini, pengangguran semakin bertambah.
Bahkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), memprediksi bahwa pada tahun 202,1 angka pengangguran bisa menyentuh 12,7 juta orang.

Kamar Dagang Industri (Kadin), juga mencatat lebih besar.
Hingga Mei 2020, sekitar 6 juta pekerja sudah di-PHK dan dirumahkan, karena pengusaha tidak lagi memiliki cashflow

Adapun rincian pekerjanya , sekitar 2,1 juta tekstil, 1,4 juta transportasi darat, 400 ribu sektor mall, dan sisanya gabungan beberapa sektor.
Beruntung beberapa mall sekarang udah buka, dan semoga sedikit banyak menyerap tenaga kerja di mall lagi.

Mirisnya lagi, dari sekian banyak pengangguran yang ada, sebagian besar didominasi oleh pekerja dengan pendidikan tinggi.
Miris banget bukan, mengingat sekolah itu mahal, hiks.

Semoga pandemi segera berlalu, agar ekonomi kembali naik dan menyerap banyak pekerja, serta mengurangi pengangguran dan kemiskinan.  


Sudah Merdekakah Kita Dalam Mendapatkan Pekerjaan?


Terlepas dari mental kebanyakan masyarakat Indonesia yang pengennya dapat lebih, tapi kemampuan kurang.
Saya rasa, hal ini juga menjadi kewajiban pemerintah, untuk bisa menyiapkan tenaga kerja siap kerja dan bersaing di kancah nasional bahkan internasional.

Memaknai Kemerdekaan Dalam Mendapatkan Pekerjaan

Namun sudahkah hal itu terjadi?
Kemerdekaan bagi masyarakat dalam mendapatkan pekerjaan?
Kayaknya belum sepenuhnya terjadi ya.

Bahkan sebelum pandemi ada, setiap hari buruh selalu diwarnai dengan demo menuntut keadilan.
Di sisi lain pekerja atau buruh merasa diperas tanpa bayaran sesuai.
Sementara perusahaan juga punya alasan untuk itu.

Saya rasa, sebagai pemerintah, sebaiknyalah menjadi penjembatan yang baik antara keduanya.
Salah satunya ya dengan menyiapkan tenaga kerja yang memang punya kemampuan lebih.
Mungkin ada sih beberapa pelatihan yang diberikan gratis, tapi saya rasa belum semuanya. 

Salah satunya adalah, sulitnya mendapatkan sertifikasi profesi, serta harganya yang gila-gilaan, saking diserahkan ke pihak ketiga alias swasta.

Misalnya saja, kami lulusan teknik Sipil.
Harus ada sertifikasi keahlian untuk bisa kami gunakan di beberapa pekerjaan atau proyek.
Tapi, selain harganya yang lumayan menguras kantong, pun juga sulit banget cari waktunya untuk bisa mendapatkan sertifikasi tersebut.

Coba gitu dikelola dengan baik, dan diratakan di semua daerah, jadi semua orang bisa mengakses sertifikasi itu dengan waktu yang jelas, bukan kudu nunggu sampai tua.
 Saya rasa, demikian juga berlaku untuk lulusan lainnya.

Dan itu hanya contoh kecil saja, belum lagi dengan kebijakan pemerintah yang mengakibatkan melonjaknya tenaga kerja asing di negara kita sendiri.

Hal tersebut sungguh bertentangan dengan makna perjuangan yang direbut dengan penuh pengorbanan oleh para pejuang terdahulu.

Karenanya, dengan kemerdekaan negara tercinta ini yang sudah berusia kakek-kakek ini, semoga kita bisa menikmati kemerdekaan, dan mengisinya untuk membuat negara ini bisa lebih maju lagi.

Salah satunya, dengan mempersiapkan kemampua diri kita dalam hidup di era globalisasi ini, agar kita bisa bersaing dengan tenaga kerja asing, yang juga mengincar lapangan pekerjaan di negara kita ini.

Lebih baiknya sih kita menciptakan lapangan kerjaan.
Etapi ini kan bahas tentang mendapatkan pekerjaan, bukan menciptakan pekerjaan, hahaha.

How about you, temans?


Sidoarjo, 17 Agustus 2020


Sumber : pengalaman dan opini pribadi
Gambar : Canva edit by Rey

19 komentar :

  1. Komentar saya disini sama dengan komentar yang saya lakukan diblog mbak Rini.😊😊

    Merdeka doorrr2!..🤣😋🤣

    Negri kita ini setiap tahun tetap antusias merayakan hari kemerdekaannya. Namun demikian, pada saat yang sama bangsa ini seolah tak pernah menyadari bahwa kekayaan bangsa kita terus dikuasai dan dieksploitasi bahkan dengan sangat liar oleh bangsa lain lewat perusahaan-perusahaan mereka. Alhasil, bangsa dan negeri ini sebetulnya belum benar-benar merdeka secara hakiki. Belum benar-benar terbebas dari penjajahan. Secara fisik kita memang merdeka. Namun demikian secara pemikiran, ekonomi, politik, budaya, dll sejatinya kita masih terjajah.😊😊

    Saya cuma berharap semoga Negri ini bisa jadi negara maju dengan mengutamakan kesehatan & pendidikan...Walau sudah diterapkan tetapi masih banyak yang mesti harus dibenahi secara keseluruhan dan keseriusan.😊🙏


    Hebat juga uni Rey ini bisa nerbitin artikel setiap pagi kalau saya perhatikan...👍👍

    Saya nggak petnah bisa nulis pagi2 dan langsung diterbitkan heebaatt!!..Tepuk tangan dulu dong buat uni Rey..👏👏👏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali Mas Satria, baru aja saya mo ngomong, sepertinya Mba Rey terinspirasi dari komentar Mas Satria di blog saya hihihi 🤭 Sayangnya blom sempet saya jawab di blog (timingnya beda) sekarang waktunya untuk bewe dulu soalnya 😅😁

      Kalo menurut saya selain banyaknya tenaga kerja asing yang menyerbu perekonomian Indonesia, kita juga tentunya perlu diingatkan, dengan para pejuang devisa yang masih berbondong-bondong mengadu nasib ke negara lain. Meskipun sektor pekerjaannya masih berada di dalam tanda kutip.

      Sama seperti pendapat nya Mas Satria, pendidikan dan skill dalam negeri kita yang seharusnya dibenahi dulu dengan begitu pola pikir bangsa ini juga akan otomatis mengikuti. Berbenah diri dulu, maka kemerdekaan itu akan datang sendiri, tanpa perlu kita menuntut (IMO) 😁😂

      Hapus
    2. Hahahaha, belom baca malah saya postingan Kang Ustadz ini di Mba Rini, soalnya postingan ini udah jadi sejak malam sebelom saya bewe hahahaa.
      Cuman memang saya schedulle kan tayang setiap pukul 6.30an :D

      Bener ya, meski penjajahan dengan terang-terangan udah nggak ada, tapi penjajahan secara halus masih banyak :(

      Hapus
  2. Memang kalo merdeka dari penjajahan langsung Indonesia sudah merdeka ya mbak, tapi kalo merdeka dari penjajahan tak langsung sepertinya Indonesia belum, soalnya sebagian kebutuhan sehari-hari diambil dari bahan impor. Contoh saja kentang atau kedelai masih impor dari luar negeri, padahal tanah Indonesia subur makmur ya. Kalo beras Alhamdulillah yang aku baca sih sudah tidak impor lagi.

    Soal pekerjaan, ini memang susah di masa sekarang. Pemerintah juga menyadari hal itu dan membuat RUU cipta lapangan kerja dimana dibuat untuk memudahkan investor asing menanamkan modalnya di Indonesia agar ada lapangan kerja.

    Tapi sayangnya RUU itu juga merugikan pekerja karena banyak pasal yang menguntungkan pengusaha saja. Contohnya upah mau dijadikan per jam bukan perhari seperti sekarang. Nanti kalo misalnya perusahaan cuma ada pekerjaan dari jam 8 sampai jam 12 maka gaji hanya dibayar 4 jam saja, yang mana upahnya tentu lebih murah dari pada sehari.

    Belum lagi disini ada beberapa perusahaan yang membayar gajinya dibawah UMK. Ok kalo misalnya beda tipis sih tidak masalah. Misalnya sebulan disini UMK 4.2 juta, kalo dibayar 4 juta saja itu tidak apa-apa sih menurutku, tapi ini dibayar cuma 2 juta saja sebulan, karena sehari cuma 75 ribu. Dengan gaji segitu maka tak heran harus ngirit kalau tak mau dibilang pelit, apalagi kalo sudah punya anak istri.😂

    Tapi tetap saja kerja sih, karena nganggur juga bukan hal baik. Yang penting kerja ada pemasukan mbak.😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Korea sistem upahnya perjam mas, ada enaknya ada nggaknya. Nggak enaknya seperti yang mas bilang, kalau kerja 4 jam berarti dapat gajinya hanya 4 jam. Cuma kalau di Korea, apabila kerja 4 jam masuknya ke status ALBA (part time), dan biasanya kalau pekerja Alba ini mereka akan ambil job di banyak tempat. Dalam sehari bisa 4 tempat disesuaikan sama waktunya, jadi kalau ditotal bisa kerja 16 jam bahkan lebih apabila orangnya memang butuh uang banyak 😄

      Hapus
    2. @Mas Agus : sebenarnya kalau saya liat, semua tergantung kepala negara ya, cara kepemimpinannya mengikuti basicnya.

      Kalau pak SBY misalnya, karena dia perpaduan tentara dan bisnis, jadi dia masih lebih mengutamakan negara sendiri.

      Nah masalahnya sekarang kan kepala negara kita mantan pebisnis, akhirnya dia memimpin layaknya berbisnis.
      Jadilah yang namanya bisnis itu kadang perjanjiannya bikin sedih masyarakat.

      Salah satunya ya membuka jalur sebebas-bebasnya bagi barang luar masuk ke Indonesia :(

      UMR juga ya, bikin sedih.
      Disamain pula, nggak diatur berapa UMR single, menikah, atau lulusan apa gitu :(

      @Eno :Lah kalau gitu lebih enak ya :)

      Hapus
  3. Benar, mbak. Seperti kami kayaknya setelah tamat kuliah nanti, apakah akan bebas mendapatkan dan memilih pekerjaan? Klo dilihat masa masa suram sekarang ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat, sejak kuliah bangun relasi, integrasi dan belajar cari pengalaman kerja, atau bisa juga dengan membuka lapangan kerja :)

      Hapus

  4. MERDEKA...

    Memang kalo dibilang merdeka ya kita sudah merdeka y..
    buktinya udah gak ada penjajahan. Namun, bukan cuma itu saja arti merdeka bagi masyarakat Indonesia.

    Masih banyak harapan2, dan impian rakyat yang belum tercapai. Salah satu contoh seperti yg mbak Rey bilang diatas; pekerja/buruh
    merasa diperas dgn upah yang gak sesuai.

    Memang hal ini seperti makan buah simalakama, jika perusahaan memenuhi tuntutan buruh, maka bisa berimplikasi
    buruk terhadap perusahaan itu sendiri. Perusahaan menjadi kolaps.

    Sementara dilain pihak, para buruh menuntut hak yang sesuai. Sungguh menyedihkan.

    Pengalaman usaha keluarga besarku yg gak sanggup memenuhi permintaan upah buruh. Maka satu2nya jalan buruh di PHK.

    Pada akhirnya, bagiku merdeka yaitu aku bisa bebas bekerja, beribadah, dan bebas hidup di negeriku tercinta ini
    tanpa rasa takut.

    Miris juga y mbak, saat ini pengangguran bertamba banyak.
    Semoga Indonesia bisa lebih baik kedepannya.

    Slm sehat utk mbak Rey with fams....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, bener banget nih, kemerdekaan saat ini memang hanya sekadar bebas dari penjajahan kayak dulu, tapi penjajahan lain masih ada :D

      Padahal, mestinya, tak perlu ada lagi rasa takut buat masyarakat Indonesia ya :)

      Hapus
  5. Amin mbak rey, semoga pandemi ini segera berakhir. Semoga orang-orang mendapat pekerjaan lagi. Sebelum corona melanda aja udah banyak pengangguran apalagi sekarang.

    Semoga makin banyak umur indonesia makin maju juga negara ini, merdeka dalam segala aspek. Sedih kalau membayangkan perjuangan para pahlawan dulu yang bahkan berkorban nyawa dan segalanya untuk kita-kita tapi sekarang banyak hal dan kejadian di negeri ini yang mungkin bikin mereka menangis.

    Selamat hari kemerdekaan indonesia💪💪

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, iya bener banget.
      Semoga corona pergi, agar ekkonomi Indonesia bisa bangkit kembali, masyarakatnya bisa lebih merdeka lagi :)

      Hapus
  6. Sekarang semua staff di banyak perusahaan diminta bisa menghasilkan kontribusi bagi profit perusahaan walo itu hanya 1 Rp . Sebelum resign dari kantorku, udah dari setahun sebelumnya, departemen Operation dan service yang aku handle harus mulai jualan. Padahal sblmnya kami hanya fokus Ama service dan operation kantor. Para petinggi secara halus ngeluarin ultimatum, kalo memang staff dianggab tidak menghasilkan, ya siap2 untuk di pindahkan ke dept 'buangan', ato dirumahkan sekalian. Ga selamanya perusahaan ini bisa membayar full gaji dan benefit karyawan, apalagi dengan pandemi yg blm jelas kapan selesainya.

    Dari situ semua staff belajar utk adaptasi, mencoba belajar hal baru, ttg jualan produk perbankan. Yg ga kuat, ya resign :p. Aku termasuk yg ga kuat kali ya Rey..

    Basicku memang orang operation bangetttt, makanya jujur diminta target jualan aku lgs keteteran. Dan pilih resign sih :D.

    Aku berharap , orang2 muda di negri ini lebih bisa mengembangkan kemampuan kognitif dan juga memperbanyak skill di beberapa bidang, hingga lebih gampang beradaptasi ketika bekerja. Trutama berguna saat sedang pandemi ini. Semua dipaksa untuk serba bisa.

    Tapi yang paling aku harapkan dari Indonesia, kemerdekaan untuk beribadah, tanpa takut diserang oleh sekelompok golongan tertentu, tanpa takut tempat peribadatannya ditutup :( .

    Sedih kalo denger kabar yang udah menyangkut larangan beribadah. Apalagi denger hal2 remeh yang ketakutan ga jelas melihat segala macam simbol mirip lambang agama tertentu. Udah waktunya pemerintah tegas untuk hal2 yang meresahkan begitu. Indonesia toh bukan hanya 1 agama. Kadang ga ngerti kenapa 1 golongan yang merasa mayoritas bertindak semena2 terhadap minoritasnya, lalu teriak2 tentang kondisi Palestina ato muslim Rohingya. Ga sadar dengan apa yg mereka lakuin untuk saudara minoritas mereka di sini :(

    Hufft... Jadi melantur Rey :D. Intinya, aku selalu berdoa Indonesia bisa lebih maju, LBH baik, lebih bermartabat dan lebih bertoleransi lagi ke depannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget sama mba Fanny, suka sedih baca berita yang menyangkut ke agama 😫 tapi jujur, selama di Bali, nggak pernah merasakan hal-hal yang sering saya rasakan ketika di Jakarta dan beberapa kota besar lainnya. Entah karena toleransi yang tinggi, atau entah bagaimana, saya merasa di Bali persoalan agama nggak pernah jadi bahasan maupun masalah. Dan walaupun mayoritas di Bali isinya umat Hindu, mereka semua respect dengan minoritas seperti Islam, Kristen dan Buddha. Jadi peaceful rasanya 😍

      Hapus
    2. Astagaaa, gitu ya Mba, orang service nggak menghasilkan, lalu petingginya menghasilkan kah? sebal ya kalau dipikir-pikir.
      Padahal ya, dalam sebuah perusahaan itu, even yang paling rendah jabatannya kayak OB misalnya, itu penting banget loh.

      Saya ingat dulu waktu kerja, sekali 1 OB nggak masuk, kacau balau kami sekantor.
      kelaparan, kantor nggak sekinclong biasanya.

      Apalagi bagian service.
      Belum tahu kan mereka kalau service itu bagian paling penting dari sebuah penjualan?

      Apalah gunanya marketing sibuk jungkir balik di luar kalau setelah berhasil menjual, barang yang dijual ternyata mengecewakan karena servicenya buruk?

      Ini yang terjadi pada beberapa perusahaan.

      Gojek atau grab misalnya, mereka mengganti menu help yang dulunya bsia terhubung langsung dengan CC atau CS, dengan beberapa menu yang secara otomatis dijawab mesin.

      Akhirnya?
      Beteeeeee banget, kalau yang nggak tahu, kayak saya kemaren ada masalah saldo kepotong, pembelian gagal, saya masukin banyak banget report berkali-kali, yang ada di suruh nunggu mulu dan diulang sejak awal, karena sistem, secanggih apapun, tidak bisa menandingi manusia.

      Sayangnya juga sih, manusia zaman sekarang, masih banyak juga yang kerja asal-asalan .

      Bener ya Mba, banyak banget isue agama, sehingga saling benci satu sama lainnya :(

      Hapus
    3. Bali aku jg salut mba Eno. Toleransinya luar biasa. Kadang aku berharap bisa tinggal di lingkungan yg seperti itu :). Saat bom Bali aja, mereka ttp bisa berfikir jernih dan tidak lgs menyalahkan golongan muslim yg tinggal di sana. Aah, terharu lah dengan Bali. Semoga trus akan seperti itu.

      Hahahaha, gitulah Rey.. kalo dulu sih, diminta jualan jalan, tp tugas service OPS dianggab udh tutup mata ngerjainnya saking terbiasa, jd diminta ttp harus berjalan tanpa eror :D. Aku ga tau deh skr ini gimana, toh aku males ngikutin urusan kantor sejak udh kluar :D. Mungkin ada bbrp staff yg bisa seperti itu, sales dan service bisa dilakuin beriringan. Tp sayangnya aku tipe yg ga bisa kayak gitu sih. Pasti akan ada yg terbengkalai. Jadi drpd ngecewain dan membuat performance ku jelek, aku milih kluar .

      Hapus
    4. Keren banget Mba, jadi ingat alasan saya keluar kerja pertama kali, karena udah merasa sulit memberikan yang terbaik, saking harus memilih anak atau kerjaan huhuhu

      Hapus
  7. untuk segi pekerjaan bisa dikatakan belum merdeka seutuhnya, terbukti sampe sekarang untuk nyari kerja masih susah dan harus bersaing dengan mereka-mereka yang lebih kompeten keahliannya.
    bahkan dulu temen aku kalau udah musim wisudaan malah bilang, welcome to the "jungle", kalau yang rajin nyari info dan kirim-kirim lamaran, nggak butuh waktu lama dari hari wisuda ke hari pertama kerja
    memang waktu sekolah dulu kudu dipikirin mau jadi apa, beberapa tahun kedepannya pengen kerja dimana, kalaupun ga ikut perusahaan orang, syukur syukur bisa bangun perusahaan sendiri, atau bangun bisnis mandiri sendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. huhuhu, saya dulu nganggur setahun dong setelah lulus kuliah, sampai depresi rasanya pas temen saya yang wisudanya belakangan malah udah kerja duluan hiks

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)