Ketika Pasangan Terasa Membosankan

menghadapi suami yang membosankan

Sharing By Rey - Pasangan terasa membosankan? duh rasanya sangat menyiksa.
Kalau pacar mah, gampang aja.

Tinggal say babay, kelar masalah.
Tapi bagaimana kalau pasangan yang membosankan itu adalah ayah dari anak-anak kita?
Masa iya say babay juga?
Apa kabar anak-anak coba?

That's why, sangatlah penting bagi kita untuk mempertimbangkan masak-masak, dalam memilih pasangan hidup.
Eh bentar, pasangan hidup kan jodoh ya?
Bukannya jodoh ditentuin oleh sang Maha Pemilik kehidupan ini?
Gimana cara pertimbangkan coba, kalau udah dituliskan, jodoh kita si Anu, hehehe.

Ya, memang.
Pada akhirnya, sehebat apapun rencana yang kita bangun terhadap kriteria pasangan.
Jodoh yang ditetapkan juga yang menentukan.

Namun setidaknya, sebelum menikah dengan jodohnya, setidaknya ada komunikasi yang membahas masalah-masalah yang bakal jadi masalah di kemudian hari.
Salah satunya adalah membahas karakter kita dan harapan terhadap pasangan.


Tentang Karakter Yang Mudah Bosan


Saya nggak tahu pasti sih, karena ilmu tentang karakter buat saya masih minim.
Tapi kalau dipikir-pikir, salah satu karakter saya adalah mudah sekali bosan.

menghadapi suami yang membosankan

Saya jadi merenung, betapa Allah itu Maha Baik.
Dia tahu apa yang paling saya butuhkan dan terbaik buat saya.
Karenanya, saya tidak pernah diizinkan jadi PNS, atau sekadar jadi karyawan tetap sebuah perusahaan.

Padahal ya, meski dulu saya ogah pulang ke Buton demi jadi PNS, tapi saya juga beberapa kali ikut test CPNS di Surabaya.
Dari mulai CPNS buat Pemkot, Pemprov hingga kementrian.

Dan meski berkali-kali bete dengan antrian pengurusan SKCK, saya tetap saja kembali mengurusnya setiap kali dibutuhkan untuk test CPNS.

Demikian juga, saat ortu dan keluarga membujuk saya untuk pulang agar jadi PNS di sana dengan jalan yang sudah dibuka oleh ortu dan keluarga, saya tetap ogah melakukannya.
Demikian pula, saat saya bekerja di sebuah perusahaan.
Sedekat apapun saya dengan bos, tapi saya selalu menolak jika diberi fasilitas.

Alasan saya, karena nggak mau terikat.
Meskipun kadang nih ya, sekarang saya berpikir, enak kali ya kalau tetap kerja, terlebih jadi PNS.
Setidaknya punya gaji yang nggak putus.

Tapi bertahun kemudian saya menyadari, kalau apa yang saya alami hingga saat ini, memang adalah jalan hidup yang saya butuhkan.
Yaitu, saya mudah bosan, jadi saya sulit terikat penuh dengan perjanjian jangka panjang pada sebuah instansi.

Dan betapa lucunya, saya kok ya bisa menjalin hubungan pacaran dengan seorang lelaki yang pendiam kayak si pacar dulu.
8 tahun dong kami pacaran, dan udah sering putus nyambung dengan durasi terlama 5 atau 6 jam ya? hahahaha.

Tapi akhirnya bisa nikah juga.
Lalu sekarang saya merasa bosan banget dengan pasangan hahaha.
TELAT REY!  


Tentang Pasangan Yang Membosankan


Sebenarnya, sayapun tidak bisa mengatakan dengan mutlak kalau pasangan saya membosankan, mungkin juga karena dipengaruhi oleh karakter saya yang mudah bosanan.

menghadapi suami yang membosankan

Akan tetapi, beberapa sikap dari suami itu sungguh bikin saya kadang eneg gila.
Meskipun sebenarnya baik (banget) kalau dipikir-pikir.

Salah satu sikap suami yang membosankan menurut saya adalah:
Dia selalu melakukan hal yang sama sepanjang waktu.

Pak suami tahu, saya suka cokelat.
Dan kalau saya nggak bete liat tumpukan di dapur, kayaknya saya bisa buka usaha es cokelat setidaknya udah modal gelasnya.

Iya, pak suami tuh baik banget.
Dulu waktu beliau kerja di Surabaya, setiap hari saya pasti minum es cokelat dan es buah.
Setiap hari dia membelikan saya es buah yang sama, di tempat yang sama.
Dan setiap hari dia membelikan saya es cokelat dengan varian yang sama, di tempat yang sama.

Bayangin aja, berbulan-bulan minum es cokelat dengan rasa yang sama.
Sampai saya udah eneg banget rasanya.

Demikian juga dengan makanan.
Kami tuh paling sering makan di luar.
Tapi tebak di mana saja kami kulineran.

Udah, itu aja setiaaaapppp waktu.

Dulu, waktu saya beneran nggak bisa masak karena masih menyusui dan mengurus si kakak.
Setiap hari dia belikan saya ayam goreng dan gulai daun singkong di warung padang yang sama.
Teruuuuuussssss aja begitu sampai saya lewat depan warung itu, merinding semua rasanya, sking enegnya huhuhu.  

Even mau bepergian, atau sekadar jalan-jalan.
Dia bakalan setia melewati jalan yang sama seeeeeettiiiaaaappppppp hari.

Kalau dipikir-pikir, antara dianya memang kurang kreatif, atau takut salah jika cobain yang baru.
That's why, kalau saya maupun anak-anak menyukai sesuatu.
Ituuuuuu aja terus yang dia kasih, ckckckck.

Terlepas dari bersyukur atau enggak.
Itu sangat menyiksa tauk.
Apalagi buat orang dengan karakter yang mudah bosan kayak saya.

Terlebih lagi, semakin bertambah usia, semakin berbedalah prinsip kami.
Di mana, sebagai orang tua, seharusnya kami makin bijak dalam menjalani hidup.
Apapun yang kami lakukan, semua untuk anak.
kebahagiaan kami adalah anak.

Tapi ternyata prinsip itu hanyalah berlaku di saya.
Bagi pak suami, semakin bertambahnya usia, dia makin 'pasrah'.
Means, dia akan terus usaha, tapi nggak janji.

Kebahagiaannya pun bukan semata anak aja.
Tapi bahagia buatnya adalah bebas.
Dia bisa bebas tidur sepuasnya.
Bebas gondrong.
Bebas bertingkah laku, asalkan hatinya senang.

That's why dia betah dan senang banget kami LDMan, karena bisa tidur nyenyak tanpa diganggu tangisan anak-anak.
Dan lalu, saya dan anak-anak juga merasa terbiasa dengan ketidakhadirannya, dan kami cukup berbahagia walau kami hanya bertiga saja setiap hari.


Tips Menghadapi Pasangan Yang Membosankan


Pada akhirnya, nggak ada jalan lain sih ya.
Udah menikah, bahkan punya anak.

menghadapi suami yang membosankan

Saya udah memilih jalan untuk jadi ibu rumah tangga dan bergantung sepenuhnya pada suami, karena memang nggak memungkinkan buat mencari duit di luar, dan masih butuh kelonggaran untuk mencari duit dari rumah.

Mau nggak mau, masalah pasangan yang membosankan tuh, harus saya hadapi dan cari sendiri jalan keluarnya.

Mungkin beberapa orang akan menyarankan.
KOMUNIKASI.

Iya sih, betuulll.
Komunikasi.
Masalahnya, seiring usia pernikahan bertambah, kayaknya semua terkikis, termasuk rasa cinta kepada pasangan.

Bukan hanya rasa cinta saya yang sedikit terkikis oleh rasa bosan bahkan kadang muak.
Tapi juga rasa cinta pasangan kepada saya.
I know karena sesungguhnya sediam-diamnya dulu si pacar, setidaknya masih ada jalan keluar dari setiap masalah yang kami punyai.

Sementara sekarang?
Kalaupun saya bersikeras, ujung-ujungnya kabur dan lupa tanggung jawab ada anaknya.
Lalu semua menyalahkan saya,
"Kamu sih Rey, terlalu keras sama laki-laki"

Lalu, sisi dalam pikiran saya berteriak.

"Woiiii, menurut elo? laki itu gemulai gitu?"

Hahaha.

Ya gitu deh, setidaknya saya akhirnya menerapkan beberapa tips yang hingga saat ini, bisa sedikit demi sedikit membuat saya bisa bertahan, dan tentu saja tidak berhenti memohon, agar Allah membantu saya mengubah semua hal yang saya rasakan, menjadi keikhlasan, aamiin.

Dan beberapa tips tersebut adalah,


1. Menetapkan 'why' saya harus bertahan


Bukan cuman dalam bisnis aja kita butuh 'why'  yang kuatdalam hubungan suami istri juga.
Bahkan teramat penting dalam sebuah hubungan pernikahan ketimbang bisnis.

menghadapi suami yang membosankan

Mengapa?
Karena, dalam bisnis, kalaupun kita akhirnya menyerah dan memilih quit, setidaknya yang kena dampaknya kita seorang diri.

Kalau sebuah hubungan dalam pernikahan, apalagi dalam posisi seperti saya?
Sudah ada anak, yang jika saya memilih berpisah, anak-anak harus memikul adaptasi luar biasa dalam usia mereka yang juga sedang berkembang.

Kalau saya berpisah dengan suami, otomatis saya wajib bekerja lagi.
Dan sudah pasti, saya nggak mungkin bisa mengurus anak-anak lagi.
Karena saya harus bekerja keras, membiayai diri sendiri, baik sandang, pangan dan papan.

Memang sih rezeki di tangan Allah, tapi tangan Allah itu digantung brosis!
Kita kudu lompat-lompat dulu biar bisa meraih rezeki tersebut.
Dan dalam posisi ini, rasanya tidak memungkinkan anak-anak saya bisa tumbuh dengan baik, dibanding saya mencoba bertahan dalam ketidak nyamanan.

Beda lagi kalau saya sekota sama orang tua, mungkin saya punya orang terpercaya yang bisa membantu menjaga anak-anak saya, sementara saya bekerja.

That's why...
Tercetuslah bagi saya, apa 'why' buat saya untuk bertahan.
Tak lebih hanya karena anak-anak.
Terkesan mainstream sih.
Tapi believe me! ini jauh dari sekadar 'hanya karena anak-anak'

Tapi sudah melalui semua hal yang saya pikirkan dan mungkin tidak bisa dimengerti orang lain.
Alasan lain mengapa saya bertahan.

Karena memang hal yang kurang nyaman buat saya itu masih bisa saya perjuangkan sendiri.
Setidaknya, meski makin tua makin bikin ilfil dan membosankan, tapi pak suami masih mau bertanggung jawab dengan biaya hidup anak-anak, meski seadanya banget, dan saya harus berjuang melengkapinya meski kadang terasa imposible.

Dan yang pasti, kekurangannya bukan dengan melakukan kekerasan dengan memukul saya.
Wah kalau itu mah, yang ada bakalan ada yang masuk penjara, kalau bukan saya ya dia.
Ya kali si Rey diam aja kalau dipukul, hahaha.

Meskipun, memang sekarang dia sering memukul si kakak, hiks.
Tapi cuek aja, toh juga dia yang bakal tanggung jika suatu saat nanti, anak-anaknya tidak akan peduli padanya.
Dan kalau saat itu tiba, saya cuman mau bilang,
"I told you, kalau kita jadi orang tua itu, makin tua cobalah jadi bijak, jangan malah sibuk mikirin kenyamanan diri. Gitu hasilnya!"
Hahaha.


2. Berjuang Agar Ikhlas


Iya, nggak mudah memang menjalani hidup dengan pasangan yang berbeda prinsip.
Terlebih dengan keadaan saya saat ini.
Jauh dari orang tua maupun saudara.
Tak punya harta benda, tidak punya hiburan jika saya nggak mengusahakan seorang diri.

menghadapi suami yang membosankan

Misal, pengen sesuatu, ya kudu usaha sendiri.
Karena memang Allah tidak akan memberikan rezeki lebih untuk orang yang cuman berusaha semampunya (padahal sesukanya, hahaha).
Alhasil, rezekinya sekarang seret banget.

Kalau dulu, dia bisa nutupin segala karakter membosankannya dengan membelikan saya sesuatu, even yang kecil-kecil saja.
kayak belikan saya es cokelat yang segelas 11 reboan, itu saya udah senang banget.

Tapi sekarang, jangankan belikan es cokelat, kadang untuk biaya rumah aja, saya kudu mengorbankan waktu tidur, demi bisa dapatkan uang sendiri.
 
Boro-boro ngasih hadiah?
Saya ulang tahun saja, bahkan belikan BengBeng yang seribuan aja enggak hahaha.
Melas banget.

Sementara saya rela nggak beli keperluan wajib saya sendiri, demi nabung dikit-dikit buat belikan dia hadiah ultah yang lumayan, lalu kemudian nggak dipake.
Ya..ya..ya..

I told you..
Butuh keikhlasan tingkat universe untuk bertahan.
Tapi memang jalannya gitu.
Mau gimana?
Mau nyalahin siapa?
Toh saya dulu menikah dengannya bukan karena dijodohkan orang tua.
Eh bahkan ortu dulu agak kurang setuju, karena mereka pengennya saya menikah dengan lelaki yang punya kerjaan tetap.

Dasar si Rey bucin.
Mau aja nikah dengan lelaki yang nggak punya kerjaan tetap, nggak punya warisan pula, wakakakak.
Hanya karena dulu si pacar terlihat cinta mati sama saya.
Eh ternyata nggak ada cinta yang abadi di dunia ini.

Karenanya, keikhlasan itu sungguh penting.
Meski sulit.
Tapi bisa diperjuangkan, dengan:

  • Kembali memikirkan, bahwa saya sendirilah yang memilih menikah dengan pak suami, tanpa ada paksaan sama sekali. Jadi satu-satunya orang yang harus bertanggung jawab, ya diri saya sendiri.
  • Mengingat perjuangan saya dahulu. Semembosankan dan sebikin ilfilnya sampai saya kadang lupa menyebutnya dalam doa. Tapi sosok pak suami sekarang itu masih sama dengan sosok orang yang selalu saya sebut namanya dalam doa saya dulu. Saya bahkan menggeser posisi doa saya terhadap mama, dengan menempatkan si pak suami ini di posisi pertama, memohon dengan sangat agar Allah menjodohkan saya dengannya.
  • Mengingat waktu, bahwa saya bukanlah lahir lalu ketemu pak suami, dia pernah jadi idaman saya. Jadi, hal membosankan itu tidak terjadi selama usia saya.
  • Saat saya benar-benar merasa sakit hati dan kecewa, saya membayangkan kalau memang di dunia ini sudah tidak ada lagi lelaki yang bisa melengkapi anak-anak dan saya, sehingga mau nggak mau ya kudu diterima.
  • Menyadari bahwa dia juga manusia, jangan-jangan saya juga terasa membosankan bagi dia, meskipun mungkin saja, dia bosan karena saya selalu menariknya ke sosok ayah yang bijak, sementara dia maunya sesukanya, hahaha.

Selain daripada itu, saya kenal pak suami.
Beliau orang baik.
Dan sebenarnya semua manusia itu baik.

menghadapi suami yang membosankan

Mungkin saja beliau sedang kecewa dengan kehidupan, karena apa yang dia impikan belum bisa tercapai.

Lalu suara (sosok inner child) di hati saya teriak,
"Etdaahhh Mas'e! kalau mau sukses, ya kudu usaha lebih kencang, analisa ketidak suksesanmu selama ini, cari tahu apa yang belum kau lakukan, bukannya malah sibuk tidur sepuasnya, sholat Subuh seingatnya, sholat sunnah? apa itu sholat sunnah?"
Hahaha.

Apapun itu, semoga Allah meridhoi niat baik saya dalam bertahan.
Semoga Allah juga membuka kembali hati pak suami.
Mengembalikan sosok beliau yang sangat baik hati dan lembut.

Beliau yang selalu mengatasnamakan kebahagiaannya di atas kebahagiaan saya dan anak-anak.
Beliau yang manis, dan selalu bisa menyadari, apapun yang saya sarankan hanya demi kesuksesannya.
Bukan hanya sekadar sukses jadi lelaki yang ekonominya bagus.

Tapi sukses jadi ayah hebat yang jadi panutan anak-anaknya.
Sebelum terlambat sih.
Karena anak-anak terus bertumbuh, dengan atau tanpa ayah yang bijak.

Dan yang paling penting, semoga Allah membantu saya meraih keikhlasan, dengan menyerahkannya semua padaNya, isnha Allah Dia tahu yang terbaik buat saya dan anak-anak.

So, ada yang pasangannya juga terasa membosankan?  
Dan, astagaaaaa... udah hampir 2000 kata lagi hahaha.


Sidoarjo, 14 Agustus 2020


Sumber : pengalaman dan opini pribadi
Gambar : Canva edit by Rey

35 komentar :

  1. Mbak Rey, I'm sending my virtual hug for you..
    You do what you wanna do Mbak, selama ini bisa menstimulasi daya juang Mbak Rey, why not? Terima kasih untuk tetap bertahan dan berjuang dalam kesulitan ini. Semangat Mbak Rey!

    BalasHapus
  2. Jenuh dengan pasangan???...Gampang itu mah cari pasangan lagi.🙄 😲 Haaahaaa!!..Luh kira orang pacaran...😋🤣🤣 Enaknya pacaran tuh seperti itu, Makanya saya suka sekali dulu gonta-ganti pacar Haahaaa!..🤣 🤣 Suuueee..😂

    Sebenarnya orang kalau sudah menikah nggak boleh lho bilang bosan sama pasangan....Teorinya seperti itu..Taapii! pada faktanya tidak demikian, Bahkan pernikahan yang baru seumur jagung pun terkadang sering bosan dengan pasangan.

    Jadi boleh dikatakan yaa hampir 80% kurang lebihnya, Orang yang sudah menikah cendrung bosan dengan pasangan. Penyebabnya yaa tentunya setiap orang berbeda-beda dalam hal masalah atau problemnya.

    Dan hal wajar pula kalau menurut saya orang cendrung bosan dengan pasangan, Solusinya juga sederhana namun sebelum itu yaa kita juga harus lihat kelebihan dan kekurangan diri kita sendiri. Dan setelah itu yaa kita pun harus bisa memahami pasangan kita sendiri.😊😊

    Contoh sederhananya lupakan semua aktivitas yang ada, Berikan waktu semuanya untuk keluarga...Dan setiap orang pastinya punya keinginan yang berbeda, Intinya solusi setiap pasangan pun berbeda-beda.😊😊

    Saya malah hari senin dan jum,at itu waktu buat dirumah dalam artian keluarga dulu yang terpenting. Toko mau berantakan atau pekerjaan lainnya bodoh amat masih ada hari esok untuk ditangani.😊😊

    Solusi lainya yang sederhana lagi tapi menambah rezeki, Untuk agama Islam, Sholat berjama,ah bawa anak istri kita ke Masjid terdekat.....Eeh tapi kalau yang kayanya menurut saya 1000 banding 1 orang yang mau. Alasannya banyak, Giliran halan2 cerita2 dah sama tetangga kita mau ke Sidney doong reflesing..Tetangga iri terus bilang.

    "Suuueeee yang ada bau pesing"...,Haaahaaaaa..🤣 🤣 ✌🤣✌✌🏃🏃🏃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salut sama pak ustadz, 1 orang dari 1000 itu pasti pak ustadz sendiri yang suka ajak anak istri ke masjid, luar biasa memang guru saya ini.👍👍👍

      Hapus
    2. Yaaa!! Gw kaga punya recean gus..🤣🤣🤣

      Hapus
    3. Ga apa-apa gambar pak Karno Hatta kang.😄

      Hapus
    4. Receh aja kaga Gableg....Gimana yang pak Karno Guuusss!!..🤣🤣🤣 Suuueee..🤣🏃🏃🏃

      Hapus
    5. Kan punya konter HP di ITC Depok kang, masa pak Karno ngga punya. Ketahuan pelitnya.🤪

      Hapus
    6. 😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳😳

      Terpana melihat sang satria salju yang haus akan kasih sayang bisa berkata bijak seperti ini.

      Perut gue tiba tiba jadi mules. Kayaknya dunia bentar lagi kiamat

      Tapi bener Rey..Pantang bilang pasangan membosankan. Itu seperti mensugesti diri sendiri.

      #cobatukertambahajahkalaubosan 🤣🤣🤣

      Ubah rasa cinta jadi rasa sayang Rey..Hal itu membantu untuk tetap berjalan seiring dan kebosanan akan hilang Hilangkan keinginan merubah pasangan kita dan terima apa adanya

      #gueketularansimanusiasaljuyanghauskasihsayang

      Hapus
    7. Yaaa ampuunn!! Kong...Kok gw dicemburuin terus sh...😭😭

      Kalau ente suka sama Agus monggo kong aku ikhlaskan dia untukmu..Agus juga mau katanya diajak mangkal bareng dibogor.🤣🤣🤣🤣🤣🤣 🏃🏃🏃🏃🏃

      Hapus
    8. wakakakakaka bentar, saya ngakak dulu, ini trio ini selalu nggak pernah gagal bikin ngakak! :D

      Hapus
    9. @KAngSat Ustadz wkwkw : Harusnya dulu lulus kuliah saya ke Jekardah ya, dulu saya punya kakek loh di daerah pondok Indah kalau ga salah rumahnya, sekarang udah dijual, buat modal menikmati hari tua di Buton :D

      Kalau saya ke Jekardah, saya mungkin ketemu Kangsat, terus belajar gonta ganti pacar, sama orang lain tapi, bukan sama KangSat, gawat kalau sesama blogger, bisa jadi ketemu di dunia blogger lagi hahahaha.

      Tapi memang orang yang gonta ganti pacar (asal bisa jaga diri sih, khususnya cewek :D), jadi punya banyak pengalaman mengenal karakter orang ya.
      Terlepas dari image buruk gonta ganti tersebut hahaha.

      Teman kos saya dulu ada yang seperti itu, ebuseeddd, ganti pacar udah kayak ganti jajanan aja, jadian, kasmaran, bosan, putus, mewek, besok kasmaran lagi ama cowok lain, jadian lagi , kasmaran lagi, bosan lagi, putus lagi..
      Astagaaaa... cepat banget move onnya.

      Tapi saya dong...
      Udah hampir 20 tahun dong saya dekat ama paksu.
      UDah lebih dari setengah usia saya dong, saya habiskan hanya untuk mengenal lelaki yang tidak bisa dikenal juga.

      Makanya, kalau dipikir-pikir wajar, meskipun nggak akan bisa saya jadikan sugesti, setidaknya kayak kata bapak Anton, mengubah rasa biar goalnya beda kali yak :D

      Btw, iya ya, kalau KangSat nulis bijak itu agak-agak mules, tapi saya pengen dong Kang sesekali KangSat itu nulis cerpen tentang hubungannya ama Mba Vina, pasti ada asam manisnya, tapi setidaknya banyak hal yang bisa dipetik oleh pasangan lainnya :D

      Hapus
    10. @Mas Agus : Bener loh, idaman saya banget tuh bisa sholat jamaah, tapi paksu sejak anaknya makin gede, makin malas dia sholat jamaah, soalnya anaknya cerewet, kalau bapakeh baca surat An Nas atau Al Ikhlas aja hahahahaha

      @Bapak Anton : Eh iya loh, bener juga ya.
      Sayang dan cinta itu beda goalnya.
      Kalau cinta kadang memang egois, ada rasa pengen mengekang, ada rasa pengen berbalas.
      Beda dengan sayang.
      Itu ibarat rasa tulus seorang ibu kepada anaknya, jadinya lebih ringan :D

      Tengkiu sarannya bapak :D

      Hapus
    11. @Reyne ....Perasaan asam manisnya rumah tangga Gw sama yang lainnya nggak jauh berbeda...11 12 lah...Manis asem asin juga kaya nano2..😂😂

      Insyaallah kalau sempat aku buat cerita tentang enak nggaknya gw berumah tangga..😂😂😂 Hiihiiii..🏃🏃🏃

      Hapus
    12. Waahhh ditunggu!
      Btw nanonanno itu enyak loh :D

      Hapus
  3. Saya ituh sampe ngakak waktu Mba Rey bilang, suaminya Mba Rey beli kesukaannya Mba Rey yang itu itu aja, bukan apa-apa. Saya emang bosenan juga sama banget kayak Mba Rey, tapi kalo soal beli sesuatu untuk pasangan atau apapun untuk pasangan kayaknya saya persis dengan Suaminya Mba Rey, hahahaha... malu sendiri saya bacanya.

    Biasanya kalo saya begitu ituh, pikiran emang lagi bercabang tapi gak mau mengecewakan suami. Jadi terkadang lupa untuk berpikir kreatif, yang penting dia tau dulu kalo saya selalu inget (ngasih depe dulu) nanti suatu saat pasti di lunasin, dan sayangnya "pastinya" ini yang gak tau kapan hihihi.. 😂🤣


    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakaka, kalau saya biasanya nanya Mba, pengen apa?
      Bahkan masakpun pengen apa?
      Masalahnya adalah, ini lelaki agak gimanaaa gitu.
      Seumur-umur menikah sama dia, belom pernah sama sekali dia minta saya masakin sesuatu.

      Bahkan, kalau Mba Rini pernah baca, kami tuh selalu rebutan kerjain kerjaan dapur.
      Sampai saya tuh ada di posisi, males banget ngurus dia.
      Terserah dia mau masak apa di dapur.
      Kesal banget tau nggak, udahlah saya masak buat dia pulang, kesukaan dia pake sambal, makannya ditunda-tunda dong.
      Akhirnya dia malah tidur dan makanannya basi, ckckckckckck

      Maksudnya mungkin dia mau menemani anaknya dulu pas datang gitu, tapi yang ada dia malah kasih hape dan dianya ngorok.

      Karena dia nggak pernah jawab dengan tegas apa yang dia mau, sayapun kalau kasih hadiah sama kayak Mba Rini, beliin yang dia butuh tapi kadang mungkin dia nggak suka hahaha.

      Maksudnya, duuhh Mbokkk ya ngomong bikin makin ilfil daahh hahahaha

      Hapus
  4. Oh ternyata belum komentar, perasaan tadi sudah komen tapi kok ngga nongol.🤔

    Yah, namanya bosan memang wajar sih, namanya juga manusia. Apalagi jika yang dibelikan misalnya itu itu saja, contohnya ya seperti mbak Rey dibelikan es coklat terus. Menurutku jika bosan bilang saja sih. Pah, belinya ganti dong, jangan es coklat saja, ganti dong dengan es krim vienetta kek. Misalnya bosan naik Honda Supra. Pah, ganti kek sama Avanza atau Xenia, kalo perlu Pajero.😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha udaaahhh, tapi kalau yang itu dia belom mampu, bahkan saya minta kado ultah aja nggak dikasih, etdah hahaha

      Hapus
  5. sabar dan ikhlas semoga begitu pula yang akan menjadi timbal balik yang kita dapatkan

    BalasHapus
  6. Mudah bosan, saya rasa, saya bisa dikatakan orang yg seperti itu.
    Btw, Ilmu yg sangat bermanfaat mbak Rey. Saya selaku jomlo berterimakasih wkwkwk..
    Semoga ilmu2 ny bisa diterapkan nanti ketika saya udah nikah :D

    BalasHapus
  7. Betul tu kak. Allah dah tetapkan apa yang terbaik dan apa yang kita perlukan. Hargai pasangan kita dan pasangan itu saling melengkapi. Bosan itu biasa. Sesekali bosan itu juga biasa. Kita bosan dengan pasangan, pasangan juga ada bosan dengan kita. Adil. Apapun tetap sayang, ikhlas dan terima baik buruknya. inshaAllah semuanya baik baik aja :)

    BalasHapus
  8. kalau udah masuk ke tahap nikah, memang harus bisa berjuang dan bertanggung jawab dengan keputusan yang sudah diambil. apalagi kalau punya anak dan nggak asal ambil keputusan buat cerai.
    kalau masih pacaran dan bosan, bisa jadi ambil break sebentar, ehh tau tau sipacar jalan ama yang lain hahaha, ini ngenes. kalau udah jodoh pasti ga kemana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah iya bener Mba Inun, sayangnya kebanyakan orang sekarang, bahkan udah nikahpun dan punya anak, ada gitu kalau bermasalah, kabur berhari-hari, dengan alasan, kita itu butuh jarak biar bisa berpikir jernih.
      Pengen saya lemparin popok bekas pupnya anak rasanya, biar dia sadar kalau UDAH GA JAMAN TAKE A BREAK, UDAH TELAT! hahahahah

      Hapus
  9. Semoga saya bisa berpikiran seperti itu jika suatu hari nanti menjadi bosan dengan pasangan. Karena kayaknya saya ini juga tipe orang yang mudah bosan. Jangan sampai saya jadi egois
    Amin...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, semoga pasangannya juga selalu tidak pernah menyerah :)

      Hapus
  10. Terimakasih wejangannya mba Rey.. Usia pernikahanku yang baru seumur jagung ini pasti nantinya akan menghadapi masalah kebosanan. Jadi aku bisa tau gimana cara mengatasinya..

    BalasHapus
  11. Mbak Rey, aku ampek gak tau mau komen apa lagi...
    Aku memang sekarang lagi mbosen2nyaaaa :)

    Aku baca artikel ini koq kayak baca tentang diriku sendiri?
    Aku kayaknya mesti nyuruh suami baca artikel ini biar nyaho hati seorang istri hehehe..

    #komen yang aneh......

    Tengkiuu mbak Rey tipsnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihihi semangat :)
      Sama-sama, makasih udah baca tulisan saya :)

      Hapus
  12. Rey Rey.... Zodiak pak suami apa sih :D? Kayaknya aku tau tipe zodiak yang karakternya selalu melakukan hal yg sama, dan jrg mau eksperimen mencoba hal baru :D. Dulu salah satu mantan ku ada yg begini hahahahahah.

    Sebagai gemini, aku termasuk sangaaaaat gampang bosan :D. Mungkin Krn itu aku sering Gonta ganti pacar dulu. :D.

    Tapiiii setelah nikah, anehnya ga gitu lg. Kalo dibilang pak suami sangat kreatif sampe istrinya yg terkenal gampang bosen jd setia, ga juga siih hihihihi.

    Ato bisa jadi aku udah puas dengan pengalaman pacaran, dan skr cm mau cari nyaman. Kadar kebosanan pun drastis berkurang. Stiap kali ada masalah ato moody dengan suami, aku slalunya mikir masa2 pas kami pacaran dulu dan kebaikan2 pak suami yg bikin aku mutusin utk nikah Ama dia :D. Biasanya selalu ampuh utk bikin aku kngen lg ama dia .. :)

    Malah kayaknya aku sih yg harus perbaikin sikap, Krn pak suami bener2 sabar ngadepin tingkah moody ku :D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahaha, dia cancer Mba, entah deh, lebih pasif, takut salah kayaknya.
      Nggak bisa ngomong, tantangan banget berjodoh dengan orang bosanan kayak saya hahaha,

      Iya sih Mba, mengingat kebaikannya, meski sulit juga kalau sekarang dia sering melakukan hal-hal yang menyalahi kesepakatan kami.

      Memang mau nggak mau kudu saya sendiri yang berdamai dengan diri sendiri dulu, biar lebih mudah menghadapinya hehehe

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)