Hutan Lindung Lambusango, Paru-Paru Dunia Dari Pulau Aspal

hutan lindung lambusango

Sharing By Rey - Hutan lindung Lambusango adalah sebuah hutan lindung yang ikut menyumbang paru-paru dunia dan berada di pulau aspal.

Ada yang masih bingung nggak, di mana tuh pulau aspal di Indonesia?



Oke, baiklah.
Kalau temans orang awam saya maafkan, tapi kalau teman lulusan atau sedang kuliah di jurusan teknik Sipil atau semacamnya..
Itu sungguh ter la lu!

Yup, pulau aspal adalah pulau Buton, yang mana kualitas aspalnya terkenal di dunia, meski kegiatan penambangannya masih kacau balau, setidaknya itu yang saya saksikan saat mudik 4 tahun lalu di Buton.

Buat temans yang sering berkunjung di sini pasti sudah nggak asing mengapa saya membahas tentang hutan lindung Lambusango yang ada di pulau aspal ini.

Bukan lain karena saya pernah tumbuh besar dan bersekolah di pulau tersebut mulai SD hingga STM, di mana sejak SD  hingga SMP saya berkali melewati hutan lindung Lambusango ini, bukan karena saya masuk dalam pecinta alam, tapi karena akses jalan menuju tempat tinggal kami melewati hutan Lambusango ini.

Terlebih lagi, setelah saya menulis tentang wisata hijau di hutan Papua, saya jadi teringat dengan hutan lindung Lambusango ini, yang setidaknya juga sangat pantas diabadikan dan disebarkan dalam bentuk tulisan ke dunia luas.

Harapan saya, dengan lebih banyak memberitahukan ke dunia, bagaimana keindahan dan pentingnya hutan lindung Lambusango ini dalam menyumbang paru-paru dunia, kelestarian alamnya bisa selalu terjaga, dan para pembalakan liar yang merusak lingkungan bisa dicegah.


Tentang Hutan Lindung Lambusango


Hutan lindung Lambusango membentang luas di beberapa wilayah kecamatan di kabupaten Buton, Sulawesi Tenggara, meliputi kecamatan Kapontori, Lasalimu, Lasalimu Selatan, Wolowa, Siontapina dan Pasarwajo.

lokasi hutan lindung lambusango
Sumber : suarakendari

Berdasarkan statusnya, hutan Lambusango ini dibedakan menjadi 3 hal, yaitu :

1. Suaka Margasatwa (SM) Lambusango (± 28.510 ha).
2. Cagar Alam (CA) Kakenauwe (± 810 ha).

Kedua macam hal di atas,  di bawah pengelolaan Departemen Kehutanan (Balai Konservasi Sumberdaya Hutan, Sulawesi Tenggara/BKSDA).

3. Kawasan hutan lindung dan produksi yang berada di sekitar kawasan konservasi (± 35.000 ha) yang dikelola oleh Pemerintah daerah Kabupaten Buton (Dinas Kehutanan Kabupaten Buton).

Selain kiprahnya yang menyumbang paru-paru dunia, hutan Lambusango semakin lengkap pentingnya karena berada di zona Wallacea.

Wallacea adalah kawasan biogeografis yang mencakup sekelompok pulau-pulau dan kepulauan di wilayah Indonesia bagian tengah. Yang mana terpisah dari paparan benua-benua Asia dan Australia oleh selat-selat yang dalam. 

Nama Wallacea diambil dari seorang naturalis Alfred Russel Wallace, yang telah mendeskripsikan batas-batas biologis kawasan zoogeografis yang dikenal sebagai Garis Wallacea.

Hutan Lambusango merupakan jantung Kabupaten Buton. 
Dan karena memiliki kekayaan flora dan fauna yang beragam, hutan Lambusango  sering dimanfaatkan oleh para ahli sebagai tempat penelitian, baik peneliti dalam negeri maupun dari luar negeri. 

Penelitian dilakukan dalam rangka mencermati kehidupan hayati, kondisi ekologi, sampai upaya konservasi alam warga sekitar hutan lambusango.

Saya jadi ingat, di sekitar tahun 2001 atau 2002 ya, hutan ini begitu ramai oleh para bule mahasiswa dari berbagai belahan dunia.
Mereka datang untuk melakukan penelitian di hutan Lambusango, dan kakak saya pernah ikut dalam project penelitian bersama bule tersebut as a nurse tentu saja.

penelitian di hutan lindung lambusango
Para bule ikutan membuat atap sederhana untuk camp
di hutan lindung Lambusango
sumber : surgalambusango.blogspot.com

Karena hal itulah, salah satu yang membuka jalan modernisasi dan pembangunan merata di wilayah sekitarnya, yang mana sejak saya pertama kali datang ke Buton sekitar tahun 1989an sampai saya meninggalkan Buton sekitar tahun 2000, pembangunan infrastruktur akses di wilayah tersebut amat sangat buruk.

Mirisnya lagi, beberapa KM dari hutan Lambusango tersebut adalah lokasi tambang aspal yang saat ini sedang banyak dikeruk hingga merusak banyak hutan di sana.


Fakta Menarik Dari Hutan Lindung Lambusango


Meskipun jujur, saya belum pernah sama sekali masuk ke dalam hutan Lambusango, kecuali melewati akses jalan poros BauBau - Kamaru, tapi pesona hutan ini amat sangat terlihat meski dari jalanan saja (sekarang bilang terpesona, padahal dulu waktu kecil sumpah takut banget setiap kali lewat di sini, saking aksesnya serem, jalanan kecil, dan sebelah jurang, sebelahnya tebing).

Sejak pemerintah lebih memperhatikan hutan lindung ini, perlahan namun pasti akses jalannyapun diperbaiki dan diperlebar.

Dengan adanya akses jalan yang lebih baik, makin banyak orang yang berdatangan ke kawasan hutan lindung ini, yang tentunya hanya boleh memasuki kawasan hutan, setelah mendapatkan izin dari pihak terkait.

Dan beberapa fakta menarik dari hutan lindung Lambusango ini adalah :


1. Lebih familier di kalangan turis Inggris dibandingkan wisatawan domestik.


Ayo tanya deh sama para travel blogger Indonesia, berapa orang sih yang kenal hutan lindung Lambusango ini?
Saya rasa hanya sedikit yang tahu, bahwa ada hutan lindung dengan kekayaan hayati khas perpaduan Indonesia Barat dan Timur di Indonesia.

Tapi tahu nggak sih, hutan ini justru sangat populer di kalangan turis manca negara, khususnya dari negara Inggris.
Dan hampir keseluruhan datang atas maksud untuk melakukan penelitian.

Hal ini sangat wajar, karena untuk bisa datang melakukan penelitian di hutan Lambusango ini, semua orang harus melalui operation wallacea yang berpusat di Inggris.


2. Sering menjadi tempat penelitian turis berbagai negara dan profesi.


Setahu saya, sejak tahun 2002an, waktu pertama kali kakak saya ikut project operation wallacea yang mendampingi banyak mahasiswa dari berbagai daerah melakukan penelitian di hutan Lambusango, hingga saat ini ada sekitar ratusan turis yang berkunjung ke hutan Lambusango ini setiap tahunnya.

kegiatan penelitian di hutan lindung lambusango
Kegiatan penelitian para bule, sumber : surgalambusango.blogspot.com

Untuk melakukan penelitian, mereka harus melakukan camping selama berhari-hari di tengah hutan, hanya untuk mengawasi dan meneliti hewan-hewan endemik yang ada di hutan tersebut.

petualangan di hutan lambusango
Para bule ikutan menceburkan diri , sumber : surgalambusango.blogspot.com

Karenanya, mereka butuh didampingi oleh orang lokal, seperti dulu kakak saya ikut mendampingi sebagai tenaga kesehatan.


3. Sementara hanya bisa menikmati keindahan satwa-satwanya dengan cara treking selama lebih dari 2 hari


Hal ini dikarenakan, beberapa satwa yang hidup di sana hanya aktif di malam hari.
Kakak saya pernah cerita, saat menemani para bule dari operation wallacea tersebut , ketika malam mereka kudu terbangun dan menanti dengan sabar munculnya satwa yang ada di sana.

satwa tarsius di hutan lambusango
Tarsius, salah satu hewan yang hidup di hutan lindung Lambusango dan
hanya muncul di malam hari, sumber : suarakendari

Karena itulah, untuk bisa melihat satwa unik yang ada di hutan tersebut, harus dengan menginap hingga lebih dari semalam di dalam hutan.

Mengapa lebih semalam?
Karena belum tentu dalam semalam semua satwa yang ada bakal memunculkan dirinya.


4. Tempat hidup beragam Flora dan Fauna khas Sulawesi 


Di dalam hutan Lambusango, banyak ditemukan jenis flora seperti kayu besi (mitocideros petiolata), Kuma (palaquium obovatum), Wola (vitex copassus), Bayam (intsia bijuga), Cendrana (pterocarpus indicus), Bangkali (anthocephallus macrophyllus), Kayu Angin (casuarina rumpiana), Sengon (paraserianthes falcataria), dan Rotan (calamus spp).

satwa anoa di hutan lambusango
Anoa, sumber : surgalambusango.blogspot.com

Tidak heran, dengan banyaknya jenis kayu tersebut membuat beberapa oknum nakal masih juga nekat melakukan pengrusakan hutan dengan menebang pohon-pohonnya untuk keperluan menjual kayu.

Selain itu, hidup berbagai jenis satwa khas Sulawesi, yaitu macaque (makaka / sejenis kera dari famili Cercopithecidae), anoa, kuskus, tarsius, sampai burung Rangkong (burung Halo) yang endemik di Sulawesi.

satwa burung halo di hutan lambusango
burung halo, sumber : surgalambusango.blogspot.com

Untuk spesies burung, ada sekitar 120 spesies burung ditemukan di hutan ini, dan 36 jenis di antaranya adalah endemik Sulawesi.


5. Akses menuju hutan lindung Lambusango dari BauBau


Untuk menuju hutan lindung Lambusango ini, wisatawan bisa datang ke BauBau melalui pesawat ataupun kapal laut Pelni.

Dari BauBau, masih harus menempuh perjalanan sejauh 60 KM menuju hutan tersebut.
Akan tetapi jangan khawatir, di zaman sekarang akses jalanan menuju lokasi hutan tersebut sudah lebih bagus dan mulus, meskipun juga kudu berhati-hati, karena melewati jalan berkelok dan penuh jurang dan tebing serta laut.

Menariknya, sepanjang perjalanan dari BauBau menuju lokasi, kita bakal disuguhi dengan indahnya pemandangan, baik hutan yang asri, kebun-kebun dan sawah-sawah, hingga laut yang biru.

Bahkan beberapa KM sebelum masuk lokasi hutan, ada jalanan berkelok mendaki bukit dengan pemandangan menakjubkan, di mana kita bisa melihat hamparan sawah penduduk dari ketinggian, berlatar belakang gunung-gunung yang membiru.

Sungguh bagai hamparan permadani yang indah di muka bumi.

akses jalan menuju hutan lindung lambusango
Pemandangan dari atas bukit, sumber : suarakendari

Demikianlah sekilas mengenai hutan lindung Lambusango, yang sangat worth it buat dikunjungi.
Meskipun, dari beberapa artikel yang saya baca, masih banyak wisatawan yang kesulitan mencari lokasi hutan Lambusango ini, dikarenakan minimnya papan petunjuk, dan juga tidak semua lokasi bisa menjangkau sinyal internet untuk akses map online.

Semoga ke depannya perhatian pemerintah jadi semakin penuh untuk kemajuan hutan lindung ini sebagai wisata hutan lindung.
Dan juga sebagai masyarakat Indonesia, kita wajib banget ikut mengawasi dan melestarikan hutan lindung di Indonesia, khususnya hutan lindung Lambusango.

Ada yang baru kenal hutan ini?
Atau malah sudah pernah ke sana?
Share yuk :)

Sidoarjo, 18 April 2020

Reyne Raea untuk #SabtuTraveling 

Sumber : 
  • Jurnal penelitian Hermizi Hasim dan Hapsa Rianty 
  • https://travel.detik.com/domestic-destination/d-3291833/lambusango-hutannya-orang-inggris-di-sulawesi-tenggara diakses April 2020
  • http://butonpos.fajar.co.id/tour-hutan-lambusango-rasakan-sensasi-alam-yang-menyegarkan-hati/ diakses April 2020
  • Pengalaman pribadi
Gambar : 
  • Berbagai sumber di google
  • Canva edit by Rey

20 komentar :

  1. Sio Buton, bukan saja indah alamnya tetapi 'darah manis' di sana pun mempesona, sewaktu PMKRI wilayah Timur Indonesia mengadakan kegiatan di Pulau itu, saya pernah berjumpa dengan darah manis yang sunggu membuat jantung berdebar, lama menjalin kasih namun sayang Jodoh di tangan sang khalik kwkw...

    Pertama melihat judul jujur saya agak bingung, pasalnya pulau aspal, ternayata ini adanya di Buton dan menjadi tambang aspal potensial, sunggu selalu ada hal baru jika saya 'main - main ke blog ini'. saya tahu email untuk anak pun dari blog ini, sekarang ada pulau aspal, sio ini benar - benar blogger yang menjadi mata dan telinga bagi pembaca, nice...

    Oh ya mengenai fakta tentang Hutan Lindung Lambusango, nah itu dia orang kita selalu menganggap mall sebagai yang terbaik, padahal alam dan catatan sejarah mengajarkan kita banyak hal untuk belajar darinya.

    sebagai contoh di Papua (Kabupaten Fef Papua Barat) ada penyu belimbing yang dianggap biasa saja, pada hal nyaris setiap bulan orang bule dari Belanda dan Jerman datang untuk melakukan penelitian.

    Iya tidak selamanya salah pemilik republik ini karena akses yang sulit, namun syukurlah sekarang sudah menjadi lebih baik, ada perhatian pula dari pemerintah.

    Oh ya mbak Rey, tulis dong tentang pesona para komedian asal Buton (Bau-bau), ada Ari Kriting dan Laim La Ode...

    saya ingin melihat sudut pandang mbak Rey soal para stand up komedi yang nyentrik itu... tulis ya, ini permintaan dari pembaca... kwkwk bahas soal komedian dari Buton....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaahhh, ternyata punya sesuatu dengan orang sana, hehehehe.

      Nah betul sekali ya, banyak orang yang kurang ngeh dengan kekayaan alam sendiri, lalu akhirnya semuanya diambil oleh orang asing (dalam hal ini ilmunya), baru deh kita menyesal hihihi

      Wah makasih requestnya, jujur saya jarang nonton mereka, tapi boleh juga nih dibahas :)

      Karena sebenarnya, talent-talent dari Indonesia tengah dan timur sekarang mulai bermunculan ke atas :)

      Hapus
    2. Hehe itu masa lalu mbak, alaynya anak remaja dan mahasiswa zaman itu, sekarang rumah dan secangkir teh hangat buatan istri tercinta itulah yang paling dirindukan, sudah pasti sejauh mana saya melangkah rumah adalah tempat terindah karena cinta tahu arah jalan pulang kwkkw

      Nah itu dia mbak, coba bayangkan saat batik dikalim oleh Malasyia baru de kita sok nasionalisme, perasaan itu hanya di sosmed deh, bukan antipati tetapi setidaknya itulah penglihatan saya dari kaca mata yang penuh keterbatasan.

      Sepupu saya ada di Belanda, dia bilang angklung itu dipelajari dengan getol di sana, kita malah (maksudnya di sekolah-sekolah) eh ekskulnya malah Bahasa Korea dan Mandarin, memang kita tidak bisa pungkiri bahwa zaman berkembang dan mau berkembang harus mengikuti perkembangan dan dinamika yang dimaksud tetapi apakah kita harus meninggalkan warisan leluhur... hehee hanya pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban kwkwk

      Betul mbak, kalau mbak lihat Arie Kriting stand up dia membawa unsur etnografi kental sekali, ya tentunya dikemas dengan gaya komedia tetapi kalau dicermati lebih lanjut dia bicara tentang kegelisaan mereka yang terpinggirkan, itu keren mbak... ayolah ditulis, kemudian Raim Laode, ini manusia paling gokil, kayanya kocak abis, tetapi pesan - pesan humanisnya itu, sio paleng andalan, harus dibahas tu mbak hehehe

      Hapus
    3. Nah bener ya, kebudayaan bangsa lain malah lebih diminati oleh orang zaman now, bahasa Korea digenjot, kebudayaan Korea, masakan Korea, rasanya bangga kalau pakai segala sesuatu tentang Korea.

      kebudayaan bangsa sendiri malah semakin terlupakan :)

      Hapus
  2. Saya baru tahu kalo ada hutan lindung Lambusango, kalo aku lebih familiar dengan hutan Alas Roban mbak, kalo yang itu pastinya sering dengar ya.😱

    Sayang juga ya, hutan Lambusango masih juga ditebang untuk diambil kayunya, padahal kalo dilestarikan bisa lebih banyak manfaatnya daripada harga kayu yang ditebang, mana terkenal di Inggris lagi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alas Roban atau Coban? :D

      Di sana banyak oknum kayak gini, dan lucunya yang harusnya memberantas hal tersebut malah melakukan hal tersebut hehehe

      Hapus
  3. nah kadang aku bingung, hutan atau kawasan apapun yang ada di Indo justru yang lebih tau orang asing. Lambusango ini aja baru denger hehe, ya karena googlingnya pun nggak sampe ke kawasan hutan lindung.

    ini bener bener alami hutannya, flora fauna masih tumbuh dan hidup sehat disana, burung cantik kayak gitu masih bebas berkeliaran di dalam hutan

    sepertinya menarik buat dikunjungi, sama kayak Pulau Buru yang aku impi impikan kesana, yang katanya aksesnya susah dan makan waktu lama. Yang kayak gini ini yang aku demen.

    sama seperti Kampung adat waerebo, dulu aku mana ngerti soal tempat tersembunyi seperti ini, itupun nggak sengaja waktu ke gramedia ada buku bahas soal kampung adat, hutan lahh kok salah satunya membahas Waerebo, jadilah aku penasaran & akhirnya tercapai untuk menuju kampung di tengah hutan.

    semoga tetep lestari tempat tempat dan hutan seperti lambusango ini, biar semua generasi bisa menikmati

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha, iyaaa.. sayang banget, kebanyakan orang Indonesia hanya sebatas pelancong, bukan explore yang benar-benar explore dan mempelajari.

      Kalau orang luar, bahkan mereka rela mengeluarkan uang banyak demi ilmu :)

      Aamiin, semoga lebih banyak juga yang mengulas tentang wisata alam anti mainstream seperti hutan.

      Saya rasa, salah satu penyebab mengapa orang lokal nggak teratrik, karena memang mereka tidak tahu :)

      Hapus
  4. Baru tahu kalau ada hutan lindung Lambusango setelah baca postingan ini. Sepertinya memang benar kalau hutan lindung Lambusango ini lebih banyak dikunjungi warga luar negeri daripada warga dalam negeri. Semoga dengan postingan ini banyak masyarakat negeri ini yang akhirnya tahu tentang hutan lindung Lambusango.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Benar, Semoga makin banyak juga yang lebih ngeh akan hutan lindung di Indonesia :)

      Hapus
  5. Saya baru pertama kali dengan Hutan Lindung Lambusango mba, soalnya selama ini yang paling sering saya dengar itu Hutan Lindung Bukit Barisan dan sejenisnya yang memang sudah terkenal di mana-mana :D by the way, cantikkkk banget hutannya sepertinya kalau dilihat dari foto-fotonya, apalagi spesies faunanya juga beragam huhu. Semoga selalu dalam keadaan baik dan jauh dari penebangan liar :3

    By the way, kalau orang lokal mau masuk ke Hutan Lindung Lambusango ini juga perlu minta ijin ke Wallacea mba? Atau itu hanya untuk foreigner saja? Susah juga kalau orang lokal harus minta ijin jauh-jauh sama operator yang di Inggris padahal hutannya ada di Indonesia :""D hehehehe.

    Mba Rey sering-sering update yang begini juga ya, saya jadi tambah tambah ilmu dan informasi baru plus senang juga bacanya karena menambah pengetahuan saya mengenai keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia :> thanks for sharing mba, as always!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cuman orang asing say.
      Karena kebetulan memang wilayah Indonesia tengah itu masuk wilayah Wallacea, jadinya sepertinya sudah kerjasama dengan pemerintah untuk dikelola oleh 1 pihak saja yang lebih mengerti, yaitu Wallacea tersebut.

      Jadi semua pengunjung, khususnya buat penelitian di wilayah tersebut wajib melalui Wallacea :)

      Kalau orang lokal sana malah jarang sih, pertama karena memang nggak bisa kalau sekadar sehari saja, (mungkin bisa kalau hanya meneliti atau menikmati tanaman saja).

      Yang kedua karena orang sana mah biasa di hutan, males banget masuk hutan lagi, kecuali buat berburu atau menebang pohon.
      Btw dulu tuh sering banget loh orang berburu Anoa, waktu kecil saya sering makan daging Anoa dan rusa, hasil buruan orang sana :D

      Yang ketiga kayaknya memang informasinya masih simpang siur, belum ada lembaga yang jelas melayani wisatawan domestik, yang ada cuman cabangnya Wallacea tersebut :)

      Hapus
  6. Pulau aspal ternyata punya hutan yang begitu mempesona kaya dengan keanekaragaman hayati dan menjadi paru-paru dunia serta terkenal di dunia tapi saya malah baru tau..miris

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi iya, ada banyak sebenarnya, makanya saya jadi tertarik menuliskannya agar lebih banyak yang tahu :)

      Hapus
  7. Wah, kyknya asyik juga main ke sana sambil lihat binatang-binatang endemik sana, Mbak. Lebih natural dan pengalamannya beda pastinya kalau dibandingkan dengan lihat hewan-hewan di kebun binatang. Tapi untuk camp nya apa ada setiap hari, Mbak? Mengingat kalau ingin ketemu binatangnya harus tunggu berhari-hari terlebih dahulu.

    Aku sih sebenarnya belum pernah tau masuk ke hutan-hutan macam begini, Mbak. Kalau pun masuk juga cuma ke hutan kota doang. Maklum, di sini gak ada hutan seperti itu. Dan ironisnya hutan macam hutan lindung Lambusango ini masih bisa ditemukan oknum-oknum nakal. Padahal yang namanya hutan lindung kan seharusnya dilindungi.☹️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu dia, sayangnya nggak ada setiap hari, dan saya belum pernah dengar ada yang ngurus kalau orang mau camp mandiri.

      Biasanya yang ke sana itu para media, ditemani petugas pariwisata di sana.

      Ah semoga nantinya bakal dibuka dan dikelola lebih baik lagi, memang dilema sih, karena hewan di sana itu hewan penakut semua ama manusia.
      Takutnya kalau makin banyak yang datang, hewan aslinya udah males menampakank diri :D

      Hapus
  8. Saya masih ingat pulau Aspal ini Pulau Buton, hal itu saya tahu ketika belajar masih di SD lho...
    Gak sangka Mbak Rey asli Buton ya?
    Melestarikan hutan saat ini kewajiban semua pihak ya. Apalagi itu banyak margasatwa di dalam nya, ada anoa binatang khas juga. Sungguh perlu dilestarikan banget itu mah...

    BalasHapus
  9. Jujur baru kenal hutan lindung ini. Menarik banget ya dan semoga keasriannya tetap terjaga. Jadi flora fauna tetap bisa berada di sana, di rumah mereka sendiri

    BalasHapus
  10. Wkwkwk pulau aspal = pulau Buton toh. Baru tau ada hutan lindung di sana dengan koleksi flora faunanya yg beragam. Satu lagi kekayaan alam Indonesia yg patut dilindungi ya

    BalasHapus
  11. Dulu waktu tinggal di Sorong dan ada Hutan Lindung juga di sana, tapi jarang banget yang main ke sana. Sekalinya main kesana juga pada cuma foto2 saja lalu pulang. Padahal waktu itu saya ingin sekali masuk ke dalam lebih jauh sembari mendengar cerita rangernya soal hutan lindung. Apa daya kalah suara sama teman-teman lainnya.

    Padahal banyak pelajaran yang bisa didapat di hutan lindung ini ya, terutama tentang flora dan fauna endemik yang dilindungi. Seharusnya bisa nih masuk kurikulum sekolah buat kunjungan ke Hutan Lindung gitu ya sesekali.. Pasti keren!

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)