Tentang Istri yang Terlihat Boros

istri-boros

Istri boros!.
Siapa yang nggak auto baper kalau dilabelin kalimat tersebut?

Dan, entah mengapa saya auto baper.
Bukan karena saya boros banget, tapi karena stigma yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tua dan keluarga saya kepada saya.

Bener deh, jangan pernah melabeli anak dengan kata yang negatif, karena itu bakal terbawa hingga dia dewasa, seperti saya yang selalu dilabeli jadi anak yang boros, hiks.

Sesungguhnya saya bingung sangat, kriteria saya boros itu dari mana?
Waktu kecil saya jarang diberi uang jajan.

Nggak usah tanya mengapa, sini saya jabarin clue nya saja.
I told you, terlahir sebagai anak tengah itu nggak enak banget!
Terlebih saya jadi anak tengah, tapi kakak saya perempuan dan adik saya laki-laki, sudah pasti saya jadi anak yang paling terakhir dapat jatah perhatian.


Jangankan kepingin sesuatu.
Bahkan butuh sesuatu aja sulit.
BUTUH loh ya! means urgent!

Jawaban mama selalu sama,
"Sabar ya, mama mau kumpul uang buat beli sepeda adekmu"
"Sabar ya, mama masih harus nabung buat beli jam dinding yang diinginkan adikmu"

Jam dinding sodarah!
Lebih penting dari saya yang bahkan butuh pakaian dalam, hiks (iya, sengenes itu!)

Atau setelah semua keinginan (((KEINGINAN, bukan selalu kebutuhan))) adik terbeli, maka ucapan mama adalah,
"sabar ya, kakakmu minta dibelikan baju, kasian dia tinggal sama tante soalnya"
Terus, karena saya tinggal sama orang tua, saya tidak punya kebutuhan gitu??
Huhuhu.

Lalu, dengan pedenya mama dan kaka selalu melabeli saya 'boros' hanya karena saya nggak bisa nabung.
Apa yang mau ditabung coba?

istri boros
unsplash

Saya pernah jualan permen waktu SMP, dan hasilnya saya dipukul bapak, katanya malu-maluin di sekolah harusnya belajar, bukan jualan!
huhuhu..

Hal tersebut berlanjut saat saya kuliah di Surabaya, keluarga sebenarnya ingin saya tinggal di rumah om saja, saya punya om di Surabaya, adik kandung mama saya.

Tapi please lah, rumah om saya jauh banget dari kampus, saya kudu oper 2 kali naik angkot setiap harinya, udah gitu, setelah oper angkut, kudu naik becak lagi, karena rumah om jauh dari terminal angkot.

Sudah gitu, saya butuh waktu buat belajar, di rumah om, saya jadi nanny buat anaknya om, huhuhu.
Karenanya saya nangis-nangis minta ngekost, dan akhirnya mama mengiyakan, meski diikutin oleh nyinyiran kakak saya, katanya saya makin boros tuh.

Kesalahan pertama mama saya adalah, sering melabeli saya boros sejak kecil.
Dan kesalahan kedua mama adalah, beliau nggak pernah membiarkan saya bertanggung jawab tentang uang, sejak kecil sampai kuliah, saya nggak pernah diberi kepercayaan pegang uang banyak.

Maksud banyak di sini adalah biaya hidup sebulan.


Alhasil, saat pertama kali saya kuliah dan ngekos, saya gelagapan banget dikasih uang buat kebutuhan hidup sebulan.

Sudah gitu, jatahnya sedikit, dengan perbandingan anak-anak teman mama atau tante yang kuliah di Makassar, saya diminta masak biar irit.

Memangnya saya ngontrak apa?
Nggak semua kos menyediakan dapur maemunah! huhuhu.

Ngenesnya lagi, setelah jatah biaya hidup sebulan yang super irit, membandingkan biaya hidup di tempat lain dengan biaya hidup saya, plus juga mama nggak mempertimbangkan saya ini kuliah, butuh pakaian juga buat kuliah, hiks.

Lalu setelah libur semester saya pulang, saya ditanya, punya tabungan berapa?
Masha Allah...
Apa yang mau ditabung?
Jatah bulanannya bahkan sejujurnya kurang, saya siasati dengan makan dikurangin, sampai-sampai saya kena types hahaha.

Karena saya nggak bisa nabung itu, saya makin dilabelin boros, nggak pinter berhemat.
Dan saya sungguh sedih, ingin menyeret mama dan kakak saya ke kos-an saya, biar mereka tersadar KALAU SAYA TUH HIDUP DI SURABAYA, BUKAN DI BUTON!

Mama sering banget membandingkan saya dengan kakak yang bisa irit.
Oh em jiiihhhh..
Tentu saja kakak bisa irit, setiap 2 minggu sekali, mama atau bapak datang menjenguk kakak di indekos nya, dan ketika mereka datang, itu berarti kulkas kakak bakal terisi penuh.

Mama bakalan bawain sayuran, lauk, buah-buahan, beras.
Lumayan banget kan buat ngirit beberapa hari eh bahkan minggu.

Sedang saya????

Selama 4 tahun saya kuliah, mama dan bapak mana pernah jenguk saya di indekos.
huwaaaaa... nangis kalau ingat, bukan nangis sedih, tapi nangis geram karena ketidak adilan pemikiran mereka.


Label 'Boros' Yang Berlangsung Hingga Saya Punya Pemasukan Sendiri


Setelah lulus kuliah, saya dipaksa pulang ke Buton, saya nurut meski akhirnya balik lagi ke Surabaya karena enggak betah.

Karena itu, mama menghukum saya dengan menyetop semua uang bulanan.

Ya Allah, saya itu perempuan, nggak punya keahlian sama sekali, dan saya nggak diberi jatah bulanan.
Bersyukurlah bapak mendidik saya dengan keras sehingga saya nggak berakhir jadi orang yang menghalalkan semua cara demi uang.


Saya butuh waktu setahun nganggur dong, sampai akhirnya saya dapat pekerjaan dengan gaji yang 'yaaa gitu dehhh'

istri boros
unsplash


Selama itu juga mama tidak pernah mengirimkan saya uang, nggak usah bertanya saya hidup dari mana?
Beruntung Allah mengirimkan malaikat bernama sang pacar, saya akhirnya mengerjakan semua skripsinya dan si pacar bekerja mencari uang buat saya, huhuhu.

Setahun kemudian saya bekerja dengan gaji yang sejujurnya di bawah UMK saat itu, ya Allah..
Sebagai catatan buat saya, apapun keputusan anak saya besok, saya akan belajar ridha untuknya, karena kalau enggak ya yang menderita anak saya juga, bukan orang lain.

Mungkin karena mama nggak pernah ridha saya kerja di Surabaya, jadinya saya kesulitan mendapatkan rezeki.

Namun karena niat saya baik, Alhamdulillah setelah beberapa bulan kerja dengan gaji yang hanya cukup buat bayar kos dan makan, sementara kebutuhan pribadi banyak.
Saya akhirnya bisa mendapatkan pekerjaan lain dengan gaji yang Alhamdulillah bisa menutupi bayar kos, makan dan beberapa kebutuhan pribadi.

Alhamdulillah, saya akhirnya bisa membeli baju yang lebih sopan, saya berhijab tapi pakaian saya ketat banget, bukan karena modis, tapi emang saya nggak punya duit buat beli baju dengan ukuran longgar, huhuhu.

Bahkan, setelah beberapa bulan saya bekerja, saya bisa mudik memakai uang saya sendiri, sambil membelikan banyak oleh-oleh buat orang tua dan keluarga.
Bahkan saya bisa membelikan mama sebuah handphone, itu pertama kali mama punya handphone.

Dan tahu nggak sih apa pertanyaan pertama mama dan kakak?
"Kamu punya tabungan berapa Rey? itu kakakmu sudah punya rumah sendiri loh, kamu ambil rumah juga di dekat rumah kakakmu!"
Etdaahh, kakak punya rumah jareee (read : katanya), padahal rumah itu mama yang belikan, katanya hadiah dia jadi PNS, padahal ya dia jadi PNS pun butuh duit yang nggak sedikit, you know what i mean!.

Kakak dibeliin rumah, dan saya disuruh beli rumah sendiri, karena saya sudah kerja.
Mama membandingkan saya dengan anak tetangga yang kerja di Tangerang.
"Kakaknya si anu sudah kerja loh Rey, gajinya 12 juta per bulan, mamanya sudah ikut dia di Tangerang"
Masha Allah, si kakaknya anu itu jelas saja bisa dapetin kerjaan dengan gaji di atas 10 juta, orang mamanya ridha malah mendoakannya siang dan malam.

Lah mama saya setiap hari nanya, kapan saya pulang ke Buton buat jadi PNS? beliau nggak ridha dengan keputusan saya menolak ngabisin uang ortu buat nyogok jadi PNS, ketimbang nyogok, mending siniin saya buat modal bisnis.

Terus saat saya bernasib nggak se-lucky anak tetangga itu karena mama nggak ridha, saya yang disalahin.
Duh ya, kapan ketidak adilan itu berakhir!


Label Istri Boros, Ketika Ekonomi Rumah Tangga Belum Juga Stabil


Entahlah, sejak menikah hingga kini, saya selalu memaksa diri untuk bersyukur setiap harinya, meski sesungguhnya keuangan keluarga kami up and down, saya rasa semua itu wajar, tidak ada yang abadi di dunia ini.


Terlebih setelah saya memutuskan fokus mengurus anak, dan menyerahkan tampuk mencari uang itu kepada suami.
Tentu saja, kondisi ekonomi rumah tangga tidak sestabil saat saya bekerja.

istri boros
unsplash

Dan masalah muncul, saat kondisi ekonomi rumah tangga kami sedang anjlok, tiba-tiba semua mata memandang kepada saya, dan terucap,
"kan sudah dibilangin, jangan boros!"
Ya Allah ya Rabbi...

Tolong tunjukan, saya itu sebenarnya boros di bagian mana?
Saya sampai membuka lemari pakaian kami yang sudah usang, mencari baju seharga 3 juta rupiah misalnya, atau tas branded yang harganya naudzubillah itu buat saya, atau sepatu berderet-deret buat koleksi OOTD.

Masha Allah, baju saya ya itu-itu saja, baju yang harganya di bawah 100ribu, ada juga sih di atas 100ribu, tapi cuman 1 2 biji, kebanyakan ya baju lucu yang harganya murah meriah.

Tas saya? hadiah Oriflame.
Sepatu? cuman sepatu putih yang sering saya pakai itu, sama sandal 1 pasang.

Mungkin saya gemar mengoleksi barang yang nggak penting.
Koleksi piring misalnya, atau kredit tupperware?

Saya buka rak piring saya, isinya piring hadiah mie instan semua, lolololol.
Tuperware? boro-boro, saya hanya punya beberapa tumbler yang dipakai si kakak Darrell ke sekolah, itupun saya beli saat saya kerja dulu, karena nggak enak ditawarin mulu ama teman yang jualan.

Mungkin saya gemar gonta ganti hape kali ya, makanya boros.
Ya ampun, hape saya budgetnya di bawah 2,5 juta, iya mungkin mahal bagi beberapa orang, tapi itu modal saya sebagai blogger.

Itupun saya pakai sampai hape nya bener-bener nggak bisa diajak bersahabat lagi, baru saya ganti.
Hape terakhir saya, sudah berusia nyaris 2 tahun.

Mungkin saya suka jalan-jalan kali, makan-makan di restoran.

Duh ye, coba baca semua review hotel yang saya pernah tinggali, lihat rate-nya, saya mau staycation karena dapat rate rendah, makan-makan di resto juga karena diskonan.
PUN JUGA ALHAMDULILLAH SEMUA ITU PAKAI DUIT SAYA, BUKAN DUIT SUAMI.

Dan biar nggak mubazir (etdah, apanya yang mubazir, orang di makan semua), pengalaman tersebut saya jadikan tulisan di blog ini.
Semacam modal juga buat profesi blogger saya.

Tapi itu kata saya, mereka semua nggak mau mengerti, huhuhu.


Ketika Keluarga Sendiri Dan Keluarga Suami Melabeli 'Istri Boros'


Sedihnya lagi, saya melakukan kesalahan kecil.
Karena saya nggak punya tempat mengadu, saat pertama kali kami mengalami kondisi ekonomi terpuruk, saya curhatlah sama mama dan kakak saya.

Saya pikir nggak mengapa, karena kakak saya selalu menjadikan saya tempat sampah setiap kali dia berantem dengan suaminya, saya rasa sesekali gantian dong, saya yang curhat.


Eh apa dinyana?
Bukannya mereka menghibur, malah menyalahkan saya.
Parahnya lagi, kakak saya selalu gak tahu batas dengan menghubungi suami saya, sok memberi nasehat dan pastinya dengan embel-embel,
"Sabar ya De, Rey memang gitu, dari dulu selalu boros!"
Ooooomaaayyygoootttttttt!!!!

Langsung deh label tersebut tertanam di pikiran paksu, dan seolah beliau lupa berapa income yang diberikan ke saya dan berapa kebutuhan rumah tangga kami,  beliau juga ikutan melabeli saya sebagai istri yang boros.

Meskipun nggak terang-terangan, alias cuman dikeluarkan saat beliau marah saja.
Sakit hati dong ya, huhuhu.

Nggak berhenti sampai di situ, keluarga suami yang melihat ekonomi kami belum stabil pun ikutan melayangkan pandangan judgement pada saya.

Dan yang lebih parahnya adalah, saya memilih berprofesi marketing, yang mana kudu 'pencitraan' di media sosial, upload foto-foto kece, makin deh dibilang hidup boros, huhuhu.

Mereka nggak tahu, setiap kali saya bepergian, misal main ke mall, di tengah kerempongan urus anak, saya masih sempat-sempatnya minta di fotoin di berbagai background.

HANYA UNTUK STOCK FOTO BUAT SEMATA MENINGKATKAN ENGAGEMENT MEDSOS, SERTA MODAL BUAT FOTO CAMPAGN.

Terus saat saya upload foto setiap saat, padahal itu stock foto beberapa bulan lalu, langsung dah dinyinyirin.
"Gimana mau hemat? orang jalan-jalan terus setiap hari"
Padahal mamak yang abis upload foto ini, ada di rumah dengan muka lecet, bau acem dan ASI, mata panda, rambut kek sapu ijuk, hanya karena kewalahan mengerjakan semuanya seorang diri, dan kekurangan piknik, lol.


Nasehat Konyol Tentang Jadi Istri Hemat


Tanpa sedikit menghiraukan hati saya yang terluka, kakak paling sering menasehati saya untuk berhemat.
"Coba berhemat Rey, kamu kan di rumah saja, coba masak saja, yang murah-murah saja, biar hemat"
Saya cuman senyum-senyum saja, sambil membatin,
"Yang murah itu kayak gimana sih, membandingkan dengan keadaan di rumahnya?"
Sampai detik ini, mama maupun bapak masih gemar mengunjungi kakak, demikian pula kakak, kadang 2 minggu sekali ke rumah mama, menjenguk mama yang memang sudah sakit-sakitan.

Dan setiap kali itu terjadi, means kulkas kakak bakalan terisi sehingga kebutuhan makan setidaknya aman hingga seminggu ke depan.

Sedangkan kami?
Apa coba yang bisa kami berhemat?
Saat menikah sama si paksu, saya cuman diberi jatah uang 1 juta hasil amplop orang-orang.

Setelah itu, kami ngekost, yang mana kami keluar dari rumah mertua nggak bawa apapun.

Kasur, panci, kompor, lemari, semua kami yang beli.
Etdah, di rumah kakak saya, meja, lemari, ranjang dan berbagai perabotan, semua dari bapak saya, karena bapak juga bisa bikin perabotan.

Terus dengan keadaan seperti itu, dia rajin banget mendikte saya.
"Anakmu jangan dikasih makanan pilih-pilih Rey, kasih saja indomie, ini anak-anak saya sejak kecil makannya indomie saja, memang mereka sakit, tapi lama-lama mereka kebal"
Saya cuman meringis, sambil dalam hati teriak.
"IYA LAAAAHH, ANAKMU SAKIT BUKAN MASALAH, ORANG KAMU KERJA DI RUMAH SAKIT, ANAKMU SAKIT TINGGAL KAMU AJAK AJA KE RUMAH SAKIT, PASANGIN INFUS, SELESAI, BIAYANYA BISA DIATUR, LAGIAN ADA BPJS, GAK ADA DRAMA ANTRI SAMPAI KHAWATIR ANAK KENAPA-KENAPA"
Dia lupa kali ya, berapa biaya kesehatan di Surabaya itu?
Sakit itu berarti kudu nyiapin uang ratusan ribu, dan tidak semudah itu mendapatkan pengobatan, kudu nunggu jadwal dokter praktek dulu, daftar dulu, antri dulu.

Sementara dia?
Mau anak hampir dehidrasi di pukul 1 malam, bisa langsung cusss ke RS dan pasang infus gak pakai antri, dan daftar belakangan saja.

HUWAAAAAAA....AKOOOOHHH MAU NANGISSSSSSS!!!!!

Sudah deh, kalau dijabarkan nggak bakalan habis list nasehat aneh yang diberikan orang-orang terhadap saya, hanya karena label 'boros' yang orang tua saya berikan sejak kecil, huhuhu.


KESIMPULAN!


Seperti biasa, agar tulisan bernada curhatan ini ada nilai manfaatnya, saya bakal memberikan kesimpulan yang semoga bisa diambil positifnya oleh temans semua.

1. Jangan pernah melabeli anak dengan kata negatif!


Alih-alih kasih label negatif, kayak saya dilabeli 'boros' mending kasih label positif.
"Wah kamu hebat loh nak, meski belum bisa nabung, tapi selalu berusaha untuk nabung, mama yakin besok kamu bisa nabung"
Terlebih jika memang keadaannya kayak saya, apanya yang mau ditabung? jarang dikasih uang jajan, nggak boleh nerima pemberian orang pula (bapak saya akan marah banget, kalau tahu kami ikutan saudara sepupu lainnya yang gemar minta uang ke om atau tante kami yang ekonominya berada)

2. Ajarkan anak berusaha sendiri untuk memiliki barang impiannya.


Sampai saat ini, saya nggak habis pikir dengan sikap bapak saya yang melarang saya jualan permen di sekolah, padahal seandainya tidak dilarang, itu bakal mengasah skill saya untuk nggak malu berjualan, serta melatih saya untuk melakukan usaha positif saat menginginkan sesuatu.

3. Hormati sepenuhnya keputusan anak, dan ridhailah.


Sesungguhnya tugas kita sebagai orang tua adalah menyiapkan anak berpisah dengan kita orang tuanya, karenanya setelah anak punya keputusan sendiri, sebijaknyalah kita menghormati keputusannya tersebut, terlebih jika itu memang bukan hal negatif.


Keputusan saya tinggal di Surabaya ditentang mama, karena mama ingin saya dekat orang tua dan jadi PNS di Buton. Sementara saya yang merasa selalu didikte di sana terlebih saya nggak mau masuk PNS melalui jalan sogokan, membuat keinginan kami berbeda.

Karena perbedaan tersebutlah membuat mama tidak pernah sepenuhnya ridha atas hidup saya, dan saya heran mengapa beliau masih heran melihat hidup saya tidak sesukses impiannya, sementara ridha itu tidak pernah diberikan, huhuhu.

4. Jangan pernah bercerita tentang masalah rumah tanggamu kepada orang tua atau keluarga yang kurang bijak.


Yang pertama, orang tua atau keluarga kita bakalan membenci pasangan kita.
Dan yang kedua, bisa jadi keluarga kita malah bertindak berlebihan seperti kakak saya yang malah menghubungi paksu di belakang saya, dan menularkan 'label' boros itu.

5. Jangan pernah sibuk mendikte hal tentang 'hemat' kepada orang lain, kondisi tiap orang itu beda!


Mungkin ada orang yang beralasan,
"Lah, dia kan ngeluh ke saya, jadi wajar dong saya kasih masukan!"
Ngasih masukan boleh!
Mendikte jangan!

Daripada ngajarin ini itu, coba ganti kalimatnya jadi kalimat saran dengan berbagai pilihan, misal,
"Kalau anakmu diajarin makan apa yang ada gimana? kayak saya sih biasanya saya kasih apa yang ada saja, kadang juga saya kasih mie instan"
Lalu saat si penerima protes bahwa anaknya bisa sakit sementara akses ke dokter dan biayanya itu sulit, maka berikan dia saran lainnya.

Sederhana, tapi kalimat mengajak itu jauh lebih menentramkan ketimbang mendikte.


Yah, demikianlah...
Semoga curhat gaje kali ini ada hal positifnya yang bisa diambil.

Sidoarjo, 30 Aug 2019

@reyneraea

35 komentar :

  1. Surabaya mana toh mbak.. aq loh stay di surabaya-sidoarjo.. hhee

    Untungnya saya anak terakhir mbak. Dan bener kata mbaknya.. Saya selalu diturutin.. bahkan yg belum q minta udah keduluan q kasih.. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya di perbatasan Sby-Sda :D
      Bener, ada bungsu selalu diutamakan :)

      Hapus
  2. Merasakan hal yang sama saat membaca bagian "ridho orang tua (khususnya ibu)"

    Saya sebenarnya setelah lulus kuliah di Solo, juga disuruh pulang dan nyari kerja dideket rumah aja, mbak. Tapi nggak mau. Pernah nyoba (dan sebernya pengen banget) merasakan kerja di Jakarta. Udah tes, udah psikotes, interview user, eh... Ending-endingnya nggak lolos. Ternyata, ibu saya nlmemang nggak merestui kalau anaknya pergi jauh-jauh. Yowes, akhirnya saya mbalek ke Solo lagi aja. Intinya merantau gitu aja. Hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kan, apalagi anak cowok, jadi noted buat saya sendiri, untuk mengikhlaskan anak sejak sekarang, agar besok2 saya bisa ridha melepas anak menyongsong cita-citanya :)

      Hapus
  3. Baca ini agak menahan nafas.. I feel you mbaa..

    BalasHapus
  4. salut mbak pernah jualan waktu SMP, aku sudah kelas 3 SMA saja belum berhasil menjual apa apa...harus kuatkan mental.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha tapi dilarang kemudian :D
      Ayo belajar jualan, pada akhirnya semua orang itu wajib jualan loh, tidak ada satu profesi di dunia ini yang nggak ada seni menjualnya :)

      Hapus
  5. Satu ciri khas mba Rey adalah selalu memberikan pesan-pesan moral based on pengalaman hidupnya.

    Keep fight mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama2 mba. Kapan nengok kampung kelahirannya nih. Janjian biar bisa bareng :)

      Hapus
  6. Wahai Mbakyu yang tersayanggggg....!

    Mbak Itu bukan " Istri Boros " !

    Melainkan "....

    " Istri Dermawan " ....

    ( Mas Dermawan ) maksudnya...hahaha,Cuma bercanda...😃😆😊😀, Kaboorrr...!!!

    BalasHapus
  7. #Protes...

    Saya pernah baca artikel Mbak, intinya Papanya Mbak pernah ke kost-an Mbak, namun karena ngak enak sama teman akhirnya Papa-nya nginap ditempat lain, itu artinya dulu Papanya pernah jenguk Mbak sewaktu masih kuliah.

    trus ditulisan diatas kok berbeda yahh...

    # Mohon dimaafkan kami yg protes ini.

    kok saya pakai kata kami..? Maksudnya saya sendiri.😀😊😆😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu setelah wisuda kang, sebelumnya mereka sama sekali ga pernah jenguk saya.
      Waktu semester 2 saya kena types, tapi yang datang cuman kakak saya, dan itupun lebih banyak di rumah om saya, jadi dia nggak seberapa ngerti dunia kos2an hahaha

      Hapus
  8. Saya Juga Anak Tengah Mbak...😃😆😀 Kakak saya Perempuan. #Yuk kita Tos.Senasib.

    Kalau Mbak pernah jualan Permen, saya pernah jualan : Pempek , Besi bekas , Pasir karungan , Jual nama Teman juga , hahahaha...😃😆😊#yg terakhir bercanda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih ngenes saya, anak perempuan tapi kakak perempuan, adik laki2, otomatis yang diutamakan adik dulu karena satu2nya laki2, terus kakak, karena dia anak pertama hiks

      Hapus
  9. #Soal Pakaian

    Dahulu mungkin Mbak pernah kesusahan utk beli Pakaian dalxm.# Maaf loh bukannya saya berpikir buruk.

    Saya juga mengalami kesusahan soal pakaian, Pernah sewaktu lebaran saya terpaksa merebus celana jeans saya.

    Tujuannya adalah ......

    Untuk merubah warna celana dengan menggunakan pewarna tekstil sehingga kelihatan baru di hari lebaran.#krn pada waktu itu ngak mampu beli.😂😂😂

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, maksudnya mama saya kurang memperhatikan kebutuhan saya kang, bahkan lebih ngeh bapak saya.
      Saya bahkan lebih sering dibelanjain bapak untuk kebutuhan pribadi, kayak pakaian bahkan perlengkapan sholat.

      Mungkin juga karena mama saya terlalu sibuk bekerja sih, sehingga beliau nggak bisa membagi perhatian yang sama kepada 3 anaknya dulu.
      mama saya jadi sedikit peduli saya sejak adik saya meninggal, hiks

      Hapus
  10. # Memberikan mie Instan Kepada Anak usia pertumbuhan , kira2 Sehat ngak yah...?

    Sehat Mana....?

    "Mie Rebuzzz "

    Atau

    " Mie Time ".

    Atauuu....!!!

    Mie-Kirin , Kamu....!

    #Maaf yg terakhir Cuma bercanda,😃😀😊😆, Kaboorr...!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. waddohhh ini kenapa komennya banyak amat? wakakakaka

      Maksud kakak saya adalah untuk tidak terlalu hidup rempong jika memang saya nggak mampu dan berakhir capek sendiri kang.

      Kakak saya soalnya kerja, anaknya 3, suami juga kerja, ga ada pembantu, jadinya anak-anaknya sering makan mie instan.

      Gara-gara itu anaknya sering sakit, tapi dia beruntung, mau anaknya sakit kayak apa, akses mendapatkan pengobatan itu mudah.

      Kalau saya kan nggak mungkin seperti itu.
      Kalau anak sakit hari Sabtu misalnya, duh stresnya minta ampun.
      Karena anak saya yang pertama itu langganan DSA, jadi kudu tunggu hari Senin buat ke dokter anak.

      Itu belom ngitung biayanya, minimal 500rebo lah kalau nggak aneh2 :(

      Hapus
    2. soalnya kalau dibuat satu kolom saja, saya khawatir ngak terposting kayak dulu tuh, Hahahah....

      Semoga anaknya selalu sehat yah, sehingga Ortunya bahagia dan nulis menjadi lancar, :)

      Hapus
    3. waaah betul itu kang, bete banget ya, udah nulis panjang2 ga kepost, diulang lagi udah nggak mood hahahaa,

      Btw thanks doanya :D

      Hapus
  11. Kalau ngak salah ' Dikalimat diatas Mbak menyebutkan " Saya Boros Apanya...? "

    Sini saya bisikin Jawabanya...!!😊

    " Yg Boros itu adalah tulisan Mbak, Soalnya panjang bingitz,hahahaha...."#Bercanda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwkwwk, gapapa boros tulisan kang, biar belajar nulis terus hahahaha

      Hapus
  12. Buat Om - Om , Tante - Tante , Adik - Adik dan rekan rekan dibawah ini,Mohon Maaf yeee...soalnya sudah borong space Kolom Komentarnya....maklum sedang semangatz Bewe.

    Ohy...buat teman teman yg lainnya, Maaf saya belum bisa bewe, Soalnya saya sedang....!!!.... " ada deh...haha.😊✌

    BalasHapus
  13. Saya terbawa suasana baca curhatannya mbk rey ini, ikut mikir dan sebel juga. Panjang tapi nggak bosen bacanya. Memang melabeli seseorang dengan kata negatif itu bisa berdampak buruk. Bisa jadi bakal beneran terjadi atau malah sebaliknya, tapi malah jadi fitnah. Kayak mbk rey ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. di saya jadi fitnah dan juga beneran, tapi borosnya kayaknya lebih ke makanan.
      Saya picky sih kalau makan, diikuti anak-anak saya huhuhu

      Hapus
  14. label negatif emang ngefek banget ya, sampai skrg jg kerasa, kadang masih insecure sm diri sendiri.
    kalau saya dulu kebalikan: dibikin prihatin mulu..,kalau minta duit, suka diceritain sedih2nya mulu nyari uang, alhasil kalau mau beli apa2 mikirnya 7 hari 7 malam LOL, nah sampe skrg tuh masih kebawa, padahal suami bilang: ya udah kamu mau apa..ambil, itu pake merenung dulu di depan deretan baju:S

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaahhh samaaahhh ahahahaha

      Sayapun mba, itu yang bikin saya jarang minta ke ortu, meski butuh tapi ga berani minta, hiks.

      Ya Allah, dan saya baru ingat, kadang saya nggak sengaja melakukan hal serupa kalau anak udah mulai banyak pengen ini itu, astagfirullah huhuhu

      Hapus
  15. Curcolan yang panjang sekali mbaaa, tapi entah kenapa asik saja dibaca sampai habis hahahaha. By the way, saya bisa merasakan bagaimana kesalnya mba Rey sebagai anak tengah yang selalu merasa nggak diberikan keadilan. Walau saya bukan anak tengah, tapi sedikit paham bagaimana rasanya dilabeli dengan kata-kata negatif :3

    Tapi dari pengalaman yang keras itu, saya bisa melihat bagaimana mba Rey berubah jadi sosok yang super strong dalam setiap kondisi (akibat baca-baca cerita di blog ini jadi menyimpulkan sendiri) hihi, dan semoga ke depannya terus strong untuk membuktikan ke paksu dan keluarga kalau apa yang mereka bilang itu nggak benar hehe. Sedih juga rasanya kalau dibilang boros padahal yang mau 'dibuang-buang' saja nggak ada.

    Semangat terus mba! <3

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe makasih banyak :)

      Bener deh, untungnya semua ketidak adilan itu malah membuat saya lebih kuat :)

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)