Ketika Adik Berpulang di Tahun 1999

adik meninggal dunia

Ketika adik berpulang ke rahmatullah, di tahun 1999 silam, rasanya bagaikan mimpi, begitu cepat dan tiba-tiba.

Bagaimana tidak, penyebab kematiannya hingga kini masih samar, tak ada yang benar-benar tahu apa yang terjadi kepada adik tercinta.


Iya, saya dulu adalah anak kedua dari 3 bersaudara, saya punya adik laki-laki dengan beda usia 6 tahun dari saya.

Tapi itu dulu!

Kronologi Adik Berpulang: Kamis, 5 Agustus 1999

Siang itu (saya sudah lupa tanggalnya sekitar tanggal 5 atau tanggal 12, Agustus 1999), lebih tepatnya menjelang sore,  seperti biasa saya sedang menyapu di halaman samping rumah, sambil sesekali mencabuti rumput liar di taman.

Ketika itu saya memang sudah lulus sebagai anak STM, dan sedang menanti kabar kelulusan UMPTN di Unhalu, Kendari.

Tiba-tiba, teman-teman adik, Maykel (11 yo), datang dan menjemput adik saya pergi main naik sepeda.Namun, tidak lama kemudian, adik saya pulang dengan murung.

Saya yang sudah terbiasa melihat dia seperti itu, cuek saja dan malah sibuk tenggelam dalam lamunan sambil membersihkan halaman.

(Duh, sebenarnya malas banget nulis ini, bikin air mata banjir lagi, dan hati patah banget!, tapi harus, biar bisa ikhlas lagi)
Menjelang Magrib, mama menyuruh adik mandi, dia mandi sambil malas-malasan.

Setelah mandi, mama yang khawatir melihat adik murung saja, menyentuh dahinya dan terkejut karena badan adik sedikit demam.

Dan seperti biasa, mama selalu menyuruh anak-anaknya segera istrahat atau tidur saat demam, tentunya setelah minum penurun panas berupa tablet parasetamol.

Tidak banyak yang saya ingat malam itu, kami tidur di kamar depan yang merupakan kamar bapak.
Nggak tahu kenapa.
Adik nggak mau makan, cuman mau minum segelas susu, lalu sayapun ikut tertidur di sampingnya.

Oh ya, kami biasa tidur bersama sejak kecil.
Saya, mama dan adik Maykel.


Kronologi Adik Berpulang: Jumat, 6 Agustus 1999

Tengah malam, tiba-tiba saya terbangun oleh mama, beliau meminta saya menjaga adik,
"Reyne, bangun nak, tolong jaga adikmu, mama mau panggil dokter, adikmu koma
Saya terbangun dengan kebingungan, melihat adik saya.
Dalam temaram lampu, saya melihat adik tertidur dengan tenang.

Waktu itu, saya sungguh bingung, apa maksud mama mengatakan adik koma? bagaimana mama bisa menilai adik koma? sementara adik tertidur dengan tenang?

Tidak berapa lama, mama datang bersama dokter, beruntung rumah dokter berada tepat di deoan rumah mama.

Sang dokter langsung memeriksa adik, dan tidak berapa lama, mama meminta saya memasukan baju ke dalam tas, karena kata mama adik harus dirujuk segera ke rumah sakit.

Saya menuruti permintaan mama dengan kebingungan.
Bingung, karena saya di usia 17 tahun dan belum bisa packing baju orang lain, lol
Dan juga bingung, memangnya adik sakit apa? sampai koma dan dirujuk segala?

Semua berlalu begitu cepat, saat mobil siap di depan rumah, adik saya diangkat menuju mobil, saya tetap masih kebingungan melihat orang-orang.

Dan lebih bingung lagi, saat kemudian, adik saya dibawa masuk rumah kembali.

"Ikel, sudah pergi" kata mama (Ikel nama panggilan adik saya).
Saya diam, tidak tahu mau berkata apa? mau berekspresi apa?
Lalu dari masjid terdengar suara alunan adzan Subuh, yang entah mengapa hari itu suara adzan begitu merdunya.

Setelah itu saya tetap kebingungan, sedikitpun tidak meneteskan air mata.
Padahal saya super cengeng banget.

Sampai akhirnya, matahari mulai mengintip, keadaan mulai terang.
Tetangga mulai berdatangan, bibi saya (panggilan buat kakak bapak saya) yang tinggal di samping rumah kami, tiba-tiba datang dan menangis meraung-raung.

Di situlah saya mulai ikutan menangis.

Iya, saya mulai dibawa ke alam sadar.
Sadar bahwa adik kesayangan saya satu-satunya sudah pergi, untuk selamanya dan nggak akan kembali lagi.

Hari semakin siang, semua saudara mulai berdatangan, tetangga-tetangga, orang-orang banyak memenuhi rumah kami.
Baik yang saya kenal maupun tidak.

Mama memang seorang perawat yang merangkap kerjaan bidan di daerah tersebut, beliau sering banget membantu orang sakit di rumah pasien.

That why, saat itu banyaaaakkk banget orang yang bahkan nggak kenal banget pada datang melayat.

Mama sendiri?
Beliau duduk diam di samping adik, yang bajunya telah digunting dan mulai ditutupi kain.

Wajah mama sama sekali tanpa ekspresi, sama sekali tidak ada air mata yang terjatuh.
Justru, melihat mama seperti itu, saya semakin terpukul.

Saya tahu, betapa adik saya adalah segala nya buat mama.
Mama begitu mencintai adik saya, karena dia anak laki-laki satu-satu harapan mama.

Rasanya, hari itu begitu cepat berlalu.
Saya lebih sedih karena nggak bisa berlama-lama menjaga adik seperti mama di sampingnya.

Saya harus stand by di dapur,  melayani orang-orang yang kerja, memasak sesuatu buat pelayat.
Itu deh, kadang kebudayaan di sebuah daerah tuh memberatkan banget.

Sudahlah kita masih berduka, ehhhh malah sibuk masak buat ngasih makan pelayat, hiks.

Adik di makamkan sekitar pukul 3-4 sore, dan sekali lagi, saya sedih karena hanya kebagian mencium pipinya sedetik saja, karena dimarahin orang-orang tua kalau kelamaan.

Saat melihat tampilan adik terakhir kali, hati bagai tersayat-sayat.
Adik saya yang menjadi teman terbaik, teman musuhan terbaik, teman berbagi terbaik..
Dia memakai pakaian putih, ada kapur barus di hidungnya.

Huhuhuhuhu..
Tega banget orang-orang menciptakan bayangan seperti itu sebagai kenangan terakhir saya melihat adik kesayangan itu.

Selanjutnya, di antara rintik hujan sore hari, saya terseok mengikuti langkah orang-orang yang memikul keranda berisi adik saya.
Kami semua bergegas menuju makam.

Di sana, saya nggak sanggup melihat tubuh kaku adik dimasukin ke liang lahat.
Saya takut, adik saya masih hidup dan kami tinggalkan sendiri di dalam tanah.

Saya ingin berteriak mengatakan hal tersebut, tapi saya takut karena orang-orang yang dituakan sibuk mengelilingi makam adik saya dan membacakan doa.

Setelah semua selesai, kami bergegas pulang ke rumah, masih banyak hal ribet lainnya menanti.
Adat istiadat Buton memang begitu ribet dan sejujurnya sangat memberatkan.

Eh tapi, daerah lain juga ding, karena pemahaman adat istiadat dan budaya yang dicampur adukan dengan agama.

Tapi, semua tidak semudah itu, karena sesampainya di rumah, mama menangis tanpa henti hingga acara malam peringatan 7 hari kepergian adik.

Saya sedih tak terkira, 

Pertama, saya nggak tahu apa yang kudu dilakukan, saya nggak bisa masak, saya nggak pandai melayani tamu yang seabrek.
Duh ye, anak perempuan 17 tahun dan nggak bisa mandiri melayani tamu, ckckckck.

Kedua, saya semacam kehilangan 2 orang, adik dan juga mama, huhuhu.

Beruntung, di hari ke tujuh mama sudah bisa kembali ke dunia nyata, sudah mau makan meski sedikit, dan mau mengikuti kami, saya dan saudara-saudara sepupu serta orang yang dituakan, ke sungai mandi melepas kotoran.

Setidaknya saya menyebutnya demikian.
Ada adat dan budaya di Buton, yang mana setelah ada keluarga yang meninggal, kami dilarang bersih-bersih.

Nggak boleh nyapu, nggak boleh cuci baju, bahkan sebenarnya nggak boleh mandi, tapi plis deeehhh!
Tujuh hari!!! Kebayang nggak sih berapa senti tuh dakinya, lolololol.

Setelah 7 hari, kami harus datang ke sebuah sungai atau apa saja yang intinya air yang mengalir, untuk bebersih semuanya.
Satu persatu kami dimandiin, terus kami bisa sekalian nyuci dan pulang ke rumah bebersih rumah.

Menurut orang-orang tua, selama 7 hari, roh adik masih ada dalam rumah.
Membersihkan sesuatu itu sama saja mengusirnya dengan cepat.

Sungguh, bagi saya yang idealis, itu sungguh lucu.
Tapi ya sudahlah, saya mana berani melawan orang-orang tua?


Penyebab Adik Berpulang

Kehidupan saya mulai membaik lagi setelah akhirnya mama mau berbicara, mau makan dan mengurangi tangisannya.

Memang ya, dalam sebuah rumah, seorang ibu adalah mataharinya rumah.
Jika mataharinya bersedih, rumahpun jadi mendung.

Mama juga akhirnya mau mencari tahu, sebenarnya apa penyebab meninggalnya adik.
Secaraaa, sungguh terlalu tiba-tiba kepergiannya.

Orang lain saja shock bukan kepalang, saat mendengar kabar adik meninggal.
Karena baru saja kemarinnya, mereka melihat adik saya bersepeda keliling kampung.

Karena mama mulai mau berbicara, beliau juga baru bisa melayani tamu yang datang dengan sejuta cerita.

Dari tamu-tamu tersebut, kami baru tahu, ternyata di hari Kamis, sehari sebelum kepergiannya.
Adik saya bersepeda keliling kampung sampai ke ujung banget, ke lokasi yang bahkan tidak pernah dia datangi dengan sepeda sebelumnya.

Seolah dia hendak berpamitan.
Hiks... mengapa kau berpamitan pada seisi kampung, tapi pada kakak Nyenye mu, enggak?
(Btw, waktu kecil, adik saya memanggil saya dengan sebutan kaka Nyenye).

Dan, dari berbagai info, baik yang bapak maupun mama kumpulkan, terkuaklah.
Ternyata, saat itu adik jatuh dari pohon kelapa.

Sayangnya, teman-temannya tersebut masih terlalu kecil untuk menceritakan secara detail kejadiannya.

Kata mereka, adik saya naik sepeda lalu main ke sebuah tempat lapang yang ada pohon kelapanya.
Mereka bermain hebat-hebatan.

Adik saya berkata,
"Saya hebat! saya Maykel Jeksen!"
(Btw, nama adik saya sebenarnya diberi oleh bapak, terinpirasi dari nama anak bosnya selagi di Manado, nama anak boss nya tersebut adalah Michael, tapi karena dipanggil Maykel, jadinya bapak ngasih nama dengan tulisan Maykel, lol)

Setelah berkata demikian, demi membuktikan kehebatannya, dia memanjat kelapa tersebut, dan sukses jatuh.
Sayang banget, tidak ada seorangpun yang bisa menjelaskan dengan detail bagaimana cara dia jatuh, apanya yang duluan jatuh?, apanya yang terbentur benda keras? dan sebagainya.

Menurut mama, yang sedetikpun tidak meninggalkan jasad adik saat belum dimakamkan, tidak ada tanda vital dari organ dalam tubuh yang bermasalah.

Satu-satunya yang aneh cuman dagunya yang lecet dan setelah meninggal terlihat berwarna ungu.
Jika seandainya adik meninggal karena kepalanya terbentur dan bermasalah, pastinya ada tanda seperti darah yang keluar dari telinganya, hidungnya, mulutnya or something.

Tapi ini sama sekali enggak!

Bukan main sedihnya kami mendengar semua itu.
Terlebih mama dan bapak.

Mereka sadar, semua itu terjadi karena adik saya takut mau menjelaskan kalau dia habis jatuh, takut dimarahin.
Dan takut dimarahinnya berakibat fatal banget huhuhu.


Cobaan Dan Hikmah Dari Adik Berpulang

Allah, tidak akan pernah memberi sesuatu kepada hambaNya di luar batas kemampuan hambaNya.
Baik itu cobaan, mapun rezeki.

Pun juga, kepergian adik saya tersebut, bukanlah hal di luar batas kemampuan kami.
Adik pergi karena memang dia milik Allah, yang dititipkan Allah sementara untuk mewarnai keluarga kami.

Sejak kepergian adik, ada beberapa hikmah yang terjadi dalam keluarga kami.

1. Bapak jadi lebih calm terhadap kami, anaknya

Di berbagai postingan saya, sudah sering dijelaskan, betapa galaknya bapak saya.
Kadang saya bersyukur adik nggak lama hidupnya, karena kalau adik saya besar, kayaknya bakalan saling bunuh ama bapak yang galak itu.

Sejak adik meninggal, bapak jadi lebih calm terhadap kami, bukan sabar, tapi memilih menghindar jika kami berulah.

2. Mama jadi lebih peduli ke saya

Sejujurnya, saya kehilangan mama sejak adik saya itu lahir.
Mama begitu mencurahkan semua perhatiannya ke anak lelaki satu-satunya itu.

Ah, kalian pasti tahu bagaimana nasib anak kedua seperti saya.
Anak perempuan yang berada di tengah kakak perempuan dan adik laki-laki.
Saya sungguh tidak masuk ke prioritas mama saya hiks.

3. Saya jadi parno

Ini sebenarnya nggak masuk dari hikmah sama sekali ya, tapi masuk ke cobaan jangka panjang, hehehe.
Gara-gara adik saya meninggal tanpa kejelasan apa penyebabnya, hanya mendengar cerita bahwa dia jatuh dari pohon.

Saya tumbuh jadi wanita yang super parno.
Saking parnonya saya selalu uring-uringan kalau Darrell telat pulang dari main, uring-uringannya sampai parah banget.

Padahal, saya cuman mau ngomong ke Darrell, betapa khawatirnya saya kalau dia pulang telat.
Apalagi dia pernah pulang ke rumah dalam kondisi mulut penuh darah, lalu berakhir dengan kami heboh cari dokter gigi anak di Surabaya.

Kebayang nggak sih, jantung saya nyaris stop saat itu juga

Butuh waktu lama sampai saya mau berdamai, meskipun nggak benar-benar berdamai, untuk membolehkan kakak Darrell bersepeda bersama teman-temannya.

Demikian juga dengan si papi.
Saya bakalan ngamuk banget, kalau beliau berangkat kerja, sampai di kantor nggak mau ngabarin.
Saya harus tahu, kalau beliau baik-baik saja dan masih hidup.

Banyak orang yang nyinyir mengatakan saya ibu yang lebay.
Tapi pesan saya cuman satu.

Maykel Raea
Until we meet again adikku sayang,
kau tau? ada banyak cerita yang ingin kuceritakan,
karena kau luput ketahui, semenjak kepergianmu

Kau akan tahu, apa alasan kelebayan saya, saat kau merasakan sakitnya hati saat adikmu pergi tanpa pesan, terlebih adikmu berada di dekatmu!

"It's been a long day.. without you, my love
And I'll tell you all about it, when I see you again
We've come a long way.. from where we began
Oh I'll tell you all about it
When I see you again
When I see you again"



Sidoarjo, 30 Juni 2019

@reyneraea

15 komentar :

  1. saya pernah merasakan hal yang sama ketika adik aku juga berpulang bu dan sakitnya aku tak pernah sempat melihatnya sebelum ia pergi karena aku jauh di negeri orang, aku dah beli iphone unruk dia karena dia dah pesan belum aku kirim sudah ada kabar dia meninggal hpnya aku timpuk pake batu karena sedihnya maaf jdi curhat, dia penghuni surga bu anak yang kelak menunggu orang tuanya bahkan akan memberi syafaat kepada orang tuanya

    BalasHapus
    Balasan
    1. huhuhu, semoga adiknya juga mendapatkan tempat yang indah di sisiNya ya

      Hapus
  2. walaupun saya tidak mengalami karena saya anak terakhir dari tiga bersaudara, namun saya bisa ikut merasakan kesedihan yg telah dialami oleh mbak Rey maupun bang Rusdi jika saya diposisi anda berdua. Kehilangan orang yg sangat dikasihi sungguh berat dan sulit utk bisa menerimanya. Butuh waktu yg tidak sebentar. Walaupun pada hakekatnya setiap manusia akan kembali kepada Sang Pencipta, namun cara kepergiannya dan waktunya sering tidak sesuai seperti apa yang kita kehendaki

    BalasHapus
  3. Bener banget kehilangan orang tercnta itu sangatlah membuat hati sedih dan sulit untuk terima itu semua,dan butuh waktu lama untuk menggiklaskannya.Dulu saya juga pernah menggalaminya kehilangan paman tercinta.

    BalasHapus
  4. Saya mengucapkan berduka cita atas meninggalnya adik Mbak Yaitu Michael J, semoga Sang Adik Berbahagia dialam sana.

    Kehilangan orang yang dicintai memang tidak mudah dilupakan, tapi mau apalagi, alur kehidupan memang seperti itu, datang lalu pergi, ada yang lahir maka akan ada pula yang.....*

    Saya cukup terharu membaca tulisan ini, saya sudah tahu perihal ini dari artikel lainnya, tapi tulisannya belum sedetail ini.....

    Membaca ini mengingatkan saya akan Almarhum Ayah Saya yang meninggal di bulan Juli 2018 yang lalu, pokoknya tidak mudah melupakan sosok yang kita cintai dan sayangi.

    " Selagi mereka masih ada , yah kita harus berupaya memaksimalkan untuk membahagiakan mereka..., bayangkan kalau kelak mereka akan.....*

    Semoga Mbak Sekeluarga diberikan kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi ujian ini.

    1. Artikel ini di buat pada tanggal 30 Juni 2019, nah ini yang membuat saya binggung. :) setahu saya, semua artikel terbaru di blogini sulit lolos dari pantauan saya, lah kok artikel ini kok lolos dari pengawasan saya,hehehe.


    mmmm....apakah ini tulisan lama namun di rubah tanggalnya, Mbak....?? #ciee saya kok kayak Panwasblog, hahahah.

    2. Saya juga anak Ke.02, dari 5 bersaudara, tapi yang satunya sudah dipanggil Oleh Allah Ketika masih berumur kalau ngak salah dibawah 7 bulan. Jadi sekarang kami tinggal 4 bersaudara.cewek satu,laki laki 3.

    Ketika adik balita saya meninggal, saya tidak menangis, soalnya waktu itu saya juga masih kecil dan belum mengerti apa2.

    4. Ingat Nama Michael, saya jadi ingat User Name akun POINT BLANK saya, sebuah nama untuk login Untuk Permainan Game Online. #maaf yg ini cuma curhat.lupakan saja.hehehe.

    5. Kalau Adik Mbak meninggal di bulan Agustus'99, Ayah saya Meninggal di Bulan Juli 2018.

    6. Ohy..kakak tertua Mbak, pada waktu itu ada dimana yah...?

    7. Kalau ngak boleh Mandi dan ngak boleh bersih bersih rumah, wahhh...kuman kuman pasti pada senang dong, hihihi...., bercanda.

    Dari pengalaman saya yang dahulu pernah naik naik pohon kelapa, luka di dagu disebabkan karena dagu terbentur dengan pohon kelapa kerena merosotnya terlalu cepat, karena dagu terasa sakit, maka secara otomatis orang yang naik pohon kelapa biasanya bakal melompat dari ketinggian yang sedang, sehingga bagian tubuh bagian lain tidak cedera.

    #mmmm..hapus air matamu Mbak. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. bhahahahahaha, kang Nata ih, merusak suasana sedih ahahahahah :D
      Btw turut berduka cita buat ayahnya ya, semoga mendapat tempat indah di sisiNya, dan kang Nata serta ibu dan saudaranya diberi kekuatan dan kesabaran selalu, aamiin.


      1. Kang Nata yeee, kalah juga bawaslu, tajam banget pengamatannya buahahahahah.
      Iyaaa... artikel ini aslinya udah lama ngendon di draft, terus mau saya publish di tanggal 30 Juni kemaren, eh nyatanya nggak sempat, baru kemaren sempat dan pas di publish lupa ganti waktunya, ya udah gapapa deh jadinya mundur hahaha

      2. Kalau masih kecil memang kadang nggak ngerti ya, paling sedikit heran, mana nih adik bayi?

      3. eh nomor 3 nggak ada ya? wkwkwkwk

      4. hahaha, namanya Maykel, tulisannya juga Maykel, gara-gara bapak saya mah sedikit oon wkwkwkwkw *ups

      5. beda bertahun-tahun tapi bulannya beda sebulan ya hehe

      6. Kakak saya nggak tinggal di rumah sejak kelas 6 SD, dia diajak tante saya, kakak tertua mama saya untuk tinggal di rumahnya temanin adik sepupu kami.

      7. Saya tetep mandi lah kang, atuh mah, saya mah sejak dulu paling nggak bisa percaya hal-hal yang nggak masuk akal, hahaha.
      Jadiii, kalau orang-orang yang dituakan lagi nggak di rumah, saya cepet2 mandi.
      Nyapu juga tetep, meski sampahnya nggak dibuang di luar hahaha

      Bisa jadi kang, yang bikin kami patah hati banget gara-gara itu kang, sampai sekarang kami nggak tahu pasti apa penyebab meninggalnya, kalaupun cuman dagu mengapa bisa fatal ya?
      Mungkin memang udah ajal kali ya hiks

      Hapus
  5. Innalillahi, turut berduka cita kak. Februari kemarin adik bungsu aku juga meninggal, aku merasakan apa yang ka reyne rasakan. Semoga ka rey dan keluarga diberi kekuatan serta ketabahan ya, tugas kita yang masih ada sekarang tinggal mendoakan yang sudah pergi duluan😭 semoga almarhum diterima disisiNYA Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Turut berduka juga ya, semoga adiknya tenang di alam sana, aamiin

      Hapus
  6. Baca baris pertama pun buat saya langsung sedih, meskipun saya tak pernah merasakan kehilangan adik atau kakak tercinta. Tapi sama hal nya dengan penyakit yang diderita oleh anak saya. Sehat dan tak kenapa-kenapa. Usia satu bulan justru dirawat di RS sampai 3 Minggu lama nya. Karena pendarahan di otak itu pun diketahui saat setelah melakukan ct-scan kepala. Padahal saat lahir normal dan sehat. Itu yg buat saya sampai sekarang tanda tanya! Namun selalu ada hikmah di setiap kejadian. Suami yang sebelumnya galak, kurang perhatian semenjak kehadiran anak kedua saya dengan keterbatasan tumbangnya saya bahagia suami menjadi lebih kalem lagi, dan perhatian banget.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampuunn, betapa terpukulnya itu mba, tapi emang ada hikmahnya ya, semoga semuanya sehat selalu, aamiin :)

      Hapus
  7. Duh mbak saya jadi mewek bacanya

    BalasHapus
  8. turut berduka cita mbak
    anak kecil kalau habis main dan jatuh atau apa kebanyakan memang nggak cerita ke orang rumah, sama kayak adikku, tau tau udah benjol itupun pinter pinternya dia ditutupi

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)