Bunda, Pola Asuh Anak Kita Berbeda, Karena Kondisi Kita Berbeda

pola asuh anak

Sharing By Rey - Pola asuh anak kita pasti selalu benar, terlebih karena kita sudah banyak mempelajari berbagai ilmu parenting.

Sound emak-emak banget nggak sih?


Zaman sekarang, baik para bunda yang memang masih butuh belajar lebih bijak dalam bersosialisasi, hingga para bunda yang memang sudah semacam khatam etika bersosialisasi, rasanya masih sulit melepaskan sikap nyinyir, atau mungkin terkesan nyinyirnya.

Lihat anak orang yang berlaku beda dengan anaknya, langsung auto nyinyir.
Terlebih kalau lihat orang tua lain yang memperlakukan anaknya, tidak sesuai dengan cara kita memperlakukan anak kita, dijamin langsung auto nyinyiiirrrr...

Siapa Rey?
Banyak bunda!
Termasuk saya kadang tanpa sadar, lol.

Terlebih ya, sebagai seorang blogger yang memang kerjaannya menulis dan membaca, Alhamdulillah ilmu semakin luas, terlebih masalah parenting.

Langsung rasa sombong tanpa sengaja menyeruak tak terbendung, sombong itu dalam hal, ingin mengkritik semua orang yang nggak sesuai dengan teori yang kita pelajari itu.

Pokoknya, baca ilmu ini atau itu tentang parenting, apalagi kalau yang nulis seseorang yang bisa disebut influencer, langsung deh kita aamiin-in, lalu lupa praktek ke anak sendiri, karena malah fokus mencari kesalahan pola asuh orang tua lain ke anaknya.

Dudududu... *tutup muka saya malu, lol.

Ye kan, ilmu yang dipelajari si influencer itu dari pakar parenting loh, lulusan perguruan tinggi terkenal, yang mana ilmunya itu sudah diteliti oleh banyak pakar dalam kurun waktu yang lumayan lama.

Sudah pasti pola asuh anak sesuai ilmu parenting itu adalah yang terbaik!
Titik, nggak usah kasih koma, lol.

pola asuh anak dari ibu

Jadi, kalau si bunda ini memperlakukan anaknya dengan pola asuh yang tidak sesuai ilmu tersebut, sudah sangat pasti dia salah, dan kudu belajar kayak saya!


Pola Asuh Anak Selaras Dengan Kondisi


Padahal!
Sesungguhnya, pola asuh itu amat sangat bergantung dengan kondisi atau keadaan.

Memang sih, demi menciptakan generasi lanjut yang lebih baik, seharusnya no excuse akan kondisi.
Tapi apalah daya, orang tua juga manusia, meski tetap menjadi malaikat di benak anak kecil.

Saya sendiri, sudah bertekat dengan penuh semangat, agar anak harus bisa saya didik dengan pola asuh yang baik, belajar ilmu parenting lebih dalam.

Agar nantinya, anak bisa tumbuh dengan bahagia, tidak seperti masa kecil saya yang lebih banyak bayangan pedihnya ketimbang bahagianya, huhuhu.

Saya tidak boleh membentak anak, tidak boleh memaksa anak, saya harus jadi ibu yang menyenangkan buat anak, mendampingi tumbuh kembang mereka dengan baik, mencukupi nutrisinya dan semacamnya.

Itu ekspektasi saya.
kenyataannya?

Ternyata tidak semudah itu beibeh!

Pola asuh yang sesuai teori parenting modern itu?

Kenyataannya?
Semakin bertambah usia yang dalam bayangan saya, anak bakalan lebih mengerti, lebih mandiri.
Eh nyatanya malah semakin membutuhkan perhatian penuh dari seorang ayah dan ibunya.

Sayang di sayang, kondisi tidak memungkinkan agar ayah bisa hadir setiap saat seperti normalnya teori parenting yang ada itu.
Ya kaliiiiii..
Biaya hidup itu tinggal petik di pohon depan rumah?
Ya kaliiii...
Biaya pendidikan yang terbaik itu GRATIS?

Butuh duit oii!
Dan zaman sekarang, tidak semua orang beruntung dengan mudahnya mendapatkan duit, hiks.
Jadilah, sang ayah kudu melakukan apapun demi duit, meski harus meninggalkan anak istrinya berhari-hari.

Apa kabar kehadiran ayah yang penting dalam fitrah anak?


pola asuh anak dari ayah

Tidak bisa sebanyak itu waktu kebersamaan mereka, terpaksa ibu yang ambil alih, meski tentunya berbeda dengan saat ayah yang mengajarinya.

Ya kan, saat ayahnya di rumah, bisa digunakan full untuk bonding ayah dan anak.
Ekspektasinya sih gitu!
Kenyataannya?

Kalau ayah di rumah?
Kerjaan menanti, terlebih anak ada dua dong ya, beda usianya lumayan jauh pula, so kebutuhan bonding-nya juga beda. 

Belum lagi ayah kudu bantuin bundanya untuk mengambil alih tugas rumah.
Ye kan, udah 24 jam per 6 hari dalam seminggu, bunda mengurus anak dan rumah seorang diri.

Seminggu sekali bolehlah bunda diberi keringanan untuk istrahat sebentar, biar tetap waras.
Robot aja bakalan rusak kalau kerja mulu 24/7, demikian pula manusia.

Begitulah, menerapkan teori parenting itu tidak semudah bunda lainnya beibeh!



Pola Asuh Anak Kita Beda, Karena Kondisi Kita Juga Beda


Dahulu kalau, sewaktu saya masih single, saya sudah bertekad akan mengasuh anak saya dengan baik, dan diam-diam eh bahkan kadang terang-terangan menyalahkan pola asuh ibu lainnya (tentunya dengan bahasa yang halus dong).
"Mba, anaknya jangan di bawa ke dokter melulu, dokter spesialis anak tuh biasanya ngasih obat paten yang notabene mahal, yang bikin anak kebal terhadap obat generik yang terjangkau"
Kata si ibu,
"Biarin ah Rey, biar cepat sembuh, saya nggak bisa cuti lama buat jagain anak sakit soalnya"
Lalu dalam hati, saya berjanji bakalan tidak seperti itu.

Eh pas hamil pertama kali?
Bahkan anaknya masih dalam kandungan, si mamak Rey malah cari dokter kandungan yang mihilnya ampun-ampunan, hahaha.

Sewaktu anak pertama lahir, saya sempat bawa ke puskesmas buat imunisasi, ye kan dia kudu familier ama obat biasa yang terjangkau.

Nggak tahunya dia panas tinggi dan butuh waktu seminggu lebih buat mengobati demamnya.
Pas imunisasi selanjutnya babay deh puskesmas.
Yang bener saja saya kudu cuti seminggu buat urusin anak sakit?

Jadi berteman baik lah saya dengan dokter spesialis anak yang mahalnya bikin seolah saya kerja cuman buat bayar dokter spesialis anak hahaha.

Giliran anak kedua lahir, Alhamdulillah sampai sekarang dia masih tidak familier dengan dokter spesialis anak.
Dia batuk kek, demam kek, saya siap sedia mengobati pakai GADDD

Iya, saya memilih mengobati anak kedua sendiri tanpa kudu ke dokter spesialis anak, terlebih sakitnya masih standar-standar saja Alhamdulillah.

Kok bisa?

Karena kondisi saya saat mengasuh anak pertama dan kedua itu beda!
Anak pertama dulu saya masih kerja, nggak mungkin banget saya harus begadang gendong si kecil yang sakit berhari-hari kan, terpaksa harus cari obat yang lebih cepat menyembuhkan penyakitnya, even itu antibiotik, hiks.

Terlebih, saat saya kerja, kan otomatis duitnya juga ada.

Beda banget dengan anak kedua, kondisinya saya udah nggak kerja di luar, saya kerja freelance saja. Jadi bisalah libur kerja sesuka hati demi menjaga anak sakit.

Terlebih, duitnya nggak sebanyak dulu saat saya kerja hahaha.
So, terlihat jelas kan, bagaimana kondisi mempengaruhi pola pengasuhan, even masalah kesehatan anak?

Demikian pula dengan pola asuh anak dalam mendampingi tumbuh kembang anak.
Dulu mah si kakak melewati tahapan merangkak hingga akhirnya keseimbangannya terganggu.

Tapi itu bukan terjadi begitu saja.
Ye kan dulu yang jagain si kakak bukan saya, mungkin saja yang jaga nggak kuat kudu mengawasi si kakak yang merangkak di lantai yang lebih sering kotornya ketimbang bersihnya.

Bahkan meski si kakak jarang injak lantai, tapi tetep saja dia nggak lolos dari muntaber, huhuhu.

Beda lagi dengan adiknya, karena saya yang mengasuhnya langsung, so si adik mah paling jago merangkak. Dan Alhamdulillah nggak pernah diare apalagi muntaber.

Ye kan, mamaknya dulu ngepel 20 kali sehari, demi menjaga lantai selalu bersih dari kuman karena si adik mau merangkak di lantai.

Karena hal-hal seperti itu, membuat saya jadi sedikit lebih bijak dalam menyikapi pola asuh orang tua lain terhadap anaknya.

Mau anak orang nangis, lalu orang tuanya langsung kasih es krim, ya biarin saja.
Mungkin saja orang tuanya lagi sibuk, sehingga tak punya waktu buat meladeni tantrum anaknya.
ye kaann... siapa tahu???

Anak orang dilarang main di tanah, anak orang dijaga setengah mati kebersihannya, anak orang diawasi dengan ketat geraknya, dan semacamnya.
Ya biarin saja..
Siapa yang tahu, mungkin saja si orang tua pernah trauma sehingga demikian protect-nya kepada anaknya.

Atau yang mungkin ekstrim dilihat orang.
Anak orang main gadget mulu??
Ya biarin saja!
Siapa yang tahu kan, mungkin saja orang tuanya sibuk cari uang buat bayar kebutuhan mendesak?

Dan sebagainya.

Intinya sih, hanya karena kita melihat pola asuh anak orang berbeda dengan pola asuh yang menurut kita benar, bukan berarti orang lain adalah orang tua yang buruk banget, dan kita orang tua yang keren banget.

Semua orang tua itu hebat!
Bagaimanapun pola asuh yang dipilih mereka, saya rasa zaman sekarang hampir semua orang tua sudah pada cerdas dalam menyikapinya.

Saya juga rasa, hampir semua orang tua sudah tahu teori parenting yang modern.

Sayangnya, menerapkan teori parenting modern dengan sempurna itu.....
Butuh uang deposito 1 triliun di bank..biar tiap bulan ada pemasukan dari deposito tersebut (eh itu riba ya? hahaha)

Jadi kita nggak perlu kerja, cukup mainnnn aja terus sama anak, lol.

pola asuh anak parenting

Duh ya, maafkan postingan saya mungkin terkesan nyinyir, tapi saya juga ingin menyinyirin diri sendiri agar bisa selalu ingat untuk tidak men judge bunda lainnya yang mungkin tidak menerapkan pola asuh anak yang sama dengan saya.

Sebisa mungkin saya bijak menyikapi hal tersebut, dan menjadikan rasa syukur di hati, jika memang saya bisa menerapkan ilmu parenting yang baik dan ibu lainnya belum bisa menerapkan.
Lebih baik mendoakannya agar bisa menerapkan juga dengan bahagia.

Menyemangati bunda lainnya itu perlu.
Tapi kudu disaring juga caranya biar nggak terkesan meng-judge.

Demikianlah..
Kalau menurut temans?
Share yuk :)

Sidoarjo, 21 August 2019

Reyne Raea

Source pic : unsplash

17 komentar :

  1. Saya setuju nih.
    Semakin bertambah usia anaks membutuhkan perhatian penuh dari seorang ayah dan ibunya. Justru masa2 menginjak dewasa pendampingan harus dilakukan. Karena pada usia ini anak mulai penasaran dan mau mencoba dengan hal yang baru menurut dia.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener tuh, emang kesimpulannya punya anak itu baru bisa leha-leha kalau mereka udah nikah, itupun kadang kalau kehidupan anak belum stabil ortu masih deg-degan aja mikirnya

      Hapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Setuju untuk nggak nyalahin cara pengasuhan orang lain, sedangkan kita sendiri ngasuh tiap anak caranya bisa beda-beda. Ada bagusnya baca atau nonton cara mendidik anak dari psikolog seperti Elly Risman. Soal menerapkannya di rumah sih caranya terserah kita, yang penting udah tau ilmu dasarnya. Paling males kalo ada orang komentarin anak orang lain, "Ih, anak si anu kok bandel banget ya, nggak sopan lagi. Emang orang tuanya nggak ngajarin sopan santun?" Eh, hellooow ... lihat dulu di rumah sendiri, emang yang komen itu anaknya nggak bandel? Emang selalu inget untuk cium tangan kalo ada orang tua? Udah deh, nggak usah ngatain anak orang. Mau diakuin apa nggak, anak kita juga pernah bandel sebandel-bandelnya, pernah juga nggak sopan ada tamu main lewat-lewat aja. Mendingan diem aja dan nggak usah sok jadi ibu yang paling bener. Iya nggak, Mbak Rey?

    ReplyDelete

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget mbaaa..
      Saya juga sering pantau ilmu2 di grupnya Elly Risman, manfaat banget, meski jujur belum bisa diterapin semuanya :D

      Seringnya gitu ya mba, suka menilai orang, tanpa sadar kita juga bahkan lebih buruk hehehe

      Diam itu lebih bijak deh, ketimbang nyamber tanpa tahu batasan :D

      Hapus
  4. Walau Pola mengasuhnya berbeda, Tapi tetap pakai Motto " Asah, Asih dan Asuh " yah kan...?😀😃😆

    eeeee...semoga ngak pakai pola 4-3-4 yah, Kayak pola serangan bola itu.😊😆😃

    BalasHapus
    Balasan
    1. wakakakaka, apaan tuh pola 4-3-4 kang? :D

      Hapus
    2. Hahahah....jangan deh dikasih bocoran ntar pada ribet ,😁😀👍😆

      Hapus
  5. Belajar banyaak nih saya dr mbak rey. Intinya sesuai kondisi masing" ya mbak, selalu ada alasan dibalik pola asuh yg diterapkan. Mantaaap. Makasih sharingnyaa mbak 😁

    BalasHapus
  6. Yap.. kenyataan dan faktanya demikian. Kondisi dan situasi setiap keluarga berbeda. Jadi, sebenarnya tidak ada kata "benar" atau "salah" dalam mengasuh anak.

    Justru kalau ada yang mengatakan itu, dia yang salah dan tidak mengerti.

    :-D

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwkw kasian juga sih sebenarnya ya pak, apalagi kalau yang menghakimi itu menggebu-gebu :D

      Hapus
  7. dulu sebelum punya anak saya bertekad gak bakal ngenalin gadget ke anak.

    kenyataannya..
    si anak baru mau mangap makan kalau sambil nonton yutub. ya dari pada gak makan, akhirnya ku menyerah.. gapapa lah main gadget asal jangan lama2. (pertahanan runtuh seketika) :D

    ilmu parenting itu mudah, praktek nya yang susah.. haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahahahahah, saya mah anak kedua ini gadget setiap hari, yang penting sih saya berkuasa penuh di anak.
      Jadi, kalau dia kecanduan gadget, saya tetep ambil kalau waktunya udah lama.

      Babay beneran dan aturan parenting itu, prakteknya mudah sih, asal ada modal wkwkwkw.

      Jadi, saya harus hire ART, jadi hidup saya murni cuman urus anak :D

      Hapus
  8. Kami yg punya cowok kembar waktu mereka kecil cara mendidiknya sama, setelah mereka gede seleranya beda banget hehehe

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)