Mengatasi Batuk Pilek Pada Bayi 3 Bulan Dengan GADDD

mengatasi batu pilek bayi 3 bulan

Sharing By Rey - Mengatasi batuk pilek pada bayi 3 bulan itu memang butuh kesabaran tingkat universe, setidaknya karena bayi begitu rewel saat sedang batuk pilek.

Batuk pilek memang penyakit yang mainstream bagi para bayi.  Mana ada sih bayi yang gak pernah kena batpil?



Eh ada ding,  Darrell dulu kena batpil setelah usia 6 bulanan.
Masih bayi juga ya.. Tapi setidaknya di atas 6 bulan seorang bayi sudah bisa diberi obat yang lebih dibanding bayi 3 bulan.

Lalu apa sih GADDD?


GADDD adalah... GERAKAN ANTI DIKIT-DIKIT DOKTER

^_______________^

*makin lebay


Ketika Si Adik Batuk Pilek


Semingguan kemaren adalah minggu yang lumayan berat buat kami (saya dan suami)
Baby Adean (singkatan Adek Dean) kena batpil,  oleh-oleh dari Taman Safari

T__________T

Jadi, sehari setelah dari Taman Safari,  si adek terbangun dengan suara parau,  saya udah mulai khawatir, sepertinya si adik bakal terkena batpil.

Si adik rewel banget sepanjang 2 hari setelah dari Taman Safari,  di hari ketiga dan keempat,  saya bisa menarik napas lega,  karena keadaannya mulai membaik.

Eh siapa sangka?  Di hari Sabtu tiba-tiba batuknya makin parah dan sukses kesulitan bernapas di hari Minggu dan Senin.

Bahkan Senin malam merupakan malam yang berat banget buat saya dan suami.  Si adik ngamuk gak mau bobo,  gak mau minum susu dan badannya mulai sedikit demam.

Di hari Selasa papi mulai menyerah dan mengajak untuk periksa ke dokter, tapi saya masih ogah, gak rela rasanya bayi di bawah 6 bulan harus dicekokin antibiotik (kebanyakan dokter mah gitu hiks)

Terlebih saya masih ingin berjuang agar si adik yang seharusnya lebih kuat dari kakaknya Darrell, gak boleh kenal obat kimia dulu sebelum usianya lebih dari Darrell pertama kali kena antibiotik.

Seharusnya, si adik lebih kuat, karena selain dia ASI Ekslusif plus dia juga terlahir cukup usia, beda dengan kakaknya yang lahir prematur plus pakai sufor pula *plak! (nepuk nyamuk, bukan nampar diri sendiri hahaha)

Selain itu, saya ingin mempraktekan ke idealisme an saya sejak dulu.

Jadi..
Sewaktu saya belum punya anak, belum nikah tepatnya, saya selalu nyinyir pada teman-teman yang dikit-dikit membawa anaknya ke dokter.

Bukannya apa-apa, dokter khususnya spesialis selalu pro obat paten, padahal tau sendiri kan betapa kuatnya pengaruh obat tersebut, cepat sembuh sih, tapiii.. jika suatu saat sudah terbiasa ama obat-obat yang paten, lalu akhirnya kebal gimana dong.

Saya sendiri sejak kecil, masuk dalam kategori DDO alias Dikit Dikit Obat, tapi obat generik.
Apalagi selain bersinggungan dengan seputaran tablet parasetamol, antalgin, CTM, GG (gak tau kepanjangannya apa) juga Chloroquin.

Masa kecil saya selalu bersinggungan dengan demam karena Malaria dan batuk pilek plus sakit gigi (bukan malas gosok gigi aja sih, emang karakter *halah gigi saya yang mudah rapuh)

Oleh karena itulah, sampai kini saya selalu sembuh dari suatu penyakit dengan mengandalkan obat-obatan generik saja.
Gak perlu sampai ke dokter segala, kecuali saat saya cacar 3 tahun lalu serta muncul ruam di badan saya.

Balik ke masalah anak sakit.

Setelah Darrell lahir, saya pun ingin membuktikan ke idealisme saya tersebut, dengan cara membawa Darrell imunisasi DPT di puskesmas dan berakhir dia panas tinggi

T________T

Juga berikutnya saya bawa Darrell imunisasi bukan DPT  di puskesmas lagi, ampun-ampunan antriannya yang mengakibatkan saya KAPOK banget balik ke puskesmas.
Jadilah Darrell langganan DSA sampai dia berusia 5 tahun.
Kalau sekarang Alhamdulillah jarang sakit, palingan sakit batuk pilek aja.

Ternyata, kebanyakan alasan orang-orang TERMASUK SAYA, ke dokter itu bukannya karena tega anaknya dicekokin antibiotik or obat paten ama dokter.
Tapi lebih ke RASA MALAS!
.
.
.
Eitsss.. jangan nimpuk saya dulu..

Lihat saja penyebab mengapa saya ogah bawa Darrell ke puskemas untuk vaksin terlebih untuk mengobati sakit batpil dan lainnya.
Sudah antri, obatnya juga kadang lama sembuhnya.
Fiuhhh....
Malas kan ya!

0___________0

Malas banget kalau lama..
Lama antri..
Lama urus anak sakit hehehe

Padahal, kalau baca - baca di ilmu kedokteran, tidak selamanya penyakit pada anak itu harus di sembuhkan dengan obat terlebih antibiotik.

Kebanyakan sih hanya perlu 2 obat yaitu :
.
S.A.B .A.R
Dan
G.E.N.D.O.N.G

hahaha

Dan itulah yang saya lakukan dalam mengatasi batuk pilek si adik.

Berat emang, terlebih saya bukan tipe orang yang kuat tidur sebentar-sebentar waktunya, belum lagi harus menggendong sambil menyusui (tanpa gendongan)

Bertambah sudah lingkar lengan saya, penuh otot.
Lama-lama bisa juga nih saingan dengan Ade Rai, mentang - mentang saya dan suami adalah #AdeRey :D

Ini yang saya lakukan dalam 'menikmati' masa batpil si adik, banyak yang menyebutnya dengan HOME TREATMENT


Tips Mengatasi Batuk Pilek Bayi 3 Bulan


1. Beri ASI sebanyak mungkin


Yang ini tantangan banget, karena di hari Senin malam dia ngamuk dan gak mau minum ASI karena napasnya tersumbat.

Karena sudah bertekat GADDD, saya cari ide biar dia mau minum, segala macam model menyusui saya lakukan dan terakhir si adik ternyata mau minum meskipun gak banyak dengan cara menyusui sambil berdiri without gendongan.

Bayangkan..
Memegang bayi dengan bobot emmm.. berapa ya sekarang? kira-kira 6 kg lebih dengan dua tangan.
Satu tangan di kepala, satu tangan lagi di pantatnya. Itu saya lakukan selama bermenit-menit sambil di ayun-ayun perlahan.

EMAK.....
Pegalnyaaaa lengan dan bahu huhuhu..

Alhamdulillah, dengan cara tersebut ASI bisa masuk ke dalam perutnya untuk membantu melawan batuk pileknya.


2. Legakan Pernapasannya


Jaga agar suhu kamar gak terlalu dingin, saya terpaksa ngungsi di kamar yang gak ber AC agar si adik bisa tidur sebentar (lebih tepatnya saya juga bisa tidur :D ).

Gunakan minyak telon pada seluruh tubuhnya, bisa juga ditambahkan olesan balsam bayi seperti Transpulmin BB (oleskan tipiiisss banget, karena ternyata meskipun untuk bayi pas kena kulit panas juga)

Saya juga mengoleskan minyak kayu putih di mana-mana, di baju saya saat mengendongnya, agar dihirup dan bisa melegakan pernapasannya, juga di bantal dekat kepalanya saat tidur.

Jika terlalu mengganggu, saya gunakan uap tradisional yaitu mengisi wadah dengan air mendidih lalu ditetesin minyak kayu putih, lalu si adik saya tengkurapkan di paha saya dekat dengan wadah berisi uap tersebut.


3. Sabar!


Nah ini langkah terakhir, yup SABAR!
Batuk pilek pada bayi itu biasa, secara jangankan bayi yang daya imunnya belum bekerja sempurna, kita aja orang dewasa rentan terkena batpil.


Selama tidak ada gejala yang mengkhawatirkan seperti :

  • Demam tinggi terus-menerus lebih dari 3 hari
  • Kejang-kejang
  • Dehidrasi, ditandai dengan popoknya yang gak terlalu basah dan air matanya kering.
  • Kehilangan kesadaran
Maka gak perlulah terlalu khawatir berlebihan.

Mending kuatkan hati, tenaga dan pikiran, yakin kalau si adik akan segera sembuh dan lucky me saya berjodoh dengan malaikat tak bersayap call suami Ade Kurniawan *uhum :D
Saya benar-benar mendapatkan bantuan penuh dari beliau.

Alhamdulillah, sejak Kamis kemaren baby si adik sudah mendingan, yang tersisa hanya tinggal rewelnya dan batuk-batuk dikit serta kadang dahak kental di tenggorokannya.
Namun over all, dia sudah mendingan lah ketimbang beberapa hari lalu sebelumnya.

Rasanya setelah berlalu??

Alhamdulillah....
Bersyukur banget bisa melalui tantangan obat batpil bayi yaitu SABAR dan GENDONG.

Semoga sehat selalu..
Karena tiada kebahagiaan tak terperi dari seorang ibu selain melihat anak-anaknya tumbuh sehat lahir batin.

Nah, siapa nih yang bayi atau batita nya suka batpil dan selalu mengandalkan dokter?
Yuk sharing di komen ya..
Mari kita sukseskan GADDD

Semoga manfaat.

Sidoarjo, 27 Januari 2018

Reyne Raea

4 komentar :

  1. Mba, seberapa banyak ya kasih trnaspulminnya? Soalnya anakku nangis kenceng tiap aku kasih transpulmin. Padahal cuma aku kasih segede kacang ijo aja. Apa kebanyakan ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, kayaknya kulit anaknya sensitif tuh, gak usah pakai transpulmin, coba minyak gosok aja.
      Transpulmin itu panas, anak saya juga gak tahan kalau kebanyakan

      Hapus
  2. Setuju.. aku juga emak yang berusaha gak dikit dikit ke dokter. Sebisa mungkin home treatment supaua anak gak terbiasa dengan obat-obatan yang berujung pada melemahnya imunitas si anak sehingga takutnya nanti pas besar jadi kebal sama yang namanya antibiotik. Makin susah cari obat buat nyembuhin sakitnya. Untungnya aku dapet DSA yang RUM jadi gak gampang kasih obat. Senangnya! Ke DSA cuma buat kontrol tumbang aja paling.!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mbaa, ya ampuuunn, saya trauma ama DSA gegara anak pertama langganan banget ama DSA plus sampai salah diagnosa pula, pengen kugetok profesornya hiks

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)