Sharing Pengalaman Pribadi VS Mengumbar Aib Pribadi

berbagi pengalaman pribadi

Sharing By Rey - Sharing pengalaman pribadi, menjadi tema utama dalam blog ini.

Hal tersebut berarti saya kudu menceritakan segala hal tentang pengalaman saya, sesuai tema yang saya pilih.

Dan karenanya, kadang saya dinilai terlalu ekstrim atau vulgar atau berani membuka 'aib'.

Wow..

Padahal, ada beberapa alasan mengapa saya lebih suka menulis tentang pengalaman pribadi saya, di antaranya :


1. Karena saya suka menulis.


Mainstream ya.
Tapi entah mengapa, saya sukaaaa banget menggerakan tangan bagai menari di atas keyboard laptop, karena kalau di hape, rempong dengan jari yang bagai jempol semua ini, lol.

Menulis itu bagai self healing bagi saya.
Bahkan saya merasa jauh lebih baik jika menulis, lebih baik dari membaca atau menonton (yang biasanya bikin refresh tapi juga bikin nyesal karena merasa kurang produktif, lol).


Dan saya menikmati saat jari saya menari lancar di atas keyboard, karena itu berarti seperti saya sedang curhat, meluapkan uneg-uneg saya yang terus terang lebih banyak tersimpan di hati, karena saya bukan tipe orang yang mudah curhat pada orang lain, even itu teman dekat.

Dan cara terbaik saya untuk menulis dengan lancar ya, menulis dengan jujur.
Dan yang jujur itu berarti saya menulis apa yang saya rasakan, bukan orang rasakan.


2. Karena saya ingin menawarkan hal anti mainstream pada pembaca


Dewasa ini, blogger udah seabrek-abrek di Indonesia.
Bahkan tiap blogger punya beberapa blog, kebayang nggak sih bagaimana cara kita bersaing dengan jutaan blog tersebut?

Apalagi jika kemampuan kita pas-pasan kayak si Rey ini, lol.

sharing pengalaman pribadi

Salah satu cara termudah adalah dengan tampil beda, namun bagi seseorang yang nggak punya keahlian lebih spesifik kayak saya, ya bingung kan ye mau tampil beda yang seperti apa?


Daripada mikir mulu, mending pakai cara menjadi diri sendiri.
Membagikan kisah sendiri.
Yang meskipun mungkin mirip-mirip kisahnya, tapi saya rasa tidak ada kisah hidup seseorang yang sama persis, bahkan kehidupan 2 orang kembar sekalipun.

Yup, menjadi diri sendiri, membagikan kisah kita secara jujur dan dikemas dengan baik, bakalan jadi hal anti mainstream yang jika konsisten bakal mendatangkan pembaca setia di blog kita.


3. Karena ingin memberi hal berfaedah lainnya.


Wah kepedean banget sih si mamak Rey ini, menganggap tulisannya berfaedah, padahal kebanyakan ya curhat hore lol.

Maksud saya, zaman sekarang kan udah banyak banget website resmi yang membahas hal-hal teoritis.

Mau bahas parenting?
Sudah ada di page one google, website yang lebih terpercaya karena membuat tulisan dari pakarnya langsung, bukan ilmu saduran yang ditulis kembali ke blog personal gitu.

Mau bahas kecantikan?
Ada tuh banyaaakkkk banget di webiste resmi tentang kecantikan.
Di situ lengkap malah, dan ditulis oleh pakarnya langsung.

Dan lagi, website-website resmi tersebut selalu ada di page one Google.
Nah, kalau saya ikutan nulis teori saja tanpa pengalaman, apa bedanya sama website tersebut yang memang niche-nya udah khusus, pastilah blog saya berada di paling belakang page Google, hahaha.

Baca juga : Tentang Niche Blog

So, itulah mengapa saya memilih menuliskan pengalaman pribadi saja, yang notabene nggak mungkin sama dengan artikel-artikel yang ada di website resmi tersebut.

Kalaupun sama, setidaknya itu adalah penggambaran real dari teori yang ada.


4. Karena tidak suka menggibahkan orang lain yang jadinya judgement


Kalau saya bersikeras nggak mau menulis pengalaman pribadi, jadinya kan kudu mengambil contoh dari pengalaman orang lain.

Yang mana, saya pastinya nggak tahu pasti apa yang dia alami dan rasakan, ujung-ujungnya jadilah judgement.


Sharing Pengalaman Pribadi Adalah Mengumbar Aib Diri?


Sayangnya, sebagian orang beranggapan bahwa sharing pengalaman pribadi itu sama aja mengumbar aib diri sendiri.

Hmm...

Padahal, menurut saya, segala sesuatu menjadi 'aib' itu tidak sepenuhnya tergantung dari tulisan, bisa juga terjadi dari cara orang memaknai tulisan kita.

berbagi pengalaman pribadi

Jangankan tulisan saya yang masih acak adut ini, bahkan tulisan seorang penulis yang bener-bener penulis pun masih juga mendapatkan pro dan kontra karena kesalah pahaman pengertian dari pembaca.

Hal itu juga kadang disebabkan oleh rendahnya minat baca orang zaman sekarang, berbanding tingginya minat kepo, lol.


Maksudnya, orang kepo banget dengan tulisan orang lain, tapi males banget buat baca dengan seksama biar ngerti maksud si penulis, hahaha.

Nah itulah yang juga menyumbang pengertian pembaca, bahwa apa yang dibacanya adalah aib.
Padahal ya penulis menuliskan hal tersebut dengan sebaik mungkin, agar bisa dimengerti pembaca.

Mungkin kalau tulisan saya, pakai cara dramatis agar pembaca mengerti, nah yang dramatis inilah yang kadang disalah mengerti orang lain.
Tapi, bukan berarti saya bakal berhenti menulis, hanya karena kesalahpahaman pembaca sih.

Lagian, kisah 'dramatis' yang kadang saya tuliskan di blog ini, selalu tertuang setelah masalahnya berlalu.
Saya paling nggak suka berbagi kisah dan mendatangkan belas kasihan orang lain, semua yang saya tuangkan murni berbagi untuk diambil hikmahnya.

Pun juga saya lebih memilih membagikan kisah 'dramatis' saya setelah masalah selesai, karena saya nggak suka jika ada komentar yang mempengaruhi saya dalam menyelesaikan masalah.

Dan kalau masalah yang saya bagi belum selesai, apa manfaatnya berbagi?
Kan saya nggak bisa cerita, bagaimana cara saya menyelesaikan masalah tersebut.
Karena inti dari sharing saya kan agar bisa bermanfaat, bukan cuman bagi-bagi masalah, hahaha.


Mengumbar Aib Diri Vs Mengumbar Aib Orang Lain


Yang kadang bikin saya tersenyum-senyum geli adalah saat ada orang yang bertekad nggak suka membagikan pengalaman pribadi, dengan alasan nggak mau mengumbar aib, tapiii... kok doyan banget berbagi kisah yang dialami orang lain.

Terus apa bedanya itu dengan mengumbar aib orang, ye kan.
Pertama, jika merasa itu adalah aib, bukannya malah lebih salah jika disebarkan?
Kedua, kita tidak mungkin tahu persis apa yang dialami orang lain tersebut, jadinya malah kayak gibah online berujung judgement.


Mungkin, karena hal-hal tersebut, saya lebih memilih untuk sharing pengalaman pribadi, lebih mudah ditulis karena seolah lagi curhat dan mengalir apa adanya.
Dan juga tidak menuliskan hal yang kita nggak tahu dengan pasti apa masalahnya.

Karena tulisan apapun itu, selalu terinspirasi dari kisah nyata.
Daripada saya sotoy dengan pengalaman orang lain, mending saya berbagi pengalaman pribadi.

Tapi itu saya sih.
Kalau temans gimana?

Sidoarjo, 25 Aug 2019

Reyne Raea

Source pic : unsplash

40 komentar :

  1. Saya juga memilih menulis yang saya benar rasakan. Walaupun kemasannya mungkin tidak seperti punya mba rey ini. Saya tetep si introvert yg sulit berbagi banyak pengalaman pribadi.
    Iya sih mbak , daripada ngomongin orang lain ya. Memceritakan dari sudut pandang sendiri juga membuat tulisan terasa lebih humanis dan real. Bukan teori semata.
    Keep writing your own stories, mba' rey !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mba, iya sih mba, tiap penulis punya batasan tersendiri dalam menuliskan kisahnya, namun sebisa mungkin memang seharusnya yang dibagi kisah sendiri bukan kisah orang, apalagi kalau kita nggak tahu pasti permasalahannya.

      Semangat selalu mba :)

      Hapus
  2. Bener mba, ditulis waktu masalah udah beres.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe iya, jadi bener-bener buat berbagi pengalaman, bukan curhat hore semata :)

      Hapus
  3. Sepakat mbak, kalau blog saya lebih suka yang ada pengalaman pribadinya. Karena dari pengalaman pribadi itu kadang dapat pelajaran dr apa yg tidak tertera di teori. Dan terasa lebih manusiawi juga, jadi tahu ada yg punya masalah yg sama, ada yg menghadapi tantangan macam2 juga, ga selalu indah semuanya.

    Tapi tentunya tetap ada batasan ya. Ga mungkin semuanya diumbar ke publik. Pilah-pilih. Bener juga mbak, share-nya setelah semua berlalu ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, dan bikin orang yang baca jadi emrasa kalau ternyata dia ga sendirian :)

      Kalau udah berlalu share nya lebih bijak, yang kita lakukan murni menceritakan kembali, bukan memberikan opini sesuai keinginan kita :)

      Hapus
  4. "Jadilah diri sendiri, dan kau akan dikenal" saya selalu berpegang pada pepatah kuno Yunani itu. Penulisnya mati menenggak racun karena mematuhi perintah (Socrates)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget, terlalu patuh perintah jadinya ga punya ciri khas, sulit dikenal ya

      Hapus
  5. Menyindir tapi dituangkan dalam bentuk novel lebih aman kali y mb😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah itu lebih bagus.
      Kalau dimuat di novel jauh lebih baik, karena lebih panjang, berisi percakapan yang bisa kita selipkan opini kita melalui karakter2nya.
      Jadinya lebih smooth dan yang disindir kagak bakal merasa kesindir langsung hahaha.

      kalau di blog, jatuhnya kek gibah online hahaha

      Hapus
  6. Aku sering nulis tentang pengalaman pribadi. Aku pikir, mungkin saja ada yang cari pengalaman itu. Seperti aku yang juga butuh referensi pengalaman orang-orang lain tentang sesuatu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba, terlihat receh tapi seringnya berguna bagi orang lain :)

      Hapus
  7. Tergantung sudut pandang masing-masing. Ada yang bisa menyebutnya berbagi pengalaman, memotivasi, sharing, atau apalah namanya. Tetapi, ada juga yang menggolongkannya sebagai mengumbar aib.

    Tidak ada salah benar, semua akan tergantung individunya.

    Cerita Rey, tentang pak Suami yang pernah kepincut yang lain mungkin salah satu hal semacam ini. Bagi Rey, karena masalahnya sudah selesai, berarti ya selesai dan hanya sebuah pengalaman yang bisa dibagi kepada siapapun agar ada yang bisa mengambil manfaatnya.

    Cuma, bagi yang membaca, pasti akan ada yang berpikiran, "mengapa aib suami dibuka di muka umum". Bukankah sebaiknya disimpan rapat karena bagaimanapun itu adalah hal privat dan sebagai istri seharusnya yang seperti itu tidak dibagikan ke ruang publik.

    Yah menurut saya sendiri, tergantung sudut pandang saja.

    Cuma, yang mungkin perlu ditanyakan saat menulis di blog tentang pengalaman yang seperti ini adalah,

    1) apakah pak Suami merasa nyaman "kisahnya dibagikan ke orang tak dikenal, meski pembacanya juga tidak dikenal" . Meski tidak rinci diungkap, intinya disampaikan kepada orang lain dan tentunya secara langsung atau tidak langsung akan memberi image buruk kepada dirinya

    2) kalau baca apa yang Rey tulis di atas, pertanyaannya nyambumg lagi "Apakah demi menjadi anti mainstream, sesuatu yang menurut umum "kurang baik", perlu dibahas di muka umum?

    3) Memang semua tergantung sudut pandang, tetapi ada sedikit "keumuman" dalam masyarakat tentang apa itu aib.. dan suami yang kepincut oleh WIL termasuk dalam kategori "aib secara umum", maksudnya tidak semua memandang begitu, tetapi sebagian besar akan berpendapat begitu.. Nah, apakah "worth" atau layak membahas hal tersebut di muka umum, demi apapun alasannya

    4) Keuntungan vs Kerugian ==> kalau berpikir secara ekonomis, keuntungan apa yang Rey dapat dari semua ini dan apakah keuntungan yang didapat bisa menutup dampak buruk yang terjadi... Pasti selalu ada dua sisi dari segala sesuatu..

    Bagi saya sendiri sebagai seorang suami, mungkin saya akan lebih merasa nyaman kalau apa yang terjadi di antara saya dan istri tetap berada di antara berdua saja. Tentu ada sebagian yang kami share dan ajarkan kepada anak dan saudara, tetapi lebih banyak cerita yang tidak diungkapkan...Ada banyak hal yang terlalu berharga bagi kami sehingga lebih baik disimpan saja di antara kita berdua. Pelit dan tidak mau berbagi, tetapi kami menyadari bahwa hal itu kadang perlu dilakukan demi saling menjaga...

    But, orang mungkin berpandangan lain. Apa yang Rey lakukan bukan sesuatu yang mengherankan karena di kehidupan sehari hari banyak yang melakukan juga... meski saya tidak termasuk di antaranya

    BalasHapus
    Balasan
    1. waaahh seperti biasaaaa, selalu dapat poin penting dalam sudut pandang yang beda dari setiap komen pak Anton, thanks pak :D

      Memang semua tergantung sudut pandang sih pak, dan saya jadi berpikir, kalau seandainya saya harus memenuhi semua sudut pandang yang orang inginkan, maka sepertinya lama-lama ruang lingkup penulisan saya bakalan semain sempit hehehe.

      Seperti masalah tentang suami berpaling itu.
      Mungkin karena bapak seorang suami kali ya, dan memang punya kebiasaan lebih ngemong ke istri, jadi merasa hal demikian sebaiknya jadi konsumsi berdua saja.

      Kalau saya malah berpikir, saya pernah berada di posisi tersebut, dan saya tahu bagaimana rasanya sakitnya, depresinya, putus asanya.

      Saya merasa dunia itu nggak adil banget, mengapa hanya saya yang menderita hal itu, lah padahal hal seperti itu amat sangat umum dan saya bukan salah satunya yang pernah mengalami.

      Dengan saya share hal itu, saya berharap bisa ikut menguatkan para wanita yang sedang mengalami hal tersebut, berharap mereka bisa punya setitik semangat untuk bangkit, karena mereka tahu, mereka nggak sendiri, ada orang lain yang pernah mengalaminya dan bisa melewatinya.

      1. Kalau masalah suami, Alhamdulillah nggak pernah protes atas apa yang saya tulis, semua yang saya tulis selalu melalui persetujuan beliau.
      Namuunnn masalahnya beliau paling malas baca, tapi saya yakin beliau selalu baca kalau temanya sensitif hahaha.

      Masalah nanti image nya buruk, di sinilah yang saya katakan, saya tidak mau berhenti menulis, hanya karena banyak orang yang kepo tapi malas baca.

      Karena semua yang saya tuliskan itu selalu ada solusi dan penjelasan, yang mana insha Allah tidak menyudutkan pihak manapun.

      Makanya saya nggak suka menulis saat lagi bermasalah, karena pastinya saya bakal menilai sesuatu secara subjektif :D

      Masalahnya adalah, orang-orang cuma suka baca sepotong-sepotong hahaha.

      2. Sama juga pak, definisi 'kurang baik' itu juga nggak mutlak buat semua orang, buat si A mungkin kurang baik, tapi belum tentu buruk buat si B

      Dan saya memakai hal tersebut untuk mencari celah untuk tampil beda :)

      3. Nah balik lagi pak, sebenarnya masalahnya itu hanya karena orang hanya cenderung baca judulnya, nggak mau cari tahu secara mendalam.

      Dan saya rasa, justru kalau seandainya itu dinilai 'aib' oleh banyak orang, semoga bisa diambil hikmahnya untuk MENJAUHI HAL TERSEBUT.
      Bukan karena akut disebarkan, tapi masa iya udah tahu aib kok tetep juga dilakukan hehehe.

      Tapi tetep pak, saya sudah menulis dengan hati-hati, dibagi banyak bagian, sambung menyambung, difilter juga, sama dengan kehidupan, ada bahagia, ada cobaan, yang ingin saya tampilkan adalah real nya kehidupan, kalau memang masih dinilai aib, saya rasa bukan semata kesalahan penulis *ngeyeeell hahahaha

      4. Keuntungan buat saya banyak.
      Pertama, saya bisa membaca kembali tulisan itu, dan itu akan membuat saya lebih bijak dalam menjalani kehidupan.

      kedua, suami bisa membaca dan semoga mengerti bagaimana perasaan saya, karena mungkin kalau diomongin langsung kurang meresap di hatinya :D

      ketiga : saya merasa lebih baik, membagikan hal tersebut, karena saya tahu apa yang saya lakukan dulu saat sedang berada di posisi itu, saya googling cari kisah-kisah yang serupa.

      Saya berharap, wanita lain yang ada di posisi tersebut, saat googling kisah tersebut bakal bisa lebih kuat karena merasa punya teman :)

      But apapun itu, makasih banyak pak masukannya.
      to be honnest, saya suka menuliskan semua isi kepala saya, karena saya berharap ada feedback yang bener-bener kasih masukan lain dari sisi yang beda dengan pemikiran saya.

      Apalagi kalau diungkapkan secara jujur, saya jadi berasa dapat ilmu baru, tahu sudut pandang baru.
      Karena entah kenapa ya, dari semua medsos maupun blog saya, jarang banget ada komen kontra, entah temen-temen itu terlalu baik , takut menyinggung saya, atau memang teman-teman bingung hahahaha.

      sekali lagi makasih banyak pak :)
      atuh deh, ini komen dan berbalas komen yang kayaknya hampir mengalahkan isi postingan hahahaha

      Hapus
  8. Wihh, poin no.2 jadi bener2 bisa mengulik diri sendiri supaya lebih 'beda' dari apa yg blogger lain sampaikan ya mbak,
    Kalau aku lebih suka bagiin pengalaman pribadi, atau dirasa cukup orang lain tahu setelah kejadian dari apa yg kita alami dalam sebuah tulisan di blog, mbak.
    Kadang jika pengalaman pribadi orang, lebih suka menuliskan dalam bentuk cerpen atau antologi gitu sih mbak heheee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mba, mungkin bisa disebut sambil menyelam liat ikan hahaha.

      Nah dulu tuh saya niatnya gitu, pengen bikin cerita fiktif gitu, dituangkan dalam buku, tapi ampun deh, entah kapan bisa tersedia waktunya.

      Belum tentu saya menyelesaikan 1 buku dalam setahun, karena nulis buku itu nggak sesederhana nulis di blog hahahaha.

      Mungkin suatu hari nanti, saya bakalan ikutkan ke cerita-cerita antologi gitu :)

      Hapus
  9. Betul banget mba, aku nulis jadi self healing. Yang tak terucapkan sebelumnya, yang selama ini mumpet di hati, jadi mengalir semuanya. Tapi itu bukan dijadikan umbar air, tapi ditulis dirancang sedemikian rupa jadi pembelajaran untuk diri sendiri maupun pembaca, karena dibalik menyembuhkan hati ada juga rasa ingin perduli ke orang lain agar org lain juga merasa terdukung, terpecahkan solusinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah bener mba, kalau menurut sudut pandang saya, umbar aib itu hanya memberitahukan kepada dunia masalah kita, menilai secara subjektif dan ga ada solusi hehehe.
      Emang itu niatnya mengumbar :D

      Hapus
  10. Sesuatu yang dibuat (entah berupa tulisan atau apapun itu) kalau dasarnya dari hati tulus dan pengalaman pribadi, pasti hasilnya akan berbeda sih, pasti menyentuh hati orang lain juga. Terus, saat membaca cerita pribadi seseorang yang kebetulan sedang dialami, rasanya relatable, ada teman seperjuangan gitu meskpin nggak saling kenal. Makanya kenapa aku pun suka nulis tentang personal story. Ya, pastinya difilter juga lah yaa, nggak semua diumbar-umbar, tapi itu balik ke si penulisnya sendiri dan gimana tanggapan yang membaca.

    After all, menulis itu salah satu caraku berekspresi, so I won't stop doing it (:

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar mba, karena berdasarkan pengalaman sendiri, jadi semuanya bisa lebih ngalir.

      nah mengenai filternya ini nih yang kadang bikin orang salah presepsi.
      ya balik lagi ke pola pikir masing-masing sih, yang penting niatnya memang baik :)

      Hapus
  11. Saya punya beberapa temen yang jadi blogger juga dan mereka lebih pro karena isi blog-nya gak ada curhat2an kaya punya saya.

    Saya kadang suka rendah diri, rasanya kaya blog saya gak mutu isinya curcol melulu. Tapi balik lagi, saya lebih gak nyaman kalo harus ngikutin gaya orang lain... dan saya ini tipe orang yang lebih suka ngetik daripada ngomong, jadi ya nulis blog yang isinya curhat sehari-hari adalah salah satu cara saya menikmati hidup hihi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau masalah blog yang pro mungkin bisa dilihat dari performa blog kali ya.
      So jangan menyerah, semua itu bisa dikejar.

      Nah kalau mengenai isi blog, menurut saya sih asal manfaat, saya yakin pembaca bakalan datang selalu.

      Kayak blog saya ini, terus terang, tema-tema curhat selalu membantu menurunkan bounce rate.

      Meski juga nggak mendatangkan banyak page view, mungkin karena kata kuncinya kurang spesifik hehehe.

      Setuju banget, orang lain mati-matian loh tampil unik demi meraih perhatian, lah padahal unik itu mudah, cukup be yourself dengan jujur.

      Sama banget, saya bahkan benci terima telpon dan lebih suka ngechat hahaha

      Hapus
  12. Iya mbak rey, menulis pengalaman pribadi itu jauh lebih nyaman dan lancar nulisnya. Kalau ada orang yang bilang itu aib, ya.. Seterah mereka sih...
    Terserah... Terserah...
    Tiapa tulisan pasti punya manfaat bagi orang lain dan ada juga yang nggak suka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe benar, tergantung penilaian orang sih.
      Saya malah merasa apa yang saya tulis di blog ini masih amat sangat halus, tidak menulis hal-hal yang tabu hahaha.

      Hapus
  13. Sebagai pemilik blog pribadi, terkadang saya juga mencurahkan apa yang dialami, termasuk mungkin salah satunya masuk dalam kategori "aib", namun jika masih dalam konteks berbagi untuk tujuan yang baik, saya kira oke saja.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asal bukan yang isinya makian aja kali ya, isinya menjelekan orang tanpa solusi, mungkin itu yang namanya aib sebenarnya hahahaha

      Hapus
  14. Awalnya saya cukup wow baca2 blog mb rey yang cukup terbuka atas masalah2 pribadi. Tapi kemudian masalah2 tsb ternyata udah selesai, jadi kita bisa mengambil beberapa pelajaran di dalamnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, syaa malah tidak merasa loh bang kalau tulisan saya terlalu terbuka, saya hanya menulis ini karena terinspirasi dari tulisan teman yang mengatakan dia hanya menulis hal yang positif saja, tapi besoknya dia tulis masalah orang hahahaha.

      Makanya saya jadi kepo, sebenarnya menurut pembaca tulisan saya ini kayak gimana? dan senang banget dapat banyak masukan dari komen-komen jujur di sini :)

      Hapus
  15. Saya juga suka nulis pengalaman pribadi. Tapi memang kalau masalah keluarga saya memilih yang sudah selesai, jadi tetap ada hikmah yang bisa diambil pembaca. Begitu juga tulisan mba Rey, selalu ada hikmah yang bisa diambil. Keep writing, Keep Inspiring, Mbak ☺️.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya paling nggak suka menulis masalah yang sedang berjalan, kalaupun mau nulis, saya memilih nulis di tempat offline, macam di word, gitu. dan ga pernah saya publish.

      Kadang juga saya menulis di status fesbuk sampai panjaaangggg banget.
      Abis itu saya hapus hahaha

      Kalau udah selesai, saya rasa beneran ada manfaatnya, minimal saya kasih tahu, gini loh cara saya nyelesaikan masalah.

      Dan karena itu kan saya kudu cerita masalahnya apa hehe

      anyway, makasih supportnya yaaa :)

      Hapus
  16. Selalu suka baca tulisannya mba Rey, sampai harus meluangkan waktu khusus demi baca dengan khidmat hahahaha. By the way mba, saya setuju sama pembahasan kali ini karena saya pribadi juga termasuk suka sharing pengalaman pribadi tapi so far belum pernah merasa kalau sharing itu sama dengan umbar aib :D

    Tapi semua balik lagi ke persoalan apa yang di-sharing sih, selama itu memang memberikan manfaat untuk orang lain meski pahit mungkin akan tetap saya share. Hehehe dan satu yang pasti, apapun yang kita tulis, apapun yang kita lakukan, bahkan even saat kita bukan siapa-siapa (nggak seterkenal tante Syahrini misalnya), tetap akan ada orang yang nggak suka atau berpikiran buruk dengan kita (especially setelah membaca apa yang kita tuliskan).. Jadi, keep writing saja mba, karena kita nggak akan pernah bisa please everyone :D

    Saya pun juga penggemar tulisan mba Rey yang apa adanya, dan kadang terlalu terbuka hahahaha tapi menyenangkan untuk dibaca. Semangat terus menulisnya mba, always remember kalau mba punya banyak orang juga yang suka membaca apa yang mba bagikan <3

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahh makasih banyak ya apresiasinya :)
      Bener banget ya, kita nggak bisa menuruti keinginan semua orang :)

      Sharing pengalaman pribadi itu mudah dan lebih bermanfaat sih, nggak melulu karena teori :)

      Hapus
  17. jujurnya, pas awal2 dulu, aku sempet takjub ama bahasan kamu, krn berani blak2an nulis ttg kehidupan pribadi :D. sempet sih kepikir, ini suami si Rey apa ga ngamuk ya bacanya huahahahhaha... Tapi sebelum baca penjelasan kamu ini, aku toh berusaha positive thinking, kalo yg kamu tulis ini bukannya dgn mksd nyebar aib, tp sekedar sharing dgn pembaca lainnya. Karena Rey, aku slalu suka cara kamu menuliskan ato share semua pengalaman pribadimu. ga berkesan menjelek2an yg lain, ditulis dgn bahasa yg enak (justru aku pgn bgt bisa menulis dgn cara mengalir begini) , dan aku juga liat slalu ada solusi dari kamunya.

    duluuu, aku pernah pake cara gini demi menarik perhatian suami :p. tp ga nulis di blog, melainkan di buku diary. berharao dia baca wkwkwkwk. krn aku termasuk yg lbh bisa mengekspresikan apa yg dirasa dgn cara tulisan drpd ngomong lgs.

    Setujuuu bgt ama poin, lebih baik menuliskan penglaman pribadi sendiri drpd nyebarin masalah org lain :D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, kalau suami saya malas baca mba, makanya dia juga sulit nulis, dan sulit ngomong huhuhu.

      Tapi saya selalu notif ke dia dulu kalau mau nulis masalah yang ada dianya hahahaha

      Kalau saya dulu caper ama suami melalui status fesbuk, waktu awal2 nikah dulu duh serem dehsaya kalau update status hahaha.

      Tapi sejak berbisnis, saya jadi belajar bijak dalam menulis.

      dan udah males pakai kode2an ama suami, jadi saya lebih suka menulis di chat WA.
      Itupun kadang jadi sebal sendiri, karena saya udah nulis panjang, dia jawabnya 1 atau 2 kata hahaha.

      Tapi btw senang banget dengan komen-komen temen-temen di postingan ini, saya jadi tahu kalau ternyata gaya menulis saya terlalu terbuka ya hhahaha.

      btw tulisan mba Fanny di blog juga kece kok, detail tapi tetap sederhana dan mudah dibayangkan.

      Secara, nulis tentang travel itu kan penuh tantangan kalau menurut saya, sulit banget loh kita memaksa orang untuk duduk manis membayangkan apa yang kita saksikan selama traveling tapi dalam tulisan.

      Dan mba Fanny berhasil kalau menurut saya, semua hal yang mba tulis itu bikin saya jadi familier dengan itu, meski saya belu pernah ke situ hahaha.

      Kereeenn dan punya ciri khas :)

      Hapus
  18. Balik lagi ke arti "aib" itu sendiri sih kak. Aib itu kan ya menceritakan keburukan / kondisi gak baik ttg ssorang. buruk atau gak buruknya perspesi orang pasti beda2, kalau menurut kita itu gak perlu atau mmng gak pantes buat di share ya tdk perlu di bagi, simpel aja hehe. Btw aku justru suka sama gaya tulisan blog kak rey yg jujur blak2an 😁 buat aku itu menghibur ✌

    BalasHapus
    Balasan
    1. Awww, makasih mba :)

      Bener, persepsi orang beda-beda ya, ga bisa semua bisa kita penuhi :)

      Hapus
  19. Kalau menurut saya sih jadi diri sendiri lebih nyaman, tak harus ikut mainstream,
    kalau ada yg nggak cocok pastinya nggak akan mampir ke blog ini, apalagi sampai komennya panjang.... btw gaya penulisan mbak Rey ini yg membedakan dgn blogger lainnya, keunikan ini yg bikin menarik

    BalasHapus
  20. Justru bagi saya berbagi pengalaman pribadi itu semacam terapi diri. Apa yang kita alami dan rasakan bisa beroleh ruang untuk dialirkan, tidak dipendam sampai nyesek gitu.
    Mbak selalu terbuka tentang suatu masalah yang dialami berikut solusinya, bantu saya juga yang gak punya masalah serupa untuk nambah wawasan. Karena masalah saya dan suami jelas beda dengan masalah pasangang lainnya. Setidaknya bisa belajar dan kuat dalam hidup berumah tangga.
    Saya dan suami nikahnya sejak Desember 2018, melahirkan Palung Oktober 2019, masalah kami juga selalu ada dan selalu entah mengapa bisa diselesaikan. Jangan lupa ada anak di antara kita yang jadi pengingat sekaligus penguat.

    BalasHapus
  21. Hi Kak,

    Perkenalkan saya merlyn dari situs hl8 ingin mengajak anda untuk berkerjasama dengan kami perihal affiliasi hl8 disini anda bisa mendapatkan komisi sebesar 40% setiap bulannnya dari member yang anda bawa ke website kami.


    apabila anda tertarik silahkan hubungi kami di affiliate@hl8asia.com

    Terima kasih,
    Merlyn

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)