Pengalaman Jualan Online Produk Sendiri, Lahirnya eMDes Freznies

jualan online

Sharing by Rey - Jualan online? sesuatu yang dulunya sama sekali nggak pernah terpikirkan.
Pengalaman jualan online saya, mungkin tidak sehebat teman-teman lainnya.
Pun juga, bukanlah sesuatu yang bisa saya banggakan, mengingat hasilnya tidak se - wow lainnya.

Namun, membagikan pengalaman jualan online saya juga sangat berarti bagi saya, because sharing is caring, right?

Memutuskan Jualan Online Produk Sendiri


Alkisah, sekitar 8 tahun lalu si mamak Rey dulu memutuskan resign tanpa rencana dari pekerjaannya di sebuah perusahaan swasta di Surabaya (jangan ditiru ye / alasannya menyusul).

Lalu mengikuti pak suami yang saat itu kerja di Jombang, menjadi IRT tulen tanpa satupun yang saya kerjakan selain mengurus anak dan rumah.

Ternyataaaa...
Semua itu AMAT SANGAT MEMBOSANKAN! lol.

Selain bosan juga kerjaannya kayak bibik-bibik mulu tiap hari, pun juga sedih banget rasanya, yang biasanya rekening saya keisi setiap bulannya dari gaji sendiri.

Saat itu tiba-tiba saja terhenti, dan saya merasa amat sangat miskin karena rekening melompong hahaha.

Begitulah, saya bosan dan muak, dan merengek pada si pak suami untuk bisa menghasilkan uang dari rumah, dengan harapan ada pemasukan tanpa harus meninggalkan anak.

Lalu, di tahun 2012, si pak suami memberikan saya modal 500 ribu untuk berjualan online baju anak-anak.


Ternyata, pengalaman jualan online di online shop saya, tidaklah berjalan dengan baik, gak sampai setahun saya akhirnya menyerah.

Sungguh saya gak kuat dengan yang namanya persaingan, dan saya mulai berpikir untuk memperkecil persaingan, salah satunya dengan menjual produk yang masih jarang dijual orang.

Tentunya produk tersebut harus unik, biar bisa merebut hati konsumen yang kepo, serta harus produksi sendiri, biar gak rebutan jadi reseller.

Maka mulailah saya mencari ide, kira-kira saya harus jualan produk apa ya? Dan bagaimana caranya?


Lahirnya eMDes Freznies Karena ATM


Suatu malam, ketika saya sedang nonton TV bersama si kakak, saya menonton sebuah acara enterpreneur di JTV.

Waktu itu, ada bintang tamunya yang seorang pemilik bisnis unik dari Surabaya.
Bisnis unik karena produknya masih jarang ada di pasaran, yaitu Brownies Beku.

Tiba-tiba saya seolah menemukan ide, hal apa yang bisa saya kembangkan.
Dia adalah menjual produk yang serupa tapi beda seperti punya sang bintang tamu di TV tersebut.

Maka long story short, lahirlah eMDes Freznies.

Lahirnya produk tersebut sejujurnya bukan hanya asal nyontek saja, tapi dikarenakan oleh beberapa alasan yaitu :

  • Waktu itu saya lagi keranjingan bermain terigu dan cokelat di dapur, alias lagi sering bikin kue sendiri. Maklum, kami semacam kagok banget tinggal di Jombang. Kota yang amat sangat beda dari Surabaya. Gak ada makanan enak yang bisa bersahabat dengan lidah, maka mau gak mau saya harus masuk dapur belajar masak sendiri.
  • Waktu itu si kakak Darrell sudah masuk MPASI dan sukaaa banget bikin sedih dengan GTMnya serta mudah kena diare. Jadi mau gak mau saya harus memaksa diri untuk memasak sendiri makanan si kakak, termasuk snack-nya.
  • Saya masih berpikiran bahwa, memulai bisnis itu cari yang bisa digunakan sendiri, jadi kalau gak laku ya bisa digunakan sendiri.



Persiapan Sebelum Memulai Jualan Online Brownies Beku eMDesFreznies


Meskipun niat menjadi enterpreneur saya menggebu, ternyata saya masih belum berani menggelontorkan dana lebih.


Saya bahkan tidak menghitung dana awal sama sekali (jangan dicontek juga ya), yang saya lakukan adalah learning by doing , yaitu :


1. Memborong semua produk sejenis yang dijual orang lain.


Waktu itu, ada sekitar 3 orang yang juga berjualan produk sejenis.
1 dari Bandung, 2 dari Surabaya.

Saya beli ketiganya, lalu saya cicipin biar tahu bagaimana kualitas produk mereka.
Kesimpulannya, ketiganya punya ciri khas masing-masing, meskipun untuk yang di Surabaya punya kesamaan kemasan yang sama juga.

Dari situ saya jadi punya bayangan, berapa seharusnya harga produk yang saya jual, dan seperti apa konsep saya sehingga beda dari mereka.

Meskipun, sebenarnya saya hanyalah bermodalkan ATM (Amati, Tiru, Modifikasi)


2. Menciptakan resep paten dengan mencoba beragam resep brownies beku 


Setelah saya tentukan dan putuskan, bahwa saya akan menjual produk brownies beku, maka langkah selanjutnya adalah menciptakan resep paten untuk produk tersebut.

Sayangnya itu gak semudah bikin resep buat dikonsumsi sendiri ferguso hahaha.


Saya googling di internet dan sama sekali gak menemukan resep brownies beku.
Akhirnya, saya putuskan untuk ngarang sendiri resepnya.

frozen brownies

Gak aneh-aneh sih, cukup pelajari metode bikin dan sifat bahan kue, lalu mencampur dengan beragam takaran dari resep basic brownies biasa, tentunya ditambah beberapa bahan yang lain, biar terasa uniknya.

Setelah berkali-kali bikin, dan si pencicip tester selalu bilang enak, sayanya tetap belum percaya.
Soalnya si pencicip tester ya pak suami dan si kakak Darrell, lol.



3. Memperluas lingkup pencicip tester


Karena belum yakin dengan ucapan para pencicip tester, yaitu pak suami dan si kakak, saya akhirnya membawa tester tersebut ke Surabaya dan bertemu teman-teman saya.

Betapa senangnya saya, ternyata mereka serempak juga bilang enak.
Semakin pede lah saya.
Meskipun awalnya juga 'senep' gegara mereka meragukan kemampuan saya.

Bahkan beberapa malah berkata, 
"Rey, ini beneran aman di makan? gak bikin keracunan?"
Hiks, sebegitu buruknya citra saya yang gak bisa masak ini yak, sampai-sampai mereka takut memakannya, lol.

Giliran udah dicoba dan enak, masih aja pada berceloteh,
"Rey, ini siapa yang bikin, pinter juga kamu cari peluang, orang yang bikin, kamu yang pajang nama produk sendiri"
i was like... pengen nyiramin mereka pakai cairan cokelat yang udah dicairkan bersama mentega, lol.


4.  Menciptakan nama, membuat disain logo dan mencari kemasan


Jujurly eh to be honnest, eMDes Freznies ini semacam pencapaian terbesar buat saya.
Bagaimana enggak?

Dari ide, resep, produksi, nama, disain logo hingga ide kemasan SEMUA SAYA KERJAKAN SENDIRI tanpa ada bantuan ide dari siapapun.


I feel so much proud *halah bahasanyaaaa...lol, terhadap diri terhadap diri saya sendiri, mengingat saya tuh bukanlah orang yang kreatif dalam bidang seni, apalagi kreatif dalam dunia masak memasak, hahaha.

Nama 

Nama eMDes Freznies sebenarnya nama yang simple, tapi jadi aneh karena si mamak Rey yang ngarang, lololol.

eMDes Freznies itu adalah kependekan dari MAMI DARRELL FRESH BROWNIES.
Heh? kagak nyambung yak?

Ya gitu deh, kalau mamak Rey yang ngarang, suka asal disambung-sambungin, lololol.

eM is Mami
De is Darrell
s is punya

Frez is Fresh
Nies is browNIES

Yang kalau digabung jadi 'fresh browniesnya mami Darrell'

Logo 


frozen brownies

Oke baiklah, mengenai logo ini terus terang bikin saya galau banget dulunya.
Gimana enggak?

Saya gak bisa sama sekali mendisain sebuah logo, daann dulunya pengetahuan saya amat sangat terbatas.

Beda banget dengan zaman now yang aplikasi udah amat sangat canggih.

Jadinya?
Logo di atas saya coret-coret pakai Word aja, hahahaha.

Cuman digabung-gabungkan bentuk garis, tambahin bintang-bintang, atur warna yang menarik buat saya, dan tadaaaaaa.. jadilah logo yang sungguh norak tapi bikin kuhepi itu, lol.


Kemasan 

Nah ini nih yang bikin saya galau maksimal.
Saya inginnya punya produk yang dikemas dalam kemasan yang keren.


resep brownies beku

Secara, menurut ilmu yang saya baca-baca, kemasan memegang peranan penting dalam dunia pemasaran.

Tapiiii..
Setelah saya googling sana sini, dan menemukan beberapa alamat di Surabaya, dan ternyata pas kami datang dan nanya harganya.

Ebuseddddd... mihil juga yak.
Soalnya kudu dipesan hingga ribuan dan harganya paling murah sekitar 2 jutaan.

Duh saya trauma pakai modal banyak, terlebih sampai jutaan (kesalahan nomor 2, gak berani!)
Akhirnya, saya putuskan pakai kemasan biasa, yang terbuat dari plastik kotak, lebih kuat sih sebenarnya, tapi minusnya jadi kecil banget hingga jadi terlihat amat mahal, lol.

Meskipun demikian saya tetap berpikir positif, karena kemasan saya unik, imut tapi isinya beneran padat, serta belum ada samanya.



5. Menghitung biaya rencana untuk menentukan harga produk


Setelah semua siap, dari resep sudah dipatenkan.
Kemasan sudah ditentukan.
Logo termasuk biaya cetaknya sudah diketahui biayanya.

Bahan-bahanpun sudah disurvey, maka langkah selanjutnya adalah menyusun biaya rencana untuk menentukan harga produk.

Yang ini juga sungguh ribet, mengingat saya amat sangat miskin ilmu bisnis ginian.
Untuk menentukan biaya rencana asli sih mudah banget, secaraaaa...
Selama kerja di kontraktor, saya bertahun bergelut dengan biaya rencana pelaksanaan proyek.

Meskipun bidangnya lain, tapi hitungannya 11 12 lah alias sama aja.

Perhitungan biaya meliputi :

  • Harga bahan, seperti : Terigu, coklat batangan, mentega, susu bubuk, cokelat bubuk, keju batangan dan bahan pelengkap lainnya. Harga bahan ini saya anggarkan di tengah-tengah harga produk kecil dengan yang besar. Satu kesalahan saya adalah, saya belinya di Surabaya, dan tidak memperhitungkan biaya transport, sedangkan saya waktu itu produksinya di Jombang, huuhhh... maklum amatiran, hahaha.
  • Harga bahan pelengkap seperti : kemasan, biaya cetak stiker, biaya bungkus brownies per bar (browniesnya saya bikin model bars dan dibungkus kertas khusus jadi kayak cokelat batangan).
  • Biaya alat, tepatnya inventaris sih, seperti : beli frezer, kotak stereofoam buat nganter ke pembeli biar gak meleleh kepanasan, peralatan masak, oven (saya sampai beli oven tanggung loh, nanggung pulaaa belinya, lol), cetakan yang sampai sekarang menuh-menuhin kardus hahaha dan sebagainya
  • Yang luput dari penilaian saya waktu itu adalah biaya tenaga saya, dan biaya marketing. Serta saya tidak mengerti bagaimana cara strategi menerapkan harga. Saya mah dulunya netapin harga murah dulu (itupun tetep dibilang mahal), giliran saya naikin, semua pada bilang makin mahal. Padahal bahkan dinaikin tuh harganya masih jauh lebih murah dari lainnya dan saya tetep masih bangkrut, lol.
Mengenai harga ini, saya jadi punya pelajaran otodidak, sebaiknya tentukan harga jual di awal launching produk, sebarkan harga tersebut, namun berilah keterangan harga launching dengan diskon jadi lebih murah.

Rempong yaaa...
BANGETTT hahaha.

Tapi saya bahagiaaa banget, meskipun cuman bertahan setahun setengah langsung stuck karena saya tepar, saya dapat banyaaaakkk banget ilmu berharga dari pengalaman jualan online produk sendiri tersebut.

Berikutnya, saya bakalan share, bagaimana cara saya memasarkan produk ini, dan bagaimana reaksi pasar.

Yang jelas, kisah pemasarannya juga sangat menarik untuk disimak, karena banyak banget hal-hal yang saya salah mengerti dan jadi pelajaran banget buat saya.


Nantikan di postingan #MondayBusiness pekan depan yaaa..

Semoga bermanfaat


Sidoarjo, 13 Mei 2019

Wassalam

Reyne Raea

39 komentar :

  1. Kelemahan aku kak,kalo mulai bisnis adalah selalu takut gagal lagi,
    Tapi ya gitu tetep aja di coba, gagal urusan belakangan!

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, kata orang bijak, orang yang berani mencoba itu gak pernah ada yang gagal, karena ada banyak ilmu karenanya :)

      Hapus
  2. Ya ampun terniat banget mbak bisnisnya mulai dari nol semuanya sendiri. Kalau saya jualan biasanya reseller aja sih biar cepet, xixixi. Walau nggak bertahan tapi jadi dapat banyak ilmu dan pengalaman ya mbak ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Reseller, dropshipper ngetop banget tuh dah,...ha-ha 😁

      Hapus
    2. #Enny : hahaha, maklum emak galau, jadinya maksa diri bikin dari nol hahaha

      #Kuanyu : reseller dan dropship kan udah pernah juga dan menyerah sayanya hahaha

      Hapus
  3. Wah... keren banget Kak hasil persiapan hingga jadi sebuah produk. Aku mah apa? Nggak gitu. Hehe... Asal jalan aja. Soalnya waktu banyak tersita untuk kerja dan kalau harus sesemangat itu sebenarnya bisa, tapi bakal capek banget.

    Bertahan lama juga ya Kak meski akhirnya stuck. Semoga kakak tetap semangat berbinis.

    Btw, pemasarannya gimana Kak? :) Aku menunggu postingan selanjutnya ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hati-hati teh,..jangan sal jalan, nanti masik gitloh,..kan bahaya,..,wkwkckk 😂

      Hapus
    2. Hahhaah iyaaa, kayaknya emang karakter saya juga sih, dalam ngerjain apapun, saya gak suka kalau cuman setengah-setengah, maunya totalitas :D

      Hapus
  4. Modal kecil memang menjadi tantangan tersendiri untuk para pebisnis ya teh,...tapi untunglah sekarang udah pada online, jadi enggak perlu pusing mikirin tempat untuk jualan dan hanya butuh kuota, hp dan sedikit keahlian,...ea,...ngomong-ngomong keren pengalamannya teh 😀

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangeettt, jadi udah ada rumusnya.
      Bisnis = modal uang atau tenaga
      kalau uang ga ada, tenaga digedein hehehe

      Hapus
  5. setidaknya kamu pernah coba, tau salahnya di mana, dan dapet pengalaman berharga banget :). keren sih rey... Sayang aku blm coba brownies bekunya :).

    aku sndiri , ga brni jg berbisnis. padahl papa pengusaha bakery di medan dan sudah sangat berkembang cabang2nya. sedihnya, ga ada 1 pun anak papa yg megang itu bakery. aku kantoran, adekku no 2 ikut suami di jepang, adek no3 kerja dokter THT, adek no4 sdg training di bidang perminyakan. kalo selesai, diapun bakal cabut ke negara2 timur tengah sesuai penempatannya.

    sedih sih .... krn itu berarti bisnis bakery papa blm ada penerus sampe skr.

    aku mungkin terlalu takut jg. udh keenakan di zona nyaman. tiap bulan dpt gaji, ada bonus fahunan, thr, uang cuti plus yg terpenting asuransi kesehatan utk 1 keluarga. kalo aku kluar kantor, kok ga yakin nanti bisa sukses yaaa , dan setidaknya dpt hasil yg sama dulu deh ama yg aku dpt dr kantor :(.

    bukann itu aja sih... karena masalah yg lain, kalo aku hrs pegang bisnis papa, itu lokasinya di medan. lah keluargaku kan di jkt.yakaliiii jarak jauh :D. krn sampe kapanpun, aku ga bakal mau jalanin LDR ama suami.

    ga gampang jd pebisnis yaa.. hrs berani, penuh perhitungan, kreatif.. dan itu blm ada di aku sih :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahhh waahh waahhh, aslinya yang diharapkan itu mba Fanny ya hahaha.

      Banget mbaaaa, menurut motivator, jadi pekerja itu adalah zona paling nyaman bagi banyak orang.

      Apalagi kalau udah nyamaaannn banget, udah tahu selanya, udah kayak rumah kedua.

      Sulit banget bisa move on.

      Jadi pebisnis juga gak mudah sih mba, makanya banyak pebisnis yang maksain anak2 mereka untuk sekolah bisnis, itupun masih jarang yang bisa sesukses ortunya.

      Emang kuncinya niat dan berani mba.
      Saya yang sama sekali gak punya begron bisnis, malu jualan, tapi berani juga terjun, meski akhirnya ga jalan lagi hahaha

      Hapus
  6. Dari yang saya Perhatikan, Mamak Rey ini memiliki banyak TALENTA , Eittsss !!! jangan senyum dulu.... :)

    Bakat Mamak Rey ini cukup banyak, apalagi Mbak orangnya KREATIF, saya yakin di masa depan , mamak rey bakal sukses dibidang yang ditekuni.

    Ohy.....kalau bikin lagi dan butuh RELAWAN Tester makanan, saya daftar yah Mbak... ? hahahah..... #lumayan bisa ngirit pengeluaran, hua-hahaha....

    Merk Produknya agak sulit di eja Mbak, maklum Wong deso, hahahah........

    Yuk, jualan lagi Mbak, siapa tahu produknya bakal Buming di Sumatera, kan lumayan saya bisa jadi Agennya, hahahah........

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waaaahhhh aamiin in yang kencang doanya, aamiin aamiin aamiin :D

      Hahaha, iya ya, sekarang mah teman-teman udah banyak ya, se Indonesia :D
      Dulu teman saya terbatas banget, jadinya cuman kasih tester ke orang2 terdekat aja

      Hapus
  7. Weih, nama produknya kayak berbahasa Prancis 😀

    BalasHapus
  8. Sampai sekarang masih berproduksi Mbak? Saya dulu juga pernah sama istri saya bisnis jus botolan gitu. Tapi itu waktu masih jamannya ada PRT. Setelah PRT-nya lenyap, berakhir pula bisnis yang lumayan menyenangkan dilakukan dan menghasilkan itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahhh bisnis minuman itu lebih lumayan mudah dan menguntungkan deh.
      Dulu suami saya jualan es teh dan pop ice aja, untungnya lumayan banget.
      Udah gitu lebih ringkas pula.

      Saya cuman bertahan 1 setengah tahun mas, gak kuat soalnya semua saya kerjain sendiri, lumayan laris dulu dan udah dapat pasar, sayang mental saya masih harus dipacu lagi buat berani pakai modal gedean dikit.

      Emang bener, ART atau ada yang bantuin itu pentiiingg banget.
      Semacam modal berbisnis juga, khususnya bagi bisnis rumah tangga :)

      Hapus
  9. Jiwa bisnisnya mantul ya.. Sampe mengeluarkan produk sendiri. Su baca namanya tadi gak kepikiran kalo produknya Brownies lho..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha iya kah, soalnya ga ada tampang2 bisa masak kah? atau namanya nyeleneh hehehe

      Hapus
  10. ATM: Amati Tiru Modifikasi, ternyata bagus juga ya bisa menimbulkan ide kreatif kita termasuk dgn brownies beku kreasi mbak Rey. Ternyata berbakat bisnis juga nih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangeeett, cara paling mudah emang ATM.
      Tapiii usahakan modifikasi yang bagus, biar ga terkesan follower banget hehehe

      Hapus
  11. wah ternyata porses nya panjanng juga ya kak untuk jualan produk sendiri, luar biasa ini kak rey pengalamannya bisa dishare ke teman teman agar lebih bagus dalam membuka usaha online, sehingga hasil produknya bisa sukses dan untung ya harapannya :)

    BalasHapus
  12. auto menginspirasi mbak ..tiba2 ngiler sm brownisnya *eh smg sukses ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih mbaaa, saya juga tiba-tiba kangen makan brownies, * eh masih pagi ding hahaha

      Hapus
  13. Yang saya tidak sabar adalah menunggu kisah pemasarannya, karena kalau pemasarannya cuma sekitar Jombang ... tidak mungkin ha ha ha. Semoga sukses selalu, Kak Rey dengan bisnis brownies bekunya ini. Sejujurnya saya baru tahu soal brownies beku dari pos blog ini. Betapa kudetnya saya LOL! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaa, dulu booming tuh mba, sekarang udah jarang kayaknya :)

      Hapus
  14. jadi pengen juga nih kak saya bisa jualan online, tapi bingung mau jual apa getu dan malu kalau promosi di sosial media hehehe :D mungkin kakak bisa memberikan tipt tips buat promosi jualan online yang bagus? ngarep banget kak hehehe :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, nantikan kelanjutan postingan ini, insha Allah tema bisnis setiap hari Senin, mau bahas masalah pemasarannya, dijamin bakalan terkejouddd hahahah

      Hapus
  15. Perjuangan banget memang bisnis itu ya Mba. Walaupun saya cuma reseller aksesoris handmade, rasanya saya masih perlu banyak belajar lagi. Termasuk urusan pemasaran dan belajar produksi sendiri juga ini.

    Sekarang si bisnis malah diam di tempat dan sepiiiiii.

    Modal nggak ada lagi. Hiks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayooo belajar marketing in apa aja yang ada, misal branding diri atau blognya.

      Terlihat sepele, tapi kalau konsisten pasti ada hasilnya kok.

      Kalau saya dulu kebalik, saya bangun kepercayaan diri dari mulai bisnis.

      Kebalik banget kan, orang pede dulu baru bisnis, saya bisnis dulu baru pede hahahaha

      Hapus
  16. Duh mbak baca ini kok kaya saya dapet pencerahan gitu...
    kebeneran banget saya lagi kepikiran pengen bisnis F&B dari rumah. Udah nemu idenya mau jual apa cuma kepentok gimana cara mulainya secara saya ini enol besar banget soal bisnis huhuuh

    abis baca tulisanmu saya jadi semangat untuk mulai bisnisnya nih...

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya beri satu kalimat semangat..

      AYO DIMULAI!

      hahaha, ayo segera dimulai, bakalan banyak tantangan, ada saatnya stuck, ada saatnya patah semangat.

      Tapi percaya deh, ide bakalan selalu datang, seiring kita selalu konsisten untuk melangkah :)

      Hapus
  17. Ditunggu Mom Rey, aq pengen belajar marketingnya Mak. Baru aja nimba ilmu dalam bisnia online nih Mba

    BalasHapus
    Balasan
    1. Insha Allah mbaaa, semoga curhat sharing receh ini manfaat ya :)

      Hapus
  18. biasanya masalah yang muncul ketika akan memulai bisnis sendiri adalah pikiran "bisa ga ya, bisa ga ya, nanti kalo rugi bla bla...", sampai akhirnya ga action action. dan cuman jadi sekedar ide saja di kepala. tapiiii kalo terus terusan meragu, juga ga bakalan maju-maju.
    kalo bikin bisnis sendri, semua mua nya dikerjain sendiri, hasil pemikiran ide kreatif sendiri juga, rasanya capek tapi happy.
    aku aja bisanya sampe saat ini cuman ide ide aja, tapi ga jalan jalan haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha iya mba, padahal, bahkan gagal dan rugipun gak bakal rugi beneran, karena ada ilmu yang udah kita dapatkan.

      Ayo di mulai usahanya :)

      Hapus
  19. sangat menginspirasi ceritanya mbakk, kalo mbak mau bandngin market share produk di beberapa ecommerce di indonesia bisa kunjungi di halaman ini. Terima kasih

    BalasHapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)