Tidak Pandai Menghasilkan Duit?


Sharing By Rey - Tidak pandai menghasilkan duit? itu saya deh kayaknya.
Entah mengapa, saya merasa agak payah dalam mencari duit, atau membuat sesuatu jadi duit.

Padahal, menurut banyak orang, banyak hal yang bisa saya jual (selain diri saya tentunya, lol)



Padahal ya, saya bukannya tidak mau berusaha, bahkan sejak kecil saya sudah ingin menghasilkan duit sendiri.

Saat SD, saya ingat beberapa kali pernah jualan hasil kebun di pekarangan, seperti tomat dan cabe.
Dan sepertinya sih enggak laku, lol.

Tidak menyerah, saat SMP, saya mengumpulkan uang jajan yang tidak seberapa diberikan mama, lalu saya membelikan permen 1 bungkus gede, lalu menjualnya kembali di sekolah.
Dan tidak jarang juga, mau saja disuruh bibi saya (kakak bapak saya, beliau minta dipanggil bibi) untuk membawa dagangannya di sekolah, lalu saya jual.

Bibi saya memang punya warung kecil-kecilan di depan rumahnya, dan menjual beberapa makanan ringan buatannya sendiri.
Saya gembira membawanya ke sekolah, karena seringnya laku dan bibi saya memberikan bagian saya berupa makanan kecil tersebut.

Akan tetapi, hal tersebut tidak bertahan lama, ketika bapak saya tahu saya sering berjualan di sekolah, habislah saya kena bentakan dan ancaman, huhuhu.


Ingin Menghasilkan Duit Saat Kuliah


Setelah kuliah, saya memaksa ingin ngekos, dan dengan penuh perjuangan akhirnya orang tua membolehkannya.

menghasilkan uang

Meskipun, sungguh biaya hidup saya sangat pas-pasan, 
Maklum, mama saya memang agak sedikit tega bin cuek terhadap kebutuhan anak-anak perempuannya.
Tidak pernah mau tahu, apakah anaknya punya baju buat kuliah, punya ini dan punya itu.

Lebih parah lagi, mama selalu berpatokan dengan cerita anak-anak tetangga yang kuliah di Makassar.
Di mana patokannya, berapa yang mereka dapatkan dari orang tuanya setiap bulan, begitulah yang mama kirimkan, sambil dilebihkan sedikit dengan omelan panjang.
"Yang hemat ya, itu si Anu saja dikirim lebih sedikit tapi bisa bertahan!
Pertama, anaknya si Anu itu kuliahnya di Makassar, ortunya sering kirim bahan makanan dan camilan setiap kali ada orang yang ke Makassar.

Sementara saya, selama bertahun ngekos, ortu sama sekali nggak pernah kirim sesuatu jajanan atau makanan.

Karena saat itu memang jarang yang kuliah di Surabaya, serta saya bergaul dan ngekosnya bareng orang Jawa semua, jadi nggak ketemu dengan orang-orang Buton.

Tidak seperti kebanyakan anak kuliah dari luar pulau, punya komunitas bahkan punya basecamp mahasiswa dari daerah.
Saya bahkan tidak pernah bertemu dengan orang sedaerah di kampus, sampai akhirnya saya lulus baru deh ketemu satu persatu.

Karenanya, ortu agak kesulitan menitipkan sesuatu kepada saya melalui orang yang sedang ke Surabaya.

Karena selalu terhimpit seperti itu, saya akhirnya berpikiran ingin bekerja, kebetulan beberapa teman kos ada yang bekerja sebagai SPG di mall, saya jadi tertarik ingin ikutan.
Akan tetapi urung, karena seragamnya pakai rok mini, dan saya sungguh tidak pede memamerkan betis dan paha saya (saat itu saya belum berhijab).

Merasa tidak pede bekerja memamerkan tubuh, saya akhirnya mencoba menggunakan ijazah STM saya, dan memasukan surat lamaran dengan ditulis tangan, yang tak kunjung ada panggilan juga.

Karenanya, saya menyerah dan tetap hidup mengandalkan uang kiriman dari orang tua yang sungguh harus sangat dipergunakan dengan hati-hati agar bisa memenuhi sampai datangnya kiriman lagi.

Sebenarnya, ada beberapa hal yang bisa saya lakukan selain bekerja langsung seperti yang saya upayakan sebelumnya.

Sebagai bagian dari sedikit mahasiswa lulusan STM, saya punya beberapa kelebihan dibanding teman lainnya, salah satunya adalah memahami tugas gambar teknik.
Pada semester 2 (kalau nggak salah), kami mendapatkan tugas gambar teknik, yang mana tentu saja dilakukan secara manual, karena dulu belum booming yang namanya autocad.

Gambarnya sebenarnya amat sangat sederhana.
Hanya disain dan gambar rumah di atas lahan 15x30, berupa denah, potongan memanjang melintang, dan tampak depan, samping kiri dan kanan serta belakang.

Saya mah udah familier banget dengan gambar seperti itu, dan tentu saja bisa dengan cepat saya kerjakan.
Akan tetapi, tidak dengan teman-teman saya,.

Mereka, bahkan membayangkan denah itu seperti apa saja sulit, apalagi membayangkan potongannya.
Dan berakhir, pada ramai-ramai datang ke kos saya, merayu saya untuk mau menggambarkan mereka, termasuk si pacar dulunya, ckckckck.

Dan saya mau saja, meski semua itu hanya dibayar dengan ditraktir makan ayam goreng McD, hahaha.
Entahlah saya bodoh atau polos, atau keduanya.

 

Ingin Menghasilkan Double Duit Saat Kerja


Bahkan sampai akhirnya saya lulus kuliah dan menganggur selama setahun lamanya, selama itu saya pernah bekerja freelance di sebuah event organizer sebagai admin, lalu akhirnya saya memilih berhenti karena nggak suka ditekan oleh bos yang diktator.

mendapatkan uang dari rumah

Saat itu, saya amat sangat butuh uang, karena orang tua sudah berhenti meng-support saya dengan kiriman bulanan.

Dan entah karena idealis atau bodoh, saya menolak dong uang gaji saya yang sudah bekerja selama seminggu lamanya, dan meminta agar si bos tersebut memberikannya kepada pembantunya saja di rumahnya. 

Etdaaahhh, sungguh saya tak habis pikir!

Lalu dalam dunia kerja, dengan seringnya saya berhasil dekat dengan atasan, banyak yang menganggap saya istimewa, gaji lebih besar, dan banyak peluang untuk mendapatkan uang 'ceperan' dari klien.

Nyatanya, bahkan diberipun, saya menolak.
Entah perpaduan sok nggak butuh duit kali yak, hahahaha.


Ingin Menghasilkan Duit Saat Menjadi IRT


Sampai akhirnya saya memilih betah menjadi IRT dengan 2 anak, ini adalah masa di mana saya sesungguhnya butuh duit banget.
Daaan rasanya saat seperti inilah saya benar-benar diuji, harus bisa menghasilkan duit dengan mengandalkan apa yang bisa saya jual.

Nyatanya?
Tidak semua juga bisa saya jual untuk menghasilkan duit.

Beberapa teman bahkan menghubungi saya, untuk bikin project bareng, di mana saya akan membawakan beberapa materi seputar ngeblog dan mungkin optimasi media sosial.
Dan tentu saja, project tersebut berbayar, yang akan bisa menghasilkan duit buat saya.

Kenyataannya?
Setelah mendengar berbayarnya, saya langsung gemeteran.
Rasanya kok saya belum pantas memberikan materi yang sebenarnya sayapun memahaminya masih dalam tahap otodidak saja.

Saya minder, jika nanti ada peserta yang sudah antusias membayar lalu berkata,
"Really? cuman segini doang?"
Makanya, kalau cuman diminta sharing pengalaman dan ilmu dasar, silahkan ubek-ubek tema "TuesdayTechno di blog ini.
Saya masih belum percaya diri memberikan ilmu-ilmu berbayar.

Meskipun banyak juga yang bilang, nggak masalah kok.
Karena sesungguhnya, ilmu-ilmu yang berbayar lainnya juga sebenarnya, kesan akhirnya adalah..
"Ya memang segitu doang ilmunya, mau diutak atik ya tetep di situ-situ doang"
Akan tetapi memang semua percaya diri menjual ilmunya, dan kekurangan saya adalah..
Entah karena belum punya confidence, atau mungkin memang tidak pandai menghasilkan duit sudah terpatri dalam diri saya.

Ah, entahlah...
Saya kadang iri, melihat teman-teman yang sedemikian sergep, apapun bisa jadi duit, termasuk baju bekasnya yang masih layak pakai.

Saya? semua baju yang menuhin lemari, saya bungkus dan kasih bapak-bapak yang sering ambil sampah, atau bapak satpam.
(agak-agak sok dermawan emang ya, lol)


Tidak Pandai Menghasilkan Duit? Akan Tetapi...  


Begitulah saya, sepertinya memang kekurangan saya adalah tidak pandai menghasilkan duit, entah karena tidak pandai menjual atau memang udah nasibnya gitu, hehehe.


Akan tetapi..
Meskipun saya jadi kurang berlimangan duit, saking tidak pandai menghasilkan duit.
Alhamdulillah saya selalu mendapatkan banyak kemudahan dalam hidup ini.

I mean, saya selalu bisa menemukan jalan keluar dari semua masalah yang saya hadapi, even tidak pakai duit.

Dan saya rasa, sesungguhnya rezeki itu bukanlah semata hadir dalam bentuk duit.
Kadang hadir dalam bentuk sahabat, kemudahan, dan segala yang bikin kita tetap baik-baik saja dan bersyukur dalam segala kondisi.

Tak masalah saya tidak sepandai lainnya dalam menghasilkan duit, asal saya pandai menghasilkan rezeki dengan semua kemampuan saya.

Demikianlah..
Kalau temans, adakah yang se cupu saya, yang tidak pandai menghasilkan duit?
Share yuk


Sidoarjo, 20 April 2020

#MondayBusiness

Sumber : Opini dan Pengalaman pribadi
Gambar : Canva edit by Rey

17 komentar :

  1. Kalau saya lebih bakat ngabisin duit daripada mengjasilkannya... Itulah sebabnya sampai Sekarang gak kaya Kata... 😢

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aih yang gajinya dollar ditambang :)

      Hapus
    2. Hahahahaha, kayaknya itu bakat sejuta manusia ya :D

      Hapus
  2. Mb Rey saya justru saat lagi krisis begini malah cepat dapat duit. Saya beralih usaha jual beli. Jual TV n kulkas buat beli beras

    BalasHapus
  3. Menurut saya, mba Rey pintar mencari peluang, dan didukung oleh skill yang mba Rey punya :D tinggal tunggu waktu (sambil terus berusaha) sampai ketemu sama goal yang tepat. Maksud saya, peluang yang mba cari, perlu ketemu dengan orang / perusahaan / tempat yang tepat, maka nanti akan menghasilkan :3

    Dan saya setuju, rejeki itu bukan hanya berupa uang, ada pula dalam bentuk kesehatan, keluarga yang bahagia, anak-anak yang tumbuh ceria, dan sahabat yang selalu ada :) kalau kata om Joel Osteen, "When you focus on being a blessing, God makes sure that you are always blessed in abundance. --- Ketika anda berfokus untuk menjadi berkat, Tuhan memastikan bahwa anda selalu diberkati dalam kelimpahan." gitchu katanya mbaaa dan menurut saya, mba Rey ini berkat untuk para pembaca termasuk saya karena to be honest saya sering dapat ilmu dari blog mba :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe makasih yaaaa...
      Ada 2 orang yang ngomong gitu, saya hanya perlu ketemu sesuatu yang tepat, entah itu perusahaan atau orang yang tepat :D

      Semoga dipantaskan :)

      Hapus
  4. Sama mbak, kalo dari blogspot malah saya belum menghasilkan sama sekali, ada adsense tapi bayarannya untuk pulsa sebulan aja kurang.😂

    Kalo soal pengalaman mencari duit waktu ket, pernah sih jualan es lilin sambil keliling gitu, lumayan lah hasilnya, sehari dapat 500 rupiah, tapi uang segitu bisa dapat semangkok bakso lah.😅

    Kalo sekarang, aku malah lebih sering ngabisin duit dari pada dapat duit.😁

    BalasHapus
    Balasan
    1. entah mengapa, ngabisin duit itu lebih mudah ya :D

      Hapus
  5. kalau pertanyaan kak Rey : adakah yang se cupu saya, yang tidak pandai menghasilkan duit? itu saya banget hahahahahaha
    kalau jualan2, saya ntah kenapa nggak beruntung dan gak lama jugaaa..pernah jualan jilba, tpi ntah kenapa saya cape nyari jilbabnya
    pernah buka toko ATK dan udah byk mdal keluar, ya untungnya dikit bangettt..gak sesuai aja

    Alhamdulillah, berharap selalu ada rejeki dari berbagai pintu yang lain, aamiin. Termasuk per blog an, wlau msh amat sangat sedikit, nggak kayak orang-orang hahaha...
    disyukuri aja, alhamdulillah

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha sama, ujung-ujungnya dikasih aja ke orang qiqiqiqiqi

      Hapus
  6. Setuju banget Mba Rey sama mantra kalau rejeki bukan hanya uang, bisa banyak hal lain kaya kesehatan, teman2 yg baik, orang tua yg sayang,dan banyaaak lagi yg lain.. mantra ini juga yg bikin kita makin bersyukur sama hidup..

    BalasHapus
  7. aku nggak jago jago banget buat jualan kalo dibandingkan temenku yang apapun peluang di depan mata bisa jadi duit, heran (pinter banget nih temenku)

    pernah ke kantor jualan daster atau pakaian tidur batik, ya ada yang beli juga sebenernya. itupun ngga bertahan lama, karena emang waktu ke Solo beli beberapa buat dijualin lagi hahaha

    aku kagum sama orang-orang yang bisa memanfaatkan atau reseller kembali buat ngejualin barang-barang dan dia dapet tambahan pemasukan dari sana,aku kurang tanggap kayaknya kalo soal beginian

    cita cita pengen punya bisnis, tapi ilmu bisnis dasar macam gini nggak "sempurna" hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bangeettt, teman-teman lainnya, bahkan apa aja di depan mata bisa jadi duit, bahkan kalau kita bisa dijual, dijual juga kali hahahaha

      Hapus
  8. Rezeki memang ga selalu dlm bentuk duit ya Rey :).

    Duluuu, zaman kuliah aku iseng cari duit dgn jualan sepatu vincci. Krn dulu di Malaysia, dan sepatu vincci saat itu sedang booming, otomatis temen2 banyaaaak yg pesen. Hrg jg jauh LBH murah drpd yg dijual di mall Indonesia. Aku kerjasama Ama temen di Medan tp. Dia yg cari pembeli, aku yg beli. Profit bagi rata. Itu aja msh banyak walo dibagi 2.

    Dan skrpun walo msh dpt gaji dr kantor, aku sambilan jg jual pulsa ke temen2 kantor dan keluarga. Drpd uang ngendap di tabungan, mnding aku puter kan. Lumayan ada profit.

    Nah tapiiiii, aku ga ngerasa jago kalo jualannya dlm bntuk sesuatu yg kasat mata, cthnya rekening tabungan, asuransi ato yg bersifat hutang, misal CC , KPR . Aku ga suka tuh kalo yg begitu.dan iniiii sbnrnya alasan utama kenapa aku kluar dari kantor yg skr. Krn service team yg tdnya tidak jualan, diksh target hrs jualan. Memang sih yg disuruh itu anak2ku, tp sebagai leadernya, masa iya aku ga mikir caranya dll. Nah Krn ngerasa itu memang bukan bidangku, dan aku tau pasti aku ga bakal bagus di situ, ya aku milih kluar. Walopun temen2 of bilang, "tahanin aja fan, palingan cm diomelin kalo ga achieve target"

    Ihhh enak aja, diomelin doang aja bikin aku malu kok, apalagi si bos suka pake sindiran menusuk jantung. Aku mah tau diri, ya mnding kluar drpd gagal. Beralih profesi deh jd manager keuangan suami lagi :D.

    Ntr, kalo udh bener2 kluar (Krn ada 2 month notice untuk resign di kantorku, supaya bisa cari pengganti), aku LG kepikiran kalopun mau jualan tp ya berupa barang2 LG, yg jelas. Ga cuma dlm bntuk kasat mata GT :p. Apalagi aku tipe yg ga pinter ngomong , sementara menjual rek tabungan itu hrs bisa meyakinkan customer utk tertarik buka rek. Beda Ama jualan pulsa :p.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ngerti saya Mba, kembali ke hati nurani tuh.
      Kalau tabungan kan jadinya jangka panjang, kalau barang sekali laku ya udah, nggak ada 'maintenance' yang kadang bikin jantungan hahaha.

      Tapi saya pengen dong Mba, bisa sergep jualan gitu.
      Dulu pertama kali saya di Surabaya, saya kesal disuruh-suruh cari barang di pasar gitu, buat dikirim ke Buton untuk dijual.

      Sayanya udah keder duluan, kayaknya memang nggak tahan banting sayanya huhuhu.

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)