Sharing By Rey - Cara menentukan rate card blogger pastinya amat sangat dibutuhkan oleh para blogger, khususnya yang pemula.
"Mbak Rey, bagaimana sih caranya kita nentukan rate card sponsored post di blog?, saya bingung nih ditanya rate card, takut kemurahan atau kemahalan"
Selama menekuni dunia blogger, saya sudah menerima pertanyaan demikian dari beberapa orang teman blogger. Bahkan ada pula yang blak-blakan nanya,
"Mbak Rey, rate card sponsored postnya berapa? aku mau nentukan rate card tapi bingung"
Sebenarnya, saya kadang agak ngerasa gimanaaaa gitu, saat ditanya mengenai rate card oleh sesama blogger, secara... itu kan sama aja kayak ditanya,
"Mbak Rey, gajimu berapa"Kan semacam awkward momen gitu kaannn...
Semacam kita jadi karyawan di sebuah kantor gitu, trus saling nanya gitu..
"eh kamu dapat bonus berapa?"Terus dijawab jujur, terus ternyata si A dapatnya lebih besar, terus si B sedih dan ngambek.
Apa Itu Rate Card Blogger
Saya jadi ingat, pertama kali saya ditanya tentang Rate Card.
Dan lucunya, saya sudah mulai ngeh memonetized blog sejak Maret 2018, namun baru mengenal istilah rate card ketika bulan Agustus 2018 lalu.
Ceritanya, saya dihubungi oleh seorang teman Instagram yang ternyata ybs kerjanya di sebuah agency gitu.
Setelah minta nomor WA, ybs segera mengirimkan saya pesan di WA yang isinya bertanya, tentang rate card saya.
Langsung dong saya nganga, apaan tuh rate card?
Semacam kartu kah?
Bingung dong saya, mau nanya temen blogger lainnya, kok ya gak punya keberanian, takut diketawain, atau semacam karena saya tuh introvert yang suka malu kalau nanya-nanya gitu.
Alhasil, saya melabuhkan pertanyaan tersebut pada sahabat saya yang serba tahu, dialah si Google.
Dari Google saya akhirnya tahu, kalau ternyata istilah rate card dalam dunia blogger itu adalah fee atau harga yang ditawarkan para blogger terhadap kerjasama dengan klien.
Dan hal tersebut gak bikin saya tersenyum lega, justru makin nganga, lahhhh.... berapa dong rate card saya?
Googling lagi, mencari lagi, kali aja ada blogger yang mau berbaik hati membagikan pengalaman mereka dalam menetapkan rate card pribadinya.
Dan ternyata, banyak loh yang bahas tentang rate card.
Sayangnya, sudah capek saya ubek-ubek tulisannya, namun belum juga nemu nominal pastinya.
Duh ya, padahal saya butuh, minimal saya bisa punya bayangan mau nerapi rate card berapa ke klien. Bingung kan ya, secara takut kemahalan atau juga terlalu murah.
Cara Saya Awal Menentukan Rate Card Blogger
Karena bingung mencari tahu berapa rate card blogger pemula, saya akhirnya memutuskan untuk menentukan rate card sendiri, dengan cara :
- Membuat 1 macam penawaran dulu, yaitu sponsored post yang dijadikan paketan sekaligus termasuk share ke semua media sosial saya. Hal ini saya lakukan sebagai percobaan atas kebiasaan saya.
Saya terbiasa menulis postingan dan kemudian meng-share di semua media sosial saya, dan demi menghindari kebingungan tanpa ujung, saya putuskan untuk membuat 1 macam penawaran saja dulu
- Menentukan harga penawaran (rate card) dengan cara melihat fee yang ditawarkan saat diundang dalam sebuah event.
- Untuk mengatasi kebingungan nilai fee atau rate card, saya putuskan untuk hanya menerima kerja sama sponsored post saja dulu, selain agar lebih bisa mempertahankan nilai fee, pun postingan selain sponsored post misal content placement, tidak sesuai dengan ciri khas tulisan saya yang selalu ada kisah dalam sebuah tulisan sponsored post.
- Agar rate card saya tidak turun atau dinego habis-habisan (karena awalnya saya menerapkan rate card yang mungkin kecil bagi beberapa blogger) jadi sebisa mungkin nilai tersebut tidak bisa dinego, kecuali sponsored post dengan produk yang nilainya lumayan (ratusan ribu)
Hal-Hal Yang Saya Perhatikan Dalam Menentukan Rate Card Blogger
Pada dasarnya, rate card atau fee kerjasama blogger itu tidak ada patokan resminya, karena kerjasama yang diadakan termasuk dalam jenis jasa perorangan.
Karenanya, setiap blogger punya hak prerogatif untuk menentukan rate card nya masing-masing.
Mau minta bayaran 1 sponsored post dengan fee 5 juta dan target page view postingan 100 dalam minggu, it's OK.
Gak bakal ada yang larang kok.
Demikian pula, dengan keputusan menerima bayaran 1 sponsored post dengan fee 100ribu dan target page view 500 dalam 1 minggu, juga gak masalah.
Gak ada hukum yang melarangnya.
NAMUN!
Bagi saya, menentukan rate card itu juga masuk dalam personal branding saya.
Saya gak mau, pasang rate card 1 juta per 1 postingan sponsored post, lalu berikutnya karena gak ada job saya rela ambil job dengan fee 100 ribu saja untuk 1 sponsored post.
Saya gak mau nantinya klien bisa 'membaca' keadaan saya, lalu memainkan perannya agar saya selalu terpaksa mau menerima job dengan rate card di bawah yang saya tentukan.
Mungkin saya saklek bagi beberapa blogger, tapi begitulah saya menjaga value dari branding saya .
Karenanya, dalam menentukan rate card ada beberapa hal yang selalu saya perhatikan, yaitu :
1. Mematok 1 harga yang tetap.
Saya belum tahu pasti bagaimana klien bersikap terhadap sesama klien, namun saya menghindari nilai atau fee yang beda antara 1 klien dengan klien lain, yang akan berdampak dengan turunnya nilai rate card saya.
Misal, saya deal dengan klien A seharga 500ribu, sedang klien B menawar dengan alot sehingga akhirnya saya deal seharga 300ribu.
Bisa jadi, klien A dan B saling kenal dan saling membocorkan rate card saya, sehingga bisa dipastikan berikutnya fee saya bakal ditawar jadi paling rendah.
Dengan memberikan 1 harga tetap, saya bisa dengan mudah mempertahankan nilai rate card
2. Tidak tertarik akan strategi klien yang sudah pernah menanyakan rate card saya.
Tidak dapat dipungkiri, semakin hari blogger semakin menjamur.
Hal tersebut membuat persaingan dalam dunia blogger semakin ketat.
Persaingan tersebut membuat beberapa blogger (biasanya pemula) nekat menerima job berapapun bayarannya.
Akhirnya, tidak jarang klien dengan mudahnya memakai jasa blogger demi meng-Google-kan usahanya.
Dan jadilah, para klien semacam bersaing untuk menampilkan postingan usahanya di page one Google.
Dengan bayaran yang murah, amatlah tidak mungkin bisa memaksa blogger mau berusaha menampilkan postingannya agar lebih banyak dibaca orang.
Dan membayar banyak blogger, itu berarti harus menggelontorkan lebih banyak dana.
Maka, dibuatlah strategi lain demi menjaring banyak blogger dengan suka rela menuliskan produknya secara baik dan detail, MELALUI LOMBA BLOG.
Saya pernah eh sering sih, ada beberapa klien yang meminta rate card saya, setelahnya ditawar dengan alot, ybs malah ngilang.
Tiba-tiba saja saya dapat email dari komunitas yang meminta saya ikutan lomba blog dari produk si klien tersebut.
Ya JELAS SAYA TOLAK LAH, hahahaha
Mengapa?
Karena saya belum bisa bersaing menulis dan memenangkan lomba, serta...
Kalau saya ikut lomba mulu, lama-lama semua klien pakai cara yang sama, memakai jasa blogger melalui lomba blog.
Kan jadinya cuman 3 orang atau 5 orang yang merasakan bayarannya, sedang lainnya, sudahlah nulisnya ngabisin tenaga dan waktu, gak pernah menang pula (ini mah si Rey, lol)
3. Menentukan rate card dengan berpedoman terhadap performa blog.
Seorang teman bertanya sambil mengeluh ke saya, ybs minta saya sharing mengenai rate card saya, ybs sudah menanyakan ke blogger lainnya dan dijawab "silahkan tentukan value kamu sendiri, kamu yang tahu kan hargamu sendiri".
Saya rasa, meskipun terdengar agak saklek tapi yang jawab demikian ada benarnya juga, ya kan nilai seorang blogger itu gak ada patokan nyata.
NAMUN!
Buat saya menentukan nilai rate card itu gak asal juga, langsung comot harga 1 juta, 3 juta. Padahal performa blog masih rendah banget.
That's why, performa blog seperti DA/PA serta pageview blog BERDASARKAN GOOGLE ANALYTICS itu penting banget.
Semakin tinggi performa blog kita, semakin PD dan masuk akal dalam meminta fee yang lebih tinggi.
Demikian juga dengan pageview berdasarkan Google Analytics.
Mengapa harus pakai Google Analytics sih?
Karena setahu saya, Laporan Google Analytics belum bisa dibuat-buat, terutama laporan pageviews.
Banyak blogger yang bangga pageview-nya besar, eh giliran di check melalui Google Analytics pageview-nya tidak sebanyak di dashboard blognya.
Kok bisa?
Karena pageview di dashboard bisa diakalin dengan cara mengeklik postingannya sendiri berulang kali. Dan jika sudah seperti itu, coba deh cek GA atau Google Analyticsnya, dijamin bounce rate atau rasio pentalnya besar banget.
4. Rate card adalah personal branding, cerminan diri kita sebenarnya.
Well, kalau ini mungkin pandangan saya pribadi, mungkin bertolak belakang bagi para blogger lainnya, khususnya yang mastah.
Menurut saya, rate card itu adalah personal branding kita.
Kalau kita suka pasang harga sesuka hati dalam menentukan rate card, jangan protes kalau akhirnya kita sering ditawar dengan harga yang bikin kita mau nyakar tembok mengingat perjuangan kita menaikan performa blog itu nyaris ngalahin rempongnya para
Sebaliknya, kalau kita mempertahankan rate card di angka yang normal, sesuai dengan performa blog, maka ke depannya kita bakalan selalu di 'hargai' dengan lebih.
Ya kan, kita udah terkenal dengan rate card yang segitu dengan performa yang segitu.
Kita gak pernah mau berikan yang segitu dengan harga yang segini, KECUALI OLEH BEBERAPA HAL (misal, harga teman, dll).
Jadi, sudah ada bayangan? Kira-kira mau pasang rate card berapa nih?
Berapapun itu, pastikan selalu memberikan kinerja yang terbaik ya.
Karena, tidak ada bayaran rendah di dunia ini.
Allah bakalan mencukupinya, jika kita bekerja dengan sepenuh hati, sedang bayaran kita mungkin terasa kurang.
Tapi, jangan juga karena itu kita asal sikat job, hehehe.
Btw, postingan ini murni pengalaman saya, bukan pengetahuan expert atau mastah, yang mungkin beda dengan lainnya.
Kalau teman-teman gimana cara menentukan rate card?
Share di komen yuk
Semoga manfaat :)
Sidoarjo, 15 Januari 2019
Wassalam
Reyne Raea
Nice sharing mbak Rey...I appreciate it
ReplyDeleteMakasih mba :)
DeleteWkwkwk.. Kalo Harga teman harusnya lebih tinggi dari harga klien ya.. ? Hahhaa.. menyokong teman kan. Beberapa kali ditanya tentang ratecard sama agency, tapi belum tertarik untuk mengiyakan karena bahasannya beda banget. Emang kebanyakan yang nawarin itu tentang traveling post. Sementara Blog saya kan, jauh dari itu. Hahhaa.. (sok-sokan idealis 🤣🤣🤣) tapi emang saya pinginnya yang sesuai sama isi Blog saya aja. Biar gak timpang isine. 🤭🤭
ReplyDeletehahaha kalau barang mungkin harga teman kudu lebih besar mba, tapi kalau jasa biasanya saya lebih toleran, terlebih untuk yang usahanya masih berkembang.
DeleteDengan senang hati deh saya bantuin :)
Saya pernah bikin usaha juga soalnya, dan tau banget rasanya ngasih tester ke temen dengan maksud agar mereka nyebarin infonya, eh yang ada mereka minta mulu kagak mau beli huhuhu, padahal untungnya ga seberapa
Btw, kalau travel bisa banget disiasati kok mbaa, disambung2in dengan bullet journal, misal : "merencanakan liburan dengan bullet journal" atau semacamnya, kerwn kan, malah masih jarang yang bahas tuh :D
ini tuh yang masih bikin aku ga pede mbak mau nentuin ratecard... aku masih ngerasa baru banget hikz jadi takut kemahalan.
ReplyDeletewkwkwkw, tapi kadang juga merasa kemurahan ya :D
DeleteJadi penasaran ratenya berapa nih kak rey 😅 becanda kak. Kalau emang sebanding dengan usaha, nilai adalah tingkat kepuasan kt sebagai penulis.
ReplyDeleteBtw ini lg penasaran google analytics. Hehehehe
wkwkwk rate card saya tahun lalu masih terbilang rendah kok, tahun ini ada kenaikan sih hahaha
DeleteMakanya terus berupaya naikan performa blog, biar lebih pede naikan rate card haha
Saya penasaran nih gimana cara buat rate card, apa cuman nulis di keterangan email, DA saya segini, jadi untuk Content Placemet segini, untuk Sponsor post segini, begitu ya mba rey?gak perlu pake gambar2 gitu kan hehe, rak mudeng rate card, semacam kartu gitu wkwkw
ReplyDeleteBiasanya ada yang bikin kayak media kit gitu mba, semacam portfolio gitu.
DeleteAda keterangan blog, performa blog, pengalaman kerjasama, performa blog dan rate card baik paketan atau bisa dipilah, misal hanya blogpost aja
Media kit sederhana bisa diliat di website komunitas BPN :)
Kalau saya belum sempat bikin sih, jadi cuman keterangan aja, syarat dan rate nya berapa
Poin ke-4 malah rasanya bikin aku pengen nangis. Karena kadang harus tabah menolak tawaran harga rendah sementara aku pun sudah punya standar duluan. Kudu sabar memang ya.
ReplyDeletetenang mbaaaa, justru kalau kita punya range sendiri, selama performa blog mumpuni malah jadi poin positif bagi kita kok.
DeleteKalau saya, seandainya ga deal saya anggap aja bukan rezeki, nantinya bakal ada rezeki lainnya kok, entah job dari komunitas, atau sekadar endorse hehehe.
Semangaaattt :)
Teruslah menulis, jangan patah semangat :)
Pengalaman pertama waktu ditanya rate card juga mirip2 dengan mbak Rey. Bingung rate card itu apa, mau tanta ke blogger lain malu akhirnya nanyanya ke google hehe..
ReplyDeletehahaha, kalau saya malu bertanya, untung Google gak menyesatkan :D
DeletePertama kenal istilah rate card itu pertengahan tahun 2017, karena tiba-tiba nggak ada hujan nggak ada angin ada yang nawarin sponsored job, hihi. Karena bingung nekad nanya sama salah satu blogger yang namanya udah lumayan dikenal di kalangan parenting blogger. Malu bertanya sesat di jalan, kan, untung ybs dengan baik hati menjelaskan. Job pertama pun muluss tanpa ditawar.
ReplyDeleteSebenernya menentukan rate card itu tergantung pribadi kita masing-masing ya. Apalagi jam terbang dan performa tiap blogger itu beragam. Yang penting kita punya standar sendiri, jadi nggak gampang 'dimainin' juga.
Sharing-nya bermanfaat sekali, Mba Rey. Aku bookmark buat nanti tengok kalo butuh info lagi tentang rate card ini. Thank youuu (:
waahh udah lama ya mba, saya baru saja hihihi
Deletesip mba, sama-sama :)
Kalo aku dulu pertama kali tau harga harga beginian awal tahun 2017 dari salah 1 pengurus komunitas blog. Katanya : Standarnya blogger medium sih 500ribu, kalau seleblog biasanya minimal 1 juta. Hahaa. Tinggal kita sendiri yang ngukur dan bercermin apakah saya blogger pemula, medium atau selebblog ? Hiihii. Tapi setuju sih aku sama mba Rey, performa berdasarkan DA PA dan Pageviews Google Analytic juga bisa jadi "pegangan" kita buat nentuin Rate Card :) kalo udah rejeki mah ngga bakal tertukar. Hehe
ReplyDeleteWaoooo, 500rebo itu besar loh, saya awalnya pasang rate card di bawah itu, daaannn masih banyak pula yang nawar wakakak
DeleteKalau saya emang rada lebay sih ya, belum berani minta bayaran tinggi, karena masih fokus naikan page view per postingan.
Kan malu juga tuh, pas kita minta bayar sejuta, trus klien minta laporan PV blogpost, eh cuman 100 PV dong di GA hahaha
Eh iya tapi klo 500 ribu standar blogger medium biasanya udah termasuk sama attending event (secara ongkos lumayan ya) terus biasanya paketan sama IG post dan story jugaa.. Hihi. Kalo cuma blog aja segitu kayaknya emang kudu yang bagus banget performanya biar sesuai nanti pas evaluasi.. Hihi
Deletewkwkkwkw iya say, kadang juga rate event beda tiap kotanya, di Jakarta lebih besar deh :)
DeleteSaya sendiri kadang juga bingung jika ditanya rate card, postingan ini bikin saya sedikit tercerahkan
ReplyDeletehihihi iya, mba, takut kemahalan atau kemurahan ya :)
DeleteKalau saya mah belukm pernah ditanya rate card. Syukurnya baca ini, bisa jadi panduan dan patokan ke depan, dalam hal mematok harga, he he.
ReplyDeleteSaat ini sedang berjuang juga. Rajin tayangkan tulisan setiap hari demi pageview. Masih jauh untuk dapat job kayaknya karena DA yang 9 dan usia belum genap 3 bulan.
Eh, baru tahu pageview bisa diakali, saya biasa buka blog juga dari dasbor atau langsung dari komputer tanpa mikir soal ngakalin. 'Kan harus balas komen dan blogwalking selain lakukan kumbal alias kunjungan balik.
500 ribu itu besar banget bagi saya, Mbak Rey. Mau matok harga segitu dulu karena sayua fokus dan berupaya konsisten pada blog. Bukankah blog bisa berkembang ke depan, maka rate card ogah jika sampai ditawar rendah.
Blog adalah investasi bisnis masa depan agar jejak klien bisa nangkring manis di mesin pencari.
Semangat, Mbak Rey. Tetap istiqomah menentukan patokan sesuai standar yang dimiliki.
benar banget mba, semangat naikan performa blog aja dulu ya :)
DeleteHaha setuju banget mbak kalau ada blogger yang nanya rate card kita, berasa gimana gituuu haha. Gitu ya mbak cara nentuin rate cardya, note deh. Makasih sharingnya mbak. salam, muthihauradotcom
ReplyDeleteSalam mba Muthi, sama2 :)
DeleteMbak Rey berarti kalo buat pemula kayak saya ini enaknya bikin rate card nya gimana ? Apakah dari kecil dulu terus naik, berdasarkan page view atau gimana mbak ? Soalnya saya bingung sih menentukannya hehehehe
ReplyDeletetergantung sih mba, saya dulu mulai dapat job sponsored post itu setelah berkali2 ikut event dan sesekali dapat job review dari komunitas.
DeleteDan pertama kali terima job, DA saya sudah sekitar 25-26
Jadi saya pasang rate card awal, agak di atas fee kalau ikut event.
Btw event sendiri beda2 loh, event di Jakarta dan dari agency langsung lebih besar fee nya ketimbang event di luar Jakarta.
Mengapa rate card saya pasang di atas event?
Karena event biasanya dapat goodybag, ilmu.
Pun cuman diminta update di blog dan IG biasanya.
Kalau saya update blog, udah sepaket dengan share di semua sosmed saya.
Pun, karena semua sponsored post tsb ada kisahnya, biasanya saya masukin backlink nya di postingan lain juga.
Awalnya saya pasang rate rendah kok, di bawah 500rb malah, itupun liat2, beberapa klien yang usaha kecil dan kirim produk saya malah gak ambil fee.
Hitung2 membantu orang melalui tulisan dengan review yang jujur hehehe.
Kalau saya sih mending pilih kecil dulu, lalu naikan berdasarkan PV serta demografik pengunjung setia blog.
Misal, pengunjung kita 80% wanita usia 18-30 tahun.
Ya jangan pasang rate gede untuk produk laki2 hahaha.
Percuma juga, gak banyak yang baca.
Kan malu atuh udah minta bayaran gede, tapi pas diminta laporannya PVnya dikit wkwkwkw.
Apalagi laporan PV Google Analytics, kalau PV dashboard mah mudah diakalin wkwkwkw :D
Rate card dilihat dari personal branding blog yang bersangkutan, setuju Kak Rey. Haha. Saya juga pernah ditanya begitu, akhirnya saya nanya lagi ke teman-teman lain yang sudah berpengalaman. Ooooh jadi ternyata beda-beda rate card-nya untuk masing-masing pekerjaan; kopas artikel mereka, bikin artikel, sampai cuma naruh link doank :D thanks atas sharingnya!
ReplyDeleteIya mba, kan kalau bikin artikel sendiri lebih sulit hahaha.
DeleteSaya pernah dapat sponsored post produk luar, saya minta harus pakai bahasa Indonesia dan nulis sendiri.
Mereka mengiyakan.
Dan abis itu saya puyeng gegara materi mereka berbahasa Inggris semua, saya rempong mengartikan dalam bahasa Indonesia dan bikin cerita mengenai itu hahaha
Udah gitu, bayarannya standar banget, tapi senengnya, cepeeett banget dibayar :)
aku dulu2 gak terlalu care sama rate card. mau rendah mau sedang kalo artikelnya fine2 aja ya aku terima. tapi setelah lihat rate temen2 pada pasang harga akhirnya aku mikir juga...kayanya harus punya standar juga nih. btw thanks for sharing nya mbak. aku sering bw ke blog mbak tapi sering lupa mau komen hehehe
ReplyDeleteIya mba, sebenarnya kalau kita gak punya standar tertentu, sama aja kita menjatuhkan kualitas blog sendiri dan menjatuhkan harga para blogger.
DeleteKlien pastinya akan selalu menjatuhkan harga sponsor, karena merekaa pikir toh yang mau juga banyak
Kalau kayak gitu ya gak heran profesi blogger lama2 bakal membosankan, karena reward yang kita peroleh juga gak sepadan :)
Btw makasih sering berkunjung ya :)
Kak Reyne artikel ini betul-betul kusimak sampai detil cerita bagaimana pengalaman dan cara kak Reyne menentukan rate card.
ReplyDeleteIni panduan buatku untuk tau cara mempersonal branding dengan baik.
Jika diperbolehkan, aku ingin minta kontaknya kak Reyne untuk bertanya dan belajar lebih banyak.
This comment has been removed by the author.
DeleteTerimakasih kak nomor telpnya, udah aku save.
DeleteMaaf nomor kontaknya kak Reyne jadi muncul di balasan komentar.
Sebaiknya dihapus saja komentar yang ada nomor telpnya kak Reyne, takut disalahgunakan orang.
Wuaa makasi sharingnya kak.. gini nih blogger ga pelit ilmu ngomongin dapurnya biar orang lain juga pd tau 😍
ReplyDeletehehehe, makasih udah baca :)
DeleteKak e panutanku ehehe,,, kalo ini aq jg masih bingung sebenarnya tapi kalo lomba blog aq mah ga mau ikutan lg,, apalagi yg berjenis SEO nampak kali kak drama nya,, ahahha
ReplyDeletehahahaha, bete ya kadang hasilnya gak sesuai dengan rule yang mereka buat sendiri :D
Deletepostnya informatif banget! aku juga masih pemula mbak soal rate card begini tapi udah pernah ngalami ditolak dan menolak haha. eh tapi yang bikin sebel tuh kalo ada yang nanya mulu tapi pas kutanya jadi/nggak malah menghilang :|
ReplyDeleteBiasa itu mah, sama aja kayak orang jualan, pasti ada hit and run wkwkwkw
DeleteKalau saya gak pernah nanya sih, memberikan waktu sepenuhnya buat klien mutusin :)
Mantap ka.. postingannya bermanfaat banget untuk blogger pemula seperti saya ini, salam kenal ka :D
ReplyDeleteSalam kenal, makasih udah mau baca :)
DeleteIya ya, Mak. Kadang gimana gitu ya kalau ada yang nanya gitu. Kalau aku belum pernah ditanyai berapa harga per postingan atau aku tanya sama teman sesama blogger. Rasanya kok malu meh tanya kayak gitu. Kurang sopan gitu deh menurutku. Aku pun udah mulai jarang ikut lomba karena ingin fokus di hal yang lain.
ReplyDeletehehehe iya, tapi emang kadang mereka butuh pencerahan juga sih, bingung mengira2 sendiri :D
DeleteAyo di bikin :)
ReplyDeleteWalau belum ada potensi untuk menentukan rate card, postingan ini saya pantengin matang-matang supaya tidak menyesal ketika nanti telah tiba waktunya dimintai rate card sama klien hehe XD Ijin screenshot ya Mba...
ReplyDeleteSering sih diminta posting produk teman di blog, tapi karena yang namanya 'temen' mah saya ngga enak patokin harga. Selain itu, blog saya masih sangat baru.. Performanya masih sangat minim.
Seperti kata Mba Rey di komen atas, saat ini saya lebih pilih review jujur dan itung-itung bantu usaha orang :D
Gapapa say, justru bermanfaat juga sebagai latihan :)
DeleteNah ini sama aja. Kirain bakal ada bocoran ternyata nggak ada juga 😝
ReplyDeletehehehe emangnya mau bocoran kayak gimana? nominal 100 ribu? 200ribu? 1 juta?
DeleteGak bisa sama dong, karena beda performa blog, beda juga bayarannya, beda kota juga pengaruh :)
nice info mbak, paling nggak aku jadi punya gambaran "value" aku tuh pantesnya berapa
ReplyDeleteSemangat :)
DeleteBaikin performa blog dulu. Noted!!! Makasih sharingnya mbak. Aku tak rajin nulis aja nih PR nya. Haha :D
ReplyDeletediriku juga mulai kehilangan (waktu) buat nulis hahaha
Deletebaru tahu juga ini ttg rate card, artikelnya sangat informatif, salam kenal mba dari Sidoarjo juga :)
ReplyDeleteSalam kenal juga mba :)
DeleteHehe baru tahu apa itu rade card dan terimakasih sharingnya, nambah ilmu, nambah pengetahuan.
ReplyDeleteSama-sama mba :)
DeleteSampe sekarang belum nemu ratecard yang pas. Hahaha.
ReplyDeleteApa yang di tulis disini semuanya relate sama saya sih. Nice.
Tentukan saja, kalau bingung, coba cari job yang rate nya ditentukan, kalau sering terima job, lama-lama bakal tahu kok berapa fee yang pantas untuk blog kita :)
DeleteMakasih kak sharingnya
ReplyDeleteMasih bingung sih rate card buat blog aku yg masih sangat pemula berapa ya. Beberapa x si dpt job dengan harga yg sedeng lah. Pernah juga nolak job krn diitung2 harganya kemurahan hahaha. Makasih sharingnya ya
Sama-sama, semoga bermanfaat dan dapat titik terang buat nentukan rate card :)
DeleteWah mba rey, sesungguhnya ak juga selalu galau kl ditanya rate card, haha. Kadang jg sedih kl ada job yg fee nya agak tidak manusiawi, ak tolak sih, meskipun beresiko dibilang blogger baru yg sombhong. Haha
ReplyDeleteCuma ingat pesennya kak wawa, kalau bukan kita sendiri yg naikin harkat dan martabat blogger, siapa lagi, jangan obral2 amat lah. Haha
Betoolll..
DeleteMembangun blog juga butuh pengorbanan, butuh tenaga, waktu dan uang juga ya :)
Aku belum punya rate card sih, hahaha
ReplyDeleteSoalnya masih belum punya personal branding yang kuat jadi se-ikhlas nya aja yang ngasih
Kalo udah beli domain, disiplin update dan punya DA/PA bagus, mau deh aku bikin rate card
Ayo mulai bikinnya :)
Deletemantap
ReplyDeletemakasih kak sharingnya!
semoga aku dapat tawaran lagi dan PD nentuin rate card untuk blogku hehe
Semangat, sambil menanti terus update blognya :)
DeleteSepaham kita mbak. Saat baca judul artikel ini saya kira rate card itu juga sejenis kartu ternyata meleset jauh banget ya artinya hahaha... Semangat kak nulisnya, sangat bermanfaat bagi newbie blogger cem saya ��
ReplyDeletehahahaha iya, kan ada card nya ya :D
DeleteTerima kasih Mbak Rey, saya ngeblog biasanya cuma senang2 saja, sejak dulu, pernah ada yang nawarin, ambil dan pasang aja tulisan yg diminta. nggak ada patokan dulu, tapi akhir2 ini, ada yg nawarin dan minta rate card, lah saya yg gak tau apa-apa kan bingung. apa yg harus dipertimbangkan. dengan baca ini, saya jadi paham, seminimal mungkin blog saya dibayar berapa untuk satu tulisan atau Content Placement.
ReplyDeleteSama-sama, semangat yaa :)
DeleteMakasih sharing ya mba Rey, berguna banfet nih pas lagi galau gini
ReplyDeleteSama-sama, semangat selalu :)
Deletekak mau tanya, kalau pageview tinggi dan emang real dari google ternyata bounce ratenya lumayan gede (sekitar 90%), nah apakah pengiklan dari agency2 liat bouncerate juga yah?
ReplyDeleteBounce rate tinggi biasanya karena pembaca nggak betah berada di blog kita.
DeleteKalau PV tinggi tapi BR tinggi, bisa jadi blog sangat google friendly, tapi konten masih kurang diminati, atau tidak sesuai target market.
Para agency sih biasanya beragam, ada yang peduli dengan itu, ada juga yang peduli hanya PV dan DA/PA :)
Nyangkol di blog mu mba, saat aku galau soal ratecard...
ReplyDeleteBelum ada pencerahan sampai sekarang .
Hahahahaha
hahaha, lama-lama tahu selahnya juga kok :)
DeleteTerimakasih mb, newbie banget aku tu sama DA PA aja baru tau dan maslaah rate card ini adalah pertama kali aku baca mengenai ini. Awalnya pas baca ada tanya menhenai rate card aku pikir itu kartu atau semacamnya ternyata 😅 (panjang penjabaranya alias bukan kartu)
ReplyDeletehahahaha, samaa.. awalnya saya pikir itu kartu nama dong :D
Deleteterima kasih mba. haha sya tertolong dari kedunguan sy berkat artikel ini. hehe
ReplyDeleteHalo kak Rey, saya udah ngeblog dr 2017 tapi baru ngeh rate card sekarang. Sebenerbya udh bbrp kali sponsor yg mau aku post produknya di blog. Tapi bener2 ga ngerti sm rate card. Pernah ditawarin dr komunitas 1000 kata seharga 250ribu, itu aku udh seneng banget. Iyain aja. Eh pas ada yg nawarin, tanya rate cardku, bingung aku langsung. Coba pasang harga lebih rendah dr komunitas, awalnya dia udah save WA aq. Tapi lama2 menghilang. :D.
ReplyDeleteJadi aku bener2 bingung banget kenapa ga ada yg nyantol. Krn aku jarang banget buka GA, biasanya aku kasih syaratnya panjang words per artikel. Mirip freelance gitu sih.
But thanks for your post, aku kudu rajin cek GA biar bisa kasih patokan buatku sendiri nih..
Waahhh kereeenn.
DeleteSaya malah, meski udah lama ngeblog, baru seriusnya ya 2018 :D
Kalau belum pernah sama sekali, bisa coba terima seadanya aja, asal sesuai niche, meski mungkin rate belum sesuai keinginan, tapi bisa jadi portofolio yang bagus as a blogger :)
Nantinya juga keseringan terima job, lama-lama kita tahu ritme termasuk ngasih rate yang sesuai :)
Makasih sharingnya mbak rey😊
ReplyDeleteBingung mikirin ratecard mbak, apalagi sadar diri blog masih biasa aja.
Dan tiba-tiba saya baru nyadar kalau akun GA saya eror belum diperbaiki. otw mau cek GA deh..
Muter" di blognya mbak Rey biar tercerahkan soal rate card. Tapi tetep aja bingung gimana cara kalkulasiinnya.😅
ReplyDeleteAndai saja ada hitungan matematis atau rumus khusus rate card, pasti gak sebimbang ini.
Mencari pencerahan di sini 😂
ReplyDeleteterimakasih mbaaa hehe