Sepenggal Percakapan Seorang SAHM Dengan WM Bikin Nyesek

stay at home mom vs working mom

Sharing By Rey - Meskipun topik tentang Stay At Home Mom vs Working Mom sudah sering dibahas,  tapi entah mengapa seolah topik tersebut tidak pernah basi dikekang waktu.

Menanti topiknya tenggelam, ibarat menanti ladang jagung di sirami cheese rain jadilah corn cheese *halah

Anyway,  salah satu hal terbesar yang selalu saya syukuri adalah,  saya punya beberapa pengalaman (baca : lumayan banyak). Termasuk pernah menjadi working mom maupun stay at home mom.

Jadiii,  saya kadang hanya bisa mesem-mesem menanggapi pertentangan SAHM vs WM.Beberapa waktu lalu,  saya ngerumpi dengan sahabat saya yang full working mom alias belum pernah rasain jadi SAHM. Alhasil percakapan kami jadi topik mainstream kekinian banget alias kekinian dari zaman baheula hahaha.

Begini kira-kira sepenggal rumpian kami (iyaa..  Sepenggal aja,  kalau ditulis semua bisa full blog post ini)

============================================
Dia (D) : mbak Rey, emang gak kepikiran balik kerja kantoran lagi?

Saya (S) : sudah enggak tuh,  sejak punya bayi lagi godaan untuk kerja di luar rumah udah gak mempan.

D : emang mbak gak bosan di rumah aja?

S : ya jujur sih kadang bosan, kadaaaang banget tapiiii,  gak sering bosannya,  soalnya di rumah juga banyak kerjaan urus baby,  urus Darrell dan bisa ngerjakan hal-hal lain secara online.

D : aku juga pengen kayak gitu mbak sebenarnya,  tapi ya harus realistis selain takut aku bosan dan ngerecokin suami terus, juga mikir, kalau aku gak kerja otomatis pemasukan berkurang.

S : Kalau mau jujur, sama juga kok!  Kadang (dulu) sering terpikir mau balik kerja,  tapi realistisnya beda ama dirimu, kalau aku realistis aja dengan keadaan anak yang gak memungkinkan dititipin.

D : Emang kenapa mbak?

S : Males aja kerja susah-susah bermandikan air mata hanya untuk bayar dokter dan biaya RS

D : Kok bisa? ngapain juga harus bermandikan air mata?

S : Karena saat kerja, anak jadi sakit-sakitan, terus harus dititipin saat masih sakit itu bikin hati melow gak karuan. Belum lagi takut kalau yang jaga gak bisa lebih sergep, tau sendiri kan zaman sekarang banyak berita penculikan atau berita pengasuh yang nyiksa anak majikan. Dan belum lagi ketambahan galau kalau harus lembur, padahal kan suami juga harus sering lembur.

D : Sebenarnya gak seseram itu kok mbak,  buktinya aku nitipin anakku sejak bayi,  semua hal bisa ditangani,  bahkan aku sering tugas keluar, saat keluar kota ada saja jalannya buat gak nelantarin anak. Aku selalu berdoa agar Tuhan jagain anakku, jadi semuanya baik-baik saja selama pikiran kita yakin Tuhan bakal jagain semuanya.
Justru aku malah lebih kepikiran kalau gak kerja, hanya mengandalkan gaji suami, terus kalau suami kenapa-kenapa gimana dong nasibku?

S : Sama aja sih sebenarnya, aku juga selalu mengandalkan Allah dalam hidup, sama seperti Allah jagain anakmu saat dirimu harus kerja, aku juga yakin Allah bakal menjaga rezekiku saat aku gak kerja dengan alasan harus menjaga amanahNya. Insha Allah semua juga bakal baik-baik saja

============================================

Menurut pengalaman saya, sebenarnya ada banyaaakk banget working mom yang kalau seandainya boleh memilih, mereka bakal lebih senang milih jadi stay at home mom alias jadi IRT aka Ibu Rumah Tangga.

Sayangnya, kebanyakan para Working Mom alias ibu bekerja takut akan hal finansial.
Dan kenyataannya hanya ada segelintir bahkan gak sampai 10% rasanya para ibu bekerja yang benar-benar bekerja adalah suatu keharusan.

Kebanyakan karena takut kehilangan nikmatnya finansial dari gaji sendiri.
Setidaknya itulah yang saya rasakan dan saya dapatkan dari curhat nyata banyak orang.

Betapa tidak?
Memilih jadi IRT itu berarti kehilangan gaji yang utuh dari kita sendiri.
Padahal dengan gaji tersebut kita bisa melakukan banyak hal (yang notabene menyenangkan diri sendiri).

Selain bisa lebih mudah berbagi dengan keluarga, seorang ibu bekerja juga bisa lebih mudah berbelanja barang-barang yang diinginkannya (kadang kebanyakan bukan yang dibutuhkannya).
Bisa hangout di tempat-tempat kekinian tanpa harus pusing mengatur uang gaji suami, bisa liburan demi foto-foto feed instagram maupun facebook jadi indah (baca : pamer hahaha)

Eits,.. gak perlu marah sama tulisan saya, sebenarnya ini adalah apa yang saya rasakan saat bekerja kantoran dan saat jadi IRT hehehe.
Kalau ada yang sama dengan saya, ya maapkeun jadi kesungging eh kesinggung :D

Hidup memang pilihan!
Dan masing-masing wanita bebas menentukan pilihannya.
Dan bagi saya, inilah pilihan saya.

Merelakan semua impian masa kecil menjadi wanita keren kerja kantoran dengan baju yang keren dan rapi.
Menggantinya dengan baju nyaman berkaos oblong dan bercelana pendek.
Memakai wewangian Oriflame *eh yang dalam hitungan menit bisa berubah jadi wangi ASI plus gumohan si bayi hahaha.

Bergajikan ciuman dan kasih sayang anak-anak saya yang mau saya marahin kayak apa juga tetap datang memeluk saya dan berkata
"Darrell sayang mami, jadi gak marah ama mami" huhuhu so sweet.
Juga gaji melihat senyum si bayi yang abis ngamuk nangis cranky badannya gatal mungkin karena alergi panas dan makanan dari ASI, lalu gumoh dan setelahnya senyum ganteng tanpa dosa hahaha

How priceless


24 jam bersama anak-anak saya adalah sesuatu yang sangat membuat saya berarti ketimbang saya harus mengumpulkan banyak uang demi kesenangan sendiri dan 'mengabaikan' anak-anak saya.

Yah..
Biarlah hidup saya lebih berarti dengan mengabdikan diri sepenuhnya mendidik para calon suami orang.
Iyaaa.. meskipun saya sadar, suatu hari nanti mereka bakal menomor duakan saya, seperti suami saya menomor duakan orang tuanya karena sudah punya tanggungan sendiri.

Tak mengapa!
Karena pinta dan harapan saya cuman satu!
Semoga anak-anak saya tumbuh jadi anak yang sholeh, bertanggung jawab, kuat dan bermanfaat bagi dunia dan mampu membuatkan saya gubuk untuk ditinggali bersama di jannah-Nya, aamiin.

Awwww.. mengapa saya jadi mewek sendiri?
Pas juga nulisnya dini hari huhuhu..

Ada yang berpikiran sama dengan saya? atau punya pengalaman lain?
Share di komen ya :)

Semoga manfaat

Sidoarjo - 02 Feb 2018

2 komentar :

  1. aku ketika memutuskan untuk stay at home mom, juga berpikir hal yang sama dgn mbak tulis di atas. capek-capek kerja banting tulang, hanya untuk membayar org lain agar kerja di rumah kita, sementara aku kehilangan momen berharga anak-anakku yg enggak mungkin terulang. tapi ini pandanganku loh, dan aku tetap menghargai pilihan ibu-ibu yang bekerja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget mba, sebijaknya kita para emak-emak untuk mencintai pilihan hidup sendiri dan tidak menghakimi orang lain 😊

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)