#ReyStory - Korupsi Dan Kesempatan Yang Diabaikan


korupsi

Sharing by Rey - Korupsi...
Dalam kehidupan ini, saya sering banget rasanya mengabaikan kesempatan yang ada.
Padahal kesempatan itu begitu nyata dan menarik.

Kata orang semua itu karena cinta.
Padahal, jawabannya, karena saya benci korupsi.


Hari Minggu ini. tidak banyak yang saya lakukan, selain lebih banyak tidur.
Hal ini saya lakukan karena semalamnya saya begadang mengaudit blog ini.

Iya, entah angin apa yang membuat saya malah sibuk audit blog. Udah gitu, setelah diaudit pakai Ubersuggest, kok saya malah jadi gak yakin ya, karena hasilnya sedikit beda dengan audit dari website lain.

Tapi sudahlah, saya cuekin saja.
Dan sedikit lega, karena waktu saya yang terbuang semalam, bisa menghasilkan menghapus beberapa broken link yang ke-detect, serta bisa mengedit beberapa artikel lama yang SEO nya kacau, hehehe.

Siangnya, saya dapat telpon dari nomer yang tak dikenal, seperti biasa saya cuekin saja.
Eh, ternyata pas sorenya saya cek ponsel dengan teliti, ternyata kakak sepupu saya dari Indonesia bagian Timur sedang berada di Surabaya, dan meminta bertemu dengan saya.


Saya lalu menduga kalau nomor asing tersebut adalah nomor kakak saya tersebut, maka segera saya kirim WA, dan ternyata benar.
Kakak sepupu saya memang sedang ada di sebuah hotel di kawasan dekat Juanda.

Segera saya mandi dan bersiap-siap menuju hotel. Meskipun sedikit bete di perjalanan, karena beberapa titik macet banget, sehingga diputuskan lewat jalan kecil saja.

Eh ternyata kami lupa, ini kan lepas Idul Fitri, masih bulan Syawal, dan biasanya banyak yang nikahan. Akibatnya, kami malah jadinya makin muter-muter gak jelas, karena di sana sini jalan ditutup oleh tenda orang nikahan.

Long story short sampailah juga kami di hotel tersebut, dan ternyata kakak sepupu saya sendiri saja di kamar. Jadi kami langsung ke kamarnya dan ngobrol dengan gembira.

Saking gembiranya, kami bingung gimana cara pamitnya, sementara sudah sangat malam banget.
Dan ternyata, si kakak saya itu juga sedang ditunggu temannya, dan kami dikasih kode gak pulang-pulang, sampai akhirnya disuruh pulang olehnya, wakakakakaka.

Semacam diusir, baru pulang.
Padahal ya kami juga mau pamit tapi sungkan, lol.

Lalu, apa sih yang kami obrolin sampai berjam-jam begitu gembira?
Tidak lain dan tidak bukan, mendengarkan cerita kakak saya, tentang permainan-permainan yang terjadi di pemerintahan.

Kakak saya tersebut adalah seorang ASN, namun dia kenal dengan bupati dan banyak orang penting di kotanya. Dia bercerita, bagaimana orang-orang, banyak yang mendatangi bupati untuk mengajukan proposal proyeknya (bahasa halusnya), atau untuk minta proyek (bahasa aslinya, lol).

Dan biasanya, sang orang penting tersebut bakalan menyuruh orang tersebut untuk langsung berkaitan dengan orang-orang kepercayaannya.
Dan kakak saya adalah salah satu orang kepercayaannya.

Selama kakak saya bercerita, saya hanya bisa ternganga-nganga uwow (bahasa apaan dah itu, lol).


Korupsi Itu Terlalu Menggoda


Sesungguhnya gosip tentang KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) itu bukanlah sekadar gosip, tapi memang benar-benar terjadi.

Baca juga : Guruku Idolaku

Dan berita yang kita lihat di berbagai media itu, hanyalah berlaku bagi orang-orang yang 'apes'.
Karena pada kenyataannya, meskipun setiap hari KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) makin gencar OTT (Operasi Tangkap Tangan) di mana-mana.

korupsi
sutterstock

Toh juga nggak bikin para pejabat kapok ternyata.
Mungkin karena godaan uang begitu menarik ya.

Saya sendiri, sudah sering mendengar tentang KKN itu sejak kecil.
Di daerah orang tua saya misalnya. Dulunya, hampir semua orang tua mempersiapkan uang, bukan hanya sekadar buat sekolah anaknya.

Tapi juga untuk biaya menyogok, agar anaknya bisa lulus PNS dengan mudah.
Dan, dengan berat hati saya akui.
Orang tua saya juga melakukan hal itu untuk kami.

Thats way, selepas saya wisuda di tahun 2005 lalu (iyaaaa, saya sudah tu eh senior, lol), mama begitu getol memanggil saya balik ke sana.
Sementara saya sudah terlalu cinta akan kota Surabaya, sehingga mama kesal banget pada saya.

Selain acara sogok menyogok buat masuk PNS yang saya dengar terjadi di daerah orang tua saya, saya juga pernah melihat langsung uang sekoper yang akan digunakan buat membayar beberapa orang penting di sebuah daerah.

Uang tersebut berjumlah nyaris 1 milyar, saya tahu pasti karena saya yang akhirnya bingung cari item pengeluaran buat laporan proyek.
Pengen saya tulis, item 'lain-lain' kok ya biayanya besar banget.
Akhirnya masuk ke biaya 'entertainment'.

Anggap saja, perusahaan begitu baik mengambil dana pengeluaran proyek untuk memberikan refreshing buat karyawannya.

Itu anggapan yang saya buat sendiri demi menghibur hati saya yang sedih, karena gaji saya kecil, gara-gara uang yang seharusnya jadi keuntungan proyek malah dikasih ke orang-orang yang seharusnya mengabdi pada negara, huhuhu.

Setelah masa pemerintahan pak Jokowi, eh apa sejak masa pak SBY ya?, saya lupa.
KPK semakin tegas menindaki para koruptor.
Saya yang waktu itu sudah memilih resign dan jadi IRT, kadang berhayal pengen kerja jadi detektif KPK saja rasanya.

Karena saya tahu di bagian mana saja, saya harus memeriksa laporan proyek.
Karena saya pernah merencanakan dan mengontrol semua biaya proyek selama beberapa tahun.

Ya gitu deh, emak-emak IRT emang sukanya berhayal, dipikir mudah apa ya, melawan para cecunguk-cecunguk yang sudah tahu rasanya enak punya uang merah ratusan lembar itu.
CASH pula, hahaha.

Tapi, setelah dengar cerita kakak saya tersebut, saya baru sadar.
Tidak semudah itu menangkap dan menjebloskan para koruptor itu ke dalam penjara.
Karena mereka itu, ibarat lingkaran setan.

Semacam komunitas yang solid dan mengikat.
Jadi, masing-masing saling tutup mulut, karena semuanya ambil bagian juga.
Bahkan, jika ada orang yang idealis.
Sudah dipastikan si orang idealis itu bakalan tersisihkan, seperti dimutasi, atau parahnya difitnah hingga akhirnya dipecat.

Sedih ya.


Pernah Mengabaikan Kesempatan Karena Korupsi


Di tengah obrolan kami tentang korupsi dan politik.
Kakak saya lalu basa basi menawarkan saya untuk bikin proyek di daerahnya sana.
Katanya, masih banyak daerah-daerah di Indonesia, khususnya di daerah Indonesia bagian Timur, yang butuh para sarjana seperti sarjana tehnik.


Saya melengos.
"Hadeh kak, saya mah sudah memutuskan jadi emak-emak yang di rumah saja, males ngurusin yang gituan, urus anak aja saya keteteran, hehehe"
korupsi
biarlah saya mengasuh anak-anak saja

Kata-kata kakak saya, serta merta membuat saya kembali mengingat masa lampau.
Belasan tahun lalu, saat saya akhirnya menyerah pulang seperti keinginan orang tua saya.
Karena sudah sebulanan mencari kerja di Surabaya, tak satupun yang menerima saya, hiks.

Sesampainya saya di BauBau, saya langsung disambut oleh tante saya (kakak dari mama saya) yang saat itu masih bekerja di RSUD. Beliaulah yang awalnya membuat saya harus masuk STM dulunya.
Padahal, saya inginnya masuk kedokteran, mama saya juga.

Tante saya tersebut meminta saya menuruti kata-kata om saya (suami beliau).
Om saya yang saat itu juga masih bekerja di sebuah instansi, beliau punya banyak kenalan orang penting di sana. Bahkan ayah om saya tersebut adalah mantan kepala dewan.


Oleh om, saya diminta untuk segera masuk ke banyak instansi, sambil menanti jadwal test CPNS.
Saya lalu diminta ke sebuah PTS (Perguruan Tinggi Swasta) di sana, yaitu Unidayan, untuk melamar jadi asisten dosen.

Saya yang memang sejak dulu, kurang pandai berkata 'tidak', terpaksa menuruti keinginan beliau.
Keesokan harinya, saya menuju kampus utamanya.
Dan lucky me, saya bisa langsung bertemu dengan rektornya, daaannn... langsung diterima jadi asisten dosen mata kuliah 'Pengendalian Proyek'

Sungguh dahsyat pengaruh 'koneksi orang dalam' itu ya, hahaha.
Ditambah, saat itu masih sangat langka, ada lulusan tehnik Sipil dari Jawa sih.
Jadinya, langsung diterima gak pakai test sama sekali.

Padahal yaa..
I hate ngajar!
Saya selalu nggak sabaran menghadapi orang-orang yang lelet dalam berpikir.
Dan juga saya deg-degan.

Hampir 50% mahasiswanya adalah teman sekelas saya waktu STM.
Dan saya dulu terkenal cengeng waktu STM.
Kebayang nggak sih, kalau mereka godain saya, terus saya nangis di depan kelas, lol.

Beruntung, saat itu sedang masa liburan.
Jadi saya masih menanti masuk kuliah untuk ngajar.

Oh ya, kerennya lagi.
Saat itu saya sih belum sama sekali sampai di tahap deal honor.
Entah karena saya dianggap semacam magang dan honornya terserah kampus kali ya.
Tapi, si bapak rektor menjanjikan, jika saya bertahan ngajar di sana.
Saya bakalan di sekolahkan lagi ke jenjang lebih tinggi.

Karuan saja mama saya senang.
Dan SAYA TIDAK, hahaha.

Ye kan..
Saya tuh nggak suka ngajar.
Dan saya masih ingin cari uang, bosan belajar lagi.
Padahal, kalau seandainya saya bertahan.
Mungkin saya bakal mencintai dunia tehnik sipil yang penuh hitung-hitungan itu.

KAN ADA KALKULATOR, lol.

Long story short, saya akhirnya nggak jadi ngajar.
Bukan karena saya takut.
Tapi karena, hanya sekitar 3-4 minggu saya di sana, saya sudah nggak tahan dan merengek sama mama untuk balik ke Surabaya.

Karena kesal dengar rengekan saya, mama akhirnya mengiyakan saja, dan akhirnya menghukum saya, dengan nggak dikirimin duit lagi, huhuhu.
Kalau bapak saya?
Beliau mah menepati janjinya, yang gak bakal banyak mengurusi masa depan anak-anaknya, setelah anaknya selesai sekolah.


Kesedihan Orang Tua Akan Pengabaian Kesempatan Demi Kebebasan dan Say No To Korupsi  


To be honnest, salah satu alasan saya kembali ke Surabaya adalah, karena saya tidak nyaman di sana.
Semua memang serba mudah, beda banget dengan di Surabaya, yang saya benar-benar merangkak, demi mengisi dompet.


Tapi, di sana saya merasa disetir semua orang.
Oleh tante dan om saya.
Oleh kebiasaan korupsi bahkan lengkap dengan KKN yang sudah dianggap biasa di sana.

korupsi
istock

Padahal, dulu saya adalah salah satu harapan terbesar orang tua bahkan keluarga besar kami.
Di antara keluarga kami, hanya saya yang kuliah di bidang tehnik Sipil.

Lainnya, pada ambil jurusan keluarga besar, yakni bidang kesehatan.
Keluarga mama saya lebih banyak di bidang kesehatan, thats way kakak saya juga sekolah di bidang kesehatan dan bekerja di RS.

Saudara sepupu saya juga ada yang dokter, hingga bidan dan perawat.
Kakak ipar saya tentara.
Dan saya punya 2 kesempatan besar, yaitu jadi dosen atau kerja jadi PNS di dinas PU.

Ge eR banget sih Rey, bisa jadi PNS dengan cepat.
Bukan saya sih yang Ge eR, tapi persiapan orang tua yang bikin mereka Ge eR, hahaha.
Waktu itu, ada beberapa pintu koneksi orang penting yang memuluskan niat jadi PNS tersebut.

Bekerja di PU dan itu adalah si Rey?
Sungguh membuat harapan orang tua saya melambung.
Bagaimana tidak?
Dinas PU adalah salah satu pintu masuk uang 'gaje' yang banyak.

Dan dengan kemampuan saya, orang tua dan keluarga besar saya yakin, saya bisa membangun karir dengan mudah dan cepat.
Namun, yang terjadi adalah, saya kabur sebelum berperang, hahaha.

Pintu kesempatan itu terus terbuka hingga 5-6 tahun kemudian.
Dan kebayang deh, setiap kali saya ditelpon sewaktu di Surabaya, selalu ituuuuu saja yang dibahas.
Disuruh pulang buat jadi PNS, mumpung masih ada pintu buat koneksi orang dalam.

Koneksi orang dalam itu sangat penting, dalam memuluskan jalan lulus PNS (dulunya), karena meskipun orang punya uang sebanyak-banyaknya, kalau nggak ada koneksi, ya percuma.


Apakah Saya Menyesal Mengabaikan Kesempatan Karena Korupsi ?


Kalau ditanya seperti itu, terus terang kadang saya nyesal.
Iya, manusiawi kan...

korupsi
Shutterstock

Penyesalan itu terjadi, saat saya sedang capek, terus mau mudik gak punya duit, wakakakaka.
Atau, saat kakak saya kirim kabar kalau mama saya sakit, hiks.
Manusiawi sih ya.

Baca juga : Saya Menyesal!

Kadang saya berpikir, cobaaa aja dulu saya nggak ngikutin idealis sesaat.
Mungkin saat ini, saya bisa dekat dengan mama.
Bisa ajak mama dan bapak jalan-jalan, biayain mama umroh (tapi dari uang korupsi, Rey!) wakakakakaka.

Tapi, itu hanya sekejap kok, hanya perasaan sesaat.
Berikutnya, saya belajar mensyukuri apa yang ada saat ini.
Saya yakin inilah jalan hidup yang terbaik buat saya.

Mengapa?
Karena saya adalah sosok orang yang sangat idealis.
Saya nggak bisa bayangin, bekerja di antara orang-orang yang penuh dengan korupsi setiap saat.
Mengurusin sesuatu 'yang sudah di-setting'.

Saat tadi kakak saya bercerita tentang, bagaimana proyek-proyek diberikan ke orang-orang yang mau bayar tinggi, saya sudah bergidig sendiri.
Saya bakalan depresi parah tuh kalau kerja di lingkungan seperti itu.
Atau bisa jadi saya masuk penjara, karena difitnah lantaran terlalu idealis, hahaha.

Saya jadi ingat.
Terakhir kali saya bekerja di sebuah kontraktor start up.
Seperti biasa, saya selalu jadi orang kepercayaan boss.

Saya sering banget mendapatkan amplop di meja saya yang berisi uang, pas dicari tahu, ternyata itu uang buat saya dari suplier material, agar saya mau membantunya meloloskan materialnya, dengan saya merekomendasikannya di boss saya.

Jelas saja saya balikin.
Duh ya, kepercayaan boss terlalu penting, untuk digadaikan dengan uang.
MESKIPUN JUJUR SAYA BUTUH UANG BANGET WAKTU ITU hahahaha.

Pernah juga, saat saya inspeksi proyek, 'opname' atau sebutan untuk kegiatan menghitung progress pekerjaan proyek.
Saat mau pulang, seorang suplier lainnya, mengejar saya di parkiran.
Beliau menyodorkan saya beberapa lembar uang, katanya buat beli es krim

Atuh maaahhh, nyaris saja saya tergoda.
I LOVE EGYM SO MUCH wakakakaka.
Tapi dengan sok gak butuh duitnya saya menolak dengan sopan.
Dan memintanya untuk membelikan jajan buat para pekerja di proyek.

Iyaaa, bagaimana saya bisa menerima uang tersebut? sementara saya sering banget mendengarkan keluh kesah pekerja kecil di proyek yang mengeluh bahkan mereka nggak disediakan minuman, padahal mereka nggak punya uang sama sekali, hiks.

Yup.
Saya rasa, Allah sungguh Maha Tahu, apa yang terbaik dan yang paling saya butuhkan.
Saya tidak cocok dengan kehidupan yang terlalu di-setting gitu.
Saya tidak suka melihat ketidak adilan.

Thats way, saya tidak berjodoh jadi PNS maupun dosen di sana.
Menjadi IRT dan menulis seperti ini, rasanya yang terbaik bagi saya.
Meski terus terang, saat ini belum bisa fokus membangun blog demi pundi-pundi rupiah, karena tugas utama mengasuh anak.

Tapi saya yakin, Allah selalu menititpkan rezeki saya di manapun, termasuk dititipkan di suami saya.
Semoga Allah memudahkan beliau dalam meraih rezeki kami sekeluarga, aamiin.

Kalau teman-teman, ada kisah yang sedikit disesalkan karena mengabaikan kesempatan demi menghindari korupsi nggak?

Share yuk :)

Semoga bermanfaat

Sidoarjo, 16 Juni 2019

@reyneraea

45 komentar :

  1. Subhanallah, semoga kita dihindarkan dari perKKN an.
    Waktu kecil pas dengar KKN saya selalu bingung, krna yg saya baca di puisi-puisi di buku ayah saya, KKN selalu terlihat jelek, tapi kenapa ayah saya malah pernah pamit untuk pergi melakukan KKN saat masih jadi mahasiswa. Ternyataaa... Berbezaaaa

    Keren loh mbak Rey, bisa dengan tangguhnya berdiri menantang segala nafsu manusiawi akan uang. Apalagi dengan lingkungan yang kadang menganggap "biasa". Duh, saya harus banyak belajar deh biar bisa berdiri pada keinginan sendiri.
    Semoga langkah yang sudah diambil mbak Rey sekarang ini bisa jadi sebuah keberkahan di masa depan. Aaamiin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, saya gak pernah ikut KKN, pernahnya PKL (praktek kerja lapangan) :D
      Mungkin karena idealis kali ya, aslinya suka duit banget, cuman ya semacam ada yang mengganjal di hati :D

      Hapus
  2. Aku pernah resign dari kerjaan yang lama gara-gara mereka mau sekongkol untuk melanggar aturan dikti. Warbyasah sih dampaknya. Mereka berani, pemimpinnya mau, gue sih ogah.

    Jadi dosen pinginnya biar ilmunya manfaat realitanya ada kisah lain yang juga harus diterjang.

    Bukan soal suka korupsi atau nggak sih, tapi nggak enak aja hidup dalam bayang-bayang rasa bersalah karna udah tahu kalau begituan tuh dosa.

    Jadi ikutan curcol. Wkwkwk..

    Tapi saya salut sama mbak yang bisa bertahan dari terjangan omongan keluarga besar yang maksa untuk kerja di satu instansi pake orang dalam. Nggak semua bisa bertahan begitu. Semoga rizki yang didapat sekarang bisa leboh berkah ya mbk.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Rezeki sudah ada yang ngatur,..teknik curang apapun nanti uangnya ajan kembali ke jalan yang benar

      Hapus
    2. iya mbaaaa, rasanya mengganjal aja di hati :(
      Mungkin karena saya memilih jauh dari keluarga sih, jadi dengerin ocehan mereka hanya sesekali.

      Pun juga gak pernah curhat hidup susah sama keluarga, biar gak di salah-salahin hahahaha

      Bener kata Kuanyu, rezeki sudah ada yang ngatur :D

      Hapus
  3. Ceritanya mengharukan sekali Mbak....hahahaha.

    Di tempat saya Jadi honorer saja sulitnya minta ampyunnnn....apalagi jadi PNS,hahaha.....males bangetz ikut test,saya sudah nyerah duluan kalau lihat " Model " di zaman sekarang.....hahahah.

    padahal jadi PNS Itu kita bisa hidup di Zona Ekonomi Nyaman , ditengah tengah penghasilan blogger yg tak menentu...

    tpi itu tadi jadi PNS ibarat kebulan Pakai Pesawat Pribadi.Mustahil nyampai....hahahaha.

    Kenapa ngak Mbak jadi " Konsultan Proyek Online saja " . siapa tahu ada rekan2 sesama blogger yg minta bikin denah membuat rumah...?Kan lumayan kerjanya bisa dirumah..✌😆...

    #KKN = Kecap Kerupuk Nasi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penghasilan blogger yang tidak menentu,..sepertinya saya harus berguru sama mas timon nih biar penghasilan saya jelas,..😂😂😂

      Hapus
    2. Sama kok kang, di tempat ortu saya juga dari dulu sulit banget masuk honorer.
      Kalau gak punya koneksi orang besar.

      Makanya, orang biasa gak punya jatah lagi, karena habis oleh jatah orang-orang besar itu :D

      hahahah, dunia tehnik bukan passion saya.
      Saya lebih suka menulis atau merencanakan biaya proyek.

      Saya paling gak suka gambar :D
      Dulu tuh, terpaksa masuk STM kok :D

      Hapus
    3. hahahaha...jadi gimana nih,,kami2 butuh ilmunya loh....

      tpi kalu dikasih bocoran ilmu cara merencanakan biaya proyek juga boleh sih...dari pada ngak ada ilmu yg disedot,hahahah...

      Hapus
    4. wkwkwkwkw iya deh, mengumpulkan nyawa dulu buat bikin kontennya hahaha.
      Emang ya segala sesuatu kalau gak passion itu bawaannya berat.

      Saya tuh lebih tertarik dunia psikolog sebenarnya, lebih mudah hahahaha

      Hapus
  4. Salut Rey.. bisa menolak berbagai tawaran seperti itu. Butuh keberanian dan kenekatan tingkat tinggi untuk mencoba berjalan sesuai dengan ideaisme sendiri, apalagi harus menghadapi orangtua sendiri.

    Tetapi, saya setuju sekali dengan apa yang dikau lakukan.

    KKN itu adalah kaner yang merasuk ke dalam jiwa bangsa INdonesia dan sekarang dianggap sebagai sesuatu hal yang wajar saja, meski sebenarnya salah. Tetapi, saya juga tidak mau hal itu terjadi di keluarga saya.

    Saya selalu berpesan kepada anak, jangan pernah berharap bapak nyogok. Dulu waktu dia gagal masuk SMP Negeri, saya tekankan kepada si kribo cilik bahwa itu adalah resiko yang harus ditanggungnya karena malas belajar. Saya bilang, meski bapakmu mampu membayar tarif untuk pindah ke sekolah negeri yang favorit sekalipun, jangan pernah berharap bapakmu akan melakukan itu.

    Dia harus belahar konsekuensi.

    Selama 3 tahun dia dipandang remeh oleh tetangga karena hanya masuk sekolah "buangan", tetapi pada akhirnya, dia bisa masuk SMA Negeri dengan hasil jerih payahnya sendiri.

    Jadi, saya senang membaca ada seseorang yang juga berani mengatakan TIDAK dalam hal ini. Di masa depan, sedikit demi sedikit yang namanya KKN harus dihancurkan karena membuat negara ini sulit maju lebih jauh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Makasih pan Anton, iya banget.
      Di banyak daerah di Indonesia, hal-hak KKN itu sudah jadi hal yang wajar, bahkan kalau gak KKN ya gak wajar kayaknya hahaha.

      COntoh terkecil saja, di daerah ortu saya.
      Mau masuk RS saja misalnya, kalau kita punya kenalan orang dalam, dijamin dilayani dengan cepat dan baik.

      Tapi kalau gak punya, ditelantarkan.
      Dan kalau misalnya kita kerja di sebuah instansi, lalu ada keluarga yang butuh di instansi tersebut, kita gak layanin duluan, kita pasti salah dan dibilang sombong, hahaha.

      Padahal ya, sebagai abdi negara seharusnya melayani sesuai antrian saja.

      Setuju banget tuh, anak sebaiknya dilatih sejak kecil untuk mendapatkan keinginannya sesuai usahanya.

      Dengan begitu, anak tahu kalau segala sesuatu ada prosedurnya, bukan asal masuk lewat KKN :)

      Hapus
  5. Korupsi ada karena hukum yang lemah,..itu aja sih menurut saya,..coba kalau ketahuan korupsi dipenggal kepalanya, kan enggak ada lagi yang mau korupsi,..ini korupsi cuma dipenjara, dikasih makan pula,..kan enak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya juga sih, meski juga hukum yang keras kadang dilema juga ya.
      Karena zaman sekarang, banyak fitnah.
      Bisa2 yang gak korupsi malah dibilang korupsi trus dipenggal hahaha

      Hapus
  6. Alhamdulillah kerja dengan memakai tenaga sendiri dan jauh dari koruppsi semoga berkah ya

    BalasHapus
  7. Korupsi itu sudah dari kecil kak biasanya...saya saja dulu kalau disuruh beli sesuatu sama emak bilangnya gak ada kembalian padahal ada kembalian tapi buat jajan wkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bhuhahahhaha ..
      Terus ..., tetep kayak gitu sampai sekarang, mas ?

      Hapus
    2. hahahaha, sekarang mau korupsi istri dua kayaknya wkwkwkwkwkw :D

      Hapus
    3. Alhamdulilah masih mas wkwkwk...

      Hapus
    4. wkwkwkwkw kocak banget nih, terlalu jujur :D

      Hapus
  8. jadi pns tuh memang rentan bgt utk melakukan korupsi sih kalo menurut ku. aku pun kerja di pemerintahan (meski belum pns) dan ada aja orang2 yg seperti itu dan kadang bikin ku gerah.. meski korupsi nya cuma kecil2an, tapi tetep aja ngeselin.

    btw ku kok ngakak ya baca ini..
    hampir 50% mahasiswanya adalah teman sekelas saya waktu STM.
    Dan saya dulu terkenal cengeng waktu STM.
    Kebayang nggak sih, kalau mereka godain saya, terus saya nangis di depan kelas, lol.


    tetiba ku ngebayangin mbak rey ngajar di depan kelas terus tiba2 nangis krn diledekin muridnya.. haha.. #monmaapmbakrey :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau saya jadi gurunya saya pretelin siswanya,..yang berisik saya sempelin barbel mulutnya 😂😂😂😂

      Hapus
    2. hahahaa, iya kaann.
      Korupsi itu dimulai dari hal kecil, lama-lama jadi besar, gak kerasa salah karena terbiasa :D

      Iyaaa, kan aneh juga gitu ngajar teman sendiri hahaha :D

      Hapus
  9. Wahahaha nafsu saya untuk bercerita tentang kkn jadi meningkat karena saya pernah punya pengalaman serupa.
    Tapi ada baiknya kutulis di blog saya saja ya mbk, saya takut bakal memenuhin blognya mbk. Mengingat ceritanya bakalan panjang kali lebar kali tinggi. Hehe maaf ya mbk rey..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh itu teh ditulis disini,..siapa tahu nanti ada wartawan online yang mau comot ceritanya, he-he 😂😂😂

      Hapus
  10. Howalaahdalaah ..., ternyata kakak satu ini pernah jadi assisten dosen, yaaa ..

    Pantesan pinteeer 😁

    Salut kak sanggup nolak ajakan korupsi.

    Kalau lihat di tivi sih para koruptor kok ..,
    malah pasang aksi dadah-dadah cengengesan bahagia ngadep ke layar kamera ya 🤔 ?
    Kayak ndak ada dosa atau salah gitu ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha, itu dah.
      Semacam korupsi itu udah wajar-wajar saja.
      Tapi emang itu kayak lingkaran setan sih, yang ngelakukan banyak, jadinya semua merasa biasa saja, ckckckc

      Hapus
    2. hahahaha gitu deh, mungkin mereka anggap sudah biasa kali ya :)

      Hapus
    3. Mungkin biar koruptor jera ngga cekikikan lagi di depan kamera solusinya .. adalaaah ...

      Dibawa keliling Jakarta teruuus .. dikeroyok digelitikin ramai-ramai tiap brenti di suatu wilayah ...,kan kejang tuh perut.
      Bayangin, ke 10 wilayah aja udah pasti mabok dia 😅

      Hapus
    4. waakakakakakaa, saya bayangin aja udah gak bisa napas.
      Saya gak tahan geli soalnya, jadi kebayang mau mati aja rasanya kwkkwkw

      Hapus
  11. Korupsi dan sejenisnya mungkin sudah mendarah daging di negara kita. Tetapi saya sendiri tak mau menghakimi siapa yang korupsi dan penyebabnya biarlah hukum yang lebih tahu atau hukum allah.S,W,T yang lebih real.

    Saya pribadi terkadang suka korupsi waktu demi urusan keluarga dan pekerjaan..Yaa mau bagaimana keduanya penting. 😂😂😂😂 Tetapi korupsi hal lain saya paling ooogaahh!!..😄😄




    Oiya Mbak Rens ada yang ngambek sama kamu lho namanya Titi..Photomu dan photo saya serta kang Nata terpampang lebar di blognya. Cek aka inbox difb kamu ntar saya share linknya..ok. Sorry sebelumnya nih.🙏🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah kaann, korupsi waktu kadang hal yang jarang disadari orang lain, udaaahhh, kayaknya juga udah dihapus lagi yaa hahahaha

      Hapus
  12. cocok nih daftar anggota KPK:D praktek nyogok sebenarnya ga ditingkat instansi pemerintah aja, dulu kerja di agency juga sama, sbg suplier barang promosi,biar bs dpt proyek tender, biasanya ngasih 'uang sogokan' ke orang marketingnya, udah rahasia umum. atasan saya sampe sengaja tiap hr raya ,ngasih 'thr' buat tim2 marketing di perusahaan klien sm barang mewah..tas branded..kita karyawannya dapat sembako doang. dr dulu malah ga berminat daftar cpns, ibuk juga nyuruhnya kuliah iain biar bs jd guru kyk sodara2..dan pns, tapi ga pernah minat sm sekali, sampe pernah bilang, ga mau punya suami yg kerja di instansi pemerintah yg korup...lol...yg masuknya nyogok:P tapi kemakan omongan sendiri, dpt suami ya pns lokal sini, tp alhamdulilah proses jalur resmi tanpa org dalem, krn dampingin dia pas dulu urus2 berkas, ujian.justru lbh tenang ga ada beban buat balas budi krn org dalem.

    BalasHapus
    Balasan
    1. huhuhu, betul banget!
      Jadi marketing itu enak banget ya, meski target gede, tapi sumber uang banyak hahaha.

      Sedang karyawan mah gitu-gitu saja, dapat ampasnya doang.

      Kalau sekarang kayaknya agak sulit jadi PNS sogokan, soalnya udah pada online sih, meski tetep juga ada kebocoran KKN di sana sini :(

      Hapus
  13. Saya pernah ngobrol lama dengan seorang intel KPK yg mantan intel polisi. Beliau keluar dari polisi dan memilih di KPK...pernah memburu koruptor sampai ke luar negri,...ternyata sulit sekali mencari bukti keterlibatan seorang pejabat yg terindikasi terlibat korupsi krn lingkarannya saling menutupi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waahhh keceeee, soalnya kalau polisi lebih terbatas ya menangkap koruptor, mending KPK, emang sulit, semua bersatu erat nutupin jejaknya, dan parahnya meski terbukti nyata, gak ada bukti yang bisa dijadikan kuat di persidangan.
      Orang kalau mereka lagi ngobrol, hape disita, semua diperiksa, nyogoknya pakai uang cash.

      Hapus
  14. wah udah lama nih gak singgah di blog kak rey, makin kece badai aja nih kak blog nya, dan makin rame kayak pasar :D
    Minal aidin wal faizin mohon maaf lahir dan batin ya kak, maafin segala khilaf dan salah2 ane yak ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mohon maaf lahir batin juga Zunif, waahh lama nih jarang nongol di sini :)

      Hapus
  15. semoga kamu dapet rezeki yg lebiiiih besar lg karena sudah berani utk menjauhi hal2 yg berbau korupsi dan penyuapan mba :).

    keluargaku itu kebanyakan pengusaha dan pekerja swasta.. papa dulu itu pernah diterima di dept kehakiman, tp hanya 1 thn, dan dia kluar... itu sblm aku lahir, zaman suharto. alasannya krn dia ga kuat ama budaya suap2an di sana :(.. papa trmasuk yg kuat banget agamanya dan anti ama segala koruppsi... ga lama kluar, apap ditrima di perusahaan swasta Liquid Natural Gas di Aceh.. rezeki yg samasekali dia ga sangka, dan kita semua berfikir, itu mungkin blessing dari yg di Atas karena papa berani utk menolak hal2 jelek yg tadi... Penggantinya ga tanggung2.. dan papa bertahan di perusahaan LNG ini sampe pensiun.

    itu makanya kami anak2nya slalu ditekanin untuk jauhin korupsi... mindsetku pun udh menganggab korupsi dan penyuapan itu haram banget dilakuin.. aku sekolah di swasta, aku kerja di swasta.. begitu jg suami.. dan aku prnh bilang kedia, jgn prnh lamar2 sebagai PNS, krn kita semua tahu, godaan bribery and corruption di sana gede byangetttt. butuh iman yg bener2 kuat. kalo emg ga bisa, please, jgn kerja di sana. aku ga sudi aank2ku diksh makan dr uang haram.

    alhamdulillah yaaa, sampe skr aku dan suami bisa bertahan di swasta dan ga tergoda ama hal2 begitu.. apalagi kantorku... HSBC itu bisa dibilang bank yg paling anti ama bribery&corruption, dan untuk nerima nasabah aja bener2 di saring, apa itu org pernah tersangkut korupsi ato ga, asal uangnya drimana, tujuan nabung di HSBC apa untuk pencucian uangnya ato ga dll...

    saking dia ga mau terlibat ama financial crime, aturan di kantorku luar biasa ketatnya untuk begituan.. makanya aku seneng dan suka kerja di sini.. amaaan soalnya mba. aku ngerasa disupport juga, ga kuatir ama yg namanya 'amplop' tak bertuan dll...

    sampe2 kita ada aturan, kalo nasabah memberikan sesuatu utk staff itu semua hrs dilaporkan.. krn kita ga mau kalo hadiah yg dikasih, ternyata ada mksd lain dari pemberinya ;p

    BalasHapus
    Balasan
    1. MAsha Allahhh... selalu ada hikmah yang penting dari setiap komen mba Fanny.
      Keren banget ya papanya, dan rezekinya masha Allah, diganti berlimpah.

      Bahkan masih niat saja, Allah udah membantu hambaNya ya, apalagi yang bener-bener melakukan menjauhi hal yang haram begitu.

      Di pemerintahan, kalau nggak ikutan korupsi, bahkan bisa jadi bulan-bulanan alias kambing hitam deh mba, sedih yaaa

      Alhamdulillah banget mba Fanny dan suami bisa berjodoh rezeki di tempat yang jauh dari namanya KKN, kalau paksu saya nih masih berjuang, karena emang mindset kami juga masih beda hiks

      Hapus
  16. kerjaan bagus, godaan besar. cuman yang kuat iman yang bisa nahan. huhuh. temenku byk ASN cerita di BC. godaannya warbiasah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mba, saking luar biasa, kadang dipikir hal lumrah :)

      Hapus

Terimakasih sudah mampir dan membaca tulisan saya, silahkan meninggalkan komentar dengan nama dan url yang lengkap, mohon maaf, percuma ninggalin link di dalam kolom komentar, karena otomatis terhapus :)

Link profil komen saya matikan ya Temans.
Agar pembaca lain tetap bisa berkunjung ke blog masing-masing, gunakan alamat blog di kolom nama profil, terima kasih :)